Follow Me

Friday, May 29, 2015

Kebahagiaan Sederhana Akhawat

May 29, 2015 0 Comments
-Untukmu Ukhti-

Bismillah.
"Bagi akhawat seperti kami, kebahagiaan itu sederhana." -kirei

Seringkali padatnya aktivitas, kesibukan, dll membuat orang bosan dan butuh refreshing. Bagi akhawat ternyata caranya mudah, hehe.

dari sini
Berkumpul bersama sahabat, memasak menu sederhana, makan bersama, bertukar cerita, dan terakhir nge-es buah. Kebahagiaan itu sederhana. Akhirnya setelah rencana demi rencana yang terus jadi wacana, hari itu rencana terwujud. Jumat, di hari yang penuh berkah kami menikmati hari bersama.

Di sela-sela proses memasak kami mengobrol, bercanda, tanya jawab tentang ini itu. Pada proses itulah kami menjadi lebih dekat, dan lebih mengenal kepribadian masing-masing. Mungkin sebelumnya kami memang sudah dekat, ikatan iman dan kesamaan semangat menuntut ilmu mempertemukan kami. Namun tatap muka dan salam sapa kami terbatas di sana, tidak pernah berbincang lebih dalam karena kesibukan masing-masing.

Kebahagiaan sederhana akhawat salah satunya adalah bertemu sahabat. Poin utama pertemuan kami bukan pada masak bersamanya, tapi pada kebersamaan yang menguatkan ukhuwah.

***

Dan rahasia kecil yang kita bagi, semoga menjadi pengerat ukhuwah kita. Bahwa kita mengenal satu sama lain bukan sekedar nama, jurusan, fakultas. Tapi juga hal-hal tentang hidupnya, termasuk kriteria calon suami. Hehhe.

Apa Kabar Adikku?

May 29, 2015 0 Comments
Bismillah.

sumber gambar
Perkenalkan, aku memiliki seorang adik yang biasa kusapa Aan. Nama lengkapnya Anugrah Cipta Pratama. Beda dua tahun denganku, tiga tahun dari jenjang pendidikan.

Aku dulu.. Begitu khawatir saat adikku beranjak remaja. Saat aku duduk di SMP dulu, ada yang pernah berkata, kalau sekarang susah cari cowok yang mata-nya bersih. Maksudnya? Bersih dari tontonan haram. Hm.. Itu satu ke khawatiranku.

Kekhawatiran kedua adalah tentang games online. Ini termasuk yang katanya ga bisa dihindari cowok jaman sekarang. Masalahnya games online yang aku tahu, pertama bikin kecanduan, bisa habis waktu dan uang untuk main di warnet. Kedua, isinya yang biasanya ga lepas dari pornografi. Aku ga pernah main sih, cuma baca-baca dan denger dari temen katanya gitu..

Dan kekhawatiran itu perlahan sirna.

Aku termasuk deket sama adikku. Biasanya aku seneng nemenin adikku nonton bola, atau motogp, karena papah, mamah, atau kakak ku ga ada yang suka. Kadang juga suka ngobrol tentang teman-teman cowok di sekolah waktu SD-SMA. Ya, sekedar berbagi aja, sekalian pengen tahu emang cara berpikir mereka gimana dengan nanya ke adik.

Pernah merasa lega banget, waktu adikku curhat suka diajakin temen main game online. Alhamdulillah adikku ga suka dan ga kecanduan. Malah bilang, game online itu ngabis-ngabisin uang, mending buat ditabung. Aku saat itu cuma tersenyum dan mengangguk.

Sejauh yang aku tahu dan lihat, Alhamdulillah adikku lebih banyak menghabiskan waktu dengan olahraga, atau kalau main game ya main game sepak bola, atau football manager. Setidaknya kekhawatiranku mulai menepis.

***

Tantangan perempuan dan laki-laki itu beda, emang beda.

Single Fighter, Doa, dan Cedera Main Futsal

May 29, 2015 0 Comments
Bismillah.

