Follow Me

Monday, October 26, 2020

'Ilman Yaqiin

October 26, 2020 0 Comments

Bismillah.

-Muhasabah Diri-


Menyimak potongan kajian tadabbur surat At Takatsur. Pendek, tapi cukup untuk membuka mata, mengubah perspektif. Surat pendek tersebut, 3 kalla yang disebutkan. Dan bagaimana seharusnya ilmu sampai ke derajat yaqiin, agar buahnya dapat kita petik, agar manisnya dapat kita rasakan dalam keseharian kita.


Karena ilmu masih belum cukup, kalau hanya berhenti di bacaan, atau hafalan. Ia baru akan mengubah pribadi kita, saat ia sampai derajat yaqiin. Seolah-olah nyata kita melihatnya. Bagaimana kematian akan terjadi dan membuat kita sadar nilai 'dunia' yang tidak lebih berat dari setengah sayap nyamuk. Bagaimana hari kebangkitan akan terjadi, dan setiap amal dan perbuatan akan dimintai pertanggung jawaban.


***


Pertanyaannya, sudahkah ilmu sampai di derajat yaqiin?


Semoga ilmu datang di awal, agar manfaatnya bisa kita rasakan. Semoga ilmu tidak datang di akhir, karena jika terlambat kita menyadarinya, hanya penyesalan yang tersisa. Semoga kita bukan termasuk golongan yang di akhirat berkata, "yaa laitanii kuntu turaabaa". TT


Allahua'lam.


Sudahkah Aku Bertumbuh?

October 26, 2020 0 Comments

Bismillah.

#buku

Nukil Buku, "Bertumbuh" terbitan CV IDS. Buku hasil kolaborasi lima penulis (Satria Maulana, Kurniawan Gunadi, Iqbal Hariadi, Mutia Prawitasari, Novie Octaviane Mufti), yang mengumpulkan merangkai tulisan-tulisannya, untuk dibaca dan menjadi teman bertumbuh.


***


Yang ingin kusalin di sini, penutup dari tulisan bertajuk "Sebab Aku Tidak Tahu".


"Sebab aku tidak tahu, maka tugasku belajar. Sebab aku masih diberi waktu, maka tugasku adalah mempersiapkan. Sebab aku percaya bahwa hanya Dialah yang mampu membuat laut, samudra, gunung-gunung tinggi, dan semua yang ada di alam raya ini tertunduk kepada-Nya, maka tugasku adalah menggenapkan upaya dengan doa dan berserah pada-Nya."

- Novie Octaviane Mufti, dalam buku "Bertumbuh"

 

***


Pertanyaannya... Sudahkah aku mengerjakan tugasku?


Pertanyaannya... Sudahkah aku bertumbuh?


Aku harap jawabannya ya. Laa haulaa wa laa quwwata illaa billaah.


Allahua'lam.

Saturday, October 24, 2020

Berputar-putar

October 24, 2020 0 Comments

Bismillah.

Sengaja aku posting quotes dari buku Reclaim Your Heart di postingan sebelumnya, untuk mengingatkan diri agar berhenti berputar-putar dan serius mencari jalan menuju tujuan. Aku memang sudah tidak tersesat, tapi aku terlalu banyak menikmati distraksi sampai lupa entah berapa banyak waktu yang terbuang.

Alhamdulillah, Allah berikan nikmat awareness lagi. Distraksi itu terus menerus menenggelamkan, karena ilmu yang ada belum benar-benar aku jadikan bekal. Akarnya belum menghujam, buahnya belum kupetik, manisnya, belum ranum.

Ayo berhenti berputar-putar Bel! Say Bismillah, take a step. Semangaat^^

Thursday, October 22, 2020

I Need to Repost This Quotes

October 22, 2020 0 Comments
Selamatkan Aku 
 Aku tidak memiliki apa-apa selain mengharapkan kemurahan hati-Mu. Karena aku berdiri di muka pintu-Mu memegang potongan-potongan yang rusak... dan Engkau pun membukakan. Selamatkan aku dari badai ini. Aku adalah hamba-Mu yang paling tak berdaya. Dan aku tersesat, berkeliaran di tengah-tengah hutan berusaha untuk menemukan jalan. Tapi, semua pohon terlihat sama dan tiap-tiap jalur hanya mengarah kembali ke awal. Tidak ada yang menemukan jalan keluar dari hutan ini –kecuali orang-orang yang Engkau selamatkan. Selamatkan aku. Karena sesungguhnya aku tidak bisa menyelamatkan diriku sendiri.
 - Yasmin Mogahed dalam bukunya "Reclaim Your Heart" hal. 289 


