Follow Me

Tuesday, December 27, 2011

Sholat Tepat Waktu

December 27, 2011 0 Comments

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.. kawan! Apa kabar nih? Gimana sholat kalian? Nggak bolong-bolong kan… Perlu kalian tau, salah satu hal yang menyebabkan kita meninggalkan sholat yaitu karena kita nggak sholat tepat waktu. Mengulur-ulur waktu, sampai akhirnya kita lupa dan meninggalkan sholat. Aduuuh.. nggak banget de..

Sholat tepat waktu memang bukan perkara yang mudah lho. Ada aja halangan yang membuat kita menunda sholat. Sibuklah.. tanggunglah.. dan beribu alasan lain. Nah, ada sedikit tips nih untuk kalian! Semoga aja bisa Bantu kalian untuk sholat tepat waktu. Check this out!
Niat
Satu kata yang harus kita tanam dalam hati tiap kali kita akan melakukan sesuatu. Dalam islam, hampir semua ibadah di dalam rukunnya terdapat niat. Kenapa? Karena niat sangat berpengaruh pada sesuatu yang akan kita lakukan. Dengan niat, insya Allah sesuatu yang akan kita lakukan dapat terlaksana dengan baik. Jadi… detik ini juga, berniatlah untuk sholat tepat waktu lillahi ta’ala.
Jangan Jauh dari Masjid atau Mushola
kalimat diatas jangan disalah artikan ya… Maksud kalimat diatas, bukankah akan memudahkan kita jika selalu berada di dekat masjid / mushola. Coz, dengan begitu kita bisa mendengar suara adzan dengan jelas. Selain itu, kita juga tidak perlu susah-susah cari tempat sholat. So, nggak ada lagi alasan menunda sholat karena susah mencari tempat sholat.
Gunakan Alarm
Kalau adzan yang merupakan pengingat sholat sejak zaman Nabi Muhammad SAW masih belum bisa membuat kamu sholat tepat waktu. Gunakanlah teknologi untuk mengingatkanmu waktu sholat. Yup, apalagi kalau bukan alarm. Pasang alarm di handphone kamu di waktu-waktu sholat. Eits.. tapi, kalau alarm sudah berbunyi.. jangan cuma dimatiin lalu ngelanjutin aktivitas kamu. Turn it off and STOP all your activity, segeralah ambil air wudhu!
Bergaul dengan Orang-orang Sholeh dan Sholehah
Dengan berteman dengan orang-orang yang tau agama, otomatis akan membuat memudahkan kita sholat tepat waktu. Kok bisa? Jelas bisa… coz mereka akan mengingatkan dan mengajak untuk sholat tepat waktu. Nggak cuma sholat tepat waktu, kamu juga bisa sholat berjamaah dengan mereka. Percaya nggak percaya, bergaul dengan teman-teman yang kurang sholeh bisa membuat kita ikutan malas sholat tepat waktu. Coba deh, kamu ingat-ingat.. pernahkah kamu merasa seperti itu? Tapi, kita tetap nggak boleh pilah-pilih teman. Kalau kamu bisa, kenapa nggak kamu ajak mereka untuk sholat tepat waktu? Sesama muslim harus saling mengingatkan lho..

That’s all.. tips untuk sholat tepat waktu. Next, tinggal kamu yang menentukan wheter you’ll do it or not. Mulailah dari saat ini juga.. gunakan kesempatan yang ada! Contohnya sholat dhuhur berjamaah di Masjid Ulul Albab tercinta. Jangan sia-siakan waktu yang diberikan sekolah pada istirahat kedua. Masih merasa susah untuk sholat tepat waktu? Ingatlah satu hal, difficult things can be easy when you try to learn it and learn to do it. SEMANGAT!

(* sebuah artikel yang dibuat untuk mengisi buletin Ulul Albab SMA 1 Purwokerto *)

Saturday, December 24, 2011

Diam! Jangan Mengeluh Lagi!

December 24, 2011 0 Comments

Mengeluh? Lagi? Apa kau tidak bosan.. pada tiap keluh yang kau lontarkan?

