Follow Me

Showing posts with label ayatMU. Show all posts
Showing posts with label ayatMU. Show all posts

Sunday, June 9, 2024

How Do We Loose Iman (Lesson from Al Hadid)

June 09, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

It's Ramadhan, it is not Ramadhan, let's still pick an ayah from Quran, ponder upon it, reflect upon it.

 

***

 

Surat Al Hadid merupakan salah satu surat yang istimewa untukku. Kau tahu kenapa? Karena saat aku jatuh, kemudian memilih bersembunyi dalam gua gelap, sendiri, dalam waktu yang cukup lama. Surat ini, adalah salah satu surat yang kupelajari arti dan pelajaran di dalamnya. Surat ini, yang membuatku menyukai hujan, dan menikmati setiap kali hujan turun. Seolah tiap bulir air yang turun saat itu, sebuah penghiburan dan penghapus sedih. Seolah tiap rintik dan basah tanah, sebuah harapan.


I'lamu annallaha yuhyil ardha ba'da mautiha..

 

ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يُحْىِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْـَٔايَـٰتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya. [Surat Al-Hadid (57) ayat 17]

 

Tapi bukan ayat itu yang ingin aku tuliskan tadabburnya di sini. Melainkan ayat-ayat sebelumnya, terutama ayat 14. Ayat yang tahun ini ingin kutanam lebih dalam hatiku. Mendengarkan lagi penjelasannya, bagiku masih relate. Aku merasa ini ayat yang cocok, untuk menyegarkan lagi hati yang kering. Sebuah pengingat dan pelajaran, tentang apa-apa yang harus kulakukan, jika aku tidak mau kehilangan iman, atau surut iman.

 

What a long prolog isn't it? Yang mau langsung denger penjelasan ayat 14 Al Hadid dari Ustaz Nouman, boleh langsung ke video dibawah ini:

 

 

Ayat 12-15 surat Al Hadid adalah gambaran peristiwa di masa yang akan datang. Allah memberikan kita cuplikannya, supaya kita tidak menyesal jika tidak mengetahuinya di dunia sekarang.


Di akhirat nanti, akan ada masa saat kita dilingkupi kegelapan, begitu gelap dan mata kita tidak bisa melihat apapun. Tidak ada listrik, tidak ada hp, tidak ada senter, juga tidak ada lilin. Pada hari itu, kita akan melihat bahwa orang-orang beriman laki-laki dan perempuan, mereka lah yang "membawa" cahaya. Cahayanya ada di depan dan sisi kanan mereka. Ustadz Nouman menjelaskan, cahaya yang di depan itu berasal dari hati (qalb) karena keimanan mereka, sedangkan cahaya yang di sisi kanan berasal dari amal shalih mereka. Setiap orang-orang beriman, memiliki intensitas cahaya yang berbeda. Ada yang begitu besar, hingga cahayanya jauh menerangi ke depan. Tapi ada juga yang redup, dan itu membuatnya hanya bisa berjalan pelan-pelan karena hanya bisa melihat selangkah di depan. Untuk mereka yang memiliki cahaya di depan dan di kanan mereka, berita gembira disampaikan. Bahwa ada surga untuk mereka, dan surga itu adalah kemenangan yang besar.


يَوْمَ تَرَى ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَـٰتِ يَسْعَىٰ نُورُهُم بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَبِأَيْمَـٰنِهِم بُشْرَىٰكُمُ ٱلْيَوْمَ جَنَّـٰتٌۭ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَـٰرُ خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ

(yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mukmin laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka): "Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang besar". [Surat Al-Hadid (57) ayat 12]


Pada hari itu juga...


يَوْمَ يَقُولُ ٱلْمُنَـٰفِقُونَ وَٱلْمُنَـٰفِقَـٰتُ لِلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱنظُرُونَا نَقْتَبِسْ مِن نُّورِكُمْ قِيلَ ٱرْجِعُوا۟ وَرَآءَكُمْ فَٱلْتَمِسُوا۟ نُورًۭا فَضُرِبَ بَيْنَهُم بِسُورٍۢ لَّهُۥ بَابٌۢ بَاطِنُهُۥ فِيهِ ٱلرَّحْمَةُ وَظَـٰهِرُهُۥ مِن قِبَلِهِ ٱلْعَذَابُ

Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman: "Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu". Dikatakan (kepada mereka): "Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu)". Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. [Surat Al-Hadid (57) ayat 13]


Jika di ayat 12 Allah gambarkan orang-orang beriman yang Allah beri nikmat cahaya, maka ayat 13-14 menjelaskan gambaran orang-orang munafik. Orang-orang yang mungkin dulu di dunia, terlihat seolah-oleh beriman juga dari penampilan dan kata-katanya, namun di dalam hatinya tidak ada iman, pun amal shalihnya, tidak ikhlas. Tidak ada cahaya di depan dan di kanan mereka. Saat mereka melihat orang-orang beriman yang diberi nikmat cahaya, mereka meminta agar orang-orang beriman yang sudah berjalan dengan cahaya, untuk menunggu dan memberikan cahaya pada mereka.


Ustadz Nouman menjelaskan, ibarat lilin atau obor, mereka berpikir, meminta cahaya kan bisa, toh tidak akan menghilangkan cahaya yang dimiliki seseorang. Tapi seperti yang dijelaskan di ayat 13, hari itu... bukan hari saat kita bisa "meminta cahaya". Cahaya yang dibawa setiap orang pada hari itu, hanya dapat dicari dan di dapatkan dari iman dan amal shalih ketika masih hidup di dunia. Ya, saat ini. Kelak, setelah mati, kita tidak bisa meminta/mencarinya.


Setelah percakapan itu, akan ada dinding yang memiliki pintu diantara orang-orang beriman dan orang-orang munafik. Dan setelah itu, percakapan di antara orang munafik dan orang-orang yang beriman. Percakapan yang semoga, bisa menjadi pelajaran yang kita ambil... barangkali... barangkali atas sebab ini kita kehilangan iman kita, bagaimana iman surut, bahkan bisa hilang. Semoga Allah menghindarkan kita untuk terjebak dengan kesalahan orang-orang munafik yang dijelaskan Allah di ayat 14.


يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُن مَّعَكُمْ ۖ قَالُوا۟ بَلَىٰ وَلَـٰكِنَّكُمْ فَتَنتُمْ أَنفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَٱرْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ ٱلْأَمَانِىُّ حَتَّىٰ جَآءَ أَمْرُ ٱللَّهِ وَغَرَّكُم بِٱللَّهِ ٱلْغَرُورُ

Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: "Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?" Mereka menjawab: "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu. [Surat Al-Hadid (57) ayat 14] 


Jujur miris banget pas dengerin awal penjelasan ayat ini... pas baca terjemahannya aja, kita udah dibuat takut. Kenapa? Karena digambarkan, bahwa dulu, orang-orang munafik tersebut pernah bersama-sama dengan orang-orang yang beriman. Lalu apa yang membedakan mereka dengan orang-orang beriman? Apa yang membuat mereka terjatuh dan menjadi orang-orang munafik yang tidak diberikan nikmat cahaya di hari akhir?