***


SAVE ME

I have nothing but your generosity to put my hope in-Nothing. For I stand at Your door holding broken scraps…and yet you open. Save me from this storm. I am the most helpless of all your slaves. And I’m lost, wandering in the middle of a forest trying to find my way. But all the trees look the same, and each path just leads back to the beginning. No one finds their way out of this forest—except whom You save. Save me- For truly, truly I cannot save myself.

- Yasmin Mogahed in her book "Reclaim Your Heart"

Wednesday, October 21, 2020

Menemukan Makna

October 21, 2020 0 Comments

Bismillah.


#buku


Nukilan buku "Teman Imaji", Mutia Prawitasari.


Sebuah interview antara Kica dengan Tante Titis (pemilik Rumah Seni).


***


"Kalau cerita itu begitu berharga, kenapa nggak dijadikan film aja, Tan? Supaya lebih banyak yang nonton?"

"Hmm... Kijk, Kica. Di Dunia ini ada dua macam seni. Seni yang populer dan seni yang tidak populer. Teater itu termasuk yang kedua. Sudah dari sananya. Teater hanya bisa dinikmati segelintir orang saja. Tapi itu bukan masalah."

"Kenapa begitu, Tan?"

"Omdat... Sebab yang kami inginkan bukanlah teater menjadi lebih populer, tapi menjadi lebih bermakna. Bahkan saat teater itu tidak ditonton siapa-siapa, asalkan pelakuknya sudah menemukan makna yang lebih dalam, itu tidak apa-apa."

Kica sepakat. Sangat sepakat. Menulis juga sama. Bukan soal berapa banyak yang baca, tetapi berapa dalam si penulis menemukan makna.

"Meskipun, tentu... tidak ada kebahagiaan lebih besar daripada melihat gedung pentas penuh dengan penonton, lalu mereka hun handen klappen standing ovation."

Menulis juga sama. Kebahagiaan terbesar penulis adalah ketika tulisannya dibaca semakin banyak orang, lalu bisa menggerakkan.


***


Ditulis agar tidak lupa. Bahwa yang terpenting dari menulis, adalah saat penulis menemukan makna. Selebihnya bonus.


Menulis postingan ini mengingatkanku saat dulu aku rajin menulis di sini, mayoritas tulisan blogwalking. Aku menulis karena butuh, karena menulis membuatku terhubung. Semoga aku tidak lupa lesson learned dari sana. ^^


Semangat menulis~


Allahua'lam.

Akhir-akhir ini dengan Medium

October 21, 2020 0 Comments

Bismillah.


Ada yang banyak berubah di medium, logonya, tampilannya, termasuk sebagian bisa ganti alamat domain pula. Salah satu dari member KBM mengatakan jadi mirip wordpress, karena kita bisa setting semacam theme gitu. Meski tetap beda.


***


Akhir-akhir ini aku enggan menggunakan medium, baik menulis atau membaca. Keinginan untuk import tulisan, dan publish tulisan ada. Tapi belum terlaksana. Notifikasi tulisan baru dari akun-akun yang aku follow juga terlihat, tapi aku enggan membaca.


Akhir-akhir ini aku berharap medium punya fasilitas 'menghilang', bukan deactive sih, cuma sementara tidak bisa diakses publik, layaknya blogger, yang bisa disetting agar tidak bisa diakses publik tanpa harus menghapus blognya.


Akhir-akhir ini aku sedang ingin berjarak dengan medium. Nanti, kalau sudah mood, juga akan aktif lagi. Semangat diisi, nentuin warna, font, background.


***


Menulis tentang medium mengingatkanku blog newleaf. Apa kabar? Hehe. Akardaunranting~

You Made It Too Obvious

October 21, 2020 0 Comments

Bismillah.


#fiksi


Ada yang memilih menyembunyikan. Ada yang memilih untuk menunjukkannya terang-terangan. Ada yang pura-pura menyembunyikan, tapi jejaknya begitu terlihat, sehingga mudah ditebak. Ia yang ketiga.


