Follow Me

Wednesday, December 30, 2020

Makna Menyembah Setan

December 30, 2020 0 Comments

Bismillah.


QS. Ya Sin (36) : 60

(اَلَمْ اَعْهَدْ اِلَيْكُمْ يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ اَنْ لَّا تَعْبُدُوا الشَّيْطٰنَۚ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ)

Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah setan? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu

🌿🌿🌿


Banyak yang mengira, menyembah setan artinya melakukan ritual sembahyang pada setan. Padahal tidak begitu. Bisa jadi seseorang tidak ruku' dan tidak bersujud pada setan, tapi ia sejatinya masih menyembah setan.

Makna menyembah setan adalah mematuhinya, mengikuti ajakannya untuk melakukan hal-hal buruk dan bermaksiat kepada Allah.

Menyembah setan juga bermakna memilih mengikuti hawa nafsu dan mengabaikan ayat-ayatNya.

Allah memerintahkan kita untuk shalat, namun setan mengajak kita untuk menundanya dan meninggalkannya. Setan mengajak kita untuk tenggelam dalam dunia, sampai kita lupa dan lalai menjalankan kewajiban kita sebagai hamba Allah.

Allah memerintahkan kita untuk menjauhi zina, namun setan mengajak kita untuk main-main di batasan tersebut. Ia berbisik, tidak mengapa, cuma kerlingan mata, cuma satu kalimat candaan di forum maya berdua.

Allah memerintahkan kita untuk bersabar, namun setan mengajak kita untuk melampiaskan amarah. Kenapa harus diam, toh semua orang mengucapkan kata-kata kasar itu. Bukan hal buruk, semua orang melakukannya.

Menyembah setan maknanya mengikuti ajakannya, mematuhi was-wasnya, membuang rasa bersalah agar bisa bernyaman dengan dosa, tenggelam dalam tipuan dunia yang menyilaukan.

🌿🌿🌿

QS. Ya Sin (36) : 61

(وَاَنِ اعْبُدُوْنِيْ ۗهٰذَا صِرَاطٌ مُّسْتَقِيْمٌ)

"dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.”

Semoga kita tidak termasuk golongan manusia yang menyembah setan.

Mari hayati tiap ayat al fathihah dalam shalat kita. Bahwa kita, hanya menyembah Allah dan meminta pertolongan-Nya. Bahwa kita, benar-benar meminta agar diberi petunjuk ke jalan yang lurus.

Ihdinashshirathal mustaqim. Ihdinashshirathal mustaqim. Ihdinashshirathal mustaqim.

#GuidelightID #MyFirstGuidance #ShareTheLight #LightSeekers3.0 #SharingSessionWeek7 #Maryam #QuranSuratYasin




Allahua'lam. 

Sunday, December 27, 2020

Tidak Diundang

December 27, 2020 0 Comments

Bismillah.


Akhir tahun, sedang butuh banget tambahan booster imun iman. Harusnya sih proaktif dan bertanya terlebih dahulu. Toh yang membutuhkan diriku. Tapi aku sampai detik ini cuma diam. Masih 3 hari sebelum 2020 berakhir. Masih bisa sebenernya kalau mau bertanya, siapa tahu jodoh? hahaha. Sengaja banget milih kata itu, padahal ini gak ada hubungannya sama hal itu.


Lalu kemarin dapet kabar, kalau tgl 26-27 ini ada "agenda itu". Jujur saat pertama baca, udah kaya seneng gitu. Pengen dateng, ngecharge imun iman. Tanya kan, dimana agendanya. Trus dijawab, "ini agenda terbatas mbak, memang tidak untuk umum", disertai emoticon wajah tertawa dengan tangan menutup bibir. Seketika aku jadi kecewa, karena gak diundang.


Sebenernya, kalau diundang pun, gak mesti bisa hadir full. Mungkin kaya tahun kemarin, ga bisa nginep, cuma hadir dengerin materinya. Tapi kan, hadir dengerin materi aja buatku lebih dari cukup. Duduk bareng orang-orang shalih itu... perlu banget. Biar kecipratan harumnya iman mereka. Biar belajar dari pancaran khasyah di hati mereka.


Sebenernya aku paham betul, kondisi sedang seperti ini. Jadi wajar kalau undangannya terbatas, bukan untuk umum. Tapi aku gak bisa bisa bohong, dan gak mau juga pura-pura biasa aja. Sebagian hatiku kecewa dan sedih, karena gak diundang. Gak ada link yang bisa dibagikan kah? Jadi minimal yang ga dapet undangan hadir fisik, bisa dapet ilmunya juga? TT


Aku gak bisa pura-pura menerima saja. Maka setelah jawabannya, aku merespon, bahwa aku 2 tahun kemarin juga ikutan agenda itu. Dan aku pengen dan butuh dateng ke agenda semacam itu, di akhir tahun ini. Hmmmm.


