Follow Me

Monday, October 23, 2023

Crying Alone

October 23, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

10 September yang lalu, sebuah kejadian menyembunyikan hikmah yang menanti untuk dipetik. Kusimpan-simpan, karena jujur, aku masih belum yakin bisa merangkainya, takut-takut salah mengambil kesimpulan dan pelajaran. Tapi lebih baik memulai dan belajar mengeja, tidak apa salah. Nanti.. kita ulangi lagi merangkainya, jika diberikan kesempatan untuk mengambil lagi hikmah yang sebenarnya.


***


Aku bertanya-tanya, mengapa orang, saat sudah dewasa dan tumbuh dari tubuh kanak-kanaknya, cenderung malu untuk menangis di hadapan orang lain? Mengapa mereka memilih untuk menyembunyikan tangisnya, dan menangis sendiri?


Aku bertanya-tanya, mengapa tidak nyaman menangis di depan orang lain? Bahkan di depan orang yang seharusnya kita merasa aman dan nyaman. Apakah ingin terlihat tangguh? Atau memang, fitrah manusia dan hewan barangkali, bahwa ia tidak mau terlihat lemah? Tidak mau dikasihani. Ego?

 

Kenapa aku menambahkan hewan, karena aku tiba-tiba teringat, bayangan kucing kecil, yang meski tubuhnya kecil, ia melakukan hissing untuk mengintimidasi. Padahal ia tahu, bahwa ia lemah, dan reaksi itu adalah bentuk perlindungannya, saat ia bertemu dengan sosok yang bisa jadi hendak melukai dan mencelakainya. Apakah seperti itu juga, alasan, mengapa orang memilih untuk menangis sendiri? Bentuk ia melindungi dirinya sendiri?


Aku juga berpikir, tentang sisi empati. Yang ini sudah beberapa kali kutulis. Terkadang kita tidak mau berbagi sisi tidak baik-baik saja diri, bukan karena tidak percaya pada orang lain, tapi karena tidak ingin kesedihan itu menular atau merusak hari orang lain. Kita tidak ingin orang lain merasa sedih juga.


Atau bisa jadi, selain alasan-alasan di atas, barangkali rasa nyaman dan keinginan untuk menangis sendiri, ketimbang menangis di hadapan orang lain, adalah karena menangis, seharusnya menjadi waktu istimewa, agar kita kembali ingat Allah. Saat sendiri itu, kita jadi punya waktu untuk berjarak dari manusia, dan berdialog dengan diri, juga Allah. Terkadang lewat kata dan doa yang terucap lisan. Terkadang lewat gelembung pikiran yang lalu lalang, dan taut menaut di kepala. Terkadang hanya dengan bulir-bulir air yang mengalir dari mata.


***


Pernah ada masa aku mengira menangis sendiri, sembunyi itu hal yang buruk. Bertanya-tanya, apakah ini tanda aku memiliki trust issue. Bertanya-tanya, apakah tangis, juga mesti dieja dan diurai satu-satu, dibuka pada orang lain. Tapi setelah dipikir-pikir ulang, dicerna, berusaha mengambil hikmah. It's not a bad thing to cry alone. Syaratnya, asalkan kita tidak merasa sendiri saat menangis sendiri. Hati kita harus ingat, bahwa menangis sendiri kita, juga disaksikan oleh Allah. Bahwa bisa jadi, hal-hal mengecewakan, atau apapun yang membuat kita menangis, adalah bentuk kasih sayang-Nya, yang rindu ingin mendengarkan keluhan dan aduan mesra seorang hamba pada Rabb-Nya.

 

Adakah kita lupa, bagaimana Allah menjawab langsung pertanyaan seseorang kepada Rasulullah?


Fainni qarib. Bukan faqul inni qarib.


Lalu ingatkah lanjutannya? Kalau lupa, yuk tadabbur lagi ayat itu.. [1] dan rasakan kerinduan untuk menangis sendiri bersama-Nya. Ah... aku rindu Ramadan juga. Semoga Allah memberikan kesempatan untuk bertemu bulan Ramadan lagi. Aamiin.

 

Wallahua'lam.


***


Keterangan:

[1] Salah satu sumber untuk tadabbur ayat ini (2:186) https://youtu.be/EFreH2aLkjU?si=O6xb-6guzTsa25TZ&t=3122 (ada subtitle indonya)

Friday, October 20, 2023

Bella Masih Nulis?