Awalnya aku tidak tahu. Kemudian mulai merasa tahu. Jejak-jejak mulai bermunculan, aku tertarik untuk menelusurinya. Yang ia berikan, terlalu besar untuk disebut hint. Tapi tidak juga bisa disebut kunci jawaban.


"You made it too obvious," ucapku padanya.


"Terlalu kentara, sampai aku tidak bisa berpura-pura untuk tidak tahu."


Ia masih diam dan tersenyum penuh arti. Aku mengangguk pelan, kemudian mundur tiga langkah, sebelum akhirnya berbalik dan pergi.


The End.


Monday, October 19, 2020

Ada yang Merindukan Ramadhan?

October 19, 2020 0 Comments
Bismillah.

"Aku.. Akuu..", begitu aku ingin menjawab.

Menulis ini, karena sedang mencari teman.

Ada yang rindu ramadhan?

Musim hujan, banyak waktu mustajab, harusnya rasa rindu itu dikemas menjadi doa, semoga Allah berikan kesempatan untuk bertemu Ramadhan lagi.

Aku rindu... Hari-hari saat mengerjakan amal shalih terasa lebih ringan. Hari-hari dimana kuantitas dan kualitas bisa berjalan beriringan.

Aku rindu... Hari-hari saat tubuh terasa lemah, tetapi hati terasa makin kuat.

Aku rindu... Pada ayat "fa inni qarib" yang menjadi jawaban saat orang-orang bertanya tentang-Nya.

Aku rindu. Tapi aku juga takut aku gombal wkwkwk.

Seharusnya jika benar rindu, ga cuma manis di lidah kan? Harusnya tangan dan kaki ikut bergerak. Mempersiapkan diri menjemput Ramadhan. Caranya?

Yuk masing-masing cari tahu hehe.

Done. Selesai.

Semoga tulisan ini bukan gombal. Aamiin.

***

PS: Rasanya, satu-satunya kerinduan yang bisa kutulis tanpa tedeng aling-aling di sini hanya kerinduan pada bulan Ramadhan. Ah, ada lagi, aku juga bisa menuliskan kerinduanku pada Tsabita dan Arkan yang tiap hari makin menggemaskan di Kupang sana.

Sunday, October 18, 2020

Little Things in Life

October 18, 2020 0 Comments

Bismillah.

#random

Bukan tentangku, tapi ada di hidupku. Ditulis, agar archive Oktober 2020 blog bisa gemuk wkwkwk. Hal-hal kecil yang ingin kucatat, karena toh ga akan ada yang mencatat ini jika bukan aku.

Bunga ke Sekian

Akhir September lalu (22 September), pohon kurma di depan rumah berbunga lagi. Entah bunga yang ke berapa, aku sudah tidak berhitung. Ibuku yang hafal begituan hehe, karena bagi Ibu melihat pohon kurma menjadi pengobat rindunya. Rindu, agar suatu hari berkesempatan mengunjungi Baitullah.

Meski bunga kesekian, kali ini istimewa. Kalau sebelumnya, bunga yang mekar hanya satu, kali ini tiga sekaligus~

Jangan tanya mana fotonya ya. Karena aku ga ngefoto. Ada beberapa foto di hp Ayah, tapi satu-satu. Ga ada yang barengan bertiga.

True Engineer in My House

Sedikit cerita tentang keluarga, gapapa ya? Just a sneak peak. Jadi, semua di keluargaku punya jiwa enterpreneur. Ayah, ibu, kakak, adik. Semua.. kecuali aku haha. Sampai sini, masih ga nyambung kan sama heading 'true engineer'. Karena kesannya teknik sama bisnis itu beda jauh.

Tapi beberapa bulan ini aku takjub sama Ayah dan Adikku. Aku melihat keduanya sebagai true engineers. Kenapa? Karena aku menyaksikan sendiri bagaimana keduanya membangun sesuatu dari nol. Bikin gerobak, yang kalau beli harganya 2-3 jutaan. Tiap hari dengerin suara bor, palu, suara nyaring bahan yang mirip besi tapi bukan besi, aluminium mungkin? Aku melihat bagaimana dari 0, kemudian jadi kaya stand makanan tanpa roda, trus dikasih roda, dan sekarang udah ga pernah liat lagi, karena udah punya tempat tongkrongan di luar sana.