Aku tahu aku tidak boleh begini. Tapi aku... sedih. Sedih mungkin bukan kata yang pas untuk menggambarkan perasaanku. Intinya, ada rasa nggak nyaman di sini, yang harus aku tuliskan. Bukan karena undangan yang terbatas, dan aku tidak mendapatkannya. Tapi lebih karena aku merasa sedang di titik rendah, dan butuh lebih dari sekedar forum online, dan aku belum menemukan solusinya. Rasanya, aku butuh seseorang yang secara langsung bertemu dan menyampaikan nasihat padaku. Nasihat tentang iman, tentang islam, tentang quran, tentang apapun...


Nulis ini, tetiba kalimat ini terlintas di otak. Jangan cari orang lain bell. Allah sendiri yang akan menasihatimu. Langsung. Kamu cuma perlu membaca firmannya, kemudian berdoa. Make a good conversation with Him, and you'll find that you actually don't need anybody but Him. *Maksudku.. tentu kamu butuh nasihat dari orang lain juga, Allah juga menyebutkannya di surat Al Ashr. Tapi kalau misal, waktu dan tempat dan kondisinya lagi tidak memungkinkan, seharusnya Al Quran cukup untukmu.


Jadi.. jangan sedih, jangan lagi kecewa. UndanganNya selalu terbuka untukmu.^^


Allahua'lam.

Tidak Ada Kezhaliman

December 27, 2020 0 Comments

Bismillah.


"Tidak ada kezhaliman?" ucapmu dengan mata berkaca-kaca, karena setiap matamu memandang sekitar kezhaliman begitu mudah kau temukan.

"Ya, pada hari itu, Allah berjanji tidak ada kezhaliman pada tiap jiwa." jawabku.

Tiupan sangkakala memang menghancurkan langit dan bumi. Mematikan semua makhluk-Nya. Tapi setelah itu, keadilannya ditegakkan.

Tiupan sangkakala berikutnya, manusia ibarat biji yang tadinya mati, kemudian hidup kembali. Berkumpul.

Dan Allah berfirman, QS. Ya Sin (36) : 54

(فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْـًٔا وَّلَا تُجْزَوْنَ اِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ)

"Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak akan diberi balasan, kecuali sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan."

Ada dua khitob di ayat ini. Satu kalimat, tapi bagian pertamanya ditujukan untuk orang-orang mu'min, sedangkan bagian kedua untuk orang kafir.

Di dunia, kita akan menemui banyak kezhaliman terutama bagi orang-orang yang berusaha berpegang teguh pada imannya. Kezhaliman tersebut berulang, tidak hanya terjadi hari ini, pada orang mukmin hari ini, tapi juga orang beriman di masa lalu.

Kita membaca kezhaliman ashabul qoryah di surat Yasin, atau kezhaliman ashabul ukhdud di surat Buruj. Sunnatullah tersebut berulang, bentuk ujian keimanan. Ujian untuk tahu, mana yang amalnya 'terbaik'.

Keadilan memang baru akan sempurna ditegakkan olehNya pada hari itu, tapi bukan berarti kita diam. Ada ikhtiar dan doa yang bisa kita lakukan. Buatlah perubahan, agar kebenaran menang, dan kezhaliman kalah. Jika perubahan besar terlalu sulit, lakukan perubahan kecil dulu, dari dirimu, dari sekarang.

Semoga pada hari itu, Allah masukkan kita ke dalam orang-orang mukmin, yang diizinkan memasuki jannahNya, yang diberikan kenikmatan mendengar salam dari-Nya dan memandang wajahNya. Aamiin.

#GuidelightID #MyFirstGuidance #ShareTheLight #LightSeekers3.0 #SharingSessionWeek6 #Maryam #QuranSuratYasin

Allahua'lam.




Wednesday, December 23, 2020

Lembar Refleksi di Buku "Pearls from Surah Yusuf"

December 23, 2020 0 Comments
Bismillah.

#buku #guidelight


Sebelum daftar guidelight id batch 3, aku terlebih dulu beli buku Pearls from surah Yusuf karyanya lightseeker 2.0

Jujur pas beli, aku ngerasa harganya terlalu murah kalau lihat dari kualitas bukunya. Trus pas denger penjelasan behind the scene-nya jadi paham. Oalah pantesan hehe. Anyway, bagian ini harusnya ga usah dibahas hahaha. aku hidden aja deh.

Belum beres baca bukunya sih, tapi alhamdulillah, dari dua bab yang udah aku baca, aku merasa puas banget. Banyak pelajaran dan hikmah baru yang aku dapet. Gaya kepenulisannya juga nyaman dibaca, gak terlalu kaku, tapi juga gak dibuat terlalu gaul seperti gaya tulisannya @quranreview. hehe. Sebenernya quranreview itu asik juga bahasanya, cuma lebih pas untuk milenial. Aku lebih suka gaya bahasa yang gak terlalu kaku, ngalir, suka juga yang puitis-puitis gitu hehe. Bahkan ga masalah kalau gaya bahasanya sesastra ustadz Salim A. Fillah. *jadi kangen baca buku beliau.