October 20, 2023 0 Comments

Bismillah.

-Musabah Diri-

 

Sebuah pertanyaan hadir, saat seorang sepupu mampir ke Purwokerto dalam perjalanan kerjanya di Cilacap.


"Bella masih nulis?"

"Masih."

"Novel?" tanyanya. 

Aku menggeleng kemudian menjawab, "di blog".


***


Pertanyaan sederhana itu membuatku terdiam dan banyak berpikir. Tentang cerita apa... yang didengarnya sehingga ia bertanya hal tersebut. Tentang kabarku, dan menulis, berapa tahun telah berlalu, dan rasanya aku masih stuck di level yang sama. Tentang "batu penghalang" yang kubuat sendiri, kutumpuk sendiri, sehingga sampai detik ini aku masih di sini saja. Tentu, bukan berarti tanpa progres, tapi ini... jauh terlalu lambat dan rasanya tidak seperti yang dulu aku tuliskan di selembar surat di sebuah kantor pos.


***


Aku masih menulis.


Dan ingin rasanya melengkapi kalimat itu dengan excuse-excuse lain. Justifikasi. Hmm..

 

It's october. I should really hurry, and be serious. Didn't you always say, that you want to write at least a draft this year? So what's holding you back?


***


Bella masih nulis?


Ya, aku masih menulis. Doakan aku. Ada batu besar, yang harus kudorong pergi. Aku... ingin terus menulis. Aku, ingin lebih banyak mengeluarkan karya. Karya yang bukan sekedar tulisan kosong, bukan sekedar kata-kata di permukaan bak buih.


Aku, masih menulis.


Wallahua'lam.

Monday, October 16, 2023

Cemas dan Stress Memantau Berita Tentang Palestina

October 16, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

-Muhasabah Diri-

 

Maaf, atas judul yang terlalu to the point. Tapi itu poin pertama yang ingin kutuliskan, sebuah ejaan perasaan sejak pertama berita tentang palestina hadir, hingga kini...  7-16 Oktober, satu pekan lebih. Ada begitu banyak emosi yang bercampur aduk, sedih, amarah, ghirah, dll. See? I can't even name or mention each of those feelings. Ada rasa sakit dan menyesakkan setiap kali membaca update berita dari berbagai sumber terpercaya. Pun merasa marah, saat melihat dan membaca komentar yang membuat badan bergidig, kok bisa.. ada yang begitu. Belum lagi perasaan tidak berdaya, karena merasa tidak bisa ikut andil, bahkan untuk sekedar share, menulis, dan doa, aku tahu persis untuk hal-hal kecil ini aku belum bisa maksimal.

 

Belum lagi, ironisnya setelah membaca dan menyaksikan serta merasakan berbagai emosi, kadang, rasanya ingin lari dari perasaan itu. Akhirnya memilih untuk pura-pura lupa, mendistraksi diri dengan hal-hal lain. Padahal kita tahu di sana, ada yang untuk minum saja sulit, makan juga, rasa aman.. suara-suara bom, pemandangan darah dan orang-orang yang sakit dan mati. Ah.. ini keliru. Mereka syahid, hidup, dan merdeka dari raga dan dunia yang memenjarakan ruh.


Sungguh, rasa cemas dan stress memantau berita tentang palestina itu nyata. Dan hal itu mungkin membuat kita bingung untuk mengatasinya. For me, at least reading broadcast channel from Risalah Ammar could give me another side of news, aside from the bombs, the blood, the number of dying, the tragic and sad stories people told. Yang mau cek dan baca bisa cek link ini. Dan tentu, yang ini gak boleh lupa. Baca Quran, sungguh ketenangan itu datangnya dari Allah, dari membaca kalam-Nya. Semoga dengan membaca ayat-ayatNya, kita belajar lagi untuk menyeimbangkan rasa cinta-harapan-takut. Kita mungkin tidak bisa melakukan banyak hal, tapi dari yang sedikit, lakukan meski sedikit. Baca lagi literasi tentang palestina dan al quds, baca lagi Sirah Nabawi. 

 

Terakhir, sebuah tulisan tentang kontribusi apa yang bisa kita lakukan:

 

 

 


Semoga Allah membimbing dan memudahkan kita, untuk ambil bagian, meski sedikit. Aamiin.


Wallahua'lam.

