Follow Me

Tuesday, April 2, 2024

A32: The World is Still Silent

April 02, 2024 0 Comments

Bismillah.

#menjadiarketipe #66haribacabuku


☑️ #DAY32-0090

 

📖 The Aqsa, Henk Kusumawardana

 

📑 Quote:

Palestinian state itself is almost invisible in the map, straddle up by Israel without shame, without feeling guilty and without any sense of humanity, shut their eyes and hearts. They even feel superior and doesn't regard the Palestinians as a human being who also has rights as human, and... the world is still silent.


💡 Insight:

It's depressing to see how cruel the world treat Palestinians, it's happening now, and we see the traces in photos, videos, sound recording. News are delivered, but why the world is still silent? Why we can only deliver the news, but nothing is done? Everyone is still busy living their life, and many people are even ignorant about what really happen.

It's easier to distract ourselves from the truth, choose to pretend as if we didn't know. As if we didn't contribute anything to whathever horrible things happen to Palestinian. But we do contribute, our silence will be questioned in the day of judgement. Can we at least pray? Like really pray? But how can we pray for them, if we even forget when we ever pray for ourselves.

I want to make more noise, using voice and write something for Palestinian. But I'm afraid I only talk but never take any further action. I'm afraid I speak loudly outside, but wrecked inside as I am weak and distracted. I don't want to be like many people, but I think I am. Let's just ask for His Help and His Guidance.

 

رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِىٓ أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَٱنصُرْنَا عَلَى ٱلْقَوْمِ ٱلْكَـٰفِرِينَ

 

Rabbanaghfirlana dzunubana wa israfana fi amrina wa tsabbit aqdamana wanshurna 'alal qaumil kafirin. Aamiin.


Wallahua'lam.

Saturday, March 30, 2024

Energi Sosial

March 30, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

*disarankan skip prolognya hehe 

Aku masih sedang membaca buku "Muslim Produktif"-nya Mohammed Faris. Buku ini dulu pernah aku baca secara skimming di Gramedia Purwokerto. Lalu aku pinjam bukunya di iPusnas sejak Juli 2022. Sudah hampir 2 tahun, dan belum juga selesai di baca. Jujur setiap membaca buku semacam ini, aku terlalu sering dikelilingi overthinking dan perasaan takut. Takut kalau aku selesai baca, trus nggak ada yang berubah dari diri aku. Tiba-tiba keinget buku "paling menakutkan" yang sengaja nggak kubuka-buka lagi karena dari sedikit halaman awal aja, aku merasa jatuh bangun buat praktekin At Tibyan. TT yang ini di hide aja kali ya..

 

Tapi overthinking, kekhawatiran dan takut itu... sayangnya sering jadi jebakan setan, yang membuatku malah asik tenggelam dalam distraksi. Allahummaghfirli.. Ya Allah bantu hamba-Mu yang lemah ini..

 

***


 

Di buku Produktifitas Muslim karya Mohammed Faris disebutkan bahwa rumus produktif adalah kombinasi dari tujuan, manajemen waktu dan manajemen energi. Nah, dibagian energi dibagi lagi menjadi energi spiritual, energi fisik dan energi sosial. Energi spiritual mengingatkan pentingnya dzikir dan ibadah buat membantu kita makin produktif. Energi fisik banyak bahas tentang manajemen tidur trus pentingnya olahraga. Nah kali ini, energi sosial.


Apa itu Energi Sosial?

 

Energi sosial adalah energi yang kita dapatkan dari orang-orang di sekitar kita, dari lingkungan kita.


Saat membaca penjelasan tentang energi sosial, aku banyak mengangguk-angguk setuju, bahwa terkadang, kita membutuhkan energi penyemangat dari luar, terutama saat motivasi/energi dalam diri sedang turun. Bahkan seorang introvert pun, yang secara natural cara ia mendapatkan energi adalah dengan menyendiri, ternyata juga tetap membutuhkan energi sosial. Bahkan kalau di buku ini, biasanya butuh effort lebih banyak.


"Sangatlah penting bagi orang-orang introvert untuk bersikap lebih proaktif dan mencari energi sosial karena mereka kurang sensitif terhadap kebutuhan untuk mendapatkan energi seperti itu.

Energi sosial membantu meningkatkan produktivitas Anda dengan menyediakan lingkungan yang kondusif bagi Anda untuk mendiskusikan ide-ide Anda, bekerja, dan bersaing dengan orang-orang yang Anda kenal.

Namun, jika Anda tidak mengelola energi sosial Anda dengan baik, Anda mungkin akan terjebak dalam lingkungan yang menurunkan motivasi dengan orang-orang yang menjauhkan Anda dari proyek-proyek yang produktif."

- Mohammed Faris dalam buku "Produktifitas Muslim"

 

Kalau seseorang ekstrovert, ia akan secara natural pasti mencari energi sosial. Nah, kalau seorang introvert, harus bener-bener proaktif buat cari biar bisa dapetin ini. Caranya gimana?

 

Cara mendapatkan energi sosial yang tepat:

1. Kenali kebutuhan akan energi sosial

Kita harus tahu dulu kebutuhan energi sosial kita. Berapa banyak yang kita butuhkan. Kapan kita membutuhkannya.


2. Putuskan siapa yang ingin Anda ajak bergaul

Pilih orang-orang yang kita merasa nyaman dan cocok untuk mendapatkan energi sosial. Bisa jadi dari keluarga, teman, rekan kerja/rekan tim, penasihat/mentor.


3. Bangun sistem untuk mendapatkan energi sosial secara teratur

Nah ini bagian yang penting banget dilakuin kalau langkah satu dan dua udah selesai. Kita harus nentuin waktu buat dapet energi sosial dari orang yang kita pilih. Meet up, ngobrol, jadwalkan pertemuan, bisa jadi tiap bulan, tiap pekan, atau bahkan tiap hari misal ambil waktu makan siang sekaligus untuk dapetin energi sosial.


"Ingatlah bahwa Anda tidak bisa menerima energi sosial berdasarkan permintaan."

"Jika Anda tidak membangun sistem untuk mendapatkan energi sosial dalam kehidupan Anda, Anda akan merasa terkuras."

#daribuku Produktif Muslim - Mohammed Faris


Ini bener banget sih buatku. Buat yang merasa introvert juga.. jangan sampai kita terlalu lama sendiri, atau terjebak di interaksi-interaksi sosial yang bukannya nambahin energi, eh malah nguras energi. Harus pinter-pinter cari dan buat sistem yang bisa mendukung kita agar energi sosial terpenuhi.


Dan seperti judulnya, karena buku ini mengambil sudut pandang seorang muslim. Aku diingatkan lagi di buku ini tentang betapa islam mengatur tentang ini.