Btw, aku belum beli bukunya quranreview sih, semoga suatu saat bisa baca karyanya quranreview juga. Doain hehe.

***

Nah, di buku "Pearls from Surah Yusuf" ini, tiap akhir babnya ada lembar refleksi gitu. Selain dikasih white space untuk nulis refleksi personal, ada juga dua kotak terkait habit/kebiasaan yang ingin dibentuk dan hal-hal yang disyukuri.

Ini sedikit cuplikan lembar refleksiku terkait bab pertama buku Pearl from Surah Yusuf.



Lembar refleksi ini menurutku penting banget sih. Ibarat jadi waktu kita untuk mencerna bacaan. Kalau sebelumnya udah dapet nutrisi dari tulisan di bab tersebut, kini saatnya mencerna dan mengambil hal-hal personal yang menjadi refleksi, termasuk action plan/habit yang ingin dibentuk. Untuk hal-hal yang disyukuri, ini juga pas sih menurutku. Karena biasanya, ketika kita mendapat pengetahuan baru, pasti ada hal baru juga yang kita merasa, oh aku harus bersyukur tentang ini. Dan untuk bab pertama dari hikmah surat Yusuf, aku merasakan banget nikmatnya punya saudara yang baik dan saling menyayangi. It's unimaginable for me to be on Nabi Yusuf's shoes.

Oh ya, terlepas dari buku ini. Qadarullah meski belum bener-bener nonton seri Yusuf-nya Ustadz Nouman, pernah ada yang share gitu link yang episode berapa gitu. Dan itu bahas tentang jealousy, bahayanya, dan juga bagaimana setan bermain di situ untuk menyesatkan manusia. Jealousy di sini maknanya bukan sekedar cemburu yang normal ya, tapi yang sampai bisa jadi penyakit hati, dan sampai bisa membuat manusia melakukan usaha untuk mencelakakan orang yang dia cemburui tersebut. Dan kalau liat lebih luas, ini gak cuma bicara tentang jealousy antar saudara, tapi juga antar teman dll. Aku kepikiran tentang kasus bullying, yang awalnya bisa jadi karena cemburu/dengki. Semoga Allah melindungi kita, dan anak-anak kita dari senjata setan ini ya.

Trus jadi inget, kali ini penjelasannya dari @quranreview. Aku baru banget nyadar tentang habit memohon perlindungan yang ditunjukkan di Surat Yusuf dari penjelasan akun @quranreview. Jadi disebutin gitu, ada berapa ayat dalam surat Yusuf yang menyebutkan hal tersebut. Karena berulang, berarti itu adalah sesuatu yang menjadi kebiasaan. Qala ma'adzallah. *ada yang tahu berapa kali? aku lupa, dan belum hafalin surat yusuf juga.

Trus jadi keinget ayat lain, tapi ini Nabi Musa. *tapi nanti tulisan ini jadi kemana-mana hehe.

***

Sebelum tulisannya jadi ngalor-ngidul (arti: ke utara dan ke selatan, makna: kemana-mana) *barangkali ad ayang gak bisa bahasa jawa hahaha.

Anyway, mari kita tutup aja dengan kutipan dari buku Pearls from Surah Yusuf. Tulisan paling memorable dari 2 bab yang aku baca.

"Semua adalah rencana-Nya. Yusuf kecil tak tahu tentang rencana besar itu. Sama seperti kita, tak tahu tentang rencana besar apa yang Allah kehendaki untuk kita. Kira-kira, kebaikan apa saja yang ingin Allah berikan di masa depan lewat kesulitan yang kita rasakan sekarang? Entah.

Namun, Yusuf kecil percaya tentang janji Allah terhadap orang-orang yang berbuat baik. Sejak ujian pertamanya di dalam sumur hingga ujian-ujian hidup berikutnya, ia senantiasa berbuat baik.Jadi, begitu pula yang seharusnya kita lakukan, buikan? Mari percaya dan selalu berbuat baik. Semoga, kesulitan kita yang 'sejenak' ini, menjadi jalan untuk banyak kebaikan besar, di masa depan nanti. Semangat!"

- Putri Retno Pambayun, Lightseeker 2.0, dalam buku "Pearls from Surah Yusuf"

 

وَٱللَّهُ غَالِبٌ عَلَىٰٓ أَمْرِهِۦ وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَ ٱلنَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ...


"...Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya,

tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya."

[Surat Yusuf (12) ayat 21]


Allahua'lam bishowab.


***


PS: Temen-temen guidelight project batch 3, lagi proses menyusun buku tentang surat Yasin nih. Mohon doanya ya~


Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Legam

December 23, 2020 0 Comments

Bismillah.

-Muhasabah Diri-

Sore itu... seseorang memberitahuku kondisi hatiku yang legam, tahu dari mana? Dari cerminannya di kaca prasangkaku.


Kau tahu, kondisi hati seseorang memang tidak bisa 100% dilihat orang, diketahui orang. Tapi kita bisa melihat sebagian sisinya. Dan aku yakin, ia memang legam. Kalau sore itu orang lain yang melihatnya dari cermin prasangkaku. Malam itu, aku melihatnya sendiri cermin lain. Seketika rasa takut menyergapku, bersama kesedihan.


