Follow Me

Wednesday, January 25, 2012

Orangtua, Aku, dan Keinginan Kami

January 25, 2012 3 Comments
Bismillahirrahmanirrahim..

Ingin menjawab pertanyaan seseorang, tentang melanjutkan sekolah.. tentang restu orang tua..

Ketika kita sudah menduduki kelas 12 alias kelas 3 SMA, akan ada konflik yang muncul dalam hal pemilihan sekolah selanjutnya, baik itu jurusan maupun universitas. Dan kebetulan, aku juga mengalaminya.*.

Sebuah hal yang wajar, ketika pedapat kita berbeda dengan pendapat orang tua. Pola pikir antara kita dan orang tua itu sangat berbeda, dari segi usia, pengalaman, latar belakang orangtua, dan lain-lain. Akan ada saatnya, pendapat yang berbeda ini.. tidak lagi sekedar sesuatu yang lantas diacuhkan. Karena perbedaan ini, suka tidak suka, sadar tidak sadar menciptakan jarak antara kita (baca: anak) dengan orangtua kita.



Tapi, dari perbedaan pendapat yang ada.. ada beberapa poin yang perlu kita perhatikan sebagai anak :

Mengharap Kebaikan Kita

Percaya deh.. apapun pilihan orang tua kalian saat ini. Apapun keinginan mereka, agar kita sekolah di universitas X atau di jurusan Y.. Apapun, yakinlah itu semua karena mereka mengharapkan kebaikan untuk diri kita. Untuk anak-anaknya. Tak ada sedikitpun.. tak secuilpun perasaan ingin membuat diri mereka bahagia. Sungguh, tak ada yang lebih menggembirakan bagi mereka kecuali melihat anak-anaknya berbahagia.

Diskusi Bukan Berdebat

Agar, perbedaan pendapat dapat diminimalisir dampak negatifnya.. perlu ada komunikasi yang baik antara anak dan orang tua. Komunikasi itu penting. Tapi di sini, komunikasi bisa dilakukan dalam bentuk diskusi, atau sharing. Bukan dalam bentuk perdebatan, bukan! Sampaikan.. uneg-uneg dan informasi-informasi yang ingin kalian bagi ke orang tua agar mereka menyetujui pendapatmu. Lalu jika, orang tua kita kemudian mencoba menyanggah pendapat kita, mencoba "menghancurkan" argumen kita.. jangan lantas di debat. Cobalah dengarkan. Atau kalaupun memang tidak bisa mendengarkan, cukuplah kalian diam. Hargai orangtua yang sedang berbicara. Insya Allah, dengan begitu.. setidaknya perbedaan pendapat yang ada tidak merusak hubunganmu dengan orangtuamu.

Buktikan! Jangan Hanya Janji

Kalau tipe orang tua kita adalah tipe yang dominan, yang benar-benar seolah tidak mau mendengarkan penjelasan kita. Maka tinggalkan cara lisan. Tapi bertindaklah, buktikan. Be a good daughter/son for your parents. Bukan sekedar akting, tapi benar-benar sepenuh hati. Buktikan.. kalau kalian bisa kok, menjadi anak yang penurut. Yang tidak suka menyanggah pernyataan orang tua.

Buktikan. Kalau kamu ingin masuk universitas atau jurusan yang berbeda dengan keinginan orang tua, masuklah dulu. Daftar, tes.. dan lihat pengumuman. Ketika keinginanmu bukan lagi sekedar pendapat dari lisanmu, insya Allah hati orang tuamu akan luluh. Kemudian memperbolehkanmu untuk menempuh jalan yang kau mau.

Manusia Berencana, Allah Menentukan

Tidak ada yang tahu, apakah pendapatmu lebih baik dari pendapat orang tuamu. Tidak ada yang tahu kecuali Allah. Maka setelah rencana-rencana indah yang kita rancang, bertawakallah.. Serahkan semua pada Allah, istikharoh kalau perlu. Lalu hayati doanya. Agar jika memang hal tersebut baik maka didekatkan dan bila buruk maka dijauhkan darimu.

Terima dengan ikhlas takdir yang tertulis. Jangan mengeluh, percayalah.. apapun ketentuannya nanti. Itulah yang terbaik untukmu. Allah Maha Adil :)

Wallahu'alam. Semoga bisa membantu^^

*Orangtuaku sebelumnya tak pernah setuju kalau kulanjutkan sekolah ku di luar kota purwokerto tanpa pengawasan dari saudara. Hampir tidak mendaftar snmptn undangan - bidikmisi karena masalah perbedaan pendapat. Diterima di ITB lewat undangan. Dan akhirnya, orang tua memberi kepercayaan padaku untuk bersekolah di ITB.

Tuesday, January 24, 2012

Pagi :)

January 24, 2012 0 Comments
Bismillah :)

Today.. hari pertama kuliah di semester ini. Ada banyak asa yang melambung. Ada "ketakutan-ketakutan". Ada rencana. And many things fulfilling my heart. And I can't do nothing but pray.

