Follow Me

Friday, November 10, 2023

Tak ada Kata Dariku

November 10, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

Beberapa pekan, atau bahkan bulan, sulit rasanya untuk menulis. Tidak ada kata dariku. Yang kutemukan dalam diri hanya kehampaan. Teko kosong. Sebenarnya tidak bisa dibilang kosong. Karena alhamdulillah, atas bantuan-Nya, aku masih menyempatkan membaca, meski sedikit. 


Mudah, jika aku hanya sebuah aplikasi yang tugasnya membagikan bacaan yang kubaca. Tapi aku bukan mesin. Ada beban setiap kali aku membagikan sesuatu, yang aku sendiri belum benar-benar bisa menanamnya dalam tanah hatiku. Belum aku tanam, belum aku sirami, belum terlihat sama sekali kecambahnya mencuat dari tanah yang makin hari terlihat kering.


***

 


 

Tak ada kata dariku, tapi ada kata-kata dari buku yang kubaca. Izinkan kubagikan di sini. Bukan karena aku mesin, justru karena aku manusia. Aku mungkin lupa, dan suatu saat akan ingat karena membaca tulisan ini.


Tentang Bersemangat #daribuku Pribadi Hebat - Hamka, Gema Insani

 

"Semangat yang berapi-api adalah sebagian dari sikap berani, yang timbul karena dorongan percaya atas kekuatan diri sendiri. Namun, jika semata-mata bersemangat saja, pengetahuan tentang hal yang akan dihadapi tidak ada, tidak akan berhasil.
.
.
.
Sebab itu meskipun semangat berapi-api, janganlah berjalan dalam gelap gulita malam dengan tidak bersuluh. Suluhnya adalah kekuatan kepercayaan, ilmu, dan pikiran."

 

semangat tidak selalu bergantung pada umur

 

"Semangat yang besar karena cita-cita yang besar tidaklah bergantung kepada umur."


semangat kaum perempuan


"Bagaimanpun besar dan berkobar semangat para kaum laki-laki, boleh dikatakan tidak berarti jika kaum perempuan tidak bersemangat."


teruslah membaca


"Bacalah buku-buku yang bermanfaat, roman yang berisi, ketahuilah jalan pikiran bangsa sendiri.

Bacalah syair pujangga kita sendiri, seperti Chairil Anwar dengan Bintang Jalang-nya, Aoh Kartahadimaja dengan syairnya yang dari mencintai alam fana, dapat menjadi Yang Baka. Jangan hanya Vondel dan Shakespeare atau Du Perron dan Hemingway saja.

Itulah yang akan menumbuhkan semangat dalam jiwa untuk bekerja dan berjuang, menegakkan kebenaran, masyarakat, dan budi. Sehingga setelah layar ditutup dan permainan habis, kepuasan menjelma dalam hati kita.

Setelah perasaan menjadi halus karena pikiran yang tinggi dan dahaga jiwa yang dipuaskan, penuhlah pribadi dengan semangat dan berani berjuang. Sebab, tidak ada orang lain yang akan memikul beban ini, melainkan kita sendiri."


terakhir, yang melemahkan semangat


"Yang melemahkan semangat ada dua perkara. Pertama prasangka, kedua hati busuk.

Prasangka menyempitkan lapangan tempat jiwa berbesar.

Hati busuk.... pada pandangannya tidak ada orang yang benar dalam dunia ini, hanya dia saja."


Semoga kata-kata dari beliau, bisa kuserap dalam hati, berharap suatu hari dapat tumbuh, hingga aku sendiri, yang masih belajar ini, bisa menjadi pribadi yang hebat. Aamiin.


Wallahua'lam.


***

 

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Wednesday, November 8, 2023

Berani Patah untuk Merekah

November 08, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

Aku ingat, saat pertama kali membaca judul itu. Sebuah calling for young writers. Awalnya, aku begitu semangat dan bersiap untuk mendaftar. Tapi rasa itu sejenak dihentikan saat membaca persyaratan usia. Ah, aku sudah tidak lagi muda hehe. Tapi aku masih suka dengan judulnya, dengan projek menulis itu, maka aku share, dan aku dm ke beberapa "adik" yang aku tahu suka menulis.


