Follow Me

Monday, July 14, 2025

Disconnect (2)

July 14, 2025 0 Comments

Bismillah.

 


 

Beberapa waktu yang lalu membaca tulisan lama di blog ini berjudul Disconnect. Mungkin karena baca itu, jadi teringat lagi emosi yang disimpan waktu itu. Lalu qadarullah mengalami beberapa kendala komunikasi serupa. Perasaan ketidakterhubungan hanya karena merasa percakapan satu arah, tanpa ada tanda tanya balik. Lalu puncaknya beberapa hari yang lalu menerima surat di Slowly tanpa tanda tanya. Satu, dua sampai empat hari kubiarkan surat itu di inbox, sambil merangkai emosi dan kalimat, topik apa yang selanjutnya harus kuusulkan agar percakapan kembali menjadi percakapan dan bukan sebuah interview atau interogasi. Dan pagi ini, selain memberikan tanda tanya baru dan mengajukan topik obrolan baru, aku memberanikan diri mengeluarkan unek-unekku terkait perasaan 'disconnect'.

 

Dan inilah yang aku tuliskan, dalam bahasa inggris.

 

***

 

Hmm.. There's something I want to say. But please don't be offended.

 

Actually, when I first read your latest reply I feel a little bit disappointed. Because I can't find any question mark there. It happens a lot. And not only in Slowly. And I'm a little bit sensitive about it lately.

 

As an Introvert who gather energy to open up and connect with new people. It's sad when I saw that the conversation flow as if it's one way. It's not even an interview, but trying to always be the one who ask is kinda... Hmm. It's a complicated feeling.

 

I usually take time to neutralize that complicated feeling before sending a response to whatever communication it is. Whether it's in Slowly or in chat. But I usually still can keep the conversation going. As I have a high curiosity and I'm told that I have a good empathy. Making more questions is not difficult for me. And trying to think what's on their shoes is also not difficult.

 

Most people just more introvert than me. Answering questions from stranger and trying to open up for them is already taken a lot of their energy. So they don't have time to think asking questions. And I think most people, just like me, wanted to be heard/listened, but that in their life there's not many occasions that they can tell people about themselves. So when a question come, they just focus on answering. And giving response or answer is also their way to continue the conversation.

 

Anyway, I just want to let out this complicated feeling. I'm sorry if somehow I hurt your feeling. It is not only about your letter. More of me trying to let out that stacked of emotion after some similar cases where I feel "disconnected" just because I didn't get any question mark. Perhaps, I'm just having a high expectations that people are just like me, someone who easily ask questions. 

 

 - Isabella Kirei a.k.a Blue on Slowly 

 

***

 

Membaca kembali tulisan impulsif di atas membuatku pusing. Bukan karena isinya, lebih ke tatanan bahasa inggris yang kacau dan kalimat yang tidak efektif. Padahal, tujuan utamaku menggunakan akun Slowly, selain untuk kirim-mengirim surat, adalah untuk melatih kemampuan menulis bahasa inggrisku. Tapi kalau setiap kirim surat, aku gak cek grammarnya, gak dibaca ulang dan coba diedit, kan tujuannya jadi gak tercapai ya? Syukurlah, minimal dengan proses menyalin tulisan seperti ini, aku jadi ingat lagi.

 

Terakhir, kututup postingan ini dengan pertanyaan untukmu. Apakah kamu juga pernah merasa seperti aku? Perasaan tidakterhubung, perasaan aneh saat orang yang kau ajak "bicara" (komunikasi tertulis entah itu chat/surat) tidak balik bertanya? Apakah cuma aku yang overthinking, dan jadi bingung, haruskah menghentikan obrolan, atau haruskah mencari topik lain? Bagaimana dengan orang-orang ekstrovert? Apakah hal seperti ini harusnya memang tidak dipikirkan ya? Yaudah sih, kalau masih mau ngobrol lanjut tanya aja. Dan kalau tidak, bisa cari orang lain yang mungkin lebih punya waktu dan lebih tertarik untuk mengobrol topik tersebut. Ceritakan dalam tulisan dan publikasikan dalam blogmu ya. Atau bisa jawab di komentar juga. Boleh anonim juga.

 

Sekian. Bye~

 

Wallahua'lam.

 

***

 

PS: Saat menulis "I have a good empathy", ini sebenarnya agak gimana, takut kesannya sok empati gitu haha. Tapi di sisi lain, aku bisa menulis seperti itu, karena dulu pas tes Talent Mapping, memang poinku di empati lumayan tinggi. Semoga gak overclaim hehe. Mohon doanya, semoga beneran bisa jadi orang yang bisa berempati dengan banyak orang, dan semoga hal itu bukan cuma bikin emosiku mudah naik turun, tapi juga bisa membuatku menjadi pribadi yang lebih baik, pribadi yang lebih bijak. Aamiin.

Thursday, July 10, 2025

Apakah Itu Ada?

July 10, 2025 0 Comments

Bismillah.

 


 

 

Apakah writer’s block itu ada?

Apakah luka batin itu ada?

 

Dua pertanyaan itu hadir dari dua orang berbeda, lewat medium berbeda (tulisan dan lisan).

 

Aku ingin menjawab, ya, secara fisik memang tidak ada. Tapi keberadaannya tidak bisa dinafikan hanya karena mata yang tidak bisa melihat.

 

Di sisi lain, aku memahami cara berfikir sang penanya. Sebenarnya bagi mereka, pertanyaan itu hadir bukan untuk benar-benar bertanya, atau mengajak debat pada yang berbeda pendapat dengan mereka. Mereka hanya ingin memberikan mindset berbeda, bagi mereka jika keberadaan dua hal tersebut tidak dibesar-besarkan, hanya dianggap sebagai salah satu dari hal yang harus kita hadapi dan selesaikan, maka itu akan lebih baik. Ya, karena jika kita menjauh dan menyadari bahwa dua hal tersebut tidak sebesar yang kita pikirkan, maka akan lebih mudah untuk mencari solusinya.