Islam mengatur kita untuk mendapatkan energi sosial secara teratur:

1. Rutin pergi ke masjid

2. Semangat untuk bersikap baik kepada tetangga

3. Anjuran ketika menerima undangan, mengunjungi orang sakit dan mengantarkan jenazah ke kubur

4. Anjuran tentang etika sosial dan menghindari perilaku dalam masyarakat (QS Al Hujurat 11-13)

5. Anjuran untuk makan bersama orang lain


Itu versi highlightnya doang ya, kalau mau baca penjelasan lengkapnya langsung baca bukunya yuk ^^


***


Terakhir, ini ada dua screenshoot tentang bahasan energi sosial, barangkali dengan ini kamu juga ikut teratrik untuk baca bukunya. Atau malah emang udah baca? Kalau udah baca, boleh banget dong, sharing aliran rasa atau bagian mana di buku ini yang paling berkesan buatmu.




Sekian. Bye~


Wallahua'lam.


***


Keterangan : Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Friday, March 29, 2024

A Non Reader Spouse

March 29, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

I used to imagine to have a spouse that read this blog to know about me. That kind of what if someone read this blog, and still accept me, and come visit my house, that kind of thought when I was still single.


But here is it today. I found a non reader spouse instead. He read some of course, but he's a non reader type of person. He's an audio. *I mean, he prefer to watch information and often feel dizzy if he must read a long paragraph.


First, I learn again the gap between imagination and reality. And the second, I think Allah's plan is the best. If my spouse was a reader, I might expect him to read my blog instead of communicate. But because he's a non reader spouse, Allah wants me to learn to communicate my mind ^^ So let's learn to communicate nicely and open up slowly. It's 2024, almost 2 years since I marry my spouse.

 

***

 

I usually don't write about him here, cause I have my own space other than this blog to write about him. Anyway, I'm grateful that I have a non reader spouse~ Alhamdulillah.

Monday, March 25, 2024

Don't Read to Judge

March 25, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

*Warning* Don't read. Just a ramble I need to write it out of my head.


***

 

Aku banyak menulis di sini keraguanku, rasa takutku, kekhawatiranku, perasaan-perasaan negatifku. But please don't read it if it's just to judge me. I have already judged by mi cloudy brain. I've been feeling so low trying to get up everytime I fall.


It hurts me more when you acknowledge and check all the bad thing I hope I am not, or all the negative I wish I clean up. It made me even more hard on myself.

 

So even if I don't immediately deny, or ask you to stop judging me... actually I am starting to question myself.

 

Am I really that bad? Do I really memorize just to memorize? Do I go to a good place just to be seen as a good people?

 

No... please. Don't judge me like that! Even if I am.. can you just please be kind and pray for me? Cause I.. I'm really afraid if that's the truth. I never want to be a part of people who wants to borrow light on the day of judgement. Neither do I want to be a liar whose good deed blown like a dust.


I also want to be a good person, I also want to be a tree with a sweet fruits. But as you can see, I am just a tree trying to survive the dry / cold season. I wish I could meet the spring, grow a new leaf, bloom flowers and give people a sweet fruit.


So, please don't read to judge. Can you be kind, and help me? Cause I'm struggling right now. 


Wallahua'lam.

Tuesday, March 19, 2024

Perubahan Prioritas

March 19, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

Aku masih perlu banyak belajar, tentang prioritas yang berubah saat aku mengambil amanah baru.


***


I am standing here, feeling lost.

 

Founding myself guilty again. My ego keep finding the best excuse to make me the right one. But I know, I think I'm at fault.


It always hurt when you know you make a mistake, again. It always hurt when you think that you might fail again.


I never intend to hurt someone else, but if someone feel hurt because of me. It means there's something that I do that might be wrong. Perhaps I cary thorns all over my body, that's why a little touch will hurt others.


This life is a test, and this is the new test for me. I hope I will stay close to Allah, and never wandered and lost again like that time. I wish I could be a better person, even if I am as slow, or ever slower than anyone else. 


Let's make a lot of dua. This is the month of du'a, right?

Friday, March 15, 2024

Slowly & Podcast

March 15, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

Hanya ingin menuliskan kabar baru tentang dua hal. Lebih ke catatan untuk diri sekaligus curcol hehe.

 

On Slowly

 

I stop writing letter on Slowly. Dulu, aku hanya mengira menulis surat di sana itu mudah. Aku berharap bisa banyak bertemu orang baru, bertukar pikiran, membahas minat yang mirip.

 

Aku tidak menyadari, bahwa bertukar surat di Slowly, artinya juga belajar untuk membuka diri dan menceritakan tentang diri.

 

Tapi bukannya bercerita pada orang asing, yang mungkin tidak pernah akan kau temui lebih mudah? Ya, bagiku memang lebih mudah. Semua mudah, sampai aku menemukan batu lain.


Aku menemukan diriku terlalu banyak mendeskripsikan gambaran ideal hidup yang aku inginkan, daripada cerita tentang realitas yang ada. Dan saat mengulang introduksi berkali-kali pada orang berbeda, kemudian bercermin. Disitulah kendalanya. Aku kini sadar, bahwa banyak yang kutulis di surat-surat slowly, tidak menggambarkan realita diriku, dan aku tidak ingin itu berulang.


Jadi sementara, aku berhenti menulis di Slowly. Terakhir balas surat 13 Januari. Masih ada 5 surat yang belum sempat kubalas juga.


Apa akun slowly-nya di deactivated? Nope. Akunnya masih aktif. This is my slowly ID N7Z2QX (barangkali ada yang mau add dan kirim surat, as if wkwk). Ada kemungkinan mulai dipakai lagi, meski entah kapan. Tapi intinya masih pengen bales 5 surat yang masuk itu. Kalau misal udah semua, dan gak ada balesan lagi, baru nanti dipikir lagi mau lanjut pakai slowly atau bener-bener harus di deactivated.

 

On Podcast

 

19 Februari kemarin aku baru upload audio baru. Masih amatir. Hehe. Gapapalah, namanya juga podcast percobaan. Aku biasa rekam pakai WaveEditor, kenal aplikasi ini dari daftar projek baca e-book yang berakhir sebagai wacana, tanpa baca satu pun halaman. Aku belum pernah ngulik WaveEditor. Sempet tanya-tanya ke temen yang punya pengalaman lebih di podcast, dia pakai aplikasi lain, tapi tiap rekam, sebelum di publish, biasanya yang dia edit itu volume suara, dibesarin. Buat aku ini masih PR yang entah mau dikerjain apa enggak. wkwkwk. Aku masih lebih suka fokus ke nulis dulu, karena kuantitas nulisku lagi meluncur ke bawah hehe.

 

Oh ya, aku masih suka berangan-angan, bakal ada orang lain yang berminat belajar dunia podcast dengan kolaborasi dan bantu aku bacain tulisan pilihan dari blog ini. Aku masih setengah-setengah untuk mempublish suaraku ke internet. Apalagi sekarang ada teknologi AI. Privasi menurutku lebih penting, pengennya cuma orang-orang yang bener-bener aku kenal dan temui, yang mendengar suaraku. Tapi di satu sisi, aku juga masih berminat membaca tulisan dari blog ini dan publish ke podcast. Berharap dengan begitu, pelajaran dari tulisan makin melekat di diri. Berharap, kalau ada yang nyasar dan lebih suka media audio nggak suka baca, bisa tetap dapat manfaat dari tulisanku. Ya, walaupun kalau sekarang sih percuma ya, karena untuk share tulisan dan promosi podcast aja aku jarang.


