Tentang perbedaan dan segala hal yang membuat mereka bersitegang, bertengkar, beradu argumen, bersikukuh pada padangan masing-masing, bahwa 'aku benar' dan 'kamu salah'.
Aku memang sudah memilih untuk memegang teguh sebuah pendapat, untuk tidak setuju. Tapi, rasa perih ini tetap saja membuat mataku enggan lebih lama memandang lekat. Pada mereka, yang beradu mulut, ah... lebih tepatnya beradu barisan kata. Yes they fight. Though it just in words. Just in a written word.
Aku memang sudah memilih untuk memegang teguh sebuah pendapat, untuk tidak setuju. Tapi, rasa perih ini tetap saja membuat mataku enggan lebih lama memandang lekat. Pada mereka, yang beradu mulut, ah... lebih tepatnya beradu barisan kata. Yes they fight. Though it just in words. Just in a written word.
***
"You two, are just looked like a childern." gumamku dalam hati. Aku tahu,
masing-masing dari kalian ingin menebar kebenaran. Menyampaikan kebenaran yang
kalian yakini kepada mereka yang 'masih keliru'. Tapi pertengkaran ini?
Perlukah?
Tidakkah kita takut
terjatuh pada debat, yang hanya mempertahankan ego? Mempertarungkan
nafsu? Mencari pembenaran dan bukan kebenaran?
Tidakkah kita seharusnya begitu berhati-hati? Tidakkah kita tergiur janji surgaNya, bagi ia yang tidak berdebat meski diposisi yang benar?
Tidakkah kita seharusnya begitu berhati-hati? Tidakkah kita tergiur janji surgaNya, bagi ia yang tidak berdebat meski diposisi yang benar?
“Aku akan menjamin sebuah rumah di dasar surga bagi orang yang meninggalkan debat meskipun dia berada dalam pihak yang benar. Dan aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta meskipun dalam keadaan bercanda. Dan aku akan menjamin sebuah rumah di bagian teratas surga bagi orang yang membaguskan akhlaknya.”
(HR. Abu Dawud dalam Kitab al-Adab, hadits no 4167. Dihasankan oleh al-Albani dalam as-Shahihah [273] as-Syamilah)
"Ah.. Ngomong apa
kamu tho bel?". Plak. Rasanya ingin menampar diri. Kamu sendiri masih belum bisa mengendalikan diri untuk tidak
berdebat :( Masih belum bisa menyampaikan sesuatu lewat jalan hikmah!
***
Tentang pertengkaran, yang diawali dengan diskusi biasa. Menghangat, kemudian tanpa disadari membakar. Mungkin lebih baik
tidak ada diskusi, jika sudah mulai terlihan percikan api kecil di tiap gesekan
perbedaan antara kita.
Mungkin lebih baik
sifatnya informatif saja. Saling menyampaikan apa yang masing-masing dari kita anggap
paling benar. Ribut di masing-masing wall untuk hal-hal yang tidak disepakati. Boleh saling tag, namun bila ada yang tidak disetujui, diam
saja. Atau jika mau menjawab atau mengomentari, lewat tulisan di wall diri juga
(isinya penjelasan, bukan pembelaan). Intinya.. Jangan berantem. :'( *feel so sad know that you're fighting each other.
Ya, lebih baik diam, diam dan diam.
Karena tak semua hal harus ditanggapi dan dikomentari. Terkadang kita memang
harus bersuara dan menyampaikan kekeliruan saudara kita. Tapi terkadang pula,
kita hanya harus diam dan mendoakannya, 'semoga Allah memberikan cahaya-Nya
kepada saudaraku.. Agar terang mana yang haq dan yang bathil di matanya.'
Terkadang,
tidak semuanya perlu dikomentari..
Lisan
boleh hening, namun hati jangan pernah hening mengingat Allah.
-Vina
Ayuningtyas-
Seperti hal-nya
Rasulullah saw, yang ketika berdakwah ke Thaif, beliau didustakan dan
dihinakan. :'( Namun, pilihan untuk menghancurkan kaum Thaif tidak diambilnya.
Beliau saw justru berdoa : "Ya Allah, tunjukkanlah kepada kaumku (jalanMu yang lurus), karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui"
Maka sungguh, saat
sudah saling menyampaikan dan masih menemui perbedaan. Jangan dilanjutkan
dengan debat dengan maksud untuk menghancurkan pendapat mereka. Kiranya cukup
kita memaklumi mereka, bahwa mereka hanya belum tahu, belum mengerti. Kemudian
mendoakan mereka. Ah, mungkin lebih tepatnya mendoakan diri dan juga mereka.
Agar Allah memberikan cahaya-Nya kepada kita.. Sehingga teranglah mana yang haq
dan mana yang bathil.
Wallahua'lam.
nga setuju sama apa ni? :)
ReplyDeletetentang pro-konta demokrasi. pro-kontra masuk ke sistem.
ReplyDelete