1. Walakinnakum fatantum afusakum (puting yourself in fitnah/bad environment)


Kalau di terjemah, diartikan "tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri". Di video, ustadz Nouman menjelaskan, maksudnya fatantum anfusakum itu, menempatkan diri di situasi dimana Allah terus menguji iman kita, sebenernya bener gak sih iman kita. Nah, contoh yang disebutkan ustadz Nouman, misalnya dengan terus menerus bergaul dengan lingkungan atau teman-teman yang buruk. Jadi bukannya berusaha hijrah, tapi malah merasa aman dengan keburukan di sekitar. Merasa seolah tidak akan terjerumus, meski dikelilingi dengan keburukan. Bukannya bersegera untuk berlomba-lomba dalam kebaikan, tapi malahan melakukan poin ke 2, yang menjadi alasan bagaimana iman seseorang bisa hilang


2. Watarabbashtum (procrastination)

 

"dan menunggu-nunggu", di sini ustadz Nouman menjelaskan, bahwa maksudnya menunda. Menunda untuk hijrah. Menunda untuk meninggalkan dosa-dosa kecil. Menunda, karena 'sombong' dan mengira bisa dengan mudah sewaktu-waktu berhenti dan keluar dari lingkungan buruk tersebut.

 

Padahal kan ya... semakin lama seseorang berkubang dalam keburukan, maka noda kotorannya juga makin bandel untuk dibersihkan. Apalagi kalau tanpa sadar menjadi habit, padahal dari habit, bisa menjadi karakter. TT Ya Allah lindungi kami dari kebiasaan-kebiasaan buruk yang bisa membuat iman hilang. Lindungi kami dari meremehkan kesalahan kecil, padahal tidak ada dosa yang kecil, jika kita memandang dari POV kepada siapa kita bermaksiat TT


3. Wartabtum (fell into doubt)


Saat kita menunda-nunda untuk bertaubat, menunda-nunda untuk pergi dari lingkungan yang buruk, saat itulah keraguan-keraguan mulai ditanamkan setan di kepala kita. Setiap dosa akan mengundang rasa bersalah, dan itu yang membuat kita merasa tidak nyaman. Dan saat merasa tidak nyaman itu, otak kita mulai sok pintar dan bertanya-tanya, emang kenapa sih, islam banyak banget aturan, kenapa harus pakai kerudung, kenapa alkohol haram, kenapa babi haram, dll, dst. Sampai puncaknya mulailah mempertanyakan, kenapa Allah menciptakan neraka.


Keraguan itu hadir, karena kita mulai terpengaruh pemikiran dari lingkungan dan teman-teman yang buruk. Yang awalnya kita pikir gak masalah menghabiskan mayoritas waktu kita dengan obrolan plurarisme, liberarisme, dan sekularisme. Perlahan kita mulai merasa nyaman dan biasa saja dengan kebengkokan pemikiran tersebut. Lalu keraguan itu hadir, emang betul ya islam satu-satunya agama yang benar? Kenapa orang baik dari agama lain gak bisa masuk surga, dll, dst.

 

4. Wagharratkumul amaniyy (false hope deceive you)


Ketika keraguan sudah menutupi kejernihan pikiran kita. Saat keraguan sudah benar-benar menutupi fitrah dan mata hati kita akan kebenaran, saat itu kita mulai terpedaya oleh angan-angan kosong. Justifikasi dan pembenaran. Gapapa maksiat asal masih islam di ktp. Gapapa terjerumus dalam dosa-dosa besar, memakan harta haram (riba,dll), asalkan tiap tahun umrah/haji.


Angan-angan kalau kita akan dimaafkan dan diampuni, padahal kita sama sekali tidak ada keinginan atau usaha untuk memperbaiki diri. Tidak ada tangis penyesalan taubat. Meremehkan akhirat. Seolah bisa hidup bergelimang dosa, kemudian mati masuk surga. Di luar nampak seolah bersama dengan orang-orang yang beriman, fisiknya hadir, namun hatinya kosong. Na'udzubillahi min dzalik.

 

***

 

Dari ayat tersebut, kita belajar agar tidak terjebak dan kehilangan iman kita tanpa kita sadari. Jika pun, suatu saat kita merasa sudah begitu jauh dari Allah, lalu rasanya ingin menyerah dengan diri sendiri, jangan hentikan tadabbur quran kita. Karena setelah ayat-ayat yang menghidupkan rasa takut, Allah melanjutkannya dengan ayat-ayat yang menumbuhkan rasa harapan juga. Karena sungguh, jangankan menghidupkan hati yang mati, menghidupkan bumi yang mati pun hal yang mudah untuk Allah. Jadi, mari sering-sering hujani hati kering kita dengan ayat-ayatNya. 


ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ يُحْىِ ٱلْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ قَدْ بَيَّنَّا لَكُمُ ٱلْـَٔايَـٰتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya. [Surat Al-Hadid (57) ayat 17]


Wallahua'lam bishowab.


***


*warning* bagian ini di skip aja.


PS: Entah berapa kali draft ini dibuka dan ditutup, jemariku bukannya tidak bisa menuliskannya. Tapi berbagai pikiran yang mendesak desak dikepala membuatku memilih untuk diam, kemudian memandangi poin-poin yang hendak kujabarkan dari ayat yang kupilih. Ayat.. yang merupakan MFA-ku di bulan Ramadan ini. Tapi bagaimana aku bisa menuliskan ulang inti dari tadabbur yang kudapatkan, saat aku melihat ke cermin, dan menyadari betapa aku masih berjuang supaya tidak kehilangan iman seperti yang digambarkan di ayat tersebut. Aku takut, kalau aku sekedar menyampaikan ulang isi dari video, dalam bentuk tulisan, sekedar itu. Kemudian merasa aman dan merasa selesai, kemudian kembali jatuh dalam deskripsi yang digambarkan di ayat tersebut.


Tapi tidak menuliskannya juga salah. Karena aku sudah pernah melalui masa-masa sulit menulis seperti ini. Saat itu, aku menyadari bahwa yang bisa membantuku bukan lari, dan menyimpan semuanya sendiri. Tapi memaksa diri terus menulis dan membaca, memaksa diri menghadapi realita, mengakui kesalahan, dan berusaha kuat untuk menghilangkan bisikan atau pikiran buruk. Fokus mencoba berjalan, satu, satu. Kecil, kecil. Jadi meski tulisannya belum selesai. Aku memilih menulis PS dulu, mengeluarkan ketakutan dan mencoba menendang tembok tinggi yang kubangun sendiri. Ayo jangan kalah oleh dirimu sendiri. Bukankah itu pelajaran yang Allah ingin sampaikan di tiap bulan Ramadan? La'allakum tattaqun? La'allakum tasykurun? Mari belajar lagi makna takwa, mari belajar lagi untuk bersyukur. Dengan apa? Mulai dari menulis ini dulu, kemudian praktik lagi, kemudian jika jatuh/lupa lagi, membaca lagi, mendengarkan lagi, lalu menulis lagi, lalu berdiri dan mencoba melangkah lagi.

 

It's okay. Allah knows what's on your mind, Allah knows and understand that you're weak. But as Allah doesn't give up on you, please don't give up on yourself.


PSS: I would never know, that Allah wants me to convey this tadabbur in lisan first, and then in written form. Aku rindu bisa menulis tadabbur ayat-ayatNya. Tapi aku tahu, untuk bisa Allah mudahkan menulis tentang ayat-ayatNya, aku perlu membersihkan hati dulu, jika kering, perlu disirami.


Menulis ini mengingatkanku pada salah satu penulis tadabbur yang beberapa tulisannya sering kuulang-ulang baca. Ia tidak lagi mengupdate blog-nya, aku masih menyayangkan dan bertanya-tanya kenapa. Tapi kini aku mendapatkan sedikit jawabannya. Karena tidak mudah, karena memang butuh effort. Now I'm just grateful that I can still read it from the archive.