Oh ya, tentang podcast, aku beberapa waktu lalu agak sedih pas dapet email kalau google podcast nantinya bakal diberhentikan layanannya dan pindah ke youtube music. Padahal dibandingkan spotify, aku lebih suka google podcast. Kenapa? Karena bisa ngatur kecepatan audio. Kalau pas lagi ngecek rekaman podcast betterword aja aku biasa dicepetin jadi 1,2 atau 1,3. Jadi keinget memori saat dulu google+ tutup lapak. Ya, begitulah teknologi, cepat berganti.

 

***


Anyway, sekian update tentang slowly dan podcast. Bye~

Minat Lain / Other Passion (?)

March 15, 2024 0 Comments
Bismillah.

 

Sudah agak lama saat aku menyadari beberapa hal yang aku minati. Semacam beberapa fokus, yang ingin aku pelajari lebih banyak. Pertama Al Quran, kedua literasi. Dan ada satu lagi. Yang terakhir ini seringkali terlupakan, karena dua yang sebelumnya saja, aku merasa kepayahan untuk fokus. Minat lainku: tentang psikologi. Aku tertarik, mempelajari sisi emosi dan mental manusia. Tertarik bagaimana seseorang bisa menghadapi kesulitan-kesulitan dalam hidupnya. Penasaran, bagaimana caranya bertahan, saat tahu bahwa sisi tersebut ternyata sakit dan butuh pengobatan panjang yang tidak mudah.


Belum lama, ada beberapa hal yang membuatku memikirkan lagi minat lain ini. Dari perkenalan dengan orang baru, yang mengirim tulisan panjang, seperti format untuk meluaskan jaringan. Dari buku-buku fiksinya, ia menulis juga buku non fiksi berjudul "Memeluk Luka". Setelah beberapa kali bertukar tanya jawab, aku jadi tahu bahwa ia penyintas bipolar dan depresi. Mengingatkanku pada seorang blogger penyintas bipolar. Percakapannya sudah berakhir, tapi minatku pada hal ini membuatku masih terus menerus mengingatnya.


Belum lagi, saat salah satu member grup wa Baca Tiap Hari share kutipan dari buku Loving The Wounded Soul.

 

Depresi memberikan efek yang berbeda bagi seorang introver dan ekstrover. Bagi seorang ekstrover dengan depresi, biasanya mereka akan menyadari bahwa menjadi social butterfly seseorang yang sangat dinamis secara sosial, bisa menyapa semua orang, dan mudah berteman dengan siapa saja bukanlah standar kesuksesan. Apalagi ketika semakin dewasa, orang ekstrover akan memahami bahwa kita tidak bisa terus menerus menggenggam erat semua pertemanan. Lingkaran pertemanan semakin melebar dan tidak semua orang bisa diajak berdiskusi maupun membicarakan hal-hal personal. Ada juga yang hanya bisa kita sapa sekadarnya. Seorang ekstrover yang mengalami depresi akan mengembangkan sisi introvernya dan mulai mengenali dirinya sendiri. Ketika mengalami depresi, tidak ada pilihan lain bagi ekstrover atau introver, kecuali benar-benar menghadapi dirinya sendiri. (Hal.97)

Jika seorang introver mengalami depresi, kasusnya akan sedikit berbeda. Orang introver sudah terbiasa memikirkan sesuatu secara mendalam sehingga ketika mengalami depresi, ia akan belajar untuk lebih mencintai dirinya sendiri.

....Ketika mengalami depresi, introver akan belajar untuk menerima diri mereka sebagaimana adanya. (Hal.98)


Membaca kutipan itu membuatku bertanya-tanya. Benarkah begitu efeknya? Perbedaan antara ekstrover dan introver saat mengalami depresi? Ada begitu banyak pertanyaan, rasanya ingin mengobrol panjang lebar pada yang memiliki minat yang sama.


Belum lagi, aku teringat orang-orang disekitarku yang pernah dan mungkin masih mengalami depresi. Bagaimana caranya agar bisa menjadi support system yang baik untuk mereka? Bagaimana harus bersikap, bagaimana harus tetap dekat dan peduli tanpa menyakiti atau terkesan mengkasihani mereka. Aku teringat seorang teman yang berubah 180 derajat setelah mengalami depresi. Aku tidak pernah melihat langsung saat ia sedang kewalahan dengan rasa sakitnya, sampai ia berteriak begitu keras, di kamar, atau bahkan di tempat publik. Aku teringat juga saudara jauh, yang depresinya membuat ia membuat skenario sendiri dalam kepalanya, dan ia mempercayainya sebagai realita. Aku tidak pernah mendengar langsung ceritanya, tapi ibuku yang menceritakan padaku, bahwa cerita yang bukan realita itu, begitu tersusun rapi, sehingga ia bahkan tidak kesulitan saat ditanya detail tentangnya.

 

*** 


Jujur untuk minat yang satu ini, aku tidak punya banyak pengetahuan maupun minat. Komunitas? Dulu pernah gabung komunitas Love Yourself Community. Pernah juga aktif ngikutin ig healyourself juga, tapi udah gak. Sekarang paling yang masih agak sering dicek itu grup komunitasnya Qalboo. Tapi itupun lebih ke pasif. Pengen ada yang bisa diajak diskusi terkait ini (menulis ini membuat otakku melintaskan dua nama Teh Tristi dan Teh Ai, I haven't really discuss anything to them, but I love to read their thought and I think they both love to talk about psychology too..)


Tapi jika komunitas, atau temen ngobrol belum ada. Mungkin aku cuma perlu lebih banyak baca buku dan mencernanya dengan menulis. Itu lebih baik, ketimbang tenggelam dalam distraksi kan? Hmm.


Oh ya, aku tertarik dengan hal ini, juga karena aku penasaran dengan diriku sendiri. Apa kabar diri? Aku mungkin pernah bisa dimasukkan ke kategori depresi ringan, karena nggak sampai butuh penanganan obat. Cuma perlu konsultasi singkat, dan diarahkan untuk mencari akar masalah yang membuatku memilih "lari" dan "bersembunyi". Setelah itu, dengan banyak naik turun jatuh bangun, alhamdulillah aku merasa sudah lebih baik. Tapi perasaan untuk lebih mengetahui ilmu tentang ini jadi tertanam sejak itu. Aku penasaran, bagaimana pengalaman masa kecil seseorang bisa menguatkan seseorang, tapi bisa jadi menjadi luka bagi orang lain. Aku penasaran, hal-hal yang entah sejak kapan menjadi pemicu sensitif yang membuatku cepat menjadi emosional. Ada apa dibalik itu? Aku juga penasaran bagaimana islam menyikapi sakit yang bukan berada di fisik tersebut.