Maaf judulnya pasti membuat pembaca bingung, karena memang ketiga frase tadi sekilas tidak berhubungan. Tapi di satu dua hari yang penuh hikmah, aku menemukan hubungannya.

sumber gambar
***

Menempuh jalan yang sunyi membuat diri seringkali berfikir bahwa saat ini masih sendiri. Masih jadi single fighter, di medan perjalanan yang menanjak dan berbatu. Dan pikiran itulah yang membuat diri sedih, dan mencari teman seperjalanan.

Remidial Ini...

May 29, 2015 0 Comments
-Muhasabah Diri-

Bismillah.

Pernahkah kamu merasa diuji di situasi yang sama namun berbeda waktu dan tempat?


***

Rasanya seperti remidial ujian, karena setelah dipikir-pikir, sepertinya di ujian sebelumnya aku banyak salah. Sikap yang salah, respon yang tidak tepat, dan jawaban yang banyak melukai hati orang-orang,

Dan di detik-detik terakhir remidial ini, aku hampir saja menyerah. Hampir memilih untuk menjawab dengan sikap yang sama seperti sebelumnya.

Namun Allah seperti membantuku dengan rencana-Nya. Membantu, agar aku memilih sikap yang berbeda. Dan itulah yang terjadi, aku merespon remidial ini dengan jawaban berbeda. Jawaban yang lebih baik dari sebelumnya. Jawaban yang tidak melukai banyak hati.

Ajakan, Sebuah Tanya, dan Tangis Sunyi

May 29, 2015 0 Comments
-Muhasabah Diri-

Bismillah.

"Udah mau jam 2 kawan, kita masih belum shalat" ujar seorang mahasiswa pada sekelompok temannya yang sedang asik mengerjakan tubes (asumsiku). Aku yang berada di sebelah kelompok mereka ikut tersenyum.

Selalu menyenangkan mendengar ada orang yang mau mengajak yang lain. Membuat kagum melihat sosok yang peduli orang lain di era saat individualisme begitu ditinggikan.

Dan yang terakhir, membuat diri teringat.. Betapa aku belum melakukan banyak hal untuk mengajak orang lain kepada kebaikan. Lebih sering ber-egois-ria, menumpuk nasihat untuk diri. Takut, begitu takut untuk menulisnya, atau bahkan mengucapkannya.

***

sumber gambar dari sini
Aku teringat sebuah momen saat dua orang saling menangis dalam diam, tangis tanpa isak.

Thursday, May 7, 2015

Metamorfosis Hati - Bagian Terakhir

May 07, 2015 0 Comments

#cerpen

Lanjutan dari cerpen Metamorfosis Hati


Siapa yang tidak marah saat orang lain membicarakan hal buruk tentang Istrinya? Dan rasa marah itulah yang pertama kali menguasai Noor saat Kevin menyebut bahwa istrinya seorang playgirl. Namun kemarahan itu tidak dilampiaskan pada Kevin, kemarahan itu membuat Noor memilih meninggalkan istrinya, Maryam, berdiri terpaku di jalan.

Namun hari ini setelah berbicara dengan rekan kantornya, ia jadi sadar satu hal. Bahwa masalah ini harus diselesaikan, ia tidak bisa membiarkan dirinya dan Maryam di situasi seperti ini. Mereka harus berdiskusi dan memastikan kelanjutan ikatan pernikahan yang kini seperti tali yang begitu rapuh.

Noor berdiri di depan Maryam yang baru keluar dari rumah saat Ibu Maryam memanggilnya. Ada buncah rindu yang memenuhi dada Noor, sudah sepekan ini ia tidak bertemu dengan istrinya. Namun ego menahannya untuk memeluk Maryam.

"Maukah kamu pergi ke suatu tempat denganku?", tanya Noor. Maryam mengangguk. Aku berbalik dan berjalan, sambil memastikan Maryam mengikuti langkahku. Mereka menuju taman kecil di kompleks perumahan itu. Mereka duduk di sebuah bangku taman berjauh-jauhan.

"Apa kabar keluargamu?", Noor akhirnya memulai percakapan setelah lebih dari satu menit mereka duduk terdiam di taman yang sunyi itu.

"Baik", Maryam menengok sebentar ke arah Noor, menerka apa yang akan dikatakan Noor. Noor masih menghadapkan wajahnya ke depan, seolah memandang ke arah tiang lampu taman yang menyala redup, namun pikirannya sungguh tersita keberadaan Maryam.