***


Apa yang kau lakukan, saat kau lihat hatimu tertutup hitamnya noda-noda dosa?


Apa yang kau lakukan, saat kau merasakan hatimu menangis karena sakit?


Apa yang kau lakukan, saat ia membisikkan pelan, tentang lemahnya ia, dan butuhnya ia akan pertolonganNya?


Maukah kamu membersihkan legamnya, dan tidak justru membuta dan menuli?


Maukah kamu menangis bersamanya, dan menjawab pelan, bahwa kamu akan segera memakan obatnya?


Maukah kamu... melangkah pelan kehadapanNya, memohon pertolongan dan kekuatan dariNya? Agar hatimu diteguhkan pada DinNya, agar hatimu dikokohkan dalam ketaatan kepadaNya?


***


Aku terbangun, menatap nanar cerminan legamnya hatiku.


Aku rasakan oksigen yang masih masuk ke paru-paru. Degub jantung. Allah masih memberi nikmat hidup. Entah kesempatan yang keberapa yang IA berikan. Jemariku segera tergerak untuk menulis: let's not give up on myself. Don't give up on yourself. HIS Door is wide opened, you just have to come near and take a step in with a sincere heart.


La ilaha illa anta. Subhanaka inni kuntu minazh zhalimin.

Sunday, December 20, 2020

Tidak Terhitung Permintaan Maaf

December 20, 2020 0 Comments

Bismillah.


Apakah terhitung sebagai permintaan maaf jika dari awal sudah berniat untuk melukai?


***


Seseorang minta maaf sebelum melakukan sebuah kesalahan, ia meminta maaf di awal untuk menghilangkan rasa bersalahnya. Ia minta maaf, namun ia tetap melukai. Apakah hal itu bisa dihitung sebagai permintaan maaf?


Seseorang, menyembunyikan pisau di dalam lengan bajunya yang panjang. Ia mendekat kemudian berkata, "maaf ya, kalau aku melukaimu". Yang diajak bicara mengerutkan kening, heran. "Aku gak paham. kamu baru saja hadir dan menyapa. Bagaimana itu bisa melukai?"


Baru saja ia bertanya, ia merasakan tangannya tergores benda tajam, ia refleks melihat tangannya, goresan panjang tipis, titik-titik darah mulai terlihat diiringi rasa perih. Luka tersebut, memang bukan siletan dalam yang butuh jahitan, tapi benar, bahwa ia terluka.


Orang, yang di lengan bajunya tersembunyi pisau meminta maaf lagi. Ia berkata, bahwa luka itu karena ia duduk di sampingnya. Ia berkata, ia lupa membawa sarung penutup pisau.


Ia yang tangannya kini sedang dicuci di bawah aliran air menjawab dengan suara lembut, "tidak apa-apa, hanya goresan kecil. Yang penting jangan diulangi saja kesalahannya."


Seketika awan hitam seolah menutupi wajah pemilik pisau. Ia terdiam lama sembari mengamati orang yang terluka mengeringkan lukanya dan membubuhi antiseptik.


"Aku akan coba" jawabnya berusaha berjanji agak kejadian tersebut tidak terulang.


Mereka duduk bersebelahan lagi. Hening, tanpa percakapan. Hingga akhirnya pembawa pisau berdiri dan mengatakan "Sebaiknya, kita ga berteman. Karena aku sudah melukai kamu", ucapnya.


Yang diajak bicara lagi-lagi dahinya mengerut. Ia merasa aneh. Bukankah hubungan antarmanusia selalu begitu? Akan ada saat salah satu menyalahi yang lain, atau yang lain menyalahi yang satu. Lalu saling minta maaf. Dan berusaha tidak mengulang. Begitu, berulang.


Tapi si pemilik pisau terlihat sudah bulat. Ia berbalik dan pergi menjauh. Membuat yang ditinggalkan pergi bertanya-tanya diliputi prasangka yang ia harap salah.


***


Bukan kesalahan, jika di awal sudah diniatkan. Bahkan bisa termasuk kejahatan.


Bukan permintaan maaf, jika tidak diikuti dengan perubahan sikap.


Jadi, apakah bisa terhitung permintaan maaf?


Allahua'lam.

Saturday, December 19, 2020

Science and Me - Hadiah dari Ida

December 19, 2020 0 Comments

Bismillah.

Maaf, bukan review, bukan juga nukil buku. Cuma curhat aja, tentang bagaimana buku ini sampai di tanganku.

***

Awal aku melihat cover buku ini di sosial media Facebook. Aku lupa, tapi kemungkinan dari postingannya Teh Ismi (Sarah Ismi). Waktu itu aku ingin share, tapi entah mengapa ga ada tombol share, kemungkinan karena aturan privasinya bukan publik.