Semoga Allah berkenan menjadikan semester ini lebih baik dari semester sebelumnya. Semoga Allah berkenan membantuku dalam setiap kerikil, persimpangan dan segala aral melintang yang nanti kuhadapi di semester ini. Coz nothing I can do without Your help. Laa haula wa la quwwata illa billah..

Let's start today with a smile :) from your heart, then see how the world and everything's around you smile to you too.. Semangat! Jia you! Aja, aja!



Saturday, January 21, 2012

Rencanaku dan Ketentuan Allah.. Insya Allah.

January 21, 2012 0 Comments
Bismillahirrahmanirrahim :)



I don't know exactly what to say. Well benar adanya kalimat ini : manusia berencana, Allah yang menentukan. I just do prove that sentence. Dan rencana ini, dan ketentuan Allah.

Jujur, memiliki rencana yang kemudian tak jadi terlaksana karena memang bukan ketentuan Allah, sedikit banyak memberiku perasaan tak sedap. Yah, namanya juga manusia. -.- oke hentikan alibi ini. Lepas dari manusia, kita (terutama aku) sering kali merasa rencana kita, mimpi-mimpi kita, harapan-harapan kita adalah yang terbaik. Yes it is! Bukan kah begitu? Ketika aku berencana, misalnya saja ingin pergi ke suatu tempat besok kemudian esoknya itu tak terjadi. Pasti ada rasa-rasa tak bernama di sini. Kemudian munculah keluhan, kemudian mulailah kita menyalahkan apa saja yang bisa disalahkan.

Tapi terlepas dari rencana-rencana kita.. Dan rasa tak enak yang dikecap kala rencana itu kandas sebelum menjadi kenyataan. Lepas dari semua itu, kita tidak boleh lupa : life is unpredictable. Yes.. Itulah warna-warninya hidup. Itulah sensasinya hidup. Kau tak tahu, apa yang akan terjadi tahun depan, bulan depat, hari esok, bahkan beberapa detik kemudian. Ya.. kau bisa menebaknya, atau berencana.. But still can't say it for sure you will. :) That's why, you should say Insya Allah.

Hmm... :) Ah. Mungkin kejadian rencana ku dan ketentuan Allah yang berbeda malam ini adalah teguran dariNya. Iya.. aku percaya, Allah sedang ingin mengingatkanku, agar lebih hati-hati dalam berucap. Agar kata "Insya Allah" selalu mengikuti tiap rencana yang kuucapkan. Karena rencanaku, tak pernah menentukan apa pun.. kalau Allah tidak berkehendak. Ia hanya rencana. Sekalipun hanya lima menit yang akan datang. Karena tidak ada yang tahu kapan Malaikat Izrail akan menyapa.

:) Segala puji hanya untukMu Ya Allah.. Pemilik segala hati. Ampuni aku atas kelalaianku. Insya Allah, dengan izinMu Ya Allah.. aku akan berusaha memperbaiki diri. Agar tak lupa membubuhi "Insya Allah" di setiap ucapan yang bermakna rencana.