"Saya hanya ingin berbicara padamu," Noor mulai masuk ke inti pembicaraan. Ia sempat agak kaget saat dirinya mengucapkan kata 'saya', sejak kapan dia begitu kaku pada istrinya sendiri?

"Ok"

"Aku... Benar-benar tidak tahu apa yang harus kukatakan," hanya itu yang keluar dari bibir Noor, ia seolah tidak dapat merangkai kata lain.

Da di Sini Mah Beda

May 07, 2015 0 Comments

#fiksi

Bismillah.

"Ikhwan organisasi saya nanya, alamat lengkapnya dimana?", tanya seorang akhwat di sebuah grup koordinasi 2 organisasi. Saya yang sudah berada lebih dari 1 bulan di sini mengerutkan dahi saya. Ada 5 ikhwan dan 2 akhwat, kenapa yang lagi-lagi bersuara dari organisasi sebelah selalu May?

"Kenapa ikhwannya ga tanya langsung?", akhirnya pertanyaan itu yang muncul, bukan jawaban dari pertanyaan May.

"Harap maklum ya Akh Fikri, da di organisasi saya mah beda. Kalau di organisasi antum, akhawat yang pemalu, di tempat saya, ikhwannya yang pemalu, hhe"

Emotikon senyum di jawaban May membuat saya makin heran. Dia bercanda atau bagaimana? Emang ikhwan organisasinya tega menjadikan akhwat jadi jubir mereka? Padahal organisasi Mey adalah organisasi yang lebih lekat dengan image laki-laki karena memang jenis olahraga, bukan organisasi seni.

Why So Serious??

May 07, 2015 0 Comments

-muhasabah diri-

Bismillah.
"Iya, emang ga boleh?" 

Nyolot dan langsung naik pitam. Itu pertama kali responku saat ada yang mengkritik kalau aku terlalu sensitif. Dari kritik itu juga lah, aku akhirnya sadar kalau aku terlalu sensitif. Kemudian aku mencoba mengarahkan sensifitasku agar tak membuat orang lain sebel. Ada label SensiMe yang isinya tulisan penuh dengan ketidaksantai-anku.

Tapi di prakteknya aku tetep aja gitu. Seringkali terlalu menganggap sesuatu serius dan ga nyadar kalau itu bercanda. Atau kalaupun tahu itu bercanda, pasti tetap deh responnya ga santai. Haha.



Monday, May 4, 2015

Kembali Beraksi

May 04, 2015 0 Comments
Bismillah.

Dan di sela dera ujian akhir semester, tubes, dan tugas lain, izinkan aku berkomitmen untuk kembali beraksi. Menulis tiap hari di Tugas Akhir dan Kompilasi. J

Ditulis, untuk membagi semangat menulis ke kamu, iya kamu. haha^^


menulis setiap hari itu
secara tidak langsung membuat kita peka
peka kata, peka kalimat, peka ide
kita jadi mudah menemukan kata
kita jadi gampang merangkai kalimat
kita jadi lancar menemukan ide-ide yang terlintas

maka, menulislah tiap hari
tak perlu memusingkan sepenting apa tulisan kita
biarlah itu menjadi proses pembelajaran saja
sampai kita menemukan kata 'penting' untuk tulisan kita
 
*desain cover and poetry by : Pak Nassirun Purwokartun

"Gatal" untuk Berkomentar

May 04, 2015 0 Comments

-Muhasabah Diri, SensiMe-

Bismillah.

http://assets.kompasiana.com/statics/files/1417255040435110281.png?t=o&v=300
Sebutlah diri membaca status saudarinya di jejaring sosial "garis" haha, ada 2 komen. Tap, lalu muncul lah dua nama, nama pemilik status (akhwat) dan nama komentator (ikhwan). Dan percakapan bathin pun terjadi pada si silent reader.

A : "Kenapa sih ikhwan kegatelan banget untuk komentar di status akhawat?"

A' : "Iya, kaya kamu yang gatel untuk berkomentar kalau liat ikhwan komen di status akhwat"

A : (tertawa) "Iya juga. Tapi beneran deh getet* kalau liat yang kaya gitu. Pengennya teriak, PENTING YA KOMEN KAYA GITU??"