Waktu berlalu, lalu aku.. yang biasanya jarang buka igs orang lain, qadarullah membuka igsnya Ida (Nur Faizatus Saidah). Dan ia ternyata memposting foto buku tersebut, dengan pertanyaan singkat, "Siapa yang mau buku ini?"

Aku refleks segera membalas story-nya dengan sebuah dm. Menjawab mau, kemudian bercerita kalau aku sudah ingin membacanya sejak pertama kali lihat covernya di facebook. Ida meminta alamat lengkapku, kemudian menyatakan bahwa buku itu dikirim sebagai hadiah. Sebagai gantinya, ia minta kripik dan sarapan, eh, kritik dan saran. *ini jadul banget jokesnya ya wkwkwk.

Dua hari kemarin bukunya sampai, dan aku... baru membaca bagian awal, kisah Teh Ismi. Baru beberapa halaman yang kubaca, dan aku sudah dibuat nostalgia saja.

Aku ingat Teh Ismi, wajahnya, senyumnya, betapa anggunnya dengan gamis, semangatnya saat bersuara di halaqah depan taman obat (selasar barat penghubung labtek VII dan VIII). Aku baru tahu, Teh Ismi yang di kepalaku selalu diasosiasikan dengan fisika, seperti halnya Teh Indah dengan fisika, ternyata tadinya ingin masuk jurusan matematika.

***

Aku tak sabar sebenarnya, ingin loncat langsung baca tulisan Ida saja, di bagian penutup buku. Mengapa matematika di taruh di belakang? Hehe. 

Ida, I'll sent you my feedback after reading this book. In syaa Allah.

Btw, lewat buku ini, aku jadi punya fotonya ida hehe. Kayanya foto-foto jaman TPB dulu sudah entah dimana. Hpku sudah tak terhitung hilang berapa kali.

Oh ya, buku ini cocok buat anak SMA yang ingin mengenal lebih jauh, gimana sih asiknya jadi anak fakultas sains. Lengkap 5 Jurusan dibahas di sini, beserta kisah penuh hikmah behind the scene-nya. Fisika, Astronomi, Kimia, Biologi dan Matematika. Penulis buku ini 4 orang dari fakultas FMIPA ITB dan 1 orang dari Jurusan Pendidikan Biologi UPI. Ada yang bisa tebak, 3 nama penulis dan jurusannya? Kan yang fisika sama matematika udah aku kasih hint ya hehe.

***

Terakhir, jazakillah khairan katsiran untuk hadiahnya^^ Ditunggu tulisan barunya di blog pembaca angin~

Friday, December 18, 2020

Why Do Everyone Like To Hangout in My Room?

December 18, 2020 0 Comments
Bismillah.

Being in my room, alone, with a closed door has became my habit.

So when I came back to Purwokerto. I still love doing that.

But... It didn't work that well. My room is like a favorite place from everyone. They come and go. It's like a living room.

My mother often eat breakfast and dinner in my room.

My younger brother often doing his work in front of laptop in my room. I tried to tell him to take the laptop to his room. But he didn't even listen to me.

My bed is not my bed. My room is not my room. And it sometimes irritates me.

So I ask, the question in the title above. Why do everyone like to hangout in my room?

"Because it's bright," said my mom.

And I nodded my head, agree with her.

My room located in front part of the house. My house face to east. And I have one window.

One window that makes a lot of different. It's small, with "black glass". So it absorb the light from outside.

It is a perfect lightning from the morning to the evening. Till the sunset.

***

Being in my room, alone, with a closed door, is like a condition I keep for a long time.

But being in my home, with my bedroom as "favorite place" for everyone, let me learn to share a place with someone else.

It's like... *this is just my assumption but.

For me, it's like Allah tells me,

"Don't be alone anymore"
"Don't close that door"
"Open the door, share a little place for someone else"
"You don't have to always keep it to yourself"
"Share a little bit of what you're thinking, and what you're feeling to the person close to you"

Allahua'lam.

***

PS: joining an english area in telegram sure affected me. Sorry for the mistakes in grammar, vocab, etc. I don't wanna bother to check it. But you can point it out and correct me. I'll edit this later. In syaa Allah.

Wednesday, December 16, 2020

SelfD #2 : I am grateful for...

December 16, 2020 0 Comments
Bismillah.

I am grateful for the iman and islam in my heart

I am grateful to be born from my mother's womb. Raised and grew in the warmth of my family. My mother is awesome. So do my father, my older sister and my younger brother.

Sometimes I felt insecure cause it's seems like I am the burden of the family. But most of times, I am grateful and thankful and happy, cause I can't imagine the worst thing that could happen if I am not the member of this family.

*oh yes today I'm a little melancholic. Is it even the right vocab to describe? I don't know and I don't really care wkwkwk.

I am grateful that I like writing, so when words don't come from my mouth, I can still take a pen, or write a blog post. I am grateful to make this blogs, and write about 1500 more post.

I am grateful it's raining today, oh I love when it's raining. It reminds me how much Allah loves me. How there's barakah in every bulir of it. *droplet? I forget the vocab again.