Wednesday, May 29, 2024

Al Buruj, 2024, Rafah - Palestina

May 29, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

#tadabbur

 

Never would I imagine, that the ayaat from Suratul Buruj will come alive at 2024, in Rafah - Palestine.

 

Allah memulai surat Buruj dengan 3 sumpah, (1) langit yang mempunyai gugusan bintang, (2) hari yang dijanjikan, dan terakhir (3) wa syahidiw wa masyhud, arti literal-nya yang menyaksikan dan disaksikan.

 

Sampai ayat 3 aja, dengan keterbatasanku atas bahasa arab, dan betapa faqirnya ilmuku tentang tafsir. Aku rasanya ingin berhenti.


Aku membayangkan Rafah, siang dan malamnya, bagaimana saat bom dijatuhkan, langit menjadi saksi. Bagaimana orang-orang yang Allah murkai itu merasa tak bersalah seolah apa yang mereka lakukan tidak akan diadili di dunia ini. Mereka tidak tahu, atau pura-pura tidak tahu, bahwa ada hari yang dijanjikan, saat pengadilan Allah ditegakkan, dan semua kezaliman akan dimintai pertanggungjawaban.

 

Wa syahidiw wa masyhud, mengapa membaca ayatnya saja, tanpa tahu sama sekali tafsirnya membuatku tercekat. Aku memikirkan berapa banyak syahid... berapa banyak syahid yang terbebas dari rasa sakit di tubuhnya yang fana, kembali kepada Rabb-nya dengan senyum di bibir, disambut dengan suka cita oleh penduduk langit. Kemerdekaan dan damai yang seolah cuma ilusi di dunia, kini nyata, senyata-nyatanya setelah syahidnya mereka menjadi bukti kebenaran iman di dalam dada yang tidak bisa dilihat atau diukur oleh mata manusia manapun.

 

Wa syahidiw wa masyhud, mengapa membaca ayatnya saja, tanpa tahu sama sekali tafsirnya membuatku tercekat.  Syahid diterjemahkan "yang menyaksikan". Rasanya seperti ada yang memukul keras hatiku, berusaha membangunkannya dari tidur lamanya. How about you? Did you witness that? Is what happen in Rafah is only a news, or some seconds reels that we can just swipe and scroll fast? Adakah ummat ini bangun dari tidur lelapnya. Adakah aku... masih saja beralibi tenggelam dalam distraksi-distraksi?


***


Menulis ini, sejujurnya takut... aku tahu, aku hanya membaca di permukaan, lalu mencoba menghubung-hubungkan. Aku masih punya PR besar untuk mempelajari Al Quran, Al Buruj, cukupkah hanya dibaca, cukupkah hanya dihafal, cukupkah hanya mengetahui artinya?


Terakhir, let me end this post with ayat 17-20.


Untuk tentara-tentara zalim yang Allah laknat, "Sudahkah sampai kepadamu berita tentang bala tentara Fir'aun dan Samud?"


Pasukan yang menjatuhkan bom di Rafah, di Palestina... mereka bukan pasukan pertama yang akan Allah musnahkan. Kita tahu di media, betapa kerdil mereka, jauh kalah dibandingkan dengan bala tentara Fir'aun dan Samud.


Balilladzina kafaru fi takdzib.. Wallahu miwwaraaihim muhith.


Memang orang-orang kafir itu selalu mendustakan. Dan Allah mengepung dari belakang mereka.


They didn't know yet. That Allah has surround them from behind. They thought the king or president, or goverment of other countries just sit still and can only talk without sending armies to fight them. But they forget, that Allah is the king of the Heaven and the Earth.


ٱلَّذِى لَهُۥ مُلْكُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ شَهِيدٌ

Yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu. [Surat Al-Buruj (85) ayat 9]


Wallahua'lam bishowab.


***


Keterangan:

Mohon koreksinya jika banyak yang salah.

Friday, December 1, 2023

Weekly Insight Surat Taha 1-40 Ngafal Ngefeel

December 01, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

Surat Taha. Aku teringat memori saat kuliah dulu. Menemukan beberapa teman yang sudah punya hafalan banyak, dan memilih surat taha sebagai surat favorit. Saat itu aku cuma bertanya-tanya. Belum benar-benar mencari jawaban dan menyelami, mutiara apa yang membuat mereka melihat surat Taha sebagai surat yang spesial.

Aku juga teringat, suatu masa dalam hidupku. Saat doa sederhana yang sudah kuhafal dari kecil, mulai sering kulafalkan, dan menjadi penenang saat anxiety membuat dada sesak, mata panas, dan lidah kelu. 

Maka setelah bergabung pertama kali, mencoba ikut Ngafal Ngefeel Surat Qaf Juli 2023 lalu... kemudian membaca kalender Ngafal Ngefeel dan menemukan surat Taha, aku bertekad untuk mendaftar lagi.

Satu bulan, belajar dan membaca berulang surat Taha ayat 1-40. Ada banyak insight, salah satunya yang dibagikan resmi dari Team NN. Silahkan dibaca di bawah ini yaa...

 


Setelah ayat 1 ini, adalah ayat favorit temanku.

 

مَآ أَنزَلْنَا عَلَيْكَ ٱلْقُرْءَانَ لِتَشْقَىٰٓ

Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah;

[Surat Ta-Ha (20) ayat 2]

***


Belajar tentang ayat ini, mengingatkanku PR besarku. Adab. Barangkali, karena adabnya kurang dan tidak dijaga, karena itulah ilmu yang dipelajari menjadi tidak berkah, hanya sekedar konsumsi otak dan bukan hati. Na'udzubillahi min dzalik. Allahummaghfirli.. Semoga Allah memudahkan kita untuk mempelajari adab juga, sebelum ilmu.


***


Ayat ini... pengingat, bahwa emosi kita gak boleh jadi penggerak utama diri kita. No matter how anxious, how scared, how sad we are. Keimanan kita harusnya bisa membuat kita memaksakan diri melangkah di jalan-Nya. Tapi... adakah yang pernah berjuang melawan emosi diri? Melawan kekhawatiran yang membuat kaki limbung. Melawan overthinking yang membuat ingin putus asa. It's not an easy fight. Cause your enemy is not someone else. It's you. Maka saat merasa begitu lemah, coba lafalkan doa ini..


     

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

Artinya: “Ya rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku,

dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”


Menulis ini mengingatkanku pada sore gerimis di sore hari, berjalan di bawah segarnya air hujan yang menghidupkan, sembari menahan tangis dan melafalkan doa ini. Melangkah pelan membelah lapangan rumput Aula Barat.


Betapa doa sederhana, yang Alhamdulillah sudah diajarkan sejak kecil ini, begitu bermanfaat. Terutama buatku, yang saat itu sedang belajar lagi cara berdoa, belajar bersandar sepenuhnya pada Allah, tapi juga belajar untuk menurunkan ego minta bantuan pada manusia, belajar berkomunikasi lagi setelah lama hilang dari peredaran hehe. Aku bahkan lupa, dari siapa awalnya aku belajar doa ini. It seems small, tapi pahalanya terus mengalir.


***


Dari ayat 1-40, yang mana yang paling favorit? Bagiku ayat doa tersebut. Tapi jika boleh memilih satu ayat lagi yang belum disebutkan diatas, aku ingin menuliskan juga ayat 13.


وَأَنَا ٱخْتَرْتُكَ فَٱسْتَمِعْ لِمَا يُوحَىٰٓ

Dan Aku telah memilih kamu,

maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). [Surat Ta-Ha (20) ayat 13]


Alasannya? Karena tadabbur dari amazed by the quran dan penjelasan di dalamnya masih begitu lekat.  