 

Tapi sebagai seseorang yang sensi dan masih bergelut dengan dua hal tersebut, ingin rasanya menjawab dengan nada sensi dan penuh emosi. Hanya karena ia tidak tampak, bukan berarti ia tidak ada. Mudah untuk bicara ketiadaan dua hal tersebut saat tidak sedang mengalaminya. Namun bagaimana jika suatu saat dihadapkan pada dua tantangan tersebut? Apakah masih bisa mengatakan bahwa dua hal tersebut tidak ada? I don't know. I hope they don't meet that kind of invisible wall or invisible scar. Nobody wants to get stuck and get left behind because of things inside their mind/heart. *lah kok switch bahasa hehe. Mari aku ulangi haha.  **yang kaya gini harusnya gak usah ditulis ya? Tapi biarlah, kan ini blog personal, bukan di Medium.

 

Tidak ada orang yang menginginkan terjebak dan tertinggal hanya karena pagar-pagar dalam kepalanya, atau luka-luka taknampak dalam hatinya. Lebih mudah untuk mencari jalan yang lain, saat kau masuk ke jalan buntu di dunia nyata. Lebih mudah untuk menyembuhkan luka karena tergores pisau saat masak dibanding menyembuhkan luka karena tergores pisau lidah di masa lalu. Tapi setiap orang memiliki ujiannya masing-masing. Ada yang diuji dengan hal-hal material/fisik yang jelas tampak dan bisa dilihat mata fisik. Namun ada pula yang diuji dengan hal-hal tak nampak yang berada di dalam kepala dan hatinya. Penting untuk bertukar pandangan untuk saling membantu. Karena ujian juga saling berganti. Seperti ujian dalam bentuk kesusahan berganti dengan ujian kesenangan, begitu pula sebaliknya. Perbedaan ini, jangan sampai membuat kita memandang rendah ujian orang lain.

 

Let's walk together hand in hand helping each other. 

 

Wallahua'lam.

 

***

 

PS: Aku tahu dua orang yang bertanya tidak ada maksud merendahkan yang mengaku sedang mengalami kedua hal tersebut di atas, mereka hanya ingin membantu, agar rang yang mengalaminya, sejenak menjauh dan melihat dari tempat tinggi, melihat dari sudut pandang orang ketiga, bahwa dua hal tersebut tidak sebesar yang ada dipikiran/hatinya. Bahwa ada begitu banyak hal-hal baik di luar sana yang bisa membuat orang-orang yang tersendat lama di depan writer's block

Wednesday, July 9, 2025

Responses on Medium bagi pengguna Medium di Web

July 09, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

*warning* gak penting. cuma sebat alias ngomongin Medium dari belakang di platform blogger haha *peace

 

***

 

Ini bukan yang pertama aku ngomongin tentang Medium di sini. Ya, mau gimana lagi, dimana lagi mau diluapkan kalau bukan di blog personal. Obrolan tentang blog di diary tampaknya lebih gak faedah. Ya, siapa tahu google nemuin tulisan ini, dan ya, ada yang mengerti.

 

Salah satu yang nggak aku suka dari Response on Medium adalah tampilannya, oke, memang awalnya seperti komentar pada umumnya, bisa dibaca di akhir tulisan. Tapi, kalau sudah lebih banyak lagi, nanti akan dimunculin tuh sidebar response, di sebelah kanan. 

 

tebak, yang mana scrollbar page, yang mana scrollbar response? [1]

 

 

Ya, kanan, dan kanan itu.. artinya akan ada 2 scroll bar yang bertarung, menyebabkan aku gak bisa baca semua response dari postingan tersebut. Sekedar coba klik scroll bar yang response aja gak bisa. Kalau pake page down, yang ke scroll cuma halaman dari tulisannya, bukan response-nya.

Sebagai orang yang sudah terbiasa lebih banyak baca komen daripada caption, sebel lah.. rasa kurioritas kita diputus. Masa kaya gini harus pindah dan buka aplikasi di hp. Mana aplikasi Medium di hp ada, tapi belum diupdate. Hmm. Ya sudahlah.

 

***

 

Mumpung lagi bahas Medium. Satu lagi yang bikin aku males buka medium. Gak ada sistem archive yang memudahkan untuk cek tulisan lama. Kalau mau baca tulisan lama, yang harus scrolling terus, kaya di sosial media aja. Wajar sih, kan ini dulu sama kaya yang buat twitter ya, jadi ya.. I get it. Tapi kan Medium itu ya semacam blog juga. Hmm.

 

Anyway. Sekian. Mohon maaf atas postingan nirmanfaat ini.

 

Semoga cuma aku aja yang mengalami ketidaknyamanan ini. Fokus aja pada manfaat dan kebaikan Medium, dan teruslah menulis, membaca, berbagi tepukan dan respon di Medium!

 

Bye~  

 

***

 

Keterangan :

 

[1] bukan mau jawab pertanyaan di caption screenshoot, cuma mau kasih link tulisan yang membuat aku impulsif menulis ini.

https://medium.com/komunitas-blogger-m/kompetisi-blogwalking-baca-kasih-tepukan-dan-komentar-5660e4205da3

btw it's a good idea, blogwalking dan meninggalkan komentar bisa menjadi interaksi saling mendukung antarpenulis di Medium.

Sunday, July 6, 2025

Afirmasi Positif Tidak Selalu Positif

July 06, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

#NukilBuku 

 

Aku baru-baru ini melanjutkan baca buku "Yang Belum Usai" - Pijar Psikologi. Dari sana, ada satu informasi yang baru aku ketahui, ternyata afirmasi positif tidak selalu positif karena.... 