Waktu berlalu, dan jujur agak kaget kalau ternyata projek buku antologi tersebut hanya diterbitkan dalam bentuk e-book. Kalau gak salah, ada kelas plus launching bukunya. Aku, tidak mendaftar, tidak hadir juga.


Waktu berlalu lagi hehe. 7 Oktober, kita semua ingatkan, serangan dadakan, bentuk perlawanan dari mereka yang terjajah, dan hingga saat ini masih berlangsung TT. Aku, masih belum bisa menulis atau membuat konten sendiri. Jadi fokusku, adalah bantu sharing via story. Sesederhana itu.


Sampai akhirnya kutemukan sebuah konten bagus, aku follow creatornya. Dan di bio-nya, aku menemukannya. Link e-Book Berani Patah untuk Merekah. Aku bersyukur menemukan linknya, dan sayang rasanya, jika hanya aku yang membaca. Barangkali ada yang ingin baca juga.

 


 

 

Ini linknya >> https://online.fliphtml5.com/zdljl/xywd/

 

Aku baru sampai halaman 23 *gak ada yang tanya ya? Hehe


Anyway, selamat membaca. Terkadang dari kisah orang lain, kita bisa belajar banyak hal, mendapat penghiburan, sekaligus juga semangat. Untuk siapapun, yang takut patah, karena mengira itu akan menjadi akhir. Semoga suatu saat kita menyadari, bahwa dari patahan itu, akan merekah keindahan dan kekuatan dalam diri yang tadinya tersembunyi. Wallahua'lam.

Sunday, November 5, 2023

Slow Snail

November 05, 2023 0 Comments
Bismillah.
 
#fiksi 

 

"Untuk karakter kepengurusan tahun ini, silahkan pilih satu hewan per orang ya.. Ditunggu max 21.00 WIB"


Pesan terkirim, dalam hitungan detik, mulai muncul nama-nama hewan populer. Kucing, penguin, panda. Beberapa orang sempat berebut, bertanya padaku apa boleh satu hewan yang sama, kan bisa dibedakan warnanya. Aku jawab tidak dulu. Nanti kalau benar-benar tidak ada pilihan, baru boleh hewan yang sama.


(pilihan yang ada saat ini: kucing, penguin, panda, kupu-kupu, jerapah, ikan paus, bintang laut, burung rajawali, kunang-kunang, singa)


***


20.00 WIB, masih ada 2 orang yang belum menuliskan pilihan karakter hewan. Ya, siapa lagi kalau bukan orang itu. Dia sejak tahun kemarin memang terkenal sebagai silent reader di grup ini. Baginya, cukup ia menunjukkan eksistensinya dengan melaksanakan program kerja. Sisanya, ia lebih banyak diam dan mengangguk setuju. Agak sedikit aneh, karena aku pernah dengar sedikit histori hidupnya. Dia dulu begitu vokal, dan hampir selalu aktif dalam setiap diskusi, di ruang maya maupun nyata. Tapi entah sejak kapan, ia berubah. Begitu, kesaksian salah seorang teman divisinya, saat aku bertanya apakah ia kira-kira bisa amanah untuk melanjutkan kepengurusan di tahun ini.


Sebenarnya, aku bisa saja menunggu sampai jam 21.00 WIB, tapi saat melihat keterangan bahwa ia bahkan sedang online dan menyimak pesan terakhir yang kukirim di grup, jemariku tidak bisa diam. Kumention nomernya, bertanya jawaban. Dan benar, dalam hitungan detik, ia segera membalas. Singkat padat, tanpa babibu. Satu kata. Hewan yang tidak kusangka akan ia pilih. Siput.

 

sumber gambar

 

"Why?" tanyaku di grup. Seketika, aku menyesal telah bertanya. Apalagi saat ia bertanya balik, "emang harus pakai alasan?"


Ingin rasanya membuat excuse, tapi benar pertanyaannya, sejak awal, aku tidak pernah penasaran dengan alasan orang lain memilih hewan tertentu. Tapi pilihannya, sungguh tidak mencerminkan dirinya. Ia jauh dari image siput yang terkenal lambat. Lagi pula, bukankah lebih lucu kura-kura ketimbang siput?