Baca juga: Allah is Never Far Away (tentang Surat Taha ayat 13)

 

Aku seolah bisa membayangkan betapa gelap dan sulitnya perjalanan mendaki, kemudian saat tiba diatas, disambut oleh kalam Allah. Bahwa Allah memilih kita. Kalau di surat Taha memang Allah memilih Nabi Musa sebagai Nabi, satu-satunya Nabi dan Rasul yang diberikan keistimewaan berdialog langsung dengan Allah di bumi. Tapi kata wa anakhtartuka, entah mengapa mengingatkanku. Bahwa Allah, juga memilih kita. Bukan asal memilih, diksi memilih yang dipilih itu mengandung kata khair, artinya memilih karena ada kualitas kebaikan di yang dipilih.


Tahukah, bahwa kita dipilih Allah untuk menjadi manusia? Dan bukan daun, bukan batu, bukan hewan, bukan awan.


Tahukah, bahwa Allah memilih kita untuk menjadi seorang muslim? Allah memilih menghadiahkan iman dan islam dalam hati kita. 


Tahukah mengapa? Karena Allah melihat kebaikan di hati kita.


Maka saat ujian bertubi hadir di hidup kita. Saat semua terasa gelap, dan rasanya begitu terjal untuk menyusuri jalan medaki ini. Percayalah bahwa Allah tidak pernah jauh. Berbaik sangkalah, bahwa Allah tidak pernah menginginkan kesulitan untukmu. Seperti hal-nya Al Quran tidak diturunkan untuk menyusahkan kita. Begitu pula setiap hal yang terjadi di hidup kita (:


Terakhir. Semoga Allah menjadikan Quran sebagai musim semi di hati kita. Allahummarhamna bil Qur'an. Aamiin.


Wallahua'lam bishowab.


***


Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Wednesday, April 20, 2022

Doa Nabi Ayub

April 20, 2022 0 Comments

#bersihbersihdraft

Bismillah.




Pertama-tama, hiks TT ini harusnya ditulis beberapa pekan kemarin. Tapi qadarullah, salahku juga, aku ga nulis. Jadi SSS NAK Indonesia awal Desember kemarin tuh agak sedikit beda, karena yang dibahas video tanpa subtitle.


udah ada versi subtitlenya -- coba cari aja, dengan keyword "doa nabi ayub" dan "nouman ali khan"

*semoga gak salah nampilin video. Judulnya pakai Nightly Reminder May dan tanggalnya. Seingetku 29.


Yang mau baca english transcriptnya bisa buka link ini.


***


Nabi Ayyub 'alaihi salam berdoa begini, "Inni massaniyadh dhurru wa anta arhamurrahimin


(۞ وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ)


Sebelum bahas ke ayatnya, ustadz Nouman terlebih dahulu memberitahu kita keunikan letak ayat ini. Ayat tentang Nabi Ayub ini terletak setelah ayat tentang Nabi Sulaiman. Dua gambaran kisah yang begitu kontras bukan. Nabi Sulaiman 'alaihi salam adalah nabi yang Allah berikan banyak kekuasaan. Sedangkan Nabi Ayub adalah nabi yang Allah uji dengan begitu banyak kehilangan dan juga sakit keras yang membuatnya diasingkan. Keduanya adalah Nabi, dan dari keduanya, kita bisa banyak sekali mengambil pelajaran. Salah satunya, bahwa ketika kita sakit pun, itu bisa menjadi ladang amal kita. Bahwa ujian setiap orang berbeda, dan bahwa dalam dua keadaan yang bertolak belakang tersebut, terdapat rahmat dariNya. 


Ustadz Nouman juga menekankan tentang kondisi psikologis seseorang yang sakit. Saat sakit, kita tidak bisa melakukan hal normal yang bisa dilakukan saat kita sehat. Dan jika sakitnya parah dan lama, kita mungkin akan didera perasaan "tidak berguna". Dan gak ada manusia, yang mau hidup sebagai seseorang yang tidak berguna, yang cuma jadi "parasit". Setiap manusia ingin keberadaannya memberikan manfaat meski hanya sedikit pada orang lain/lingkungan sekitarnya. Manusia butuh merasa bahwa ia berarti, bahwa keberadaanya, hidupnya, bukanlah sesuatu yang sia-sia.


The first thing to note here is, you know, when somebody gets sick, they're not able to do the normal things that other people are able to do, right? So they're not able to maybe go to work anymore. They're not able to go to college or university or study or continue their studies like they used to be able to study. Maybe they can't even drive anymore. Some basic functions that people do.

As a result of that, a person can start feeling that they're useles, right? That they used to be capable of so many things. And now they're capable of nothing. So they're basically a purposeless existence, you know, for, for a man and a woman, Allah put inside of human beings, this difference than animals, for human beings we don't feel fulfilled, even if there's food on the table, even if everything else is okay, if we're not able to fulfill a purpose or be feel like we're productive and something is inside of us, that's missing.

And so the feeling of not being able to do something because you're sick is a very powerful, negative feeling that can weigh on somebody. And really turned them into a pessimist.

- Nouman Ali Khan 


Ya, seseorang bisa menjadi pesimis saat ia merasa menjadi sosok yang tidak berguna. Dan doa Nabi Ayub mengajarkan kita mindset untuk membantu kita melalui masa-masa berat dalam hidup tanpa menjadi seorang pesimis dengan doa ini.

Nabi Ayub memandang sebuah dhurr dengan lensa pengecil. Ia menggunakan kata 'mass' yang artinya slightly touch. 


The word he's using is saying, "I have barely been touched by harm", just strange language. Cause he's basically paralyzed. He should be saying harm has flooded me. It whipped me. It beat me. You know, barabaniyadh-dhurr, you know, qatananiyadh-dhurr, ahlakaniyadh-dhurr, the harm has destroyed me. Harm has killed me. Harm has ruined me. No, no, no harm has barely touched me.

In this, there's a realization from him, that we don't, we don't acknowledge. And that is as hard as my life can be. As hard as things can be, there is much greater harm that Allah prevents from me. And compared to the harm that Allah has prevented from me, this is just barely a touch. Whatever I'm going through in life. This is actually just a touch of what actual harms there can be.

- Nouman Ali Khan


Yang kedua, Nabi Ayub mengenal Allah. Wa anta arhamurrahimin. Dua asma Allah yang ini begitu familiar bagi kita. Tapi seringkali kita lupa maknanya. Di lecture lain, ustadz Nouman menjelaskan bahwa rahim memiliki asal kata yang sama dengan Arrahman dan Arrahim. Bentuk arrahman dan arrahim Allah itu sifatnya 

Seperti janin, dilingkupi kasih sayang sang ibu, diberi asupan makanan, rasa hangat, dan tidak tahu sama sekali hal-hal buruk di luar rahim. Begitu pula kasih sayang Allah. Kita tidak tahu, bagaimana Allah tidak pernah putus memberikan kasih sayangnya, perlindungan dari bahaya yang tidak kita ketahui. Kita tidak tahu, bagaimana Allah menurunkan air hujan, untuk menumbuhkan tanaman, yang kelak dari tanaman itu, kita akan bisa makan. Dan begitu banyak nikmat lainnya, yang gak akan bisa kita sebut satu per satu.

Dan yang terakhir, Nabi Ayub tahu, bahwa sebuah dhurr itu baru benar-benar bahaya, saat itu sudah mulai menyentuh (mempengaruhi) keimanan kita.


There's another powerful realization and that is physical wellbeing, financial wellbeing, social wellbeing are all one thing. But spiritual well being, my relationship with Allah, if this sickness got to a point where I started getting cut off from Allah Himself, that will be the worst thing that could ever happen. That's the ultimate harm. And compared to that harm, this is nothing.