Sunday, October 15, 2023

Beyond Ourselves

October 15, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

Setiap dari kita punya perjuangan masing-masing, masalah masing-masing, urusan dan kesibukan masing-masing. Tapi meski begitu, kita, sebenarnya diberikan kemampuan untuk mengatasi hal-hal di luar itu juga. We're not born just for ourselves, there's something beyond ourselves.

 

Saat aku memilih sibuk dengan keluhan diri, merasa kewalahan dengan masalah pribadi, egois memikirkan diri lagi dan lagi. Saat itulah Allah mengingatkanku untuk berhenti berada dalam tempurung kelapa dan melihat lebih luas dari diri sendiri. Di luar sana, ada yang berjuang bukan hanya untuk dirinya sendiri. Tapi juga untuk orang lain, ia tidak hanya berjuang memenuhi peran sebagai hamba, namun juga mengingat tugasnya sebagai khalifah. Mereka bisa saja memilih egois, dan memutuskan untuk sekedar survive seorang diri. Tapi jiwa suci mereka memilih untuk berjuang tidak sekedar untuk diri sendiri. Mereka menggali potensi dalam diri, kemudian membagikan buahnya pada banyak orang. Mereka tidak mengeluh tentang kekurangan mereka, dan fokus pada apa yang mereka punya, untuk memberi, memberi dan terus memberi.


Di tanah yang rasa aman begitu langka, menit-menit ketidakpastian, bahwa bisa jadi dentuman bom berikutnya bukan hanya didengar dan dilihat, tapi juga merenggut nyawa. Mereka berlari dan berlomba dalam kebaikan. Orang di luar mungkin hanya bisa mengasihani mereka, karena banyak yang tidak paham, justru kita lah yang harus dikasihani. Yang memilih menyibukkan diri dengan diri, tenggelam lagi dan lagi. Melupakan begitu banyak kebaikan-kebaikan, potensi yang yang bisa tumbuh dan berbuah. Kerdil, karena memilih berhenti di diri sendiri.


Dan saat ini... mereka yang berjuang bukan hanya untuk diri, tapi untuk hal-hal lebih besar dibandingkan dirinya sendiri. Mereka memang saat ini merasakan sakit yang bertubi, fisik, psikis. Seolah mereka yang butuh bantuan. Tapi nanti.. nanti bisa jadi kita-lah yang menangis, dan merasakan sakit. Saat tahu, bahwa di masa-masa ini, bukan mereka yang membutuhkan bantuan kita. Tapi justru kita, yang butuh untuk membantu. Karena diam kita, adalah kerugian dan penyesalan. Saat gelar syahid menanti mereka, tidakkah kita ingin ikut kebagian, meski sedikit, dari perjuangan mulia mereka? Maka mari berhenti memikirkan diri sendiri saja. Mari berhenti diam dan bersuara. Lakukan apapun yang bisa kita lakukan untuk ambil bagian.

 

Mari ambil bagian. Bahkan sekecil membagikan berita-berita yang benar, saat begitu banyak hoax tersebar. Sekecil membagikan gambaran besarnya, agar tidak banyak tertipu oleh potongan gambar yang membutakan banyak orang dari masalah yang sebenarnya.


Mari ambil bagian. Sungguh, bukan mereka yang akan mengemis bantuan. Tapi kita yang akan menyesal jika kita membiarkan masa ini berlalu tanpa kita meraih sedikit saja, sebagai bentuk bahwa hati kita masih hidup dan berdetak. Sungguh, doa bukanlah hal kecil. Bisa jadi, karena inilah, karena doa kita pada mereka yang sedang berjuang di sana, doa-doa pribadi kita ikut dikabulkan. Wallahua'lam.



***


Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Saturday, October 7, 2023

Last Puzzle Instagram @quote.daribuku

October 07, 2023 0 Comments

Bismillah.


Aku tidak tahu bahwa dibutuhkan waktu 2 tahun, untuk nyelesaiin puzzle konten di @quote.daribuku. Selesai, untuk memulai kembali.



Setelah ini, akan post logo. Kemudian mungkin cari ide template baru. Atau pakai template lama di puzzle sebelumnya.


Untuk akun ini aku memilih puzzle 2 • (3x3)


***


Let's talk about my history with Instagram.


Akhir 2016, aku baru buat Instagram. Meski saat 2012, Instagram adalah sosmed baru yang banyak dipakai teman-temanku. Alhamdulillah aku tidak membuatnya di tahun itu.


Awalnya instagram personal. Saat itu id-nya masih @kirei999193.