Rain helps me remember how He makes my heart back to life, from its dying state.

I am grateful for every second, third.. and countless times Allah gave me to comeback to him. My sins is my sickness, and He gave me the medicine. For this special medicine, which is taubah, and istighfar, I just need to take many doze of it every day.

I am grateful for... many things I couldn't write here. Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah. 💕

***


When You're not Doing Enough

December 16, 2020 0 Comments

Bismillah.


Sulit untuk menerima, bahwa setelah bolos 2 pekan ga nulis 1m1c, dan bolos 2 pekan juga, ga nulis resume SSS. Aku malah hendak menulis topik ini. Hanya karena, hal yang membuatku menulis memang biasanya adalah emosi/perasaanku.


***


Siang ini, entah kenapa judul tersebut ingin kutulis. I didn't mean, I really don't know. Maksudku, aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya hehe.


Jadi, untuk orang yang terbiasa melakukan banyak hal. Lalu ia tahu persin beberapa pekan ini, you're not doing enough. But having someone else said it to you. How does it felt so.....


Tanpa penegasan dari orang lain pun, sebenarnya kamu sudah tahu. Tapi lewat orang lain... it's sounds like an attack to your emotional side. And you suddenly you find yourself crying, cause now you see it clearly, that you're not doing enough.


On the positive side, my empathy 'talent' side tried to calm myself. "So that's how it is, so this is what the feeling". Hal-hal ini bisa membuatmu mengerti orang lain. Mengapa ada yang begitu 'stress' karena tidak pernah merasa cukup. (it sounds like "tidak merasa cukup" meaning ungrateful) Ralat. I think it's better said in english.


I think this kind of feeling make me understand, why people can be superstress, and depressed, with the feeling "they are not doing enough"


But I'm glad that Allah still hold my heart tight. Agar aku tidak lupa, bahwa meski benar, I'm not doing enough now. But I can always try to be better. And that Allah knows. He knows sometimes, I mean, most of the time I'm weak, so I need His stregth. Dan begitulah manusia, memang diciptakan naik turun, fase demi fase bulan.


That's why, even though I'll still enjoy this crying time.I can reassure myself. It's okay. You can always ask for His help. It's okay.


***


Terakhir, tulisan ini mungkin hanya kalimat luapan perasaan, tak tertata rapi, dan ditulis untuk diri sendiri.


Tapi.. kalau misal ada yang baca. I just want to say.


When you're not doing enough. And the feeling "when you're not doing enough" is messing you heart and mind. Get His help. Get connected to Him. Really. In any kind of way. Dzikir, doa, wudhu, shalat, baca quran. Anything. Yakinkan hatimu, Allah tahu semua, Allah mengerti perasaanmu, Allah akan membantumu, Allah, the one and the only.


Qul huwallahu ahad. Allahu shamad.


Allahua'lam.

Saturday, December 12, 2020

I Did Not Know I Would Need This

December 12, 2020 0 Comments

Bismillah.

Sejujurnya, aku gak tahu bahwa aku bakalan butuh menyimak webinar ini. Webinar tadi siang yang diadakan oleh jodohquwwat. Sampai suatu malem temenku (AR) chat aku promosiin acara tersebut.




Sebenernya pertama baca judulnya, dan topiknya aku ngerasa kaya, hmm... kayanya enggak deh. Tapi karena dijapri, dan aku baru nyadar ini tuh yang buat temen-temen akhawat 2011, masa sih aku ga ikut ngeramein. Jadi deh, aku daftar, trus aku hadir agendanya.


Dan tahukah? Dengerin cerita dari Teh Rina, mataku dibuat berkaca-kaca. Ditambah baca pertanyaan dari peserta lain. Aku langsung mbatin dalam hati, I did not know I would need this. I did not know I would need this. Ternyata aku tuh butuh banget dengerin tentang topik ini. Things that I only keep in myself and my diary, I got all that clear in that webinar.


Aku banyak berkaca, gatau kenapa kaya ngelihat sedikit kesamaan antara Teh Rina dan diriku. The way she only cries alone, and not in front of anyone. Tentang orang-orang disekitar Teh Rina yang komen, "Rina emang pernah ya, ga semangat?"


Trus judul webinar, yang tadinya bagiku terlalu click bait dan ga terlalu membuatku tertarik ikutan, setelah dengerin aku baru nyadar. Ternyata judulnya pas banget.


It's okay to not be okay. Dan beberapa hari, yang gatau kenapa terasa begitu stressful, entah karena PMS, atau memang lagi banyak pikiran. I can finally say to myself, "it's okay". That's what makes you human, that you're not always on full charge.


Satu catetan banget sih. Pengingat dari Teh Rina. Doakan juga orang-orang sekitarmu, agar mereka juga dikuatkan. Karena yang butuh kuat dalam proses penantian itu ga cuma kamu seorang, tapi juga orangtuamu, kakakmu, adikmu, sahabat dan temanmu yang peduli padamu. Tetap jaga prasangka baikmu, tetap yakin, dan jangan berhenti doa dan ikhtiar. Karena disitu kamu memperoleh pahala. Banyak istighfar juga Bell!!!