 

***

 

Jadi sebelumnya aku sudah sedikit banyak tahu, kalau kata-kata positif tidak selalu berdampak positif. Kata-kata "Semangat!" justru bisa buat gak semangat, atau kata "Yang sabar ya..." justru malah bisa bikin kita emosi. Terutama kalau itu datang dari orang lain, orang lain yang kita pikir sama sekali tidak tahu dan tidak mengerti apa yang kita alami/rasakan. 


Sebelum bahas tentang afirmasi positif yang tidak selalu positif. Penulis menjelaskan tentang teori afirmasi.

 

Teori afirmasi diri ini pertama kali dikenalkan oleh Steele. Premisnya menyatakan bahwa manusia termotivasi untuk mempertahankan persepsi positif (maupun negatif) tentang diri sendiri. Maka dari itu afirmasi ini akan membantu kita untuk merasa lebih baik. 


Afirmasi positif sendiri adalah kata-kata positif yang digunakan untuk menangkal pemikiran yang tidak kita pikirkan. Ini salah satu solusi untukmu yang sering terjebak dengan negative thinking. Afirmasi juga dapat membantu kita untuk membentuk identitas diri dengan cara mempertahankan harapan dan narasi tentang diri. 

 

Nah dari buku tersebut, aku baru tahu, tentang penelitian afirmasi positif untuk dua jenis target. Oh ya, afirmasi positif ini bukan dari orang lain, tapi afirmasi positif yang dilakukan diri sendiri sambil menghadap cermin. Targetnya ada dua, orang yang punya kepercayaan diri tinggi. Dan orang yang punya kepercayaan diri rendah.

 

(hasil penelitian)...ternyata afirmasi positif yang dilakukan sama sekali tidak berfungsi pada individu yang memiliki rasa percaya diri yang rendah. Justru, afirmasi tersebut malah membuat mereka menjadi merasa lebih buruk.
.
.
.
Mereka (yang memiliki kepercayaan diri rendah) merasa seakan membohongi diri sendiri ketika bercemin, dan mengatakan hal berbeda dari yang ia percayai.

.
.
.
Yang paling penting adalah kalimat afirmasi harus sesuai dengan nilai personal yang kita pegang dalam melihat diri sendiri.

#daribuku "Yang Belum Usai" - Pijar Psikologi 

 

Lalu, apa solusinya?

 

Going neutral before going positive

...Hal terbaik yang mungkin bisa kita lakukan adalah mengenali dan menerima perasaan negatif tersebut.

 

Disebutkan juga,

 

Dengan memilih kata-kata netral terlebih dahulu, kita tidak memaksakan diri menjadi super positif yang justru lebih sering membebani.

Afirmasi netral dapat membantu kita untuk lebih aware dengan kapasitas diri dan bersikap positif dengan bijaksana

 

 Ada beberapa contoh kalimat afirmasi netral yang bisa dipilih yang disebutkan di buku ini.

 

 

Dari pelajaran itu, kita harus cek lagi kata-kata afirmasi positif yang ingin kita biasakan pada diri. Cek juga apa kabar rasa percaya diri kita di bagian tersebut. Setelah yakin bahwa afirmasi positif itu tidak terdengar seperti kebohongan, baru praktekkan. Tapi jika masih terdengar seperti dusta, coba direvisi menjadi kalimat afirmasi yang lebih netral. 

 

***

 

Jujur aku bukan tipe yang menggunakan afirmasi positif dan praktek ngomong ke diri sendiri di kaca. Tapi apakah ada afirmasi yang sering dilakukan? Tentu saja di dalam otak, saat sedang bermonolog dengan diri. Hanya terkadang, kalimat afirmasi, baik itu positif maupun netral yang dibuat diri sendiri ada kalanya tidak cukup kuat memberi efek. Saat ini terjadi, biasanya aku memilih untuk mencari kata-kata yang lebih kuat. Kata-kata yang diabadikan dan dijamin ke-relate-an dan kekuatannya untuk menundukkan hati manusia. Ada yang tahu apa? Apa lagi kalau bukan kalamullah, ayat-ayat Al Quran.

 

Seperti saat kita merasa sendiri, dan tidak ada yang peduli atau mengerti diri kita. 

 

فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ 

وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ ۚ وَٱللَّهُ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ

لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا

كَلَّآ ۖ إِنَّ مَعِىَ رَبِّى سَيَهْدِينِ  

 

Wallahua'lam.

 

***

 

Keterangan: Bagian tentang Afirmasi di buku "Yang Belum Usai" ditulis oleh Isnaini Rahmawati

Saturday, July 5, 2025

Grup WhatsApp Untukmu yang Ingin Membentuk Habit Baca

July 05, 2025 0 Comments

Bismillah. 

 

Awal grup ini dibuat adalah untuk membantuku agar semangat baca buku tiap hari meski cuma satu lembar. Grupnya di khususkan untuk perempuan. Kenapa? Karena jujur, aku takut ada interaksi-interaksi yang tidak diinginkan kalau ada laki-laki, entah modus atau apa. Jadi kalau ada yang laki-laki dan butuh semacam support system kaya gini, silahkan buat sendiri dan ajak teman-temanmu untuk gabung.

 

Awalnya ada peraturan di grup ini untuk laporan sebelum jam 5 pagi, ada rekapan juga, dan ada hukuman juga buat yang 7x berturut-turut gak lapor untuk dikeluarkan dari grup. Boleh gabung lagi kalau udah lewat 1 bulan. Tapi aturan ini aku hapus, karena dalam waktu beberapa bulan ini aku sudah merasa tidak mampu untuk merekap tiap hari. Akhirnya, aku putuskan untuk membuka grup ini ke banyak orang. Aku share link-nya ke beberapa grup baca yang dulu aku pernah ikut challange, dan grup alumni yang isinya akhawat semua. 