Oh ya, aku jadi teringat sebuah video dari channel Eternal Passenger:




Aku juga jadi teringat rapat dan "kelas pembinaan" panitia LMD dengan Bang Aad. Dari beliau aku mengenal dunia psikologi. Inspiratif! Melahirkan lagi dan lagi "aha time". ^^ Padahal aku hanya menjadi panitia aktif di LMD 167, lalu 168-169 lebih pasif, cuma bantu buat konsep acara, gak terjun langsung pas hari H. Tapi tetap saja, pengalaman jadi peserta setelah "drama dipaksa" sebagai perwakilan asrama di LMD 166, lalu menjadi panitia di 167, memberikan banyak pengalaman dan pembelajaran. Salah satunya memercikan api penasaran dan minatku pada bidang psikologi.


***


Aku bertanya-tanya, mengapa Allah hadirkan tentang minat lain ini, saat aku masih kesulitan berusaha fokus ke dua minat pertamaku (Al Quran dan Literasi). Mungkin Allah ingin mengingatkanku, bahwa ada banyak waktuku yang terbuang sia-sia, padahal bisa digunakan untuk hal yang baik, minat lain, yang seringkali aku lupakan, hanya karena aku merasa kepayahan untuk bisa fokus di dua minat yang pertama. 


Aku bertanya-tanya... dan aku menuangkannya dalam tulisan ini. Berharap, tulisan ini menjadi jejak pengingat. Berharap, aku tidak lagi tenggelam dan meminum asinnya air laut. Mari memilih untuk menyelam ketimbang tenggelam. Dan jika terasa sesak, segeralah berenang ke permukaan, mengambil udara lagi, untuk menyelam kembali, berharap bisa mengambil butiran mutiara hikmah yang Allah simpan di dasar laut.

 

Wallahua'lam bishowab.

Monday, February 19, 2024

Buah Simalakama

February 19, 2024 1 Comments

Bismillah.

#opini



Ada yang masih ingat tentang peribahasa buah simalakama? Buah yang dimakan atau tidak, dua-duanya sama-sama buruk buat kita. Ibarat terjebak, tidak bisa maju, juga tidak bisa mundur.


Bagiku, demokrasi, bak buah simalakama. Itulah mengapa aku sedikit banyak membenci politik. Bukan karena politiknya, tapi karena aku seringkali dibuat pusing jika mulai memikirkannya.


Aku teringat awal-awal mengenal politik. Bukan, bukan langsung ke ranah politik negara. Tapi lewat politik kampus. Kubu depan dan belakang, kubu timur dan barat.


Aku juga teringat pertama kali aku dihadapkan realita bahwa islam itu seolah terkotak-kotak dalam organisasi/harokah. Aku tidak bisa lupa saat aku menangis karena merasa dipaksa harus memilih kelompok. Terlebih aku mendengar curhatan teman, saat ia sudah memilih, dan perubahan sikap senior dari 'kelompok' lain. Saat itu aku masih belum banyak tahu, yang aku tahu aku merasa terpojok, dan pilihanku adalah lari. Tidak memilih salah satu pun dari keduanya. Alhamdulillah saat itu aku bertemu ustadz yang bijak, beliau menjelaskan awal mula mengapa terjadi 'perpecahan tersebut'. Tentang hadits muslim yang terbagi menjadi 72 golongan, lalu tentang pembagian zaman menjadi lima masa. Cita-cita yang sama ingin meraih kembali masa saat Islam berjaya dan menjadi pemimpin. Serta perbedaan cara untuk meraihnya. Singkatnya itu.

 

Dan karena sekarang demokrasi yang digunakan untuk memilih pemimpin, terbagilah jadi dua. Yang memilih berjuang dengan masuk ke dalam sistem, dan yang memilih berjuang di luar sistem. Masuk dalam sistem di sini maksudnya ya, ikut nyaleg, masuk ke partai, dll, dst. Di luar sistem, ya selain itu. Belum lagi perbedaan pendapat saat tahun pemilu, ada yang memilih, ada yang golput, ada yang abai/cuek.

 

Jujur, aku sebenarnya agak anti dengan politik. Padahal kan dalam hidup kita gak bisa lepas dari politik ya? Mungkin bukan anti diksi yang tepat. Aku hanya tidak suka saat kepalaku dibuat pusing akan permasalahan yang terus menerus muncul di politik. Kecurangan-kecurangan. Sikap yang terlalu berpihak tanpa mendahulukan rasionalitas. Debat-debat tak berujung. Dan masih banyak hal lain.

 

Demokrasi bagiku bak buah simalakama. Memakannya salah, tapi tidak memakannya juga salah. Dan kalau sudah bingung kaya gini, kita tidak bisa sekedar mengikuti perasaan, atau ego pribadi. Harus mau mendengarkan, membaca dan berdiskusi lebih banyak. Dengarkan pendapat para ulama, atau orang-orang yang lebih berilmu. Kemudian baru memilih sikap.

 

***

 

Terakhir, saat kita merasa dunia begitu gelap dan sistem demokrasi yang seperti buah simalakama ini membuat kita tak berkutik, kembalilah kepada Allah, Rasul-Nya, dan Al Quran. Bukankah setiap pagi dan sore Allah menyarankan kita untuk membaca ayat-ayat terakhir Al Baqarah?

 

Seperti malam yang berganti pagi, dan siang yang berganti malam, seperti itu juga kekuasaan Allah pergulirkan di tangan manusia-manusia. Jangan putus asa, dan bergantung pada buah simalakama. Tetap pegang erat iman kepada Allah, meski seperti menggenggam batu bara. Lalu lanjutkan langkah kita, perbaiki terus diri kita, bangun keluarga yang baik. Nanti dari keluarga-keluarga itu akan terbentuk masyarakat yang baik pula.

 

Aku teringat sebuah kutipan meski lupa dari siapa, tentang masalah sistemik, yang solusinya juga harus sistemik. Kau tahu artinya apa? Artinya, kita harus bekerja sama dan bahu membahu, bukan malah berpecah belah dan saling menyalahkan. Kalau kita semua balik dan fokus mempelajari Al Quran dan sunnah, dengan izin Allah, hati kita akan Allah satukan juga. Toh tujuan kita sama kan? Jangan jadikan perbedaan sebagai pemecah. Saat Allah menciptakan manusia menjadi laki-laki dan perempuan dan menjadi bangsa-bangsa, perbedaan itu.. tahukah apa yang ingin Allah ajarkan lewat perbedaan itu? Cek Al Hujurat! Supaya kita saling mengenal dan saling belajar dari kelebihan dan kekurangan masing-masing.


Jadi, saat kita dihadapkan dengan buah simalakama, semoga kita tidak lupa pada pencipta buah simalakama. Saat Allah menakdirkan kita berada di sini, di saat ini, dengan segala keruwetan situasi ini, sebenarnya ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita petik. Semoga Allah memudahkan kita untuk melewati ujian ini, sehingga nanti saat bertemu dengan-Nya, kita termasuk orang-orang yang lulus ujian di dunia, ujian apapun, termasuk ujian buah simalakama ini.