Friday, January 20, 2012

Something Left II

January 20, 2012 0 Comments

Aku terisak dalam tangisku, saat tiba-tiba sebuah sentuhan lembut menyentakku. “Esta?” suara kak Tania membangunkanku. Aku terjaga dari tidurku, masih terisak, walau tanpa air mata. “Kenapa sayang? Mimpi buruk?”, Kak Tania terlihat khawatir. Aku hanya menjawab dengan anggukan kecil. Aku belum bisa meredakan sesenggukan tangisku saat Ka Tania pergi mengambilkanku air putih. Mimpi tadi begitu nyata tergambar. Penyesalan ini begitu dalam merasuk, menggedor-nggedor pintu hatiku. Kenapa kau tinggalkan?
***
Mentari pagi tersenyum malu-malu, mengintip dari balik awan. Sungguh cuaca yang indah bagiku, yang memang tidak begitu suka terpapar teriknya sinar mentari. Apalagi jam 10 nanti, akan ada foto angkatan untuk buku kenangan sekolahku. Aku menggumamkan syukur di bibir, teringat karunia yang sudah Allah swt berikan padaku, dan sekolahku. Tidak cukup lulus 100 %, sekolahku juga meraih peringkat pertama di provinsi jawa tengah karena nilai rata-rata ujian nasional tertinggi pertama untuk jurusan IPS dan tertinggi kedua untuk jurusan IPA.
Kurapikan seragam putih abu-abu ku, bisa jadi hari ini hari terakhir seragam ini kukenakan ke SMA tercinta. Sedang asik mematut-matut diri di depan cermin, tanpa sengaja mataku terarah ke gaun putih tulang yang tergantung tak jauh dari tempatku berdiri. Dengan ragu, aku mendekat.. lalu meraba detail demi detailnya. Aku menggeleng pelan. Bismillah.. kuatkan aku Ya Rabb.. dalam memegang teguh keputusan ini.
***
Bukan hal yang mudah ketika aku harus meniti jalan yang sepi, yang jarang dilalui orang. Padahal aku terbiasa lewat jalan tol yang mulus-mulus saja. Sekarang aku harus mengambil jalan yang lebih terjal, yang berkerikil.. yang kebanyakan orang enggan menempuhnya. Bukan. Bukan karena mereka tidak mau, tapi lebih banyak karena mereka tidak mau tahu.
Jarum jam tanganku masih menunjukkan pukul 9 lebih 15 menit. Sekolahku masih sepi oleh siswa kelas 12 yang hendak berfoto bersama. Aku merutuki diriku yang memang seringkali datang terlalu awal. Kulangkahkan kakiku ke mushola hijau yang letaknya agak terpencil di pojok barat daya sekolahku. Aku teringat, pagi ini aku belum sholat dhuha. Aku tersenyum sendiri, mengingat dulu.. hampir semua siswa kelas 12 mendadak jadi rajin sholat dhuha. Termasuk aku, yang tadinya jarang sekali menginjakkan kaki ke dalam mushola ulul albab, karena letaknya yang jauh dari kelas. Ah. Mungkin lebih tepatnya karena aku saja yang malas, jarak ini hanya alibi.
Ditikungan menuju mushola, kurang lebih 1 meter lagi aku harus berjalan.. sesosok yang kukenal tiba-tiba muncul. Aku tersentak. Menghentikan langkahku. Debar ini tak menentu, saat yakin kalau sosok itu adalah Andi. “Tidak, tidak. Stay calm, stay calm!” bisikku dalam hati, menenangkan diriku yang hendak salah tingkah. Aku tundukkan mataku, berpura-pura tidak melihatnya.
“Esta!” sapa Andi. Mau tak mau aku tegakkan pandanganku. Lalu menyengir, balik memanggil namanya.
“Esta...” Andi seolah ingin memulai percakapan. Aku belum siap.
“Sorry Ndi, aku buru-buru.. Esta duluan ya..” potongku cepat. Kemudian berlalu meninggalkan dia yang masih terpaku, entahlah mengapa.
***
Aku sudah menyelesaikan sholat dhuhaku, namun entah mengapa aku enggan bergeming. Hanya duduk bersila dengan mukena melingkupi tubuhku. Sekelebat bayangan pertemuan tak terdugaku dengan Andi membuatku menggeleng-geleng keras.
Hm. Aku tahu ia tadi hendak menagih jawabanku. Tapi sungguh aku belum siap menjawabnya. Aku masih ingat sekali pintanya waktu itu.. ah, aku sendiri separuh tak percaya ia memintaku menjadi pasangannya di malam promnite. Beruntungnya diriku, ucap teman-temanku. Siapa yang tidak ingin menjadi pasangan prom nite seorang Andi, ketua OSIS yang prestasinya cemerlang, wajahnya pun lumayan. Ahhhh... kuusapkan wajahku dengan tanganku.
Tidak. Tidak. Tidak.
Kuberanikan diri mengetik 5 huruf itu : tidak. Cepat-cepat kukirim ke nomer handpone andi di phonebook-ku. Aku tak ingin ada hal yang menggoyahkan keputusanku. Aku tak mau meninggalkan hatiku, seperti mimpi buruk semalam. Tidak terimakasih. Aku tidak ingin terlambat dan menyesal.
Tak sampai lima menit, Andi membalas pesanku. ‘Maksudnya?’. Aku tertawa dalam hati. Jelas saja Andi tidak mengerti maksudku. Memang apa arti dari sebuah kata ‘tidak’. Lalu dengan perasaan lebih ringan, ku jelaskan maksudku. Tak lupa kuucapkan maaf dan terima kasih. Aku tersenyum. Aku tahu ini keputusan yang tepat.
***
“Eh, ini masuk ke anak-anak atau dewasa Din..” terdengar  suara seorang  siswi di sebelah mushola, tepatnya di sekretariat ROHIS sekolahku. Kulihat di bagian atas pintu sekre ROHIS yang agak terbuka. Akhwat. Sebuah papan yang menginformasikan orang luar siapa yang sedang di dalam sekre, akhwat (perempuan) atau ikhwan (laki-laki). Aku yang sedang menali sepatu, tertarik  untuk mengintip, ups.. seseorang menangkap  bayanganku.
“Esta bukan?” tanya-nya. Akhirnya kuberanikan diri menengok ke dalam. Kulihat empat siswi berkerudung sedang mensortir pakaian.
“Untuk apa nih? Bakti  sosial?” tanyaku asal. Mereka mengangguk.