 

Kubagikan juga undangan untuk bergabung ke sini.

 

 ***

 

🚺 [Girls Only Support Reading Group] 📚📚

Bismillah.

Barangkali ada yang punya target baca tiap hari, atau baru ingin memulai kebiasaan membaca, atau butuh pengingat untuk ngingetin baca buku.

Ayo gabung ke grup khusus perempuan, laporan baca.

https://chat.whatsapp.com/JcBDKKPti1WKtM71zq3xaz

 

***

 

Oh ya, kalau udah request to join, nanti akan aku japri dulu untuk kenalan nama+domisili, dan aku jelasin dikit tentang format dan contoh laporan bacanya. Semoga dengan ini gak ada kasus yang pura-pura jadi perempuan. (dulu pernah sekali kecolongan soalnya, tapi alhamdulillah ybs keluar sendiri karena gak betah di grup yang isinya cuma laporan baca, gak banyak interaksi/diskusi terkait buku).

 

Nanti.. kalau sudah besar grupnya, dan ada yang mau bantu-bantu buat jadi pengurus, mungkin dari grup ini bisa jadi komunitas baca. Bisa buat acara offline/online, baca bareng-bareng dan sharing insight dari buku yang dibaca.

 

Oh ya, sebenarnya kalau misal kamu perempuan dan mau cari komunitas baca, bukan sekedar grup laporan baca, aku saranin gabung the.ladybook. Itu programnya udah bagus dan udah kebangun komunitasnya. Qadarullah aja aku tiap ahad pagi sudah ada kegiatan offline, gak kaya dulu masih bisa gabung kegiatan baca dan diskusi buku tiap ahad pagi di @the.ladybook (cek aja di instagram). Kalau kamu lebih suka ikut challange baca di waktu-waktu tertentu, ini juga ada banyak banget, yang dulu aku pernah ikutin @menjadi.arketipe @akademiliterasi.id @22haribacabuku. Ada banyak banget sebenarnya cuma emang sistemnya program/projek. Beda sama grup WhatsApp ini, karena udah dari 2020 ada, dan sampai sekarang masih ada terus. Yang mau pamit keluar juga gak dipersulit kok hehe. 

 

Anyway, untukmu yang butuh temen baca, jangan ragu untuk gabung komunitas, atau ikut challange baca. Membaca itu memang kadang lebih nyaman sendiri, tapi saat semangat turun, atau kita terbawa arus dan sibuk dengan derasnya informasi di sosial media, komunitas ini yang bisa bantu kita untuk mengingatkan, bahwa ada buku-buku yang menanti kita untuk dibaca.

 

Sekian. Bye~ 

Friday, July 4, 2025

Sulitnya Menemukan Komunitas Blog yang Cocok

July 04, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

12 Juni yang lalu, setelah mengucapkan selamat tinggal dengan berat hati ke komunitas blog 1m1c (1minggu1cerita), aku memulai perjalanan baruku mencari komunitas blog baru.

 

Baca juga: Goodbye to 1m1c

 

Komunitas Blogger dot Com 

 

Komunitas pertama yang kutemukan adalah Komunitas Blogger [dot] Com, hasil pencarian pertama di google.

 

 

Pendaftarannya lumayan mudah dan sederhana, tinggal ikutin step by step-nya aja. Email, user id, password, verifikasi email. Standar. Cuma sayangnya, komunitas ini sistemnya lebih mirip forum. Yang jujur aku gak terlalu familiar, dulu pas forum lagi rame kaya kaskus dll, aku juga gak pernah masuk kedunia forum. Jadi deh, di sana, aku cuma masuk dan mengirim post perkenalan.



 

Sebenarnya kirim post perkenalan ini termasuk hal wajib, karena untuk bisa edit profil di forum tersebut, harus lebih dulu mengirim 4 post. Sebenarnya kalau secara fungsi tidak sesuai dengan harapan karena aku cari komunitas untuk mengingatkan dan rajin nulis blog. Tapi secara umum, ini komunitas yang bagus, karena bisa baca-baca dan saling tanya jika ada kesulitan terkait blog. Tapi mungkin ketimbang komunitas, lebih cocok jika diberi nama Forum Blogger dot com, tapi mungkin karena forum adalah bentuk komunitas juga ya? Anyway.. aku masih akan jadi member, cuma mungkin butuh waktu untuk punya bahan yang di post ke forum dan akhirnya bisa mengedit profil di sana.

 

Blogger Perempuan Network (BPN)

 

Komunitas kedua yang aku coba daftar adalah BPN. Logonya sudah lumayan familiar, karena sering liat dari blogwalking beberapa member 1m1c.  

 

Untuk pendaftarannya harusnya sih sederhana. Seperti biasa, tapi sayangnya, aku bahkan belum sampai tahap jadi member karena masalah aktivasi.

 


 

Aku pikir biasanya link aktivasi kan biasanya otomatis dikirim ke email, anehnya aku cari-cari di email, sampai ke folder spam gak ada. Trus aku usaha kan dm ke instagram BPN. Sudah dibalas, katanya sudah aktivasi, saya jawab tanya balik, berarti sudah bisa login? Terus tidak ada balasan. Saya coba login juga tidak bisa. Oh ya dm-nya IG BPN awalnya balasan otomatis kaya di WhatsApp Bussiness gitu sebelum akhirnya dibales. Aku sebenarnya bertanya-tanya, apa karena kebanyakan member ya? Soalnya kalau di web tulisannya sih more than 3500 female bloggers registered. Bertanya-tanya juga, adakah yang pernah coba daftar dan mengalami trouble yang sama denganku? Tapi pertanyaan-pertanyaan itu aku endapkan saja, aku melanjutkan perjalananku mencari komunitas blog lagi.