Wallahua'lam bishowab.


***


Keterangan : Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Monday, February 12, 2024

Jarak Antara Biji dan Pohon yang Berbuah Manis

February 12, 2024 0 Comments

Bismillah.


 

Beberapa waktu belakangan ini, aku banyak memikirkan tentang jarak antara ilmu dan amal. Jarak antara biji menjadi pohon yang berbuah manis. Ada banyak waktu bertumbuh dan berproses yang aku tidak bisa bersabar. Rasanya seperti lebih lambat dari seekor siput.


Aku teringat buku-buku yang pernah kubaca, kemudian aku berkaca dan berusaha jujur pada diri. Berapa persen biji yang sudah ditanam dan tumbuh menjadi benih, berapa banyak yang layu, adakah yang masih bertahan dan mulai tumbuh tinggi dan berkambium? Adakah yang benar-benar menjadi pohon dan mulai berbunga? Adakah yang bertahan diterpa badai dan masih berbuah. Jikapun berbuah, apakah ia manis? Seperti jeruk? Semoga bukan buah Raihanah.


Aku bertanya-tanya, tentang buku yang kubaca saat masa-masa gelap dalam hidupku. Saat menulis ini, aku teringat 3 buku:

 

1. The Life-Changing Magic of Tidying Up- Marie Kondo

2. Amalan Penghilang Susah (: - Musthafa Sheikh Ibrahim Haqqi

3. 7 Habits of Highly Effective People - Stephen R. Covey


Sudah 5 tahun sejak buku-buku itu kubaca, apa kabar pada biji yang pernah kutanam? Benarkah sudah kutanam? Jika ada yang benar-benar ditanam, adakah yang sudah tumbuh menjadi pohon berusia 5 tahun?


Yang Berubah


Satu hal yang alhamdulillah berubah adalah mindset atau perspektif dalam melihat 3 topik di atas.

Pertama tentang topik bersih-bersih, dan kaitannya dengan mengubah hidup.

Baca juga: Berbenah yang Mengubah Hidup

Kedua tentang pandanganku terhadap kesedihan, bagaimana kondisi iman sangat mempengaruhi bagaimana sikap kita pada perasaan yang pasti aku kembali kita rasakan lagi dan lagi dalam hidup. Belajar ulang mengenal Allah lagi dan mengamalkan amal-amal "kecil" yang seperti janji Allah, kalau kita mau melakukannya dengan tulus, Allah pelan-pelan akan hapus kesedihan kita.

Baca juga: Quote Tentang Istighfar

Dan yang terakhir tentang topik 7 kebiasaan baik yang harus kita ulangi terus dalam hidup.

Baca juga: Daun - Akar; Perilaku - Cara Pandang  


Bagaimana dengan yang lain?

 

Tapi selain mindset, adakah hal-hal praktis yang kupelajari dari buku-buku itu benar-benar dilakukan sehingga berbuah manis? Atau lebih banyak yang tertinggal sebagai teori, menjadikanku seperti keledai yang membawa banyak buku? Beratnya terasa, tapi tidak manisnya.

Contohnya tentang ilmu tentang membuang sebelum membereskan, supaya kamar kita tidak menjadi gudang tempat hal-hal yang jarang dipakai, atau bahkan tidak pernah dipakai.

Atau ilmu tentang sedekah sebagai salah satu amalan penghilang susah, sudahkah istiqomah? Atau cuma dilakukan saat ingat saja? Pada momen-momen tertentu?

Atau tentang ilmu manajemen waktu dan prioritas. Sudahkah mayoritas hal yang dikerjakan di kuadran dua? Atau masih saja sibuk tenggelam dalam kuadran tiga, dan sering terjebak dengan stress di kuadran satu?

 

Jika Tidak Tumbuh, atau Lambat... 


Saat menengok dua hal tersebut, dari perubahan mindset yang alhamdulillah sampai saat ini dirasakan, juga melihat hal-hal praktis lain yang seolah menjadi teori saja.. aku bertanya-tanya. Jika "biji ilmu" yang sudah dibaca tidak tumbuh, atau lambat untuk tumbuh. Apa penyebabnya? Langkah apa yang tertinggal? Pengganggu apa yang harus disingkirkan?


1. Jika tidak tumbuh


Mungkin biji tidak tumbuh menjadi benih, karena dari awal kita tidak pernah menanamnya. Bijinya tersimpan saja di suatu laci, atau diletakkan jauh dari tanah.


Atau jikapun sudah ditanam, barangkali kita lupa menyiramnya, tanahnya terlalu kering untuk bisa menjadi media tanam. Jikapun tidak ada tanah, kan ada hidroponik, cari media tanam yang lain. Bagaimana dengan sinar matahari, adakah? Atau kita barangkali tidak tahu, bahwa ada biji yang tumbuh lebih baik di tempat gelap?


Baru saja, sembari menulis ini, aku membuka tumblr, dan menemukan kutipan ini dari akusore.tumblr.com



Poster sederhana di atas dipost di story seseorang, lalu dituliskan di tumblr orang lain, untuk kemudian di reblog dua kali, dan dari orang terakhir itu, aku menemukannya. Aku memang belum membaca tulisan lengkap yang direblog, tapi satu desain sederhana ini membuatku bertanya-tanya. Adakah barangkali aku terlalu sering mempublikasikan rencana, bergerak dengan suara berisik, dan itu mempengaruhi mengapa rencana-rencana masih menjadi rencana dan belum juga selesai direalisasikan?

 

Do I talk too much? Write too much, but then never busy in implementing what I said and what I wrote?


2. Jika lambat


Jika tumbuhnya lambat, sering terserang jamur, hampir mati kekeringan, dll. Apa yang harus diperbaiki? Ilmu apa yang perlu kucari agar aku mengenali cara merawat benih agar bisa tumbuh sehat dan cepat? Agar akarnya kuat, batangnya kokoh, dan buahnya manis? Gulma atau hama apa yang perlu aku perangi?


Ada banyak daun berpenyakit yang harus dipotong, supaya daun lainnya gak ikut sakit. Ada rumput-rumput liar yang harus disiangi, agar tidak menghambat pertumbuhan benih yang ditanam. Dan ada banyak hal lain.


Kata distraksi, distraksi dan distraksi begitu sering aku ulang. Aku tahu persis bahwa saat ini aku tidak fokus mengejar apa yang harus kuraih. Aku tahu distraksi-distraksi itu memperlambat bahkan tak jarang membuatku terdiam terlalu lama, membuatku makin jauh dari garis final. Tapi setelah menuliskan pengingat itu, adakah aku benar-benar berjuang untuk meningkatkan fokus dan mengabaikan distraksi? Atau lebih sering, hanya mencoba satu dua kali, kemudian segera menyerah dan tenggelam lagi dalam distraksi? Tidak cukupkah, rasa sakit saat itu untuk memberikanmu pelajaran dan membuatmu kapok? 