“Boleh bantu nggak?” tanyaku ragu.. lalu satu demi satu menjawab dengan ramah, intinya : tentu saja boleh. Agak kagok, aku ikut dalam kesibukan mereka. Ikut tertawa, setiap kali mereka kebingungan mengklasifikasikan baju dewasa yang modelnya memang  ’kekecilan’. Aku malu sendiri, kalau ingat aku seringkali berpikiran tidak-tidak pada mereka. Aku kira, aktivis rohis hanya mau berteman dengan  aktivis rohis. Atau, minimal-minimalnya berteman dengan mereka yang sudah berjilbab. Maklum, aku hanya mengenal satu orang dari mereka : Dinda. Ternyata, mereka sangat ramah pada siapapun. Termasuk aku yang belum berjilbab.
***
“Siap! Tiga.. dua.. satu..” Klik. Klik. Beberapa sinar flash disambut meriah oleh senyum kami. ya
“lagiii.... ” seru sebagian besar siswa. Haha J aku tersenyum bahagia.  Beginilah teman-teman seangkatanku -termasuk aku- kalau sudah berhadapan dengan kamera. Foto ini, akan menjadi salah satu pengingat ketika kami sudah lulus dan terpisah satu sama lain. Meniti jalan masing-masing. Mungkin ada beberapa yang sama atau satu jalur, namun lebih banyak yang akan menempuh jalur yang berbeda. Cita-cita kami bagai pelangi, tak satu warna namun tetap satu tujuannya menghias langit biru.
Setelah asik berfoto ria, kami lalu membuat lingkaran-lingkaran yang lebih kecil berdasarkan kelas. Dito, ketua kelas kami membuka pembicaraan. Cowok bekulit hitam manis dan berkacamata itu menjelaskan beberapa pengumuman terkait beberapa acara terakhir di sekolah yang bisa kami ikuti. Ada tasyakuran yang diselenggarakan ROHIS, malam perpisahan atau biasa dikenal dengan sebutan ‘prom nite’ yang diselenggarakan OSIS dan acara wisuda yang diselenggarakan oleh sekolah secara resmi.
“Ada yang mau ditanyakan?” tanya Dito sembari membetulkan letak kacamatanya. Beberapa tangan terangkat, dan satu demi satu pertanyaan mengenai promnite dan acara wisuda mengalir. Aku hanya menyimak dengan tenang. Sesekali mengulangi jawaban Dito karena teman-teman dibelakangku tidak mendengar dengan jelas jawaban dari Dito.
“Oke, karena nggak ada pertanyaan lagi. Kita sudahi ya. Makasih atas kehadirannya dan partisipasinya. Kalau ada pertanyaan lagi tentang informasi yang tadi sms ke nomer ponselku aja ya. Sudah punya semua kan?” tutup Dito.
“Belum” koor teman sekelas kompak. Hanya ingin meledek Dito. Karena setiap dia bicara sesuatu di depan kelas, dia tidak pernah lupa promosi nomer ponselnya. Dan kami pun bubar jalan tanpa hormat.
Baru beberapa langkah aku meninggalkan kerumunan siswa siswi angkatanku, sebersit keheranan muncul. “Kenapa tadi nggak ada yang tanya tentang tasyakuran ya?”. Bukankah tadi kata Dito, tiap kelas wajib memberi sumbangan dalam bentuk buku, pakai bekas, atau uang? Kenapa tidak ada yang tanya kapan pengumpulan terakhirnya? Kenapa pula, aku tadi tidak bertanya? Pertanyaan demi pertanyaan silih berganti di otakku. Membuatku memutuskan untuk mengambil ponsel dan menulis sebuah pesan singkat ke Dito.
Tak tik tak tik, suara keypad terdengar jelas. “Dimana sih?” batinku. Kupukul dahiku pelan. Ah! Aku kan tidak pernah menyimpan nomer ponsel Dito. Aku menghela nafas pelan. Kemudian merutuki kebodohanku.
***
“Hush!” Dinda menatap seorang akhwat bernama Ika. Menegurnya, agar berhenti mengeluh. Ini untuk kedua kalinya, aku membantu anak-anak ROHIS untuk mempersiapkan acara tasyakuran. Kali ini aku sudah tidak sekaku sebelumnya. Kulihat wajah Ika yang kini dilipat, berusaha untuk tidak meluapkan kemarahannya lewat kata-kata.
“Memangnya kalau untuk acara Prom Nite, Ika tahu sekolah menyediakan dana berapa?” tanyaku pada Ika. Tadi dia memang misuh-misuh mengenai dana dari sekolah yang menurutnya sangat kecil.
“Ika sih tidak tahu secara pasti, tapi kemarin Ika dengar dari panitia.. Prom Nite tahun ini rencananya akan menghabiskan paling tidak 80 juta rupiah.” Jawab Ika. Lalu menegaskan kembali kata delapan puluh juta rupiah, sampai sekali lagi.. Dinda kembali membuat Ika terdiam dengan jurus ‘hush’-nya. Dan sekre ROHIS pun kembali lengang. Kami kembali sibuk pada kegiatan masing-masing, ada yang menyortir pakaian, menyortir buku-buku sampai yang menghitung uang.
Aku terpekur. Memikirkan kembali kata-kata Ika. Miris sekali rasanya, mendengar bahwa tahun ini rencananya 80 juta rupiah akan dihambur-hamburkan secara percuma hanya dalam satu malam. Kenapa aku baru sadar sekarang, dulu.. tak pernah sama sekali terbesit di otakku, kalau acara promnite yang menjadi ‘hotnews’ kelas XII memiliki berbagai sisi negatif.
Delapan puluh juta, kalau saja uang sebanyak itu dibagikan saja kepada mereka yang lebih membutuhkan pasti jauh lebih bermanfaat. Air mataku mengambang dipelupuk mata. Ada rasa syukur yang menggunung di benak. Terimakasih ya Allah, yang menakdirkanku untuk tanpa sengaja berada dalam percakapan tadi.
***
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan.” QS. Yunus [10] : 12
Sungguh aku telah meninggalkan hatiku, kalau kubiarkan setelah diberi nikmat, aku justru mengingkarinya. Hatiku pasti sudah tertinggal Ya Rabb, kalau kubiarkan aku mendekat saat sedang butuh, kemudian diberi nikmat malah melenggang pergi menjauhiMu.