...

He's also saying, "my inability is starting to hit on me." My incapabilities are starting to mess with me. It's starting to affect me and it's touching on me now. And the massa here is not even referring necessarily to his body. It's now starting to affect my heart. My incapability and my incapacity, my weakness, my flaw, is actually starting to affect my heart. And before it gets any worse, he declared something to Allah.

He says, (وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ)

That's the dua. Actually, in this dua, he asked nothing. He didn't ask for healing. He didn't ask for relief. 

- Nouman Ali Khan


***


Satu catatan lagi. Banyak yang mengira doa ini hanya untuk orang yang sedang sakit. Tapi kata dhurr mencakup lebih dari itu.


He said (أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ)

Harm, difficulty. Some kind of calamity has touched me and every one of us is going through some difficulty in life. We're going through some challenges in life. And dhurr can incorporate all of them. Both can incorporate all.


Terakhir, ustadz Nouman mengingatkan bagaimana doa ini istimewa, karena Allah menyebutkan di ayat selanjutnya. Bahwa ini adalah pengingat untuk 'abidin.


And so at the end of this dua, when Allah said, (وَذِكْرَىٰ لِلْعَـٰبِدِينَ). He's talking about all those who will ever worship allah, they should have this in particular, this attitude in particular.

I remind you again, Suratul Anbiya in the eighties. This is 83 and 84. Just remember one thing. Usually when Allah tells us a dua of other prophets, He doesn't at the end say, "and by the way, in this dua, there's a special reminder for everyone". We automatically know it's a special reminder for everyone.

When Ibrahim's dua is there, at the end of that, Allah doesn't say, "and by the way, that's for you also"

When he taught us the dua of Musa 'alaihi salam, at the end, He didn't say, "by the way, that's also, it's not just a story, it's for you also." It's understood.

But when Allah goes out of his way to say (وَذِكْرَىٰ لِلْعَـٰبِدِينَ), that means you better not miss this one. This is new, this is a really important one. This is like extraordinary emphasis placed on its relevance on you and me by Allah mentioning (وَذِكْرَىٰ لِلْعَـٰبِدِينَ). And so, we should take extra care to make, to incorporate this dua into our life.

- Nouman Ali Khan


Meminjam penutup yang sama dari video ini. Allahummaj'alna minal 'abidin wadzakirin. Barakallahuli walakum fil quranil hakim, wa nafa'ni wa iyyakum bil ayati wa dzikril hakim. Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.


Wallahua'lam bishowab.


***


Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.


PS: Tahun ini pengen banget nulis MFA2022 dengan ayat ini. Tapi baru bisa nulis ini. Semoga beneran bisa submit tulisan untuk MFA (My Favorite Ayat) -- program bulan Ramadan Komunitas NAK Indonesia, share tulisan tentang ayat favorit kita.


Sunday, April 17, 2022

Yang Harus di Curigai Itu Dirimu, Bukan Rencana-Nya

April 17, 2022 0 Comments
Bismillah.
Pekan itu, pekan ke 7 kegiatan guidelight pro batch 5 membahas surat Maryam. Pekan itu, aku membaca pemantik sharing session, tentang istidraj, membaca pula pesan dari tim contdev, agar saat membahas istidraj, kita tidak hanya fokus menunjuk ke orang lain, tapi muhasabah diri pula.

Oh ya, pekan ke 7 ini berat, karena yang dibahas dari ayat 66-82 kalau gak salah. Dan bahasan tentang istidraj adalah tadabbur untuk ayat 73-75. Tentang orang-orang kafir yang merasa dirinya lebih baik, karena memiliki perkakas rumah tangga yang lebih bagus dan lebih sedap dipandang.

Sharing sessionnya seperti biasa berjalan dengan baik. Aku pun sudah menyampaikan penekanan dari tim contdev. Karena memang benar, kita gak bisa benar-benar tahu apakah kenikmatan duniawi yang dimiliki seseorang itu sebuah istidraj atau bukan. Maka lebih baik fokus muhasabah diri, agar kita tidak terlena dengan nikmat yang ada.

***

Pekan depannya, pertemuan terakhir, study series terakhir. Ada sesi sharing di awal, setelah sebelumnya dibuka dan dibacakan ayat quran. Qadarullah ustadz belum masuk room, jadi ada sesi sharing tentang hikmah atau tadabbur dari materi udah dibahas sebelumnya.

Aku ingat salah seorang buka mic, dan bercerita muhasabahnya, saat ia merasa melakukan suatu dosa, tapi Allah masih saja memberikan nikmat untuk bangun malam. Dan hal itu dia jadi bertanya-tanya, apakah itu istidraj? Mungkin perasaan bersalahnya menjadi makin besar, karena ia takut, ia masih dilancarkan bangun malam, tapi juga merasa nyaman dengan kesalahannya. (**ini ada intrepertasi dari saya, semoga Allah memaafkan kalau misal saya salah)

Saat mendengar itu saya agak menyernyitkan dahi. Ada sesuatu yang mengganjal. Aku bertanya-tanya..

Apakah kita boleh menganggap itu istidraj?
Bukankah itu bukti bahwa Allah begitu menyayanginya?

***

Time passed. Waktu berlalu. Program batch sudah selesai. Aku belum. Aku jujur saja merasa bersalah, karena merasa gak bisa maksimal saat program berjalan. Beda banget sama batch sebelumnya. So I listened to explanation about Surah Maryam. Mendengar insight berbeda, dari ayat 75. Falyamdud rahmanu madda. Diperpanjang, karena bentuk istidraj, Itu yang pertama. Yang kedua, diperpanjang juga, karena Ar rahman, juga memberi kesempatan, barangkali ada yang di waktu tersebut ada yang bertaubat dan kembali pada Allah, mengambil petunjuk dariNya.

Sama seperti diutusnya Nabi Musa 'alaihi salam kepada Fir'aun dan kaumnya. Allah knows exactly how Firaun will end up to be. But Allah Arrahman. Kesempatan taubat itu masih dibuka, bagaimana Allah memerintahkan Nabi Musa berdakwah dengan qaulan apa?

Back then, gak ada yang tahu apakah harta Qarun itu istidraj atau bukan. Sampai... till his time's up. We can only say it is istidraj or not, when the time is up. Sebelum itu, sebelum itu... yang perlu kita lakukan cuma dua:

1. berbaik sangka pada Allah,
2. banyak-banyak ngaca (muhasabah diri).

Karena yang harus dicurigai itu diri kita, yang seringkali, nikmat dari Allah deras mengalir, tapi dengan mudah kita berpaling, berbelok, pun tak merasa bersalah hanya karena merasa masih banyak diberi nikmat.

Adapun jika kita kita berdosa, tapi ibadah kita masih dimudahkan oleh Allah, meski feel-nya pasti bakal berkurang.. Jangan anggap itu bentuk istidraj. No. It's not. Itu karena Allah sayang, begitu sayang padamu. Jangan terbalik. Seperti judul postingan ini. Yang harus dicurai itu diri kita, bukan rencana-Nya.

Wallahua'lam bishowab.

Mohon koreksinya kalau ada yang salah dari apa yang aku tulis.

***

PS: Saat menulis ini aku teringat sesuatu. Aku lupa siapa yang menyampaikan atau kapan. Masih terkait istidraj. Seorang ustadz memberitahu, kita tahu sebuah hal baik untuk kita apa gak, kalau hal tersebut mendekatkan kita kepada Allah, tapi kalau menjauhkan berarti gak baik. Begitupun nikmat dariNya, termasuk nikmat sehat dan waktu luang TT. Mari belajar mensyukuri setiap nikmat dariNya, agar nanti, when time is up, we know that all of that is not an istidraj.