 

Kumpulan Emak Blogger (KEB)

 

 

Sekilas hampir mirip sama BPN, karena sama-sama perempuan, tapi ini pakai diksi emak, kata lain dari ibu dan huruf K di depan bukan mewakili Komunitas, melainkan Kumpulan. Pilihan yang tepat karena untuk diksi emak, kayanya lebih pas pakai diksi kumpulan.

 

Untuk pendaftarannya sedikit berbeda, karena harus isi formulir dulu sebelum dapat username dan password.

 


 

Singkat cerita formulir sudah aku isi, sudah follow sosial media KEB juga (twitter, ig). Aku masuk ke poin ke 2, menunggu konfirmasi dari makmin. Dan... ya, masih menunggu, entah konfirmasinya nanti diberitahukan lewat email, atau lewat WhatsApp. Unfortunately, karena udah agak males setelah pengalaman dm ke BPN, aku gak melakukan upaya aktif apapun untuk memberitahun makmin kalau aku udah isi form pendaftaran. *di sini salahku sih. But anyway, anggap saja mungkin kita belum berjodoh. Barangkali suatu saat tiba-tiba aku dapat konfirmasi, nanti aku kasih tahu di kolom komen.

 

Mamah Gajah Ngeblog (MGN)


Daripada muter-muter cari yang komunitas blog yang baru, mending gabung aja ke komunitas blog yang sudah tahu dari lama. Memang gak semua orang bisa jadi member, karena memang komunitas ini terbentuk karena kesamaan almamater. Tapi selain itu, komunitas ini akhirnya jadi pilihanku. Proses daftarnya juga super cepat. Cuma isi form, nanti di akhir dikasih link whatsapp community, dari situ aku minta join ke grup membernya. Sudah deh. Dan setelah baca-baca web dan sosial medianya, aku salut banget sama komunitas blog "kecil" ini. Ada program tantangan tiap bulan dengan tema berbeda dan host berbeda, ada juga tulisan seri tiga bulan dengan tema pilihan. Dan satu lagi yang paling berkesan, ada e-book hasil karya MGN dong.. Waa^^ seketika aku langsung jatuh hati. Kenapa gak dari dulu gabung ya? Hehe.

 


 

 

***

 

Sekian kisah perjalanan mencari komunitas blog. Mohon maaf kalau ada yang baca sampai akhir dan akhirnya kecewa, karena aku gak kasih solusi buat blogger umum yang sedang kesulitan cari komunitas.

 

Untukmu yang masih cari komunitas blog, atau komunitas apapun terkait hobi atau minatmu, percaya deh, meski butuh usaha lebih, pasti nanti ketemu. Kalau pun belum ada, barangkali itu tanda kamu harus buat sendiri. Sepertiku yang harus merelakan pergi dari komunitas baca The Lady Book karena kendala jadwal, dan akhirnya alhamdulillah masih bisa dapat support system membaca dengan membuat grup WhatsApp "Membaca Tiap Hari" (ini in syaa Allah aku ceritakan di postingan berikutnya ya).

 

Aku, juga masih punya mimpi buat grup/komunitas menulis setiap hari, dengan tujuan untuk menerbitkan buku solo. Pasti kan banyak tuh yang minat, cuma emang perlu energi lebih dan cari orang-orang yang punya semangat sama. Sebenarnya untuk menulis buku, ada banyak banget fasilitas dari penerbit indie yang memberikan fasilitas challange menulis buku + tawaran terbit, tapi karena beberapa kali coba ikut dan gagal, pun gak terlalu tertarik nerbitin di penerbit ybs, jadi deh, akhirnya cuma meninggalkan draft buku setengah jadi. Daripada tantangan dengan pace cepat seperti 30 hari/1 bulan. Aku lebih ingin buat/cari komunitas nulis buku yang fokus di habit atau membiasakan dulu tiap hari nulis/ngedit draft untuk buku. Begitu.. Padahal tadi udah nulis diksi "sekian" tapi malah jadi panjang bahas komunitas lain.

 

Anyway. Tetap semangat dan teruslah melangkah menjadi lebih baik. Cause better word will make a better life. Semangat menulis dan semangat blogging. Semangat berkarya membagikan kata baik, meski sederhana. Meski kita bak bulan yang tidak sempurna.

 

Baca juga: Be the Moon 

 

Wallahua'lam. 

 

Tuesday, July 1, 2025

Buku Apa yang Sedang Kau Baca Saat Ini?

July 01, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

*warning* full curhat 

 

Aku membaca tulisan lama di 2020, dan membaca apa yang kutuliskan di sana tentang membaca buku.

 

Well I still don't have reading strategy yet.

Masih sepelan siput, tapi ga mau menyerah untuk belajar lagi mencintai baca buku (:

Let's read everyday even just one page.

 

Tiga kalimat itu membuatku bertanya-tanya, apa kabar diriku sekarang, masihkan mau belajar lagi mencintai baca buku?

 

***

 

Judul di atas sebenarnya ditulis untuk menyindir diriku, "Hey Bella, buku apa yang sedang kau baca saat ini?" Biar aku nyadar, kalau sudah lebih dari sebulan aku tidak membaca buku apa-apa. Baca sih, satu dua halaman. Tapi itupun.. tidak ada jejak di catatan rekam history bacaku. Tertulis catatan terakhir 26 Mei, membaca 5 halaman buku "Hampa", kemudian baru baca lagi 29 Juni yang lalu. What a record. Bad one. 

 

Grup wa Baca buku tiap hari juga terbengkalai, tapi alhamdulillah membernya sih masih banyak yg setor laporan baca. Adminnya aja yang ngilang. Jazakumullah khairan buat member yang sudah istiqomah baca dan tanpa sadar mengingatkan yang lain untuk baca buku juga tiap mengirim laporan di grup.