Hem.. cobalah sejanak tahan lisanmu. Diamlah sejenak tiap kali kau ingin mengeluhkan sesuatu, apapun itu.  Diam lah sejenak, barang sedetik.. untuk sekedar menyadarkanmu.. sekedar mengetuk kembali hati dan otakmu.

Coba sejanak diam dan resapi, daripada keluh itu kau lontarkan, alangkah lebih baik kau pikirkan bagaimana mensyukuri nikmat Allah yang luasnya melebihi langit dan bumi. Apa yang hendak kau keluhkan tak seberapa jika dibandingkan nikmat dariNya. Masihkah kau mau mengeluh?

Coba sejenak diam dan biarkan otakmu berpikir jernih, apakah keluh yang hendak kau lontarkan dengan lisanmu lantas mengubah keadaan? Lantas menjadikannya lebih baik? TIDAK! Sungguh, kau tahu itu.. keluhanmu justru memperburuk keadaan. Ada banyak hal yang bisa kau lakukan, ketimbang mengeluh dan terus mengeluh.

Apakah himpitan ini yang membuatmu mengeluh? Atau kau saja.. yang kurang bisa maknai situasi dan kondisi sebagai sebuah nikmat darinya?

Percuma, kau keluhkan ini itu pada semua.. kalaupun mereka mendengar, kau hanya membuat mereka ikut dalam aura gelapmu.

Mulai sekarang, bisakah kau ganti keluhmu dengan diam? Diam, berpikir sejenak. Atau cepat-cepatlah istighfar kala keluh terlanjur kau lempar..

Benar-benar ingin mengeluh? Jangan kepada manusia! Luangkan waktumu untuk berkhalwat dengan Sang Khaliq, yang Maha Mendengar.. kalau perlu menangislah! Agar hatimu tak batu.

(*teruntuk diriku yang belakangan ini seringkali mengeluh*)

Friday, December 23, 2011

Menuai Berkah dengan Basmallah

December 23, 2011 0 Comments


Bismillah Ya Rahman Ya Rahim..
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Lafal basmalah di atas merupakan kata yang sering jumpai. Lafal bismillah biasanya diucapkan, untuk memulai suatu kegiatan. “Kita buka acara ini dengan membaca basmalah bersama-sama”, pasti tak asing lagi kan?
Bukan hanya dalam acara-acara resmi, atau pengajian yang harus kita awali dengan basmalah. Seharusnya, tiap apa yang kita lakukan harus dimulai dengan bismillah. Mengapa..? Karena mengawali aktivitas dengan bismillah bisa bermakna kita melakukan aktivitas tersebut dengan nama Allah, lillahi ta’ala.

"Katakanlah: sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam." (Al An’am: 162)

Ada banyak banget manfaat atawa hikmah yang bisa kita dapetin dari kebiasaan mengawali dengan basmalah. Apa aja sii? Pernah denger lagunya opick yang judulnya Bismillah? Liriknya gini nih..

Bismillah Ya Rahman Ya Rahiim
Bismillah mula-mula, bismillah yang mengawali
Bismillah akan membuatmu bahagia
Dengan Bismillah hati kan terjaga
Lalu keberkahan menaungi kita

Bismillah dan melangkah, bismillah lalu bekerja
Bismillah di dalam hati ku tenang..
Karena semua adalah milikNya
Bahkan nafas adalah kemurahanNya
Bismillah Ya Rahman Ya Rahiim

Kalau dari lagunya opick, kita bisa liat ada 4 hikmah jika kita mengawali segala sesuatu dengan bismillah.
  1. Membuatmu bahagia
Mengawali bismillah pada tiap aktivitas kita akan membuat kita bahagia. Percaya nggak? Coba aja deh.. mulai detik ini mulailah segala hal dengan menyebut namaNya. Dijamin hari-harimu akan lebih bahagia. Mengapa? Karena Allah bersamaMu, kamu sudah memulai segalanya dengan menyebut namaNya. Maka bukan hal yang mustahil Dia akan menyemai benih bahagia di hari-harimu. Eiitss.. tapi bukan berarti dengan bismillah, hal yang buruk jadi bernilai baik lho. Misalnya nih, kamu mau nyontek mbaca bismillah dulu.. waduh-waduh, nggak mungkin kan Allah senang dengan perbuatanmu itu. Hehehe J