Ga berhenti sampai di situ. Ada mesin lain yang dirakit Ayah dan adikku. Yang kasih ide dan nyemangatin buat bikin sendiri sebenernya Ayahku. Adikku tipe-tipe yang kalau ada uang, kenapa ga beli aja, ga pake ribet. Tapi ayahku yakin, ini buatnya gampang, toh udah tahu komponen apa aja yang dibutuhin, nonton beberapa video di youtube. Coba-coba, salah atau ada yang kurang, diperbaiki, beli komponen-komponen lain. Dan jadilah mesin "pembuat es krim". Oh ya, bukan mesin eksrim yang jadinya soft ice-cream. Produknya es puter, tapi teksturnya lembut, karena dibuat pakai mesin. Sebelumnya kan manual gitu, pakai tangan, hasilnya tekstur kasar, seperti es tung-tung jajan pas SD. Tapi setelah pakai mesin, kualitasnya jadi naik.

Yang ini juga jangan ditanya fotonya ya. Tampilannya memang ga dipentingin, karena memang rumahan, dan bukan untuk dijual. Aku kasih foto eskrimnya aja ya? Hehe



Sebenarnya aku malu nulis beginian. Cause I contribute nothing but feel proud writing it. Bukan pencapaianku, tapi aku dapet hikmah dari apa yang aku lihat.

Tentang bisnis kecil, tapi karena bisnis, jadi bagi-bagi rezeki juga. Tiap orang punya perannya. Bisnis adikku yang kesekian ini, setahuku ada tiga orang yang terlibat. Ada chef yang punya pengetahuan cara dan resep memasak es krim, ada adikku, yang bantu di investastor dan chef juga, buat gerobak, buat mesin, nyediain dapur juga di belakang rumah, ada satu lagi yang jualan. Hasilnya memang sedikit, dibagi tiga pula, tapi rezeki kan bukan tentang jumlah nominalnya. Tapi kecukupan yang Allah berikan.

Sebenarnya aku malu nulis beginian. Di saat semua berusaha dan bergerak maju. Aku merasa stuck dan mundur. And I don't want to continue writing about me. Biarkan saja tersimpan. Kalau ada yang baca ini, doain aku ya, semoga aku bisa menjadi manusia yang lebih baik, agar aku tidak berhenti di kata aku. Karena siapa sih yang gak mau jadi orang yang menebar manfaat? Siapa sih yang ga mau masuk surga? (':

*selftalk* Jadi Bel, I know you're slow, but you can learn to run. Aku tahu kamu seringnya perlu di gas-in biar gerak dan ga tenggelam dalam distraksi. So please work harder, paksa dirimu, sering-sering nulis biar inget dan ga lalai. Sering-sering baca, dan mempraktikan yang dibaca. Banyakin istighfar...!

***

Terakhir, ada yang rindu Bulan Ramadhan?

Menebak Teman Imaji

October 18, 2020 0 Comments

 Bismillah.


Tiga bulan yang lalu seorang adik tingkat (sebut saja AN) berbaik hati memberikan buku terbitan CV IDS yang sudah selesai dibacanya. Ada 4 buku yang dikirimkannya dari Cikarang sebelum ia pindah kerja ke Tanggerang. Teman Imaji, Menata Kala, Bertumbuh dan Menentukan Arah.

Kali ini, aku akan bahas tentang buku Teman Imaji yang ditulis oleh Mutia Prawitasari. Sebelumnya, aku pernah membaca sekilas tentang buku tersebut. Tapi sepertinya aku salah baca, atau bacanya cuma sekilas, jadi deh aku merasa salah persepsi.

Sebelumnya, aku kira Teman Imaji itu tentang dua orang anak kecil yang bersahabat, anak kota hujan. Bayanganku, isinya menceritakan bagaimana dua anak tersebut berteman, bermain bersama, dan di dalam kisah mereka ada banyak hikmah yang bisa dipetik. Aku tidak membayangkan sama sekali bahwa buku Teman Imaji serupa sebuah novel, pun aku tidak tahu kalau peran utamanya kini sudah kuliah. Intinya, dari awal aku sudah salah persepsi.

Seperti biasa, aku mulai membaca buku dari kata pengantar, kemudian ada testimoni. Baru kemudian membaca cerita pertama berjudul Semut. Di satu cerita yang hanya satu setengah halaman ini, aku kemudian main tebak-tebakan sendiri.