***


PS: yang penasaran isi webinarnya. Ada rekamannya. Langsung dm aja instagram @jodohquwwat nanti dikasih link-nya. Videonya di youtube di unlisted soalnya, permintaan dari speakernya. Aku juga nyimpen linknya sih **waktu itu ada yang skip dan pengen nonton lagi kapan-kapan. Boleh pm aku juga, ntar aku kasih linknya.

Friday, December 11, 2020

SS Week 5 - Tadabbur QS Yasin 41-50

December 11, 2020 0 Comments

Bismillah.

Pemantik:

1. Meski hidayah ada di tangan Allah, namun dakwah tidak boleh berhenti. Seperti halnya bagaimana Allah terus memberikan ayat-ayatnya (bumi, malam, siang, matahari, bulan, kapal yang berlayar). Berdasarkan hikmah ini, apa saja yang harus diperhatikan dalam dakwah? Adakah pengalaman dakwah yang sangat lama? Apakah ada tips atau usaha yang dilakukan?

2. Ada yang 'menantang' neraka, apa pendapatmu? Adakah kalimat serupa itu? Mengapa seseorang sampai titik tersebut? Saran supaya terhindar?

3. Ayat 47, merupakan kalimat kekufuran dan kesalahan logika. Contoh kesalahan logika lain? Tips untuk mengatasi kesalahan logika.

Tidak Ada Dakwah Instan

Tidak ada dakwah instan. Meski ada sedikit yang hatinya hanif dan saat kebenaran itu ia terima, ia langsung beriman. Tapi default utamanya, tidak ada dakwah yang instan. Kita akan menemukan kesulitan dan hambatan dalam proses dakwah. Bukan cuma satu dua kali ditolak, ada kalanya kita justru dicap sok suci.

Maka dalam proses dakwah yang tidak instan itu, kita perlu terlebih dahulu untuk mendekat dan menjadi teman. Jangan tiba-tiba datang dan menembakkan ayat serta hadits. Seakan-akan semua yang orang tersebut lakukan salah. Padahal tujuan kita berdakwah, adalah untuk berbagi manisnya iman, karena kita menginginkan sama-sama masuk ke Jannah-Nya yang lebih luas dari bumi dan langit.

Jadilah teman, cobalah pahami posisinya, belajarlah mengerti sebelum menjustifikasi. Karena bisa jadi seseorang yang tidak shalat lima waktu, solusinya bukan dengan memberi dalil. Tapi dengan cara mengobrol lagi tentang tauhid, tentang mengapa kita ada di dunia ini. Tentang shalat yang bisa jadi bentuk rasa syukur kita. Tentang shalat yang bisa menjadi tempat istirahat kita dari sesaknya urusan dunia yang menghimpit dada. Tentang bagaimana ketenangan itu berasal dari Allah.

Dalam dakwah yang tidak instan, ada seni, seni mengenal diri dan seni mengenal orang lain, seni berkomunikasi. Satu hal yang perlu diingat, bahwa hidayah itu ada di tangan Allah, tetapi usaha kita, dakwah yang kita lakukan adalah bentuk kecintaan kita pada Allah dan Rasul-Nya. Bentuk kecintaan kita pada orang-orang yang di sekitar kita. Maka dalam tiap lika-likunya, Allah akan berikan balasan yang lebih baik.

Mereka yang Menantang Adzab

Membaca pemantik kedua, mengingatkanku akan sebuah video singkat tentang bagaimana seseorang yang munafik dapat bertaubat kembali beriman [1]. Ustadz Nouman dalam video tersebut menjelaskan, bahwa ada orang-orang yang tenggelam dalam dosa dan maksiat. Fitrah keimanan yang tanam dalam hatinya membuat ia merasa bersalah. Tapi karena enggan diganggu oleh perasaan bersalah, ia mulai bertanya-tanya tentang neraka. Kenapa sih Allah menciptakan neraka? Hawa nafsunya, membuat ia menantang adzab dan neraka, karena ia ingin membunuh rasa bersalah yang membuat ia sulit tidur dan dikelilingi rasa cemas.

(مَّا يَفْعَلُ ٱللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَءَامَنتُمْ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًۭا)

“Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. [Surat An-Nisa (4) ayat 147]

Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah tidak pernah ingin menghukum kita. Ayat-ayat neraka yang kita baca dalam Quran adalah bentuk cintaNya. Allah tidak ingin kita masuk neraka, maka Allah beritakan peringatan, agar kita tidak terjatuh ke dalam api neraka. Ayat tersebut menjelaskan, bahwa kita hanya perlu sedikit saja bersyukur dan sedikit saja beriman. Setelah itu Allah akan berikan kita balasan yang lebih banyak, dan lebih baik dari keimanan dan rasa syukur kita yang sedikit tersebut

Kalau kita tahu tentang ayat tersebut, kita akan terharu akan kasih sayang Allah. Kita akan melihat bagaimana kepada Firaun, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk berdakwah dengan kata-kata yang lembut.