*ini sekuel kedua dari cerpen Something Left yang kata beberapa orang terlalu singkat. :) Semoga bermanfaat.

Thursday, January 19, 2012

Berbagi Tanpa Dana, Bisa?

January 19, 2012 0 Comments
Bismillah..



Berbagi, artinya membiarkan orang lain ikut merasakan yang pernah kita rasakan. Misalnya kita punya cemilan nih, kita pengen yang lain juga ngerasain enaknya cemilan yang kita punya. Maka kita membaginya. Itulah berbagi.

Berbagi adalah hal yang identik dengan uang atau materi. Iya nggak sih? (jangan bilang enggak?). Yah, asumsikan saja begitu.. Ingin berbagi tapi nggak punya banyak uang? Nih, ada sedikit tips.

Tanpa uang, kita masih bisa berbagi kok..

Berbagi Ilmu atau Kepintaran

Yup. Kalau berbagi yang satu ini memang tidak memerlukan dana yang banyak. Modalnya hanya otak, mulut, dan kemauan kita untuk berbagi. Punya keahlian atau kepintaran di suatu bidang, ayo bagikan! :) Berbagi ilmu dan kepintaran tak akan mengurangi milik kita, justru tanpa kita sadari ilmu kita akan bertambah karena berbagi. Percaya nggak? Karena ketika berbagi, sebenarnya kita sedang belajar lagi.. learning by doing, learning by teaching..


Berbagi Keceriaan


Cukup dengan sebuah senyum, kamu bisa berbagi keceriaan kepada semua orang. Orang yang lagi suntuk di sekitarmu pun, insya Allah akan membalas senyummu. Senyumnya diusahakan dari hati ya.. jadi kalaupun kau temui seseorang yang tetap "nyebelin" meskipun kamu udah senyum, kamu tidak lantas menjadi ikutan sebel.

Selain lewat senyum, berbagi keceriaan juga bisa dilakukan dengan cara menghibur teman yang sedang sedih. Menyemangati teman yang sedang putus asa. Inti dari berbagi keceriaan adalah let the world around you feel your happiness. Agar sekalipun hujan deras mengguyur kotamu, atau teriknya matahari menyengat kotamu.. kamu dan orang-orang di sekitarmu masih bisa tersenyum dan mensyukuri cuaca hari ini.

Berbagi Tips atau Nasihat


Punya tips jitu tentang sesuatu? Jangan di simpan sendiri! Bagikan! Percaya deh, pasti menyenangkan rasanya mendapat tips baru dari temen. Dan insya Allah, seperti itu juga yang akan dirasakan temanmu kalau kamu mau berbagi tips yang kamu punya. But still.. bagi-bagi tipsnya dalam hal kebaikan ya, jangan bagi-bagi tips nyontek, hehe :). Itu mah, bukannya nolong, tapi menjerumuskan.

Selain tips. Kamu juga bisa berbagi nasihat untuk temen-temen kamu yang punya masalah tapi nggak tau gimana nyelesaiinnya. Berbagi nasihat pada teman yang mungkin sedang menelikung, tidak lagi berjalan di jalan yang seharusnya (baca : temen yang melakukan kesalahan atau kekhilafan). Jangan takut dibilang sok bijak, sok dewasa, dan sok-sok lainnya. Asalkan niatmu tulus, dan cara menyampaikannya baik. Nanti temanmu akan menyadarinya kok, walau mungkin tidak langsung saat itu juga. Rasulullah saw juga memerintahkan kita untuk saling menasihati. Lumayan kan.. sunnah, dapet pahala tuh. :)

See? Kita bisa kan, berbagi tanpa mengeluarkan doku. Jadi, tunggu apa lagi. Jangan pikir dua kali untuk berbagi. Mari berbagi!

Wallahu'alam..

NB : tips ini aku ambil dari artikel ku waktu SMA. Mungkin isinya tak seberapa, tapi kupikir ketika aku berniat untuk berbagi.. sedikit itu lebih baik dari pada tidak sama sekali.

Kehilangan

January 19, 2012 2 Comments
Bismillahirrahmanirrahiim :)





Hari itu, aku seperti kehilangan ide bagaimana ekspresi kehilangan yang pas untukku.
Baru kemarin, ya sepertinya baru kemarin aku kehilangan buku catatan biruku. Baru kemarin rasanya aku ingin menangis mengetahui ia tak dapat kutemukan ditempat yang kujangkau. Baru kemarin, aku rela shubuh-shubuh menerobos sunyi menuju mushola GKU Timur demi memenuhi egoku. Baru kemarin, aku menggerutu betapa aku ceroboh dan betapa aku bodoh, entah lupa atau memang sengaja, buku itu memang tak beridentitas, walau separuh lebih halamannya sudah penuh sesak oleh tinta.