***


Aku bertanya-tanya tentang jarak antara ilmu dan amal. Aku menerka dan mencoba menuliskan jarak antara biji hingga menjadi pohon yang berbuah manis.

 

Aku berharap aku bisa bersabar, tapi sekaligus teliti dan tidak lalai. Karena memang benar,

 

"Pertumbuhan diri bersifat lembut. Hal ini jelas bukan perbaikan kilat."

 

Baca juga: Pertumbuhan Diri: Lembut; Bukan Perbaikan Kilat

 

Tapi aku harus teliti, karena bisa jadi aku menjustifikasi begitu banyak hal, supaya aku merasa nyaman saat benihnya lambat tumbuh, atau lebih parah lagi, saat bijinya tidak tumbuh. 


Terakhir, sebuah potongan ayat yang mengingatkanku untuk fokus menjadi lebih baik selangkah demi selangkah, sembari memohon petunjuk dan bimbingan dari Allah. Ayat, yang minimal seharusnya dibaca satu pekan sekali di hari jumat.

 

عَسَىٰٓ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هَـٰذَا رَشَدًۭا

'asaa ayyahdiyani rabbi li aqraba min hadza rasyada [1]


Wallahua'am bishowab.


***


Keterangan:

 

[1] QS Al Kahfi ayat 24. Penjelasan tadabbur ayat yang membuat ayat ini istimewa buatku ada di https://youtu.be/7hmi5ck5ph8

[2] Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.


PS: Lama rasanya tidak membuat tulisan sepanjang ini. Terinspirasi dari tulisan teman di Medium. Eh, yang kemarin ditulis, juga panjang ya sebenernya? wkwkwk.

Monday, February 5, 2024

E-book yang Selesai Kubaca Tahun 2022 (part 3 - end)

February 05, 2024 0 Comments

Bismillah.

#bersihbersihdraft

 


 

Sudah di Februari 2024, kenapa baru nulis e-book yang dibaca tahun 2022 Bel? Wkwkwk. Terlalu memang hehe. Anyway, langsung aja. Ini e-book terakhir yang kubaca di tahun 2022.

Baca juga: Part 1 ; Part 2

 

5. Kitab Cinta dan Patah Hati

 - Sinta Yudisia, Indiva Media Kreasi

sumber: goodreads


Buku ini kubaca pada masa lagi semangat baca buku-bukunya Mba Sinta Yudisia. Karya fiksinya sudah, non fiksi tentang cinta juga sudah tahun 2021 yang judulnya cinta x cinta. Tapi yang sebelumnya, target pembacanya lebih ke remaja. Kalau buku ini lebih untuk umum. Selain target pembaca yang beda, jumlah halaman juga beda. Kalau yang untuk remaja cuma 138 halaman, dan tulisannya lebih ringan dibaca. Yang ini juga gak berat sebenarnya, seperti biasa ada banyak info dan fakta yang disajikan. Gaya penulisan yang berbeda dibandingkan buku tentang "cinta" ala Anis Matta atau Salim A. Fillah.
 
Meski buku ini tentang cinta, tapi baca buku ini dijamin gak baper. Karena isinya emang nggak dibuat mellow. Banyak tips dari buku ini yang membantuku untuk tenang sembari menjalani masa menunggu jodoh datang hehe. Oh ya, pas baca buku ini, aku juga sedang ikutan challenge 66 hari baca buku @menjadi.arketipe. Jadi banyak quotesnya yang aku share juga di story instagram. Tapi gak aku kategoriin sesuai buku sih, bisa cek aja di highlight baca buku tiap hari. Oh ya, sebenarnya aku re-post di sini juga, cuma baru sampai day 31. Karena niatnya, dibedain antara laporan dengan yang disini. Untuk di blog ini, insight aku perpanjang. Sekalian aku mengulang lagi belajar dari kutipan yang pernah aku baca, gituu.

Baca juga: 66 Hari Baca Buku 
 
Berikut ini beberapa kutipan dari buku Kitab Cinta dan Patah Hati

Salah satu tips supaya bisa bangkit dari patah hati:

"Orang besar mengajarkan hidup tidak terus berkubang pada masalah yang itu-itu saja, tetapi segeralah beralih melakukan pencapaian lain."

"Membaca biografi tokoh yang dikategorikan berhasil akan memperkuat semangat untuk berbuat lebih." - Sinta Yudisia
 
Sebelum mencintai orang lain, cintai diri. Dengan apa? Dengan menghargai prestasi diri, sekecil apapun.

"Prestasi akan sesuatu akan meningkatkan self respect. Setidaknya, bila orang lain tidak menghargai, kitalah yang harus menghargai diri sendiri. Prestasi, seberapapun kecilnya akan membawa kegembiraan sehingga seseorang tak hanya berkubang pada sisi negatif kehidupan." - Sinta Yudisia
 
Ini reminder banget untukku supaya tidak berhenti belajar dan berkarya. Kadang kita menyempitkan makna prestasi sekedar apa disebut prestasi di sekolah, ranking di sekolah, ikut lomba apa, dll. Padahal, kita bisa juga menjadikan pencapaian-pencapaian dalam hidup kita sebagai prestasi juga. Yuk coba cek, kalau misal belum nemu, coba buat. Setiap dari kita punya potensi untuk berprestasi. Semangaat! 

Satu lagi, kutipan terakhir dari buku ini. Jadi di buku ini diceritakan juga kisah cinta nyata yang perlu kita ambil pelajaran. Baik dari sahabat maupun dari non muslim. Cuma yang aku kutip di sini, yang dari sahabat. Ada yang mau nebak kisah cinta siapa? Ali dan Fatimah radhiyallahu 'anhuma? Teng! Kurang tepat. Ini tentang kisah cinta Ustman bin Affan dan Nailah radhiyallahu 'anhuma. Kutipan yang belum pernah aku tahu sebelum baca buku ini.

"Sungguh kalian telah membunuhnya. Padahal ia telah menghidupkan malam dengan rangkaian Al-Qur'an dalam rakaat." - Nailah binti Al Farafisah pada hari dibunuhnya Ustman bin Affan

Dibahas dua hal, pertama kecintaan Ustman pada Al Quran, yang dibuktikan dengan momen terakhir beliau r.a, meninggal saat sedang membaca Al Quran. Dan juga kecintaan Nailah pada Ustman. Kalau penasaran, silahkan baca bukunya ya~

6. Rasulullah Sang Pendidik

- Al-Ustadz Muhammad Rusli Amin, AMP Press
 
 
sumber: myedisi.com

Aku baca e-book ini karena ada pekan tematik di the.ladybook kalau nggak salah ingat dalam rangka maulid Nabi. Pengen baca buku tentang Rasulullah tapi bukan sirah. Dan setelah searching di iPusnas, ketemu deh sama buku ini. Aku banyak belajar tentang Rasulullah dari sudut pandang topik pendidikan. Termasuk banyak diingatkan untuk bersabar dan berusaha istiqomah untuk mendidik diri.