PPS: Terakhir, beneran hehe V. Yang menulis ini masih perlu banyak beristighfar dan bertaubat. Masih perlu banyak belajar berbaik sangka pada Allah dan mencurigai diri. Jika, jika ada yang membaca ini, dan ambil manfaat, doain yaa semoga bisa istiqomah di jalan-Nya. Sekian. It's still Ramadan, let's make more and more du'a than usual. 

Saturday, September 4, 2021

Stabil

September 04, 2021 0 Comments

Bismillah.

#fiksi

Dialog Dol dan Hanel.

Dol : Aku iri.


Hanel: Pada siapa?


Dol : Pada dua manusia yang bercakap-cakap suatu pagi. Mereka memiliki kaki, mereka bergerak, dan mereka mengatakan mereka stabil. Sedangkan aku... aku sebongkah batu, diam, seharusnya bisa stabil, tapi mengapa rasanya aku selalu jatuh, berkali-kali. Berputar dan jatuh di melewati lereng gunung. Atau dipindahkan tangan-tangan manusia. Atau ditendang --ah, yang ini aku belum merasakannya sebenarnya.


Hanel: Tidak perlu kau iri pada manusia. Bibir dan lidah mereka yang mengatakan mereka stabil. Kenyataannya, hati mereka juga bergejolak, kaki mereka memang berusaha untuk bergerak agar stabil, tapi bukan berarti mereka tidak pernah jatuh. Mereka sama sepertimu, lagian bukankah kamu juga manusia?


Dol: Ya, manusia memang bisa berbohong. Kadang lisannya tidak selaras dengan hatinya. Tapi aku tetap saja iri pada dua manusia yang bercakap-cakap ba'da suatu shubuh. Aku mengenal mereka, mereka bukan seperti kebanyakan manusia yang mudah berbohong. Mereka dua orang yang jujur. Maka saat mereka bilang, mereka stabil, mereka tidak berbohong. Hati mereka memang tetap bergejolak, tapi mereka tahu cara untuk tetap stabil. Mereka memang sesekali tersandung, kehilangan keseimbangan, tapi kemudian mereka menggerakan tangan dan tubuh mereka agar mereka tidak benar-benar jatuh. Aku iri, aku harap aku bukan sebongkah batu.


Hanel: Berhentilah berfilosi. Kau bukan sebongkah batu. Kau juga manusia, kau... bisa belajar menjadi seperti dua manusia yang kau iri padanya itu.


Dol: Kau tahu mengapa aku mengasosiakan diriku sebagai sebuah batu?


Hanel: Karena kau merasa hatimu mengeras?


Dol: (diam, mengiyakan)


Hanel: Kau tahu mengapa hati manusia mengeras? Kau tahu, mengapa kau merasa tak pernah stabil?


Dol: (diam, menunggu Hanel menjawab pertanyaan tersebut untuknya)


Hanel: Kau tahu jawabannya, kenapa memilih diam? Ayolah, coba jawab. Barangkali itu bisa melembutkan hatimu lagi.


Dol: Aku diam karena aku sebongkah batu. Dan batu tidak berbicara (tertawa kecil, pahit)


Dol: (memandang Hanel dengan mata memohon) Maukah kau menjawabnya untukku? Menurutmu, mengapa hatiku mengeras bagai batu? Mengapa aku tak pernah merasa stabil dan selalu fluktuatif?


Hanel: (tersenyum, mengalah) Baiklah.


Hanel: Hati manusia mengeras karena dosa. Karena tiap dosa meninggalkan bekas, menutupi tiap permukaan beningnya. Lalu hati menjadi keruh, setiap sisinya tertutup kerak dosa. Berlapis, lapis. Bertumpuk, tumpuk. Lalu tanpa kau -- maksudku kita. Lalu tanpa kita sadari, kita menjelma sebongkah batu.


Hanel: Yang kedua, (jawaban pertanyaan mengapa meski batu selalu merasa tak pernah stabil).... karena tidak menutup pintu abu-abu, tidak berjingkat dari semak-semak berasap. Karena yang seharusnya murni, dicampur dengan tanah (dirt), atau bahkan racun.


Dol: (mudur, berbalik, hendak pergi)


Hanel: Aku belum selesai.


Dol: (berhenti)


Hanel: Tapi Dol, kau tahu kan? Kau tahu bahwa sebongkah batu yang begitu keras, tetap berharga di mata-Nya? Kau ingat kan, meski sekeras batu, ada batu-batu yang baik. Kau tahu kan?


Dol: (masih di posisi saling membelakangi dengan Hanel, mengangguk)


Hanel: Kali ini, bisakah kau yang beritahu aku tentang itu? Tentang batu-batu tersebut?


Dol: (dengan suara bergetar membaca ayatNya)


ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ وَاِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْاَنْهٰرُ ۗ وَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاۤءُ ۗوَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَ

"Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan."

 

Hanel: Benar Dol, jangan lupakan ayat itu... terutama bagian akhirnya. Wamallahu bighofilin 'amma ta'malun. Dan dari kalimat ini, semoga tumbuh cinta, harap dan takut di hati kita. Hati, yang pada masa hidupnya, pernah sekali atau berkali-kali memasuki masa menjelma seperti batu, atau bahkan lebih keras lagi.


The End.


***


Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Monday, May 10, 2021

Dosa - Taubat - Dosa - Taubat

May 10, 2021 0 Comments

Bismillah.


Hanya ingin menyimpan video ini di sini, sebuah pengingat terutama untuk diri. Bahwa Allah menyukai mereka yang bertaubat berkali-kali. Which means, they might be fall and fall and fall again in the darkness pit of sins, but they don't give up on themselves. They try and struggle to get up and walk towards him. Bertaubat, lagi dan lagi.


Pengingat juga untuk tidak "main-main" dengan fakta ini. Bukan berarti lantas jadi menyengaja merasa aman berada di area abu-abu, berjalan di tepi jurang yang jelas-jelas licin. Kalau quotesnya Ustaz Salim A. Fillah, dalam buku JCPP[1]


"Di jalan cinta para pejuang, menolak kemungkaran terdahulukan daripada mengambil kemaslahatan. Di sini, menutup pintu-pintu kerusakan menjadi tradisi. Di sini, kehati-hatian adalah pakaian. Karena kita sedang meniti jalan yang semak di tepiannya bisa menyemburkan asap tanpa api. Jalan cinta para pejuang."


Hanya ingin menyimpan video ini di sini, sebuah pengingat terutama untuk diri. Bahwa yang bisa mencintai dan memaafkan orang yang berungkali salah, minta maaf, eh salah lagi, minta maaf lagi, itu cuma Allah. Karena kalau manusia, mereka pasti cape, mereka ga mungkin bisa mencintai dengan cinta yang sama. Hati manusia ibarat kertas, kalau udah diremas, susah untuk lurus lari. Tintanya udah terlanjur tertoreh. Susah untuk dihapus. Memang fitrah manusia begitu. Maka meski semua orang mungkin berpaling darimu, karena kesalahan-kesalahanmu, *iya kamu bell! Jangan lupa bahwa ada Allah satu-satunya tempat kembali, satu-satunya Dzat yang seharusnya menjadi tujuanmu belari, meminta maaf dan ampunan.