 

Selain diingatkan untuk kembali membaca buku dari grup tersebut. Aku juga diingatkan untuk segera memulai lagi kebiasaan baca buku tiap hari saat import tulisan ke Medium. Apa kabar challange insight 10 halaman? Mulai lagi yuk! Jangan sampai gara-gara import tulisan ke Medium, orang mengira kamu masih rajin membaca, padahal aslinya sekarang sudah berhenti lama, mogok, dan butuh untuk diperbaiki niat dan usahanya biar bisa jalan lagi. Katanya mau belajar mencintai ulang baca buku? Bukankah salah satu hal yang bisa dilakukan saat digital detox adalah membaca? Jadi... tunggu apa lagi bell! Jangan ikuti nafsu ingin menunda dan memilih tenggelam dalam arus informasi sosial media. Kalau konsumtif dalam hal lain itu harus dihindari, berbeda dengan ilmu. Buku, ayo baca buku lagiii...

 

Udah ah, malu nulisnya. Anyway, jika ada yang baca sampai akhir, dan punya tips atau mau kasih semangat untuk baca buku, boleh tinggalkan jejak di komentar. Boleh anonim kok~

 

Sekian. Kututup tulisan ini dengan pertanyaan di judul, buku apa yang sedang kau baca saat ini? Maukah kau menceritakannya dalam tulisan, dan mengirimkan link tulisannya ke sini? Barangkali cerita tentang buku yang sedang kau baca itu bisa menumbuhkan tunas baru untukku memulai lagi perjalanan mencintai kembali membaca buku.

 

Bye~

 

Wallahua'lam.

Monday, June 30, 2025

Digital Detox untuk Pemula

June 30, 2025 0 Comments

 Bismillah.

 


 

Lanjutan dari Digital Detox: Berbagi Informasi dari AI yang Belu... 


Setelah menjeleaskan strategi digital detox, dan mencantumkan juga hal-hal yang baiknya kita lakukan setelah proses detox. Meta AI bertanya padaku,

 

How long would you like your initial detox to last?

 

Karena aku gak punya gambaran sama sekali, baiknya berapa lama kita melakukan digital detox, kujawab pertanyaan itu dengan pertanyaan balik.

 

I don't know, for a starter how long should it be?

 

Meta AI menjawab, untuk pemula sepertiku aku bisa memilih 2 mode (harian/pekanan). 

Opsi pendek :

  •  6-12 jam (setengah hari/overnight detox)
  • 24 jam (seharian ful untuk reset dan recharge)

Opsi akhir pekan :

  • 48 jam (detox akhir pekan untuk disconnect dan relax) : sabtu-ahad
  • 72 jam (full akhir pekan untuk mengembalikan fokus dan me-refresh diri --rejuvenate) : jumat-ahad

 

Oh ya, selain 4 opsi di atas, Meta AI juga memberikan tips untuk sukses digital detox, diantaranya:

1. Mulai dari yang kecil untuk membangun kepercayaan diri

2. Tentukan tujuan yang jelas (misal untuk relaksasi, membaca)

3. Rencanakan aktivitas offline (olahraga, hobi)

4. Komunikasi dengan teman dan keluarga (kalau di waktu tersebut kamu offline/sedang digital detox)

5. Fleksibel; lakukan penyesuaian durasi jika diperlukan

  

Nah, berhubung ada banyak sekali aktivitasku yang bergantung sama digital gadget (bukan cuma sosial media dan messenger), aku nawar dong ke Meta AI,

 

6 hours feels so long. Can I split those 6 hours in different time? 

 

Kan yang paling pendek tuh 6 jam sehari, nah aku minta 6 jam-nya dipotong-potong. Ternyata ada istilah juga untuk digital detox yang aku tawar tersebut. Namanya interval-detox atau micro detox.

 

Ada 2 mode juga. Interval harian dan interval akhir pekan.

 

Interval harian bisa dilakukan seperti ini:

  • 2 jam (pagi hari): hindarkan sebelum kerja/sekolah
  • 2 jam (malam hari): matikan layar sebelum waktu tidur
  • 1 jam (istirahat makan siang) 
  • 1 jam (sebelum makan malam) 

 

Interval pekanan (ini lebih pendek lagi):

  • 30 menit/hari: istirahat pendek tiap harinya
  • 1 jam/pekan: pilih satu hari untuk jam bebas layar.
  • Screen-free Sundays: Jadikan satu hari sebagai hari kita meminimalisir screen time.


Selain tentang interval, Meta AI juga menjelaskan secara singkat benefit dan tips, ya tips lagi hehe.

 

# Benefits
1. Reduced screen time
2. Improved focus
3. Enhanced creativity
4. Better sleep
5. Increased productivity

# Tips
1. Schedule intervals in your calendar.
2. Set reminders.
3. Plan offline activities.
4. Be consistent.


 ***

 

Setelah baca penjelasan di atas, apakah kamu tertarik untuk melakukan digital detox?

 

Kalau aku.... (curcol time, abaikan dan tutup tab kalau kamu gak penasaran tentangku hehe)

 

Jadi kan di awal postingan tentang digital detox, di judul tulisan part 1 sudah kutulis, bahwa ini dari AI tapi belum aku praktekkan. Kalau pakai strategi dari AI aku belum coba. Tapi kalau sekedar menjauh dari hp, gak cek hape dalam rentang waktu tertentu, sudah pernah. Terutama saat ada agenda offline. Aku tipe yang jarang cek hape. Bahkan kalau jalan-jalan pun, ambil foto seadanya saja, selebihnya nikmati saja suasana dan pemandangan dengan mata dan indra lainnya. Begitu...