2. Hati kan terjaga
Ketika kita memulai dengan bismillah, maka hati kita akan terjaga dari hasrat ingin melakukan hal yang tidak baik. Dengan bismillah, otomatis kita akan mengingat Allah, dan dengan mengingat Allah.. kita akan selalu merasa diawasi. Perasaan sedang diawasi oleh Sang Maha Melihat inilah yang akan mencegah kita untuk berbuat hal-hal yang tidak baik, mencegah hati tuk berburuk sangka, pokoknya hati kita kan terjaga deh! J

3. Keberkahan menaungi kita
Ketika kita sudah menyebut namaNya untuk memulai semua, maka aktivitas yang akan kita lakukan insya Allah akan diridhoi oleh Allah dan dinilai sebagai bentuk ibadah kita kepada Allah. Dan saat aktivitas tersebut diridhoi oleh Allah, itu berarti Allah akan memberikan keberkahannya pada kita. Ya, percayalah.. dengan melafal basmalah memulai semua, maka lihatlah.. keberkahan menaungi kita.

4. Hati ku tenang
As i said before, dengan menyebut nama Allah.. maka kita akan mengingatNya, dan dengan mengingatNya hatipun menjadi tenang. Seperti dalam firmanNya,

 "(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (Ar Ra’d : 28)

Waah... ternyata banyak ya hikmah yang bisa kita dapatkan kalau saja kita memulai semua dengan menyebut namaNya. Jadi tunggu apa lagi? Ayoo.. mulailah semua dengan bismillah. Memang bukan hal yang mudah siih membiasakan diri mengawali semua dengan basmalah. Tapii.. kalau kita mau mencoba, pasti bisa kok. Okay? Kuatkan tekadmu, dan Bismillahirrahmanirrahim.

Tiga Kata Ajaib

December 23, 2011 0 Comments
Mungkin belum ada yang pernah mendengar lagu anak-anak ini. Tapi tak ada salahnya kita membahas pesan dari sebuah lagu anak-anak yang manis, simpel tapi mengena. Mengingatkan kita akan tiga kata ajaib yang sekarang ini sering terlupa tuk diucapkan. Begini sepenggal liriknya,


Ada tiga kata yang sangat ajaib..
Yang dapat mengubah hidup kita..
Caranya mudah coba dengarkanlah dan, ikuti aku...!

Yang pertama, katakan tolong setiap kau minta bantuan..
Yang kedua, terima kasih jika ada yang datang membantu
Lalu ketiga, ucapkanlah maaf bila ada hati yang kau sakiti

Katakan semua setulus hati, dan keajaiban akan terjadi!




Tolong, terima kasih dan maaf ketiga kata yang disebut ajaib di lagu tersebut, bukanlah kata-kata yang asing di telinga kita. Kita semua sudah mengenal ketiga kata tersebut dari kecil, orang tua kita yang mengenalkan. Ya, ada banyak sekali kebiasaan baik yang sudah diajarkan orang tua kepada kita, sayang sekali beberapa diantaranya terlupakan, salah satunya 3 kata ajaib di atas.

Tolong
Betapa menyenangkan, dan takkan terasa berat jika orang yang meminta bantuan mengucapkan “tolong” pada kita. Ada rasa indah di sini, inilah seninya tolong menolong. Cuma dengan sebuah kata, maka hilang sudah kesan menyuruh. Tak perlu malu, tak perlu sungkan, mengucapkan kata tolong setiap kita meminta bantuan bukanlah sesuatu yang hina. Dengan mengucapkan kata tolong, orang yang dimintai bantuan akan merasa dihormati, dan insya Allah ia akan ikhlas membantu kita.

Tapi jangan lupa satu hal ya..

“……Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Al Maidah (5) : 2 


Terima kasih
Dan ketika bantuan itu sudah datang