Saat aku sibuk dengan pikiranku, beberapa yang lain mencoba mencairkan suasana di grup. Mereka bilang, karena siput suka sembunyi di cangkangnya, mirip dengannya. Juga.. karena siput menyukai hujan. Membaca tanggapan yang lain, ia membalas dengan emotikon senyum jaman dulu, titik dua, dan kurung tutup. Eh, tidak, terbalik. Ia mengetik kurung buka, kemudian titik dua. (:


***


Sudah sekitar 5 karakter hewan yang kugambar, aku berdiri sejenak dan meregangkan tangan, memegang dagu dan kepala melemaskan otot leher. Gelas kopiku sudah kosong, menanti untuk di refill. Tapi teringat waktu yang sudah malam, aku akhirnya memilih botol air putih dan menegaknya. Kubuka hp, membuka notifikasi, membaca sekilas beberapa grup dan pesan yang masuk. Pertanyaan yang sama masih melekat di benak. Tentang pilihannya, mengapa siput? Apa mungkin ia menuliskan alasannya di blognya?


Lalu tanpa sadar, secara otomatis, aku membuka browser di laptop dan mengetik alamat yang sudah kuhafal. Cukup satu kata "Pluvia" lalu auto complete browserku melengkapi alamatnya berdasarkan histori web yang pernah kukunjungi. Aku tersenyum, saat menemukan bahwa tebakanku benar. Ia hampir selalu begitu, hemat kata di grup, tapi diam-diam bernarasi di blognya.

 

***


Why is it Snail? by Pluvia Lover

 

Karena aku lambat, sesederhana itu alasannya. Karena untuk membaca buku 100 halaman, aku membutuhkan waktu lebih dari 100 hari. Terkadang bahkan mungkin 1 tahun pun tidak cukup.

 

Karena aku lambat, sesederhana itu alasannya. Meski jelas aku memiliki niat untuk memperbaiki diri. Tapi progresnya mendekati nol. Jangankan orang lain, aku sendiri heran dan hampir berputus asa. Aku lihat rintangan demi rintangan, yang ternyata kubuat sendiri. Aku tahu jalan lurusnya, tapi aku memilih jalan memutar. Lebih sering memilih bersembunyi dan diam di dalam cangkang, padahal kunci dari kesuksesan adalah konsistensi.

 

Aku bak siput, lambat, lagi tenggelam dalam distraksi yang kuletakkan sendiri di dalam cangkangku.

 

PS: No, it's not a self loath. It's a self reflection, as I supposed learn from my lack and mistake.

 

PPS: And thank you, for the question. Both of them. The animal representation, and the why. I wonder, how about you? Which animal and why?


***


Membaca tulisannya membuatku sadar, bahwa aku juga belum mengumumkan pilihan hewan untukku. Tiba-tiba aku kesal, karena tidak ada yang menyadari itu di grup. Kemudian aku tersenyum sendiri, ah, ada, satu orang. Ya, meski dia memilih diam dan tidak bertanya di grup.


Membaca tulisannya membuat jemariku gatal untuk berkomentar. Berbeda dengannya yang memilih menjadi silent reader. Aku, sejak dulu, selalu menjadi noisy reader. A commentator.


Setelah menyetting komentar menjadi anonim, kuketik beberapa kalimat.


"Menurutku kamu bukan bak siput. Lebih mirip kelinci, yang sering jatuh di lubangnya sendiri. Semua orang tahu kelinci itu cepat, tapi tidak banyak yang tahu keberadaannya saat ia bersembunyi dalam lubang kelinci. Entah terjatuh, bersembunyi, atau sedang mengisi energi untuk melompat-lompat lagi."


Jemariku mengambang di atas keyboard. Ingin rasanya menjawab juga pilihan hewan dan alasannya. Tapi kutahan, dan kucukupkan kalimat tadi. Satu klik, publish. Kemudian tertulis bahwa komentar akan muncul setelah moderasi.


Aku beralih ke grup, kemudian protes, kenapa tidak ada yang bertanya pilihanku. Tapi kemudian mengadakan tebak-tebakan dadakan, yang benar hadiahnya boleh merebut hewan pilihan orang lain. Setelah puas berkoar di grup, yang sepi karena jam segini pasti banyak yang tidur, aku beralih lagi ke aplikasi gambar, melihat hasil ilustrasi yang sudah kubuat.


'Satu lagi,' batinku, 'Habis ini tidur'. Lalu goresan demi goresan membentuk sketsa kelinci. Hewan populer yang sebenarnya tidak terpilih dan tidak perlu digambar.


The End.