Terakhir, semoga ga cuma ditulis dan disimpan, tapi masuk ke hati, kemudian kuncup, berbunga dalam amal dan akhlak. Jangan menunda taubat, manusia memang akan banyak dosa, maka dari itu perbanyak taubat juga. Banyakin istighfar, banyakin mengiba dan memohon maaf padaNya. Terutama... terutama, mumpung masih Ramadan. Tinggal beberapa hari memang. Jangan mau kalah sama distraksi, maksimalkan usaha dan doa. Semoga Allah menerima amal kita yang jauh dari sempurna.


Allahumma innaka afuwwun, tuhibbul afwa fa'fuanna.

Allahumma innaka afuwwun karim, tuhibbul afwa fa'fuanna.

Allahumma innaka afuwwun, tuhibbul afwa fa'fuanna.


***


[1] Jalan Cinta Para Pejuang, ProU Media. **yes I love this book so much <3 nyatet banyak banget quotes, karena dulu bukunya pinjem hehe. Jazakillah khairan Aulia Azmi Masna.

Saturday, May 1, 2021

Terlambat Memulai

May 01, 2021 0 Comments

 Bismillah.



Bulan Ramadhan sudah melewati batas pertengahan, bahkan sudah mau memasuki sepertiga terakhir. Sejak awal, aku memiliki keinginan produktif menulis di bulan Ramadhan. Entah itu berbagi refleksi hari, atau menyalin catatan pelajaran tentang islam atau tentang quran. Tapi rencana itu tergilas oleh sifat menunda, dan kondisi hati yang tidak baik.


Ada yang pernah dengar teori teko dalam hal menulis? Bahwa apa yang keluar dari teko, adalah apa yang diisikan ke dalam teko. Yang kita tulis, adalah apa yang ada dalam otak kita, pikiran kita, hati kita. Maka saat 18 hari di awal Ramadhan "tidak bisa" menulis, aku jadi sadar, beberapa bulan sebelumnya aku belum mengisi teko dengan apapun. Setelah sadar, aku pun mulai mengisi tekonya. Dan hari ini, meski isinya masih sedikit, aku ingin memulai menulis. Tidak apa-apa terlambat memulai, begitu kata hatiku, pada diriku sendiri.


***


Pernahkah merasa terlambat memulai? Jika iya, dalam hal apa?


Ada sebuah doa yang dalam surat Al Kahfi yang membuatku semangat untuk memulai, meski mungkin terlambat. Terutama saat merasa terlambat untuk melakukan amalan shalih, atau terlambat mengisi Ramadhan dengan aktivitas produktif, atau terlambat belajar agama.


وَلَا تَقُولَنَّ لِشَا۟ىْءٍ إِنِّى فَاعِلٌۭ ذَٰلِكَ غَدًا


Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Aku pasti melakukan itu besok pagi, [Surat Al-Kahfi (18) ayat 23]


إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَٱذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰٓ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هَـٰذَا رَشَدًۭا


kecuali (dengan mengatakan): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini". [Surat Al-Kahfi (18) ayat 24]


Doa ini adalah doa yang diajarkan Allah saat kita berencana akan melakukan sesuatu besok, atau bulan depan, atau Ramadhan ini, tapi lupa tidak mengucapkan in syaa Allah. Doanya adalah "asaa ayyahdiyani robbii li aqroba min hadzaa rosyadaa".


Aku denger penjelasan dari ustadz Nouman di video ini (https://youtu.be/7hmi5ck5ph8). Pertama tentang penggunaan kata "li", bukan "ila". Artinya, kita minta diberi petunjuk sekaligus dianterin sampai ke tujuan. Misal kita cari alamat, tanya ke orang lain, bisa jadi orang lain cuma ngasih petunjuk sebagian, nanti dari situ kita tanya lagi ke orang lain. Tapi doa ini artinya, kita minta petunjuk hingga sampai tujuan.


Terus yang kedua, kita minta petunjuk untuk lebih dekat dari ini, "li aqroba min hadzaa rosyadaa". Min hadza rosyada, artinya minta petunjuk lebih dekat dari ini. "Dari ini" adalah kondisi kita sekarang.


Maksudnya apa?


Allah mengajarkan kita lewat doa ini, bahwa Allah tidak menuntut kesempurnaan. Allah tidak menuntut kita untuk kilat tiba-tiba nyampe, tiba-tiba dekat sama Allah seperti halnya para sahabat Rasulullah. Allah meminta kita untuk terus mendekat, selangkah demi selangkah, gapapa, yang penting kita terus berusaha untuk mendekat ke Allah. Lebih dekat daripada posisi kita saat ini.


Seringkali saat kita melihat sekitar, kita merasa minder. Ada yang hafalan qurannya sudah banyak, qiyamul lailnya tiap malam, shaum sunnahnya rutin, bahasa arabnya, kitab yang dibacanya. Itu membuat kita ragu, bagaimana dengan kita, yang masih segini-gini aja? Tanpa sadar kita jadi membandingkan diri kita dengan orang lain, bukan malah sibuk melangkah, kita justru sibuk overthinking membandingkan diri dengan orang lain. Padahal Allah tidak akan membandingkan kita dengan orang lain.


Allah is not going to put you next to someone else and compare. He doesn't even want you to compare yourself to others in dunya, forget akhirah. Not even in dunya. La tatamannau maa fadhdholallahu bihi ba'dhokum 'ala ba'dh (QS An-Nisa [4] ayat 32) Don't wish for what other people have, what Allah has given some preference over others. Don't do that to yourself. --Nouman Ali Khan


Lewat doa ini, kita belajar bahwa tidak ada kata terlambat memulai, selama kita mau memperbaiki diri hari ke hari. Pintu taubat selalu terbuka, selama nyawa belum ditenggorokan, dan matahari belum terbit dari barat. Terutama di bulan Ramadhan ini, hari yang sudah berlalu, kita tidak bisa mengubahnya. Tapi kita masih diberi kesempatan hidup hari ini. Maka perbaiki diri kita. Bismillah, ucapkan nama-Nya, dan memulailah.


Semoga Allah memberkahi hari-hari Ramadhan kita. Semoga semangat kita tetap terjaga, semoga kita termasuk orang-orang yang mencari malam lailatul qadr. Semoga dosa-dosa kita diampuni olehNya. Aamiin.


Allahua'lam bishowab.


12 Mei 2020 | 19 Ramadhan 1441H


#betterword #refleksiramadhan #doa 


***

Keterangan : tulisan ini pernah di publikasi di Facebook khusus Ramadan.

Tuesday, April 6, 2021

SelfD #8: What is my favorite ayat nowadays?

April 06, 2021 0 Comments

Bismillah.


Ayat favorit itu... selalu berubah.


MFA2018 -- doa nabi Musa, Rabbishrahli sadri. MFA2019 -- Allah tidak ingin menghukummu, QS An Nisa, maa yaf'alullahu bi'adzabikum. MFA2020 -- doa nabi Ibrahim, rabbi habli hukman.


Selain tiga diatas, pernah juga aku nulis alhadid 16-17 sebagai ayat favorit. Hati yang keras, kemudian ayat tentang Allah yang mampu menghidupkan bumi yang mati. Ayat yang penjelasan tentangnya membuatku mencintai hujan. Yang setiap aku merasa hampir berputus asa, kemudian hujan, hujan itu menjadi pengingat agar aku berjuang lagi. Aku cuma perlu lebih banyak "hujan-hujanan", sering-sering mendengarkan ayatNya, membaca surat cintaNya, merenungi dan memikirkan makna dan pesan-pesan di dalamnya.