Hari itu, kembali kutemukan arti kehilangan, merengut senyum.. walau tak tahu pasti harus kuganti senyum ini dengan apa. Aku kehilangan handphone-ku, handphone pertama ku, dan segala hal yang ada di sana. Foto-fotonya, sms-smsnya, note-notenya, reminder dan agenda di kalendernya, aplikasi-aplikasinya, semuanya. Raib begitu saja, tak dapat lagi ku kejar, ia pergi tanpa meninggalkan jejak. Dan aku, tak tahu harus berekspresi apa pada dunia.

Kurang lebih seperti itu, gambaran kejadian lampau yang membuatku berpikir dan mencoba menuangkan gagasan ini di sini. Sebuah kehilangan membuat kita untuk menentukan dua pilihan besar, yang pertama meratapinya.. yang kedua mengikhlaskannya.

Pilihan pertama, akan menggiring kita pada perasaan yang menyesak dada. Iya, memang benar, rasanya tidak enak kehilangan sesuatu, entah itu barang maupun orang yang kita rasa milik kita. Apalagi kalau kita sudah kadung (baca: terlanjur) sayang dan merasa nyaman olehnya. Maka setelah kehilangan, akan hadir penyesalan terus-menerus, menyalahkan sesuatu atau diri sendiri. Meratapi, yang muncul selanjutnya adalah kata-kata 'andai saja', 'coba kalau', dan conditional sentence lainnya.

Sedangkan pilihan kedua, kita mengikhlaskannya. Merelakan ia pergi, karena toh memang tak ada di dunia ini yang benar-benar milik kita. Mengikhlaskan sesuatu yang hilang berarti, kita tidak kembali mengungkit-ungkit kejadian horrible itu, tidak menyalahkan keadaan ataupun diri sendiri. Bukan berarti kita tidak sedih. Adalah hal yang wajar kita merasa sedih ketika kehilangan sesuatu yang kita pikir milik kita. Tapi pilihan kedua ini, berarti kita rela terhadap ketetapan Allah. Kita pasrah, karena Allah-lah pemilikNya.

Ayo.. kita belajar ikhlas. merelakan sesuatu yang hilang dari sisi kita, agar hati kita lebih lapang dan bukan sesak karena terus mengingat-ingatnya. Aku pun masih belajar. Ayo.. kita harus yakin, ada banyak hikmah yang kita petik dari kejadian tersebut.

*I wrote that article above on 8th of October 2011. It's the matter of loosing my cellphone. Well I have my new one, with the old cellphone number still. About loosing something, I surprised that my blue note came back to me. No, I didn't leave it in GKU Timur. It was left in Salman. And, someone picked and saved it for me. Thank you :)

Wednesday, January 18, 2012

Facebook. Sebuah Muhasabah Diri.

January 18, 2012 2 Comments
Facebook. Twitter. Y! messenger. Apalagi? Sebut saja semua jejaring sosial yang sedang digandrungi remaja sekarang. (i included one of them). Berapa jam kita menghabiskan waktu kita untuk itu? Ya. Aku terkesiap dan tersentak membaca sebuah tulisan singkat dan padat :
WHICH BOOK DO YOU GIVE MORE TIME?
lalu dua buah gambar disandingkan, facebook kah? atau al qur'an?

Ada sesuatu yang mengetuk hatiku. Lebih tepatnya menggedor hatiku. Ingin menangis rasanya. Mengingat selama ini, aku belum bisa memanage waktuku dengan baik. Lebih-lebih, merasa bersalah karena lebih sering meluangkan waktu untuk buku yang satu itu ketimbang Al Qur'an yang demi Allah lebih mulia kedudukannya, yang demi Allah lebih banyak memberi manfaat.

Do you feel the things that I feel? Perasaan bersalah ini mengundang pertanyaan-pertanyaan lain yang tak mudah di jawab olehku.
- bisakah setidaknya kuseimbangkan waktu ku untuk kedua buku di atas?
- bisakah sesering kubuka akun facebook/twitter ku, sesering itu pula ku baca ayat-ayatNya?
- kalaupun bisa.. bisakah? aku membaca Al Qur'an sepenuh hati? Seperti saat aku asik ber-jejaringsosial-ria hingga tak mau di ganggu
- bisakah aku, lebih banyak mengambil manfaat daripada mudhorot dari jejaring sosial yang aku ikuti?

Sanggupkah? Bisakah?
Jujur, pertanyaan di atas membuatku berpikir untuk menutup akun facebook-ku saja. Atau setidaknya, membukanya hanya di saat-saat mendesak. Dan aku yakin, akan ada sebagian orang tidak setuju dengan pendapatku. Mungkin bagi mereka, aku terlalu berlebihan.

Perlu diketahui, sebagian diriku juga berkata demikian. "Tapi kan," begitu sanggahnya. Bukankah segala sesuatu memang memiliki sisi positif dan negatif. You can't only see from one side. Jika kau bisa memaksimalkan sisi positifnya, kenapa tidak? Bukankah dengan facebook, kau bisa :
-mendapatkan banyak informasi
-menjalin komunikasi yang lebih baik
-mengeratkan tali silaturahim
-membaca note-note atau status-status yang bagus
-amal ma'ruf nahi mungkar
-berbagi ilmu
-dan masih banyak hal positif lain yang bisa kau lakukan.