Gaya penulisan penulis yang puitis dan banyak menggunakan istilah unik membuatku teringat bagaimana aku biasa menulis fiksi. Tentu ya, levelnya beda, karena aku tidak banyak mendalami sastra dan puisi. Aku teringat bahwa terkadang aku ingin menulis fiksi, dan ada hal-hal yang tidak ingin kutuliskan secara gamblang, ada yang ingin kusembunyikan dengan bungkus lain. Maka saat aku membaca istilah ranger, kemudian kalimat tentang semut *yang merupakan terjemah ayat dalam quran, aku mulai menebak-nebak maknanya. Tapi tebakanku sebagian besar salah. Aku kira, buku putih bersampul plastik itu Al Quran. Aku kira, menjaga semut itu artinya menghafal surat An Naml. Aku kira ranger itu "bocah".

Maka sejak banyak salah itu, aku akhirnya memilih untuk menikmati saja jalan ceritanya. Pelan-pelan, karena aku tipe yang baca beberapa lembar trus bukunya ditutup, lanjut besok lagi hehe. Membaca Teman Imaji membuatku teringat bahwa aku sudah lama sekali ga baca novel atau buku fiksi lain. Karya fiksi lebih banyak aku konsumsi dalam bentuk gambar bergerak. Aku jadi teringat lagi manisnya membaca diksi-diksi puitis. Trus malu, menengok tulisan-tulisan fiksi di sini yang diksinya miskin sekali haha.

Membaca Teman Imaji, membuatku merasa dekat dengan anak-anak UI hahaha. Kampus di Depok itu, aku pernah mengunjunginya sekali, meski cuma duduk di belakang mobil dan melihat sekeliling. Aku cukup tahu tentang bikun yang menjadi setting di awal-awal cerita. Ditambah pengalaman baca buku IQF tentang Mahasiswa-Mahasiswa Penghafal Quran, yang isinya mayoritas mahasiswa kampus itu juga. Ditambah, beberapa kenalan alumni sana, Mba Hening, Candra, Mba Rindang, dan juga Mba ... *suddenly forget her name, maafkan akuu...

Membaca Teman Imaji saat ini rasanya cocok banget karena banyak hujan yang menemani. Aku jadi sadar bahwa kecintaan Kica terhadap hujan sungguh berbeda dengan kecintaanku pada hujan. Aku mencintai hujan bukan karena hujannya dulu. Tapi karena ternyata ada begitu banyak makna yang Allah titipkan pada bulir-bulirnya. Bagaimana keberkahan ikut turun, juga bagaimana air itu menghidupkan kembali sesuatu yang tadinya mati. Ah... jadi nostalgia. Bagaimana saat-saat itu, setiap lagi ngerasa biru, aku berharap hujan turun, sebagai penghibur yang membisikkan pelan, "It's okay. Today, you heart might be dying, but Allah can revive it. Allah can revive it"

Terakhir, aku salin potongan puisi di awal bab "Hujan Bulan April"

Hujan adalah hadiah langit kepada bumi
Seperti lautan adalah hadiah bumi kepada langit
....
Lewat hujan bumi berteduh pada langitnya
Sedang langit bersandar kepada buminya
- Mutia Prawitasari

Semangat membaca~ Kalau hujan turun, dan kamu bosan memandangi layar, ambil buku, membacalah. Kalau ga ada buku? Quran pun boleh. *urutannya salah ya? Anyway, membaca saat hujan itu... romantis~

Bye ^^

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Wednesday, October 14, 2020

Pencari Cahaya

October 14, 2020 0 Comments

Bismillah.


Spoiler: intinya tentang guide light id batch 3, dengan penulisan yang loncat-loncat dan kemana-mana. *lagi pengen nulis bebas tanpa edit/outline di kepala.

***

Nama komunitasnya Guide Light Indonesia, pertama kali kenal dari grup NAK Indonesia. Seingetku ada yang share gitu pas pembukaan program Guidelight Batch 2 Surat Yusuf, bantu share gitu. Dari situ, aku mulai follow instagramnya. Kontennya bagus-bagus.

Sekarang lagi bukan Guidelight Batch 3 Surat Yasin. Programnya 2 Bulan. Ngafal suratnya plus ngaji tafsirnya. Programnya berbayar. Ada seleksi dulu kalau ga salah. Ada beberapa syarat, salah satunya post foto di ig dengan twibon yang disediakan. Ada ketentuan usia juga (aku masuk di batas akhir usia-nya hehe).