Beberapa saat kemudian, aku buat akun ig baru untuk blog @betterword_kirei.


Semenjak suka catet kutipan dari bacaan, sayang kalau gak di share. Akhirnya buat akun Tumblr anonim (daribuku.tumblr.com). Saat sudah berani untuk melepas topeng anonim, dan udah mulai buat grup laporan baca harian, akhirnya buat ig lagi @quote.daribuku


Setelah itu, akun ig personal ganti id jadi @isabellakirei_


Aku lupa persisnya kapan mulai mengerjakan puzzle konten. Awalnya di akun @betterword_kirei. Saat mulai otak-atik logo blog. Masukin sebagai banner. Aku ingat, install aplikasi yang bisa potong gambar jadi 3.


Lalu mulai lah, yang tadinya cuma ngisi 3 template yang sama. Kini jadi 3x3, template dan isi yang mirip-mirip. Lalu setelah memenuhi 3 • (3x3), entah mengapa ngerasa pengen kasih line. Jadilah, posting logo lagi.


Sejak itu, aturan buatan ini berlaku juga di akun ig @quote.daribuku. Bedanya, kali ini ukuran puzzlenya 2 • (3x3).

 

***

 

Sebenarnya kalau mau rajin post, untuk akun quote.daribuku relatif lebih mudah. Karena cuma satu quote/post. Tapi kembali lagi. Aku terlalu sering tenggelam dalam distraksi. Selain itu, entah ini bisa dijadiin excuse apa gak. Aku cari quote dari buku yang berbeda. Kalau bisa satu quote per buku. Artinya, aku harus menyelesaikan banyak buku. Padahal seperti yang selalu kutulis, i am a snail reader, perharps even slower than a snail. 


Oh ya, untuk akun @betterword_kirei, aku udah pernah cerita belum ya? Rencanya mau posting 3x3 dari tulisan mencari makna. Setelah itu, mungkin buku/dari catatan ceramah/tadabbur quran. Setelah itu, harusnya podcast. Tapi aku stuck, dan belum mulai merekam lagi. Alasannya banyak. Tapi kalau kurumuskan, anggap saja, aku masih tenggelam dalam distraksi.


Lepas dari naik turun buat konten. Baik di blog, medium, maupun instagram. Aku mau kasih sedikit 'usapan di kepala' atas puzzle yang sudah selesai. Meski butuh waktu 2 tahun. Semoga jejaknya tidak cuma di sini. Semoga niatnya tidak bengkok dan menghanguskan semua.


I'm still struggling. Want to give up couple of times. I'm ashamed to face my reflection in the mirror. Di dalam cermin sana, aku masih melihat betapa legam dan berkarat, keras, kering. But as long as Allah still give me chance, to be me, to fulfill the reason Allah gives me life... aku masih mau bersusah payah dalam perjuangan melawan diri, melawan hawa nafsu, yang ingin bermain saja di dunia. Padahal nasihat itu sudah berulang didengar dan dibaca, bahwa semua yang ada di sini, kelak akan menguning, dan berubah menjadi sia-sia, ibarat daun kering yang terinjak. Kalau beneran daun kering, mungkin itu lebih baik, karena bisa jadi kompos, menyuburkan tanah.

 

Tapi nilai dunia, bahkan lebih hina dari itu kan? setengah sayap nyamuk? Bangkai? hmm.. apa lagi perumpamaannya? How beautiful how Allah reminds us. Allah tahu, harusnya dengan perumpamaan kita lebih mudah mengingat. Tapi buat apa, kalau mengingatnya hanya dengan otak, bukan dengan hati? TT



Wallahua'lam.

Friday, October 6, 2023

When Allah Test You

October 06, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

-Muhasabah Diri-

 

Rasanya sudah lama, aku tidak mencatat kajian atau apa yang aku pelajari dari quran ke blog ini. Dan jujur, aku tidak punya topik lain untuk dibahas. Karena aku masih merasa dikelilingi "kabut".

 

Maret 2023, lupa tepatnya kapan, aku menonton video Ustadz Nouman di youtube. Isinya potongan dari khutbah lama. Yang mau nonton videonya boleh langsung meluncur aja ya, gak usah baca ini hehe

 


Dari video itu, aku ngerasa jleb gitu tentang kadang kita terlalu milih yang mudah, dan gak mau jalan yang susah. Padahal yang mudah itu salah.