Justru itu masalahnya! I'm not sure, I do. Well, setidaknya untuk saat ini dan nanti.. saat aku merasa sudah bisa melebihkan waktu ku untuk al qur'an. Aku ingin rehat sejenak dari facebook. Akan lebih jarang log in, ketimbang sebelumnya. Bismillah. Semoga ini mempermudah jalanku menggapai salah satu mimpiku. Semoga. :)

Which book do you give more time ?

















#Segala Puji Hanya UntukMu Ya Allah.. Alhamdulillah :) Untuk teguranMu. Bantu aku Ya Rabb..
#Terimakasih. Untuk ia, yang lewatnya.. aku membaca pertanyaan tadi. hingga tersentak dan sadar.
#Maaf untuk semua teman dan kerabat. I'm not good in communication. Maka saat sms jarang ku balas, atau kubalas dengan rentang waktu yang keterlaluan. Dan ditambah lagi, facebook yang jarang ku buka. Tak ada maksud hati untuk memutus tali silaturahim. Sungguh tidak. I'm just not good at this.
#Mencoba aktif di blog. Karena di sini, I can do nothing but writing (my own blog) or reading (others's blog)

Kumpulan Kata

January 18, 2012 0 Comments
Hanya kumpulan kata. It may sounds weird for you. But it will be usefull for me, someday.





Hidup, menangis, berjalan, berlari, terjatuh, bangkit, meloncat, menunggu, menuli, mati
Pilihan, warna, senyum, rasa, cinta, label, kebohongan, lagu, hujan, air
Indah, ramah, tawar, berat, ringan, sakit, bersih, tinggi, dangkal, tajam
Aku, dia, kamu, kita, kami, mereka, kalian, itu, ini, semua

temukan hubungan kata di atas! Hehe :) Just kidding. They aren't linked yet, I'll make them linked. Tunggu saja. #sokmisterius

Wednesday, January 11, 2012

SMA Negeri 1 Purwokerto

January 11, 2012 2 Comments


Sebuah nama sekolah menengah di kota Purwokerto – Jawa Tengah – Indonesia. Sebuah sekolah, tempatku dulu mengenal dunia putih-abuabu. Sebuah rumah kedua bagiku, 1 semester yang lalu. Sebelum aku menjadi mahasiswa ITB.

Mungkin SMA N 1 Purwokerto tidak terlalu populer di Indonesia. Tapi tetap saja, bagiku ada perasaan miris saat tak menemukan nama SMA N 1 Purwokerto, di daftar asal sekolah yang harus kuisi dalam rangka membuat akun di web masukitb.com
Just want to tell anyone, that there’s such an annoying feeling inside knowing that fact.
Aku tidak tahu pasti, faktor apa yang menyebabkan hal tersebut di atas. (afwan, don’t want to say it)
Tapi setidaknya, perkenankan saya memperkenalkan asal sekolah saya di sini.

SMA Negeri 1 Purwokerto, sebuah sekolah yang terletak di Jalan Gatot Soebroto No. 73. Salah satu sekolah menengah favorit di kota Purwokerto. Tetangga sekaligus rival tetap SMA Negeri 2 Purwokerto.
Sekolahku memang bukan sekolah yang luas, namun keterbatasan lahan.. tak kemudian menjadikan sekolah ini kecil. Fasilitas cukup memadai. Sebuah lapangan serbaguna, sebuah aula (atau biasa kami sebut bangsal), beberapa kelas (sewaktu aku kelas 12, ada 29 kelas), mushola, ruang karawitan, kantin, ruang guru, ruang BK, Laboratorium, UKS dan fasilitas-fasilitas yang umumnya ada di sebuah SMA.

Di SMA N 1 Purwokerto, aku belajar banyak hal. Mulai dari pelajaran yang kudapati tiap aku duduk di kelas, sampai pelajaran yang aku dapatkan di kegiatan ekstra kulikuler dan organisasi sekolah.
Berbeda dengan sekolah pada umumnya, yang akan sepi menjelang jam 3 ke atas. SMA Negeri 1 Purwokerto tidak. Baik saat hari libur maupun hari biasa, sekolahku selalu ramai oleh berbagai kegiatan siswanya. Bahkan ada yang menyeletuk, ‘kalau saja gerbang sekolah tidak di tutup saat adzan magrib dikumandangkan, mungkin sekolah kita masih ramai sampai malam’. Ya, selain urusan akademik.. aku bersyukur bisa belajar mengenai kepemimpinan, tanggung jawab dan kawan-kawannya melalui organisasi di sekolahku.

Persaingan di sekolahku bisa dibilang cukup tinggi, semua anak berlomba-lomba untuk meraih prestasi yang baik. Tapi mereka tidak lupa untuk bersosialisasi dan mengembangkan bakat mereka di bidang lain. Fotografi (photobugs), Tari, Jurnalistik (suryakanta), Musik (karawitan, paduan suara, dll), Bahasa Inggris (ESCS), keilmuan (Costova), Pramuka, PMR, Olahraga (basket, futsal, gokashi, MP, dll), Kerohanian (ROHIS, PMK, dll), dan masih banyak lagi. Ada fasilitas, dan sebagian besar siswa SMA Negeri 1 Purwokerto tak mau menyianyiakannya.