Udah daftar, tapi belum post foto di ig, ga harus foto diri sih. Udah kepikiran mau upload foto yang mana buat dikasih twibon, tapi belum tahu mau dikasih caption apa dan tag siapa hehe.

Kepikiran mau nulis ulang tulisan Amru Khalid di buku Silsilah Hidayah tentang ayat di surat Yasin. Tulisan itu qadarullah juga udah gilirannya diimport ke Medium cuma belum aku publish karena pengen aku tambahin tulisan dari lecture lain yang melengkapi. (*let's talk about Medium next time)

Oh ya, judul tulisan ini pencari cahaya, adalah terjemahan dari istilah Light Seeker yang dipakai komunitas Guide Light Indonesia untuk peserta programnya. Sebenernya saat menulis judulnya, aku teringat video ustadz Nouman yang berjudul Find Your Light. Isinya, tentang ayat di hari akhir, saat orang-orang munafik diminta balik cari cahaya sendiri. Karena pencarian cahaya waktunya di dunia. hmmmm.. agak menakutkan gitu penjelasan ayat di video tersebut. Karena di sana digambarkan bagaimana orang yang "sama-sama" shalat, puasa, dateng kajian di masjid yang sama, tapi berada di dua kondisi yang berbeda.

Maka sebelum terlambat, yuk cari cahayanya sekarang, sebelum umur kita habis. Mari perbanyak interaksi dengan quran, cari banyak-banyak temen yang ngingetin untuk selalu dekat dengan quran. Bukan cuma secara horizontal tapi juga vertikal. Ada banyak banget komunitas quran, tempat untuk belajar, tempat untuk cari cahaya. Ayo manfaatkan. Yang gratis pun banyak kalau misal ga bisa ikut yang berbayar.

Bergerak, jangan diam. Carilah cahaya. Berdoa tentu saja. Seseorang beberapa hari kemarin mengingatkanku, "jangan berhenti doa ya :')"

Terakhir, izinkan aku menyalin doa terkait cahaya yang dicontohkan Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam.

اللَّهُمَّ اجْعَلْ فِي قَلْبِي نُورًا وَفِي لِسَانِي نُورًا وَاجْعَلْ فِي سَمْعِي نُورًا وَاجْعَلْ فِي بَصَرِي نُورًا وَاجْعَلْ مِنْ خَلْفِي نُورًا وَمِنْ أَمَامِي نُورًا وَاجْعَلْ مِنْ فَوْقِي نُورًا وَمِنْ تَحْتِي نُورًا اللَّهُمَّ أَعْطِنِي نُورًا 

Allahummaj’al fi qalbi nuran wa fi lisani nuran waj’al fi sam’i nuran, waj’al I bashari nuran, waj’al min khalfi nuran, wamin amami nuran, waj’al min fauqi nuran, wa min tahti nuran, allahuumma a’thini nuran

Ya Allah, jadikanlah di dalam hatiku cahaya dan di dalam lisanku (juga) cahaya. Jadikanlah di dalam pendengaranku cahaya dan di dalam penglihatanku (juga) cahaya. Jadikanlah dari belakangku cahaya dan dari depanku (juga) cahaya. Jadikanlan dari atasku cahaya dan dari bawahku (juga) cahaya. Ya Allah, berilah aku cahaya.” (HR Bukhari Muslim). [1]

Aamiin.

Allahua'lam.

***

Sumber: [1] https://republika.co.id/berita/q7cd6y320/doa-rasulullah-saw-agar-jadi-manusia-yang-bercahaya

Monday, October 12, 2020

Hidup Terasa Flat?

October 12, 2020 0 Comments

Bismillah.

-Muhasabah Diri-


Sedikit reminder yang perlu dicatat dari kajian kitab ep.6, ga terkait tema utama, tapi penting untuk diri. Bahwa jika hidup lancar-lancar aja, terasa flat, ga ada batu halangan atau tanjakkan, coba banyak merenung. Tentu, nikmat yang Allah berikan harus disyukuri. Tapi kita juga harus bermuhasabah, takutnya, yang kita terima bukan nikmat, tapi istidraj. Istidraj adalah "kesenangan" yang terus menerus Allah berikan, bukan sebagai bentuk cinta, tapi dibiarkan agar orang tersebut tenggelam dan merasa aman terus melakukan dosa. Karena salah satu bentuk cinta Allah adalah musibah, pengingat jika kita menjauh dari-Nya, bentuk ujian untuk membuktikan kata "aku beriman" yang kita ucapkan. Bentuk ujian, agar kita naik tingkat.