Secara kepenulisan memang agak kurang, ada banyak kalimat yang terlalu panjang/tidak efektif. Tapi in syaa Allah tidak mengurangi esensi dari buku ini. Sistem penyampaian di buku ini seringnya menceritakan sirah Nabi, kemudian mengambil pelajaran tentang pendidikan dari sirah tersebut, ditambah beberapa referensi lain.

Langsung aja ke kutipan ya,

"Sebab, ada kebaikan di dalam diri manusia. Di dalam diri setiap orang ada potensi kebaikan, sebagaimana juga ada potensi keburukan. Jika orang-orang yang berperilaku buruk itu dididik, dibina dengan baik, maka potensi kebaikan dalam dirinya itu akan muncul ke permukaan, sebaliknya potensi keburukannya semakin tertekan dan tertutupi. Lalu kebaikan-kebaikan yang mulanya kecil, lama kelamaan semakin besar dan terus membesar, lalu mendominasi hati dan perilakunya, dan jadilah ia sebagai orang baik."
#daribuku *Rasulullah Sang Pendidik* - Al-Ustadz Muhammad Rusli Amin, AMP Press
 
Lanjut, pengaruh faktor lingkungan terhadap pendidikan *kaya judul skripsi #eh 

Dr. Baqir Sharif al-Qarashi mengatakan, bahwa lingkungan merupakan salah satu aspek pendidikan yang paling utama. Kadang-kadang anak-anak mengikuti lingkungan mereka tanpa sadar. Lingkungan bisa dengan mudah dan cepat mempengaruhi pikiran lalu terbentuk menjadi kebiasaan pada anak-anak. Para pemuda seringkali mudah mengikuti pengaruh yang baik maupun yang buruk, dari lingkungannya. Faktor-faktor dari dalam diri manusia (internal) dan faktor dari luar dirinya (eksternal), saling berinteraksi dalam membentuk kepribadian."

#daribuku *Rasulullah Sang Pendidik* - Al-Ustadz Muhammad Rusli Amin, AMP Press
 
Kalau dulu pas kecil, kita gak bisa banyak pilih tentang lingkungan. Tapi saat sudah dewasa, kita punya kebebasan untuk memilih dimana lingkungan kita ingin tumbuh. Maka penting untuk mengelilingi diri kita dengan lingkungan yang baik dan teman-teman yang baik. Kalau di tempat kerja gak dapet, minimal pastikan kita gabung komunitas atau cari network yang berisi orang-orang baik yang sevisi. Butuh effort lebih memang, tapi worth it!
 
Kutipan terakhir dari buku ini, pengingat tentang nikmat iman dan islam, yang hadir setelah proses perjuangan Rasulullah berdakwah.
 
"....hal ini mengandung hikmah yang sangat besar, di antaranya adalah menjelaskan betapa penting dan agungnya agama yang dibawa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasalam, sehingga terasa berat mengembannya.

Selain itu juga menjelaskan kepada kaum Muslim, bahwa Islam yang kini dianutnya, adalah agama yang pada mulanya hadir setelah melalui sebuah proses yang amat melelahkan dan menyulitkan."

#daribuku *Rasulullah Sang Pendidik* - Al-Ustadz Muhammad Rusli Amin, AMP Press
 
Semoga Allah mematikan kita dalam keadaan islam, dan termasuk orang-orang yang shalih aamiin. Semoga Allah memudahkan kita untuk terus mendidik diri, agar tidak jatuh ke titik paling rendah, padahal Allah menciptakan kita dalam ahsani taqwim. PR: Tadabbur lagi surat At Tin! [1]

7. Dreaming Big - @fibkaramadhan & @vaLentfun21+

 

sumber: catalog.unugha.ac.id

 

E-book ini ditemukan saat aku iseng cari buku baru untuk dibaca dengan keyword "dream". Trus pas cek isinya, pas dengan keinginanku yang butuh bacaan ringan. Buku ini ditulis oleh dua orang, gaya penyampaiannya santai. Isinya tentang mimpi juga tentang cerita bagaimana penulis mencapai mimpi mereka. Jujur agak kaget buku ini ditulis oleh orang-orang yang domisili deket denganku. Purwokerto. M. Syah Fibrika, dosen di Unsoed kalau nggak salah ingat, sedang Valentinus Fun itu motivator.

 

Sebenarnya pas baca buku ini aku gak banyak catet quote, kecuali di akhir aja, karena ikutan program Teman Baca-nya @akademiliterasi.id. Tapi dari yang sedikit itu, semoga cukup buat kamu penasaran dan tertarik untuk membaca buku lagi. Boleh buku ini, atau buku lain yang ada di list TBR (to be read)-mu!

 

Tentang keberanian melewati proses.

"Tanamkan dalam diri bahwa menggapai kata 'sukses' membutuhkan 'proses'. Jika kita berani melewati proses, keberhasilan sebentar lagi akan menjemput kita. Percayalah bahwa banyak orang lain yang lebih berat kegagalan dan ujiannya dibanding kita."

 

Kutipan kisah nyata bahwa mimpi akan terwujud kalau kita melakukan usaha dan terus berjuang meraihnya. Bukan sekedar bermimpi.

"Bapak Taufik Effendi, peraih beasiswa Iuar negeri. Beliau memiliki kondisi buta sejak SMP. Beliau menceritakan blak-blakan mengenai beasiswa yang diraihnya. Ditolak berbagai beasiswa, diremehkan oleh banyak orang, hingga akhirnya beliau meraih semua dengan perjuangan yang membutuhkan waktu dan tenaga. Mereka adalah orang-orang yang berani bermimpi besar. Not only dream but they also do it. Mereka mengejar mimpinya bukan sekedar bermimpi saja."

 

Kutipan terakhir, sekaligus penutup tulisan ini.

"Buku ini akan menjadi hiasan lemari belaka jika kamu tidak mempraktikkannya."

 

Wallahua'lam.

 

***

 

Keterangan:

[1] Salah satu sumber referensi tadabbur yang perlu didengerin ulang "Illustrated At Tin NAKID FQE"

[2] Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Wednesday, January 31, 2024

SelfD #19: What do I feel strongly about?

January 31, 2024 1 Comments

Bismillah.

 


Hi! Let's finish the 30 question self discovery even it's so slow! J (smile) V (peace)

 

***

 

What do I feel strongly about?

 

Jujur, waktu aku harus menerjemahkan pertanyaan ini di postingan 30 Pertanyaan untuk Mengenal Diri, aku kebingungan.. hehe. Waktu itu sih aku terjemahin "Apa hal yang menarik bagiku?"

Tapi setelah 4 tahun berlalu, dan diingatkan untuk menulis lanjutan seri #SelfD, aku menemukan 2 definisi baru tentang frase "feel strongly about":


dan dari dua definisi diatas, aku ambil kesimpulan bahwa ini tentang opini kuat kita tentang sesuatu.


Nowadays, I feel strongly about Palestine.