Guru-guru di SMA Negeri 1 Purwokerto beraneka ragam karakternya, mulai dari yang kocak, sampai yang terkenal sangat serius. Mulai dari yang sangat friendly, sampai yang killer. Mulai dari yang masih muda, sampai yang sudah mau pensiun.

Well, it might seems so strange for you to imagine my senior high school. Or, you might feel it is not important for you to know how my school is. Entahlah, aku hanya ingin menuliskannya. Setidaknya, dengan menulis ini.. aku menghapus perasaan tak menentu ketika aku mengalami hal tersebut di atas.

Lulusan SMA N 1 Purwokerto yang kuliah di ITB? Jumlahnya memang tak seberapa jika dibandingkan dengan keseluruhan mahasiswa ITB. But, well there are. Tahun ku, ada 9 orang (STEI [2], SAPPK, SITH, FTMD, FTTM, FTI, FITB). Atau, pernah mendengar mahasiswa ITB ngomong ngapak? Hey, mungkin mereka salah satu dari Alumni SMA Negeri 1 Purwokerto.

Want to know more about SMA N 1 Purowokerto, klik di sini

Saturday, January 7, 2012

Holiday Plan ; Tulis dan Deklarasikan!

January 07, 2012 0 Comments

Bismillahirrahmanirrahim..

 

**It’s been dark outside. Time to take a rest. Tapi melihat tulisanmu (baca: tulisan seorang teman), aku tergelitik untuk menulis pula. Semangatmu, somehow menyentakku. Dan ini, bukti kecil bahwa getaran semangat itu sampai di sini. Congratulation :), untukmu yang merasa tulisannya belum bagus. Well actually you do better on writing then me. I mean it.**

Belakangan ini, jujur saja aku memang kehilangan ide -atau enggan mencari ide lebih tepatnya-, untuk menulis. Padahal aku punya waktu luang untuk menulis, it's still holiday (baca: liburan, somehow i hate see 'holiday' word).

Buatlah holiday plan! Kurang lebih itu kata seorang teteh yang kutemui beberapa hari sebelum aku pulang ke kampung halaman tercinta (baca: Purwokerto). Dan aku membuatnya, tapi hanya dalam gambaran yang kusimpan di memori otakku. Well di sana letak kesalahanku. Sebuah niatan, schedule dan apapun.. akan lebih dekat ke kenyataan kalau saja kau mau menuliskannya, lalu mendeklarasikannya pada orang lain. mengapa?

Menulis. Mengikat rencana, mimpi, atau apapun lewat tiap gores pena yang kau toreh. Sekali lagi, menulis.. dan bukan mengetik. Karena somehow, tulisan tanganmu lah yang akan menggerakkan hatimu untuk mewujudkan tulisan tadi, agar tidak sekedar menjadi tulisan. Tulisan membantumu memblok (baca : doing Ctrl+B) rencanamu, agar ia semakin kuat tertanam di otak dan hati. Dan satu hal yang tak kalah penting, ia mengingatkanmu kala kau lupa. Dan ketika rencana itu sudah terlaksana, ia bisa kau gunakan sebagai evaluasi dirimu. Sejauh mana kau mewujudkan rencana itu.

Mendeklarasikan. Ya, satu hal yang aku yakin bisa membantu kita dalam mewujudkan rencana kita. Deklarasi. We need it somehow, walau jujur aku seringkali enggan melakukannya. Deklarasikan. Ceritakan pada seseorang tentang rencanamu itu, tell someone.. somebody.. Kalau perlu tulis di blog, di facebook, di twitter, atau media deklarasi lainnya. Kenapa harus dideklarasikan? Deklarasi, yang pertama hampir sama seperti menulisan, ia memiringkan atau menggaris bawahi (baca: doing Ctrl+I or Ctrl+U) rencanamu. Maka rencana itu, semakin mengakar di otak dan hati. Kedua, ada orang yang akan bertanya dan mengingatkanmu tentang mimpi itu. Jadi setidaknya, ucapan 'gimana, katanya mau ..... (isi titik-titik di samping sesuai rencanamu)?' dari temanmu akan membuatmu ingat, kemudian malu kalau sampai rencana tadi tidak sampai diwujudkan.
Wallahu'alam.
Terakhir, -because it's been late for me to go to sleep-

I don't know exactly, whether it is too late for me to write a holiday plan or not. Entahlah. Aku hanya merasa, jika tidak segera kutulis. Aku kemudian akan berucap, "Ya Allah.. liburan aku ngapain aja?". Hiks. Jangan sampai. Naudzubillah..

**untuk semua temanku : belum buat holiday plan? Yuk buat saat ini juga, agar liburan lebih tertata, dan tak berlalu sia-sia. It's not too late! Sekalipun sudah terlambat, let's just beralibi ria : better late than never. :)