So if your life feels flat, check and ponder. Maybe you're going downward. Karena kalau kita berjalan naik, tentu kita akan menemukan kesulitan, batu-batu penghalang, dll. Dan nikmat yang terlimpah dalam hidup, coba maknai dan syukuri. Tapi sering-sering pula cek hati. Karena memang ujian tidak bentuknya ga selalu kesulitan, bisa juga sesuatu yang kita sukai. Dan itu tidak mengapa, asalkan... asalkan hal itu tidak membuat kita lalai.

Terakhir, mari perbanyak doa. Semoga Allah mudahkan kita untuk mengingat-Nya, bersyukur kepada-Nya dan beribadah kepada-Nya. Allahumma a-inna 'ala dzikrika, wa syukrika wa husni 'ibadatika. Aamiin.


Sunday, October 11, 2020

Sibuk untuk Siapa?

October 11, 2020 0 Comments

Bismillah.

#blogwalking

-Muhasabah Diri-

Berhubung sudah lama tidak menulis, ijinkan kali ini aku menulis dengan gaya bahasa bercerita, dan banyak curhat. ^^ Tak apa, toh tidak untuk disetorkan ke 1m1c dan linknya tidak akan di share ke sosmed.


Aku sebenarnya merasakan kuantitasku menulis di laptop menurun. Sekalipun kesempatan berada di depan laptop lebih dari cukup, aku lebih sering memilih melakukan hal lain yang sifatnya konsumtif ketimbang produktif. Atau kalaupun akhirnya menulis, lebih sering menulis di dokumen word berjudul "my new blog". Oh ya, jangan tertipu dengan judulnya, karena isi dokumen tersebut bukan draft untuk blog ini, atau blog manapun. Dokumen tersebut hanya berisi tulisan yang ingin kusimpan sendiri, tanpa pernah ada niatan di publish.

15 September yang lalu, aku memiliki niatan untuk membiasakan lagi menulis postingan dengan tagar #blogwalking, agar blog ini tidak hanya diisi setiap setoran 1m1c, tapi juga diisi tulisan #blogwalking. Tulisan ini, adalah wujud langkahku, agar niatan itu ga berhenti di wacana. Cause I don't want to be a liar who only talks but never walks.

Ada sebuah tulisan di blog yang berjudul 37 Degree (I won't give the link though). Tulisan yang ingin kukutip ini isinya agak sensitif. Aku takut pemilik blognya tidak berkenan tulisannya disebar, tapi isi tulisannya, aku ingin mencatatnya di sini, untuk pengingat diri.

She wrote in her blog, September 12th,

Seorang teman lama mengirim pesam singkat melalui wa beberapa waktu lalu.

Saya sibuk, buat keluarga. Kalau kamu, sibuk buat siapa?

Kayaknya sih bercanda. Tapi lama sekali notif wa nya saya buka, menunggu sesak yg ada di hati mereda.

Saya sibuk teh buat siapa? Keluarga juga belum punya. Tidak seperti dia, yg sudah punya anak dan istri.

Kalau sibuk karena Allah? Siapa yg jamin kesibukan itu diterimaNya sebagai ibadah. Sadar diri lebih banyak khilafnya juga.

Lebih 2 pekan wa-nya baru saya buka, pas hari raya Idul Adha. Saya coba menerima apa yg DitetapkanNya untuk saya saat ini seperti sebelum-sebelumnya. Berusaha memaafkan.. tapi tidak mudah menghilangkan bekas luka. Setiap ada pesan dari si teman, saya masih malas membalas wa-nya. Pesan yg dulu juga, tidak saya balas sama sekali. Apakah ini sama saja dengan mendiamkan lebih dari 3 hari? Bukankah tidak boleh dalam Islam mendiamkan ‘saudara’ lebih dari itu? Saya hanya masih sibuk.. sibuk mendamaikan hati sendiri dengan keadaan. Semoga Allah yg Maha Mengetahui isi hati, berkenan Memakluminya.