Ada juga, ayat yang bikin aku semangat baca al kahfi tiap jumat. Ayat yang sekilas cuma pengingat agar tidak lupa membaca lafal in syaa Allah setiap membangun rencana atau berucap janji. Tapi ternyata di dalamnya Allah ajarkan doa, doa untuk siapapun yang kehilangan diri, kehilangan arah, dan sangat-sangat membutuhkan bimbingan dan petunjuk dariNya. Ya Allah bimbing aku, "antarkan aku sampai ke tujuan". Ayat ini juga, yang menyadarkan kita agar tidak membuta karena diliputi perasaan insecure karena terlalu sering membandingkan diri kita dengan orang lain. Ya Rabbana.. 'Asaa ayyahdiyani rabbii li aqraba min hadza rasyada.


***


Dan sekian paragraf di atas, bukan jawaban dari judul postingan ini. Jika aku bertanya pada diri, "what is your favorite ayat nowadays"


Jawabanku, QS Al Baqarah 44-45. Aku pernah menuliskannya, sejak Februari lalu, rasanya aku masih harus terus menerus mengulang ayat tersebut.


Baca juga: Stumble Upon Ayat

**banyak curcol tapi hehe


Aku... semoga aku bukan termasuk yang menyuruh orang lain pada kebajikan, kemudian lupa akan diri sendiri TT


Aku... harus sering-sering tadabbur tentang ayat-ayat terkait topik tersebut. *pengen banget nulis ulang isi video ini, untuk diri sendiri. Ayo... bentar lagi Ramadhan!!



Trus ayat 45-nya.. Aku suka banget, bagaimana Allah "bertanya" tentang kondisi hati yang sakit, kemudian Allah memberitahu kita obatnya. (':


Wasta'inu bishobri washolah. Sabar dan shalat. Sabar di sini.. maksudnya sabar dalam ketaatan dan sabar dalam menghindari maksiat. **pernah baca/denger bahwa sabar itu ada tiga. Sabar dalam ketaatan, sabar dalam meninggalkan/menghindari maksiat, dan sabar dalam menghadapi ujian/musibah. Trus selain sabar, sholat juga akan membantu kita. Banyakin shalat, agar Allah sembuhkan hati yang sakit. Dan shalatnya, bukan shalat yang "sekedar" gerakan fisik. Karena di bagian akhir ayat, diberitahu, bahwa shalat itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. 


Sebenernya kalau mau dilanjut lagi boleh, cek ayat berikutnya. Tentang ciri orang yang khusyu' dan itu juga obat berikutnya, petunjuk berikutnya dari Allah. Gimana supaya kita bisa belajar dan berusaha agar termasuk orang-orang yang khusyu'. Caranya harus sering-sering mengingat hari akhir, mengingat kematian, mengingat bahwa kita kelak akan menghadap Allah dan kembali kepada-Nya.


Tentang ayat 45, aku jadi keinget penjelasan pilihan kata ista'inu, yang mirip sama kata nasta'iin yang ada di alfatihah. Permintaan tolong ini... artinya, kita udah usaha dulu. Ga bisa kita minta otomatis hati kita jadi bersih lagi, cling, dari kondisi awalnya yang penuh noda hitam, berkarat, mengeras dan hampir mati TT. Kita harus ikhtiar dulu, melangkah dulu sambil berdoa. Ikhtiarnya bisa dengan shalat, dengan banyakin istighfar, dengan begitu banyak hal lain. Termasuk mencari support system dan teman-teman yang berada di sekelilingnya saja, mampu mengingatkan kita pada Allah. Karena kalau sendiri, kita mungkin mudah masuk ke perangkap setan.


***


Terakhir, untukku...



۞ أَتَأْمُرُونَ ٱلنَّاسَ بِٱلْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ ٱلْكِتَـٰبَ ۚ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir? [Surat Al-Baqarah (2) ayat 44]


وَٱسْتَعِينُوا۟ بِٱلصَّبْرِ وَٱلصَّلَوٰةِ ۚ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى ٱلْخَـٰشِعِينَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu', [Surat Al-Baqarah (2) ayat 45]


Allahua'lam.


***

PS: Punya ayat favorit yang ingin dibagikan cerita dan maknanya? Boleh banget ikutan program My Favorite Ayat 2021-nya NAK Indonesia. Cek infonya di bawah ini..




Keterangan :

Tulisan ini termasuk rangkaian 30 tulisan mengenal diri.

Friday, March 26, 2021

Hidden Reminder Behind Tree

March 26, 2021 0 Comments

Bismillah.



وَضَرَبَ لَنَا مَثَلًا وَنَسِيَ خَلْقَهُ ۖ قَالَ مَنْ يُحْيِي الْعِظَامَ وَهِيَ رَمِيمٌ

Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami dan melupakan asal kejadiannya; dia berkata, “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang, yang telah hancur luluh?

قُلْ يُحْيِيهَا الَّذِي أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ ۖ وَهُوَ بِكُلِّ خَلْقٍ عَلِيمٌ

Katakanlah (Muhammad), “Yang akan menghidupkannya ialah (Allah) yang menciptakannya pertama kali. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk,

الَّذِي جَعَلَ لَكُمْ مِنَ الشَّجَرِ الْأَخْضَرِ نَارًا فَإِذَا أَنْتُمْ مِنْهُ تُوقِدُونَ

yaitu (Allah) yang menjadikan api untukmu dari kayu yang hijau, maka seketika itu kamu nyalakan (api) dari kayu itu.”

[QS Yasin ayat 78-80]

***

Penutup seri sharing session pelajaran dari surat yasin, belajar dan menghafal surat yasin bersama @guidelight.id project batch 3

Saat itu, monev pekan 7, masing-masing ditanya, ayat mana yang paling berkesan. Jawabanku saat itu, ayat 80.

Alasannya.. Karena aku membaca dan mendengarkan di bawah ini:

***

[Diambil dari transkrip video The Conclusion (Surah Yasin) di nakindonesia.com]

Dua kali Dia menyebutkan pohon, pertama membuat kita berpikir tentang surga, kedua tentang neraka. Tapi yang dikatakannya tentang neraka itu luar biasa. Dia berkata, Dia memberi kemampuan bagi pohon hijau.. pohon hijau sempurna untuk berubah menjadi api, tapi tidak bisa berubah menjadi api dengan sendirinya. Buah muncul dengan sendirinya, keindahannya muncul dengan sendirinya, tapi api tidak.

“Fa idzaa antum min-hu tuuqiduun(a).” (QS Yaa Siin ayat 80)

Kamu harus menyulutnya sendiri, kamu harus mengambil pohon hijau sempurna ini lalu mengubahnya menjadi api.

Apa yang dikatakan Allah? Dia berkata jalan menuju surga itu alami, tapi kamu berbuat diluar batas menghancurkan alam yang diciptakan Allah bagimu, lalu menyulutkan api itu sendiri. Allah tidak menempatkanmu di api neraka, kamu menyulutnya sendiri.

“Fa idzaa antum min-hu tuuqiduun(a).” (QS Yaa Siin ayat 80)

Betapa hebatnya ayat ini. Betapa sempurna gambaran ini, kita takkan melihat pohon dengan cara yang sama lagi.

***

Semoga setiap kali kita melihat pepohonan, kita tidak berhenti di ayat-ayat saintifiknya. Tapi juga bagaimana pepohonan mengingatkan akan surga dan neraka.

Allahumma inna nas-aluka ridhakawal jannah wa na'udzubika min sakhatika wannar. Aamiin.

#GuidelightID #MyFirstGuidance #ShareTheLight #LightSeekers3.0 #SharingSession #Maryam #QuranSuratYasin