 

It hurts everytime I saw the latest news. And it hurts even more, when I know I can only do a little. And it's tragic, when I see myself sometimes just forget about the situation there and become like a foam of a wave. Ya, busa di ombak air laut. Banyak, tapi mudah hilang dan hanyut. Kebenaran yang dikabarkan Rasulullah tentang ummat Islam di akhir zaman terlihat begitu terang saat ini. Dan aku takut, aku termasuk dari mereka yang terjangkiti wahn. Apa itu wahn? Cinta dunia dan takut mati.


Tapi kesadaran tentang itu, apakah cuma berhenti di situ? Ketakutan itu, apakah akan menghentikan kita melangkah, dan memilih untuk tenggelam? Tidak kan? Bukankah Allah dan Rasul-Nya mengajarkan kita untuk beriman dengan dua sayap, rasa takut dan harapan? Karena dengan dua sayap itu, kita akan bisa menyeimbangkan diri dan terbang. Tentu saja, juga dengan cinta. Rasa cinta pada Allah, Rasul-Nya, din-Nya.

 

Maka mari tetap melangkah meski selambat siput. Belajar lagi tentang pentingnya Masjidil Aqsa, kiblat pertama, masjid kedua yang dibangun di bumi. Belajar lagi tentang keberkahan tanah syams. Di sana, Nabi-Nabi kita lahir dan berdakwah. Di Masjid Al Aqsa juga, Nabi Muhammad memimpin semua nabi shalat berjamaah. Mari belajar lagi hadits-hadits akhir zaman, bukankah kita juga ingin, kelak anak cucu kita termasuk dari orang-orang yang membebaskan Masjidil Aqsa? Tidakkah kita ingin menjadi bagian, meski sekecil apapun, membangun kembali peradaban islam, yang sudah Allah janjikan setelah habis masa mulkan jabariyyan?


Untuk cara dan metodenya, setiap orang mungkin punya pilihan masing-masing ya. Dulu pas pertama belajar islam, terus "ketabrak" realitas tentang organisasi/harakah yang banyak, bikin pusing dan nangis. Tapi alhamdulillah ketemu banyak ustadz dan teman-teman shalihah yang mengingatkan lagi untuk fokus ke mempelajari Al Quran dan sunnah, dan itu menenangkan banget.


Jadi, mari pdkt lagi sama Al Quran, baca lagi, hafalin, dengerin kajian tentangnya, tadabbur, mencoba mengamalkannya. Jadi, mari pelajari sunnah Rasul, sedikit demi sedikit. Coba praktikkan minimal sekali, syukur-syukur kalau bisa istiqomah. Belajar juga untuk terus memperbaiki diri secara pribadi, lalu jalankan peran sebaik mungkin dalam keluarga, teman, kalau bisa kontribusi lebih; ambil peran di komunitas atau masyarakat. 


Kelilingi dirimu dengan teman-teman yang bisa mengingatkan tentang hal di atas. Karena wajar sebagai manusia kita sering lupa, sibuk dengan 'dunia sendiri'. Sibuk bekerja dan menjalani rutinitas. Saat lelah, kemudian menenggelamkan diri dalam 'dunia: la'ib, lahwu, zina, dan... (cek al hadid ayat 20, dengerin ulang penjelasan ayatnya)'. Ada kalanya, atau seringnya kita lupa. Makanya penting untuk punya circle yang bisa ingetin kita kalau kita lupa. Buat yang laki-laki, mungkin dengan memaksimalkan peran shalat Jumat, cukup kah? Kalau buat perempuan, jadwalkan dateng kajian, atau ikut mentoring, atau ikut study group.


***


What else do I feel strongly about? The important of literacy.


Aku dulu pernah tidak mengenal diksi literasi, sebelum gabung ke Aksara Salman ITB. Dulu, aku cuma tahu aku suka menulis, pernah sangat menyukai membaca juga. Tapi sejak gabung Aksara, aku jadi paham satu diksi yang mengikat kedua aktivitas tersebut, dan bukan cuma dua hal tersebut, ada satu lagi: diskusi.


Lewat Aksara, aku belajar untuk tidak merasa cukup hanya menulis. Tidak merasa cukup hanya membaca. Tidak merasa cukup hanya menonton. Tapi perlu ada diskusi, perlu ada pertukaran pikiran. Dari diskusi itu, lahirlah tulisan-tulisan baru. Dari diskusi itu, kita jadi membaca buku-buku baru. Never would I ever knew, that watching movies can be a good activity for literacy too.. Aku ingat masa-masa saat duduk di ruangan paling luas di lantai 2 gedung kayu, menonton film pilihan, yang di dalamnya, bukan cuma berisi skenario cerita yang menghibur, tapi juga yang meninggalkan pesan-pesan, juga bahan diskusi. I miss them so much~ I might not be a good member, but I know I learn a lot from sitting around them, listening to their discussion, feeling the warmth spread from them. Bahkan sampai sekarang pun, aku masih merasakan manfaatnya, meski cuma jadi silent reader di grup wa Aksara[1]. Kita sudahi nostalgianya hehe, balik ke literasi.


Why I feel strongly about literacy? Karena saat ini kita digempur di literasi. Reels dan Short membuat attention span kita makin pendek. Baca berita, cuma baca judul dan beberapa kalimat awal, atau skimming. Baca buku? Kalaupun ada yang yang baca buku, banyak yang nggak bisa menuliskan ulang dari apa yang dibaca. Padahal menulis adalah bentuk kita mencerna informasi yang kita baca/tonton. Diskusi? Ada yang masih punya circle yang asik untuk diskusi berbagai macam topik, secara mendalam, dan gak cuma hal remeh temeh? Jangankan percakapan mendalam, sekedar sapa dan obrolan santai saja, kita sering terhalang sibuknya masing-masing orang dengan gadget masing-masing. Salut, untuk mereka yang punya energi dan kemampuan komunikasi baik dan sering membuka pintu percakapan.

 

Jadi intinya, mari semangat lagi ber-literasi! Step by step. Baca, nulis, diskusi, baca, nulis, diskusi.  

 

Sekian. Semoga tulisan SelfD lainnya segera ditulis. Semoga seri SelfD bisa kuselesaikan di tahun 2024. Aamiin. 11 tulisan lagi. Semangat!

 

Kamu juga tertarik menulis tentang self discovery? Coba buat versimu dan jawab pertanyaan-pertanyaan di 30 Pertanyaan untuk Mengenal Diri. Boleh share linknya ke aku, biar aku bisa baca juga ^^


Terakhir, selamat melanjutkan perjalanan mengenal diri!


***

 

Keterangan:

[1] Kalau bukan lewat grup wa Aksara, mungkin aku gak akan tahu isu tentang solusi pinjol untuk mahasiswa yang terhambat pembayaran UKT, diskusi tentang pendidikan, biaya mahal, operasional kampus yang gak tercukupi, dll.

[2] Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu *minggu. **masih ragu mau disetor ke 1m1c apa gak, soalnya tulisan ini versi free writing.