 

Tapi, pengetahuan tentang digital detox ini menurutku penting banget untuk dicatat ulang, daripada tenggelam diantara ratusan grup/pesan di WhatsApp. Itulah mengapa aku memilih menyalinnya di sini. Siapa tahu, ada juga yang sepertiku, butuh pengingat untuk sesekali melakukan digital detox, sebagai bentuk dari self care. Agar diri tidak mudah burnout. Ya memang, kita bisa jalan-jalan secara digital, lewat video vlog orang, atau lewat dokumenter alam, tapi yang tubuhmu butuhkan seringkali adalah waktu istirahat dari menatap layar. Ia ingin melihat hijaunya daun yang asli, ingin menghirup segarnya oksigen pagi hari di bawah pohon beringin, juga ingin mendengarkan suara gemerisik angin, atau rintik air hujan asli, dan bukan hasil rekaman atau audio digital.

 

Jadi untukmu, izinkan aku meneruskan pertanyaan dari Meta AI berikutnya,


Which interval detox schedule works best for you? 

 

Sekian. Bye 5! 

 

Wallahua'lam. 

Wednesday, June 25, 2025

A Bad User on Slowly

June 25, 2025 0 Comments

Bismillah.

 


 

Sudah sejak 2023 aku install aplikasi Slowly. Awalnya sih lumayan aktif. Kirim beberapa surat ke akun yang punya banyak kesamaan topik. Ada surat-surat yang masuk juga meski aku gak kirim duluan. Ada yang bales ada yang gak bales. Ya begitulah, namanya juga kirim surat ke orang asing, yang bisa jadi dia gak minat sama topik bahasan kita, atau memang dianya sibuk dan lebih memilih aktif di sosial media ketimbang aplikasi slowly. 

 

Trus akhir 2023, aku mulai kehabisan energi untuk membalas surat. Balesnya bisa sebulan atau dua bulan. Sampai aku memutuskan untuk mengabaikan surat-surat masuk yang butuh balasan. Ini yang akhirnya membuatku melabeli diriku "a bad user on Slowly".

 

Aplikasi Slowly masih ada, belum ku uninstall karena sebagian diriku masih ingin menjawab beberapa surat yang masuk dan sudah kubaca di sana. Setahun kemudian 2024, keinginan untuk membalas akhirnya muncul lagi. Aku membalas beberapa surat. Mengirim beberapa surat baru juga, termasuk surat dengan bahasa lain dengan harapan baru, bisa latihan bahasa di Slowly. Dibales dong alhamdulillah dari 2 orang. Harusnya nih, aku lanjut bales, campur-campur bahasa inggris juga gapapa, eh, aku malah kehabisan energi lagi, dan memilih off lagi. what a bad user, right? >.<

 

Tahun berganti, it's 2025. Aku masuk lagi ke slowly. Di momen saat aku mulai aktif blogging lagi, momen ini, juga pas untukku mulai aktif Slowly lagi. Kan esensinya sama, menulis juga. Bedanya kalau di blog ini, nulis untuk diri sendiri, dan gak banyak feedback. Kalau nulis surat kan beneran ada orang lain yang dituju dan kemungkinan dibales 50%.

Anyway, meski gak janji bisa jadi user yang baik di Slowly, aku minimal berniat baik untuk menjadi user yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Aku juga udah mengupdate bio profil-ku. Dan in syaa Allah akan segera membalas 5 surat yang belum terbalas. Sebelumnya ada 7, 2 udah aku bales. Sisanya pelan-pelan aku cicil hehe. [1]

 

Oh ya, aku juga lagi suka pake tools automatch. Ini lebih mudah, ketimbang caraku dulu, yang cari satu-satu teman, dari banyaknya kesamaan topik, baca profil trus baru kirim surat. Kita cuma perlu nyiapin satu surat, pilih beberapa kategori auto-match yang diinginkan, lalu memilih jumlah surat yang dikirim (1-3), dan kemudian Slowly akan membantu kita auto-match ke beberapa user. 

 

***

 

Sekian cerita pengalamanku menggunakan aplikasi Slowly. Kalau ada yang tertarik untuk pakai Slowly, dan ingin bertukar surat denganku silahkan add slowly id-ku N7Z2QX

Oh ya, sembari membagikan Slowly id, ingin rasanya kasih feedback ke developer slowly. Kayanya bagus kalau selain share id, bisa share link yang bisa membuat orang yang klik untuk kirim surat, kan lumayan kalau misal linknya ditaruh di bio ig misal, yang belum daftar slowly, diarahkan untuk daftar dulu jika ingin menambahkan kirim surat ke user id tersebut. Gituu.. **tapi ini feedbacknya kirim kemana ya? Ke komentar di PlayStore? Atau kemana? [2]

 

Maaf jadi ngelantur. Kan tadi udah nulis sekian. Kalau ada yang baca sampai sini, terima kasih. Semoga tulisan ini tidak membuang waktumu. Pertanyaan untukmu, selain sosial media mainstream, adakah aplikasi yang membantumu terhubung dengan orang lain? Apa itu, dan ceritakan pengalamanmu sebagai user.

 

Bye~

 

Wallahua'lam. 

 

***

 

PS:

[1] update 3 juli 2025, hutang bales suratku sudah lunas. yeayy~ 

[2] Udah kumasukin sarannya ke help-center, trus dapat balesan dari Slowly Team, harusnya kalau saran kaya gitu dimasukkannya ke feature-request.

Monday, June 23, 2025

Digital Detox: Berbagi Informasi dari AI yang Belum Aku Praktekkan

June 23, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Ini lanjutan dari sesi curhat ke meta AI.

Baca juga: Curcol ke AI di WhatsApp;

My Homework: Self-Care (Curcol ke Meta AI bagian 2)


Oh ya FYI, sebelum update-an Meta AI di WhatsApp, meski sedikit banyak tahu tentang perkembangan AI, aku pribadi belum pernah mencoba langsung interaksi dengan Chat-GPT. Nyoba curcol ke Meta AI pun karena sering liat iconnya setiap buka wa.

 

***

 

Jadi, setelah informasi panjang tentang Self Care yang jadi PR dan aku lakukan, si meta AI sesuai programnya, mengakhiri informasi dengan pertanyaan lebih lanjut.