***

Bagaimana perasaanmu saat membaca tulisan di atas? Apa yang ada di pikiranmu? Aku... sebagai orang yang sering diberi label 'sensitif', sejujurnya ingin ikut marah, pada sosok yang ia sebut teman. Friend? Isn't that question a form of gaslighting? Maksudnya apa coba? Bercanda...? Dengan merendahkan orang lain agar ia merasa 'tinggi'? Itu reaksi pertamaku.

Hal kedua, setelah emosi agak reda, aku bermain role play di kepalaku. Bagaimana jika kejadian itu terjadi padaku. Apa yang akan aku lakukan. Apakah mengabaikan pertanyaannya? Atau aku justru menyerang balik. Bertanya apa maksudnya, mengajak debat, dll. Tapi setelah itu, pikiran tersebut terhenti, terdistraksi kesibukan dan lain-lain.

Beberapa hari kemudian, saat luang, tulisan di atas muncul lagi dibenak. Sibuk untuk siapa?

Seperti yang dituliskan penulis, idealnya memang dijawab "Sibuk untuk Allah". Tapi jawaban itu akan menagih kejujuran kita, menuntut pembuktian dalam rutinitas hari-hari kita.

Aku bertanya-tanya, bolehkah kujawab, "sibuk untuk diri sendiri". Bukankah kebanyakan manusia egois? Kita sibuk untuk diri sendiri, untuk memperbaiki diri, agar tidak mati dalam keadaan "buruk rupa". Kita sibuk untuk diri sendiri, unyuk menyelamatkan diri agar tidak jatuh ke api neraka, yang siksaannya begitu mengerikan. Kita sibuk, bukan supaya dianggap sibuk oleh mata-mata manusia lain. Kita sibuk,bukan untuk dipuji sukses oleh kacamata netizen.

Kamu, sibuk untuk siapa?

Kali ini pertanyaan tersebut bermalam di otak tanpa kaitan dengan blog tersebut. Pertanyaan itu bukan lagi tentang pertanyaan yang seorang ajukan pada penulis blog 37 degree yang nama dan wajahnya tidak aku hafal. Kali ini pertanyaan itu berputar pada diriku.

"Bella, kamu sibuk untuk siapa?"

Hold on. Let me change the question. "Bella, are you even busy?" And I get speechless.

Aku sebenarnya bisa mengelak dan berdalih jika yang mengajukan pertanyaan itu orang lain. Aku punya list aktivitas untuk menunjukkan aku 'sibuk'. Tapi masalahnya, yang bertanya dan menjawab adalah diriku sendiri. Pertanyaan itu dariku, dan untukku. Dan karena itu, aku ingin jujur.

Sekarang ini, aku rasa, aku sedang diuji dengan nikmat waktu luang. Dan aku, jatuh bangun untuk bisa lulus dan naik tingkat di ujian tersebut. Hei, bukankah kamu baru menyelesaikan membaca buku "Menata Kala"? Sudahkah kamu merasakan manis manfaatnya dalam laku? Sudahkah bunganya mekar, dan berbuah amal? Atau kau, masih serupa keledai yang membawa tumpukan buku di punggungnya? Isn't it too harsh? Comparing yourself to a donkey? No, it's not. Cause it's me questioning myself. Tentu berbeda jika kalimat tersebut kudengar dari orang lain untukku, aku... kemungkinan akan melemparkan pedang sensiku kan?

***

Blogwalking kali ini mengajakku bertanya pada diri, "Bella, kamu sibuk untuk siapa?" Untuk Allah? Bisakah kamu menjawab seperti itu? Apakah bisa, jawaban ideal itu menjadi kejujuran dalam setiap waktu yang bergulir?

Bicara tentang waktu, kita seharusnya teringat satu surat kan? Surat cinta yang berisi kabar gembira dan peringatan dari-Nya. Kuakhiri tulisan ini dengan paragraf yang kubaca di grup TMT.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan pengecualian yang tidak merugi. Semoga kita termasuk orang-orang yang beriman, dan beramal shalih, dan saling mengingatkan dalam kebenaran dan saling mengingatkan dalam kesabaran. Aamiin.

"Pertama, mengingatkan supaya tidak lupa mengunci pintu rumah. Kedua, supaya ditambahkan doa kafaratul majlis dan surah Al-'Ashr. Ustadz Nouman bilang baca Al-'Ashr itu sunnah yang terlupakan. Setiap para sahabat selesai bertemu dan hendak berpisah, selalu baca surat Al-'Ashr." - Heru Wibowo, Ketua NAK Indonesia

Allahua''lam.