Menantang adzab Allah, memperolok agama, bukanlah sesuatu yang kecil. Hal tersebut adalah tumpukan dari dosa dan maksiat yang mengeraskan hati. Seringkali penyebabnya adalah kesalahan memilih teman dan lingkungan. Maka dari itu, kita harus tahu siapa yang kita jadikan sahabat. Kita juga harus memberanikan diri berhijrah, untuk keselamatan iman kita. Seperti hal-nya kisah pembunuh 100 orang, yang taubat dibuktikan dengan hijrah.

Tentang Kesalahan Logika

Kesalahan logika hadir karena kurangnya ilmu. Untuk menghindari kesalahan logika, kita harus belajar dan banyak membaca quran serta mentadabburinya. Beberapa kesalahan logika lain, yang kebenarannya menjadi jelas jika kita belajar tentang quran. Banyak yang mengira bahwa Allah menyebabkan pesawat jatuh, atau kapal tenggelam. Sekilas, terdengar benar. Tapi ustadz Nouman dalam penjelasan QS Yasin ayat 44 menyebutkan bahwa logika tersebut salah. Kebalik. Justru defaultnya kapal itu tenggelam, pesawat itu jatuh, tapi karena kasih sayang Allah, kapal dapat berlayar, pesawat dapat terbang. Allah menundukkan lautan dan angin, sehingga kita bisa aman berkendara. 

Allahua’lam bishowab.

Kesalahan Persepsi yang Fatal

December 11, 2020 0 Comments

Bismillah.


Mari baca sejenak QS Yasin ayat 41-44, beserta artinya.


Di ayat 41. Kita akan tahu ayat yang Allah sajikan, tentang laut yang ditundukan, agar kapal bisa 'berenang' di atasnya.

Ayat 42 membuat kita sadar, bahwa semua kendaraan yang sekarang ada, ang kita guakan dan manfaatkan untuk pergi berkelana dari satu pijakan ke pijakan bumi lain, juga adalah ciptaan.

Lalu ayat 43 dan 44.

(وَاِنْ نَّشَأْ نُغْرِقْهُمْ فَلَا صَرِيْخَ لَهُمْ وَلَاهُمْ يُنْقَذُوْنَۙ)

"Dan jika Kami menghendaki, Kami tenggelamkan mereka. Maka tidak ada penolong bagi mereka dan tidak (pula) mereka diselamatkan,"

(اِلَّا رَحْمَةً مِّنَّا وَمَتَاعًا اِلٰى حِيْنٍ)

"melainkan (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai waktu tertentu."

Di dua ayat ini, kita harus hati-hati. Karena jika persepsinya salah, maknanya akan jauh berbeda.

Ustadz Nouman menjelaskan ayat ini, agar kita tidak salah persepsi. Bukan kapal berlayar, kemudian Allah menenggelamkannya. Bukan pesawat mengudara, kemudian Allah menjadikannya jatuh. Subhanallah, Maha Suci Allah.

Maknanya justru sebaliknya. Defaultnya kapal itu tenggelam. Namun Allah menundukkan lautan yang bergejolak. Defaultnya pesawat itu tidak bisa mengudara, atau bisa terbang, namun sekejap rusak dan jatuh.

Yang membuat pesawat bisa terbang, aman dari bandara keberangkatan sampai tujuan, adalah karena Ar Rahman. Allah tundukkan angin, Allah tudukkan awan, Allah tundukkan badai dan petir.

***

Ada kesalahan persepsi yang fatal. Yang jika kita perbaiki, maka pandangan kita terhadap hidup akan berubah total.

Bagaimana agar kita tidak salah persepsi? Bacalah quran dan pelajari isinya. Banyak berdoa juga ^^

Agar saat membaca QS Yasin ayat 47, tentang sangkalan orang-orang kafir terhadap perintah berinfak, kita dapat menemukan jawaban yang membenarkan persepsi yang salah tersebut.

Mereka berkata, "Apakah pantas kami memberi makan kepada orang-orang, yang jika Allah menghendaki, Dia akan memberinya makan?"

Membaca perkataan mereka membuat kita teringat firman Allah di ayat lain,

QS. At Tagabun (64) : 16

(فَاتَّقُوا اللّٰهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوْا وَاَطِيْعُوْا وَاَنْفِقُوْا خَيْرًا لِّاَنْفُسِكُمْۗ وَمَنْ يُّوْقَ شُحَّ نَفْسِهٖ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ)

Ketakwaan kita kepada Allah, kita mendengarkan ayat-ayatNya, taat kepadaNya, dan berinfak, semua itu untuk kebaikan kita.

Semoga kita termasuk dari orang-oran yang Allah jaga dari kekikiran, semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung. Aamiin.

Allahua'lam.

#GuidelightID #MyFirstGuidance #ShareTheLight #LightSeekers3.0 #SharingSessionWeek4 #Maryam #QuranSuratYasin