 

Video pendek itu menyadarkanku, bahwa cerita populer, tentang ikan, yang loncat-loncat di hari sabat, dan orang-orang yang akhirnya melanggar hari sabat itu.. bukan cuma cerita tentang orang-orang terdahulu. Bisa jadi, itu tentang kita. Yang memilih hal-hal mudah, yang sebenarnya salah. Maybe that's the test Allah put on us, as a believer.

 

Malu, untuk mengakui tentang kerugian-kerugian yang aku pilih sendiri, karena merasa seolah ada waktu. Padahal setiap waktu akan ditanya. Berapa kali aku memilih mengerjakan hal yang sangat tidak penting, ketimbang mengerjakan hal-hal produktif. Dengan alasan apa? Karena lebih mudah sekedar rebahan, ketimbang hal-hal lain yang lebih produktif, entah itu olahraga, kerja, belajar, baca, atau apapun. Hmm.


But today what I wanted to highlight is a kind of test that you and I have to be ready for from Allah and what's that test? That test is that the halal, the right way may seem like it requires more work. It requires more effort. It's not as convenient. And the wrong way is actually wide open and extremely tempting and super convenient and effortless. Where the benefit that you're seeking from the Halal way if you do the right thing, you have to make a lot of effort for it to, it won't come to you have to go to it. But the haram, you don't even have to go to it it's coming to you like the fish are coming to you.


Terakhir, saat pintu hitam terbuka lebar, dan jalanannya terlihat begitu mulus tanpa halangan. Bukan berarti Allah membiarkanmu untuk memilih itu. Kita selalu punya pilihan untuk berbalik.

 

He's giving you the choice. You can walk away from any of them at any point.

 

Seberapa jauh pun kamu dari Allah, kamu punya pilihan untuk berbalik dan memilih jalan yang sukar, tapi mengantarmu kepada kebenaran, kepada Allah. Dan jika rasanya kamu merasa lemah dan kekuatan, jangan ragu untuk meminta dan memohon kepada-Nya. He'll give you the strength. Sudahkah kamu meminta? Atau ayat yang diulang-ulang itu, selama ini hanya penghias bibir saja?


Ihdinash-shiratal mustaqim.

'Asaa ayyahdiyani rabbi li aqraba min hadza rasyada.

Allahumma ati nafsi taqwaha wa zakkiha anta khairu man zakkaha wa anta waliyyuha wa maulaha

Allahumma inna nas-alukal huda wattuqa wal 'afaf wal ghina.

Aamiin.

 

Wallahua'lam.

 

PS: Hello there~ It's been some weeks, still struggling here with my spiritual condition. But Alhamdulillah my mental and physical health is okay. Sekian curcolnya, bagian ini aku tutup aja ya hehe.

Monday, October 2, 2023

A Polite Goodbye

October 02, 2023 0 Comments

Bismillah.

A friend from slowly, sent this to me...

 

"...Since I have more free time now I want to focus on my language studies. I hope I can read more as well. So I'll stop using slowly as it takes me a lot of time and mental power to write. Thank you for all the lovely letters you've sent me, it was great talking to you. May Allah bless you with lots of goodness. Take care~ 💐"


***


Sad but... I know every meeting has its own separation. Honestly I can't stop myself from overthinking.


Do something I said, somehow annoy her?


I tried, to connect with her with other option outside slowly, but she doesn't use social media anymore.


Perharps, it is really a goodbye. And I need to let go this overthinking which sometimes drag me into something negative.


***


She said, it takes a lot time and mental power to write in slowly. I agree about that too. That's why, I'm taking slowly as slow as I possibly could. Just hoping the one waiting there not getting tired and choose to stop answering my letter.


But her decision to stop, I think that's what make us different. Perhaps, cause I love writing, and I need it too.. That's why even if it's not easy to write a sincere and honest letter, trying to connect with someone you've never and might be will never met, I choose to still use it. Despite sometimes, getting tired of it. 


I know for sure, it's better than scrolling on social media, or youtube short. With letters from slowly, they remind me how to answer a shallow "how are you". And how honest would I be, when I have choice to pretend to be who i am not. It reminds me to act upon my writing, cause someone else really read it. It's different, in this blog, sometimes, I still think the only reader is just me, Allah, and maybe google crawler wkwkwk.


Anyway, a goodbye is a goodbye. Thank you also for all the letters. I hope you achieve what want, and maybe even better than what you imagine. Nice to meet you. Bye 5!


Wallahua'lam.