 

Which self-care activity resonates with you?

 

Kujawab, "Kayaknya aku butuh digital detox deh. Aku juga setuju kalau baca buku banyak banget bantu aku.", dalam bahasa inggris.

 

Digital detox and reading can significantly improve mental clarity and overall well-being. 

 

Setelah itu, ia menjelaskan panjang lebar tentang tips sukses digital detox. Yang kalau aku mau, bisa aja nih dijadiin satu artikel dengan judul Tips Sukses Digital Detox. Tapi berhubung aku tipe penulis yang sekarang males banget baca artikel model AI, aku memilih untuk menulis di sini dalam bentuk story telling. Bukankah lebih nyaman dibaca kaya gini? Hehe. Aku teringat membaca tulisan curcol ke AI bagian 2, dan menskip copas info berbahasa inggris yang kucantumkan di postingan tersebut. We're just too tired to read that form of information. Lebih suka kalau informasi disampaikan seolah lagi ngobrol. Ya, meskipun itu dalam bentuk tulisan.

 

Jadi apa tipsnya? 

 

***

 

Untuk sukses digital detox, ada 3 hal yang harus dilakukan sebelum memulai digital detox. 

 

1. Menentukan tujuan

Tujuan di sini mencakup definisi durasi detox, apakah pada weekday, atau weekend, atau sepanjang pekan. Juga termasuk tujuan/capaian dari digital detox apa yang kamu inginkan, misalnya relaksasi, atau meningkatkan fokus.

 

2. Beritahu teman dan keluarga

Ini dilakukan agar tidak ada miskomunikasi. Jangan sampai mereka khawatir karena kamu susah dihubungi, atau menambah masalah karena dikira kamu menghindari teman-keluarga karena konflik diantara kalian.

 

3. Jadwalkan Tugas Penting

Selesaikan pekerjaan/tugas urgen sebelum detox. Jangan sampai melalaikan amanah/kewajiban, dengan alasan sedang digital detox.

 

Jika tiga hal tersebut sudah dilakukan, berikut 5 strategi digital detox yang bisa kau lakukan:

 

Mematikan Notifikasi (matikan/sunyikan notifikasi, baik di hp, komputer atau gadget lain)

Gunakan Website Blocker (gunakan tools seperti Freedom, SelfControl atau Cold Turkey)

Singkirkan Aplikasi Sosial Media (bisa dihapus sementara atau batasi akses)

Ganti Screen Time dengan Membaca (prioritaskan buku ketimbang membuka gadget atau laptop)

Hadir dan Sibukkan Diri dengan Kegiatan Offline (olahraga, journaling, bermain puzzle fisik, atau kegiatan kreatif lainnya)

 

Selain strategi digital detox, dicantumkan juga hal-hal yang baiknya kita lakukan setelah proses detox. Cuma tiga, langsung aku kasih teks aslinya dari Meta AI ya.. 

 

# Post-Detox
1. *Gradual re-entry*: Limit screen time initially.
2. *Reflect on experiences*: Journal benefits and challenges.
3. *Establish long-term habits*: Schedule regular digital breaks. 

 

***

 

Sebenarnya selain bahas tentang digital detox, disebutkan juga tips membaca dan rekomendasi buku, karena kan pertanyaan sebelumnya kusebutkan dua hal, digital detox dan reading. Cek dan baca di tangkapan layar di bawah ini.

 


 

Bersambung...

 

Wallahua'lam. 

 

***

 

PS: Buat yang penasaran dengan jawaban AI atas pertanyaanku, boleh langsung coba tanya aja ke Meta AI. Soalnya aku juga gak bisa janji kapan ngelanjutin tulisan topik digital detox ini. Mohon doanya, semoga sih segera ya hehe.

Thursday, June 19, 2025

Rasa Aneh Saat Mencoba Aktif Kembali di Blog

June 19, 2025 0 Comments

Bismillah.

#curcol

 

Pernahkan kau vakum lama di blog, hanya muncul satu dua kali dalam sebulan. Lalu kemudian ingin aktif lagi. Dan saat melakukannya, bagaimana perasaanmu? Kalau blog tidak terbayang, mungkin coba ganti kata blog dengan sosial media. Misal kamu tipe yang cuma post di sosmed, cuma update story satu dua kali dalam sebulan. Tapi dulu pernah aktif dan sering muncul beberapa kali dalam sepekan. Setelah lama vakum, dan ingin aktif lagi, bagaimana perasaanmu?

 

Aku... aku merasa aneh. Jujur setiap kali hendak membuat postingan terbaru, meski dengan bahan dari tahun 2022, aku dibuat bertanya-tanya, apa aku gak ngepost kebanyakan? Apa gak keseringan? Kan kemarin udah publish tulisan baru, apa nunggu 3 hari lagi ya? Ini dimasukin ke draft aja? Padahal kan harusnya publish-publish aja, gak ada yang protes juga kok. Gak menuhin timeline orang kok. Kan ini blog, jalan sunyi hehe. Begitu pula di medium, mau import banyak tulisan dari blog ini dibuat mikir hehe. Karena aku tahu, bagusnya melakukan apapun itu sedikit tapi istiqomah. Jujur aku takut aja, kalau banyak post/publish tapi kemudian ngilang dan vakum lagi hehe. Tapi ini overthinking gak sih? hehe. Padahal, banyak juga yang posting di medium setiap hari.

 

***

 

Anyway, udah sih, cuma mau curhat itu aja. Pengingat untuk diri agar gak overthinking, dan melanjutkan keaktifannya. Mumpung lagi semangat, dioptimalkan saja rasa semangat itu. Abaikan rasa aneh yang mengganggu. Let's write more post, let's publish more writing, here and in medium. SemangKA! 

 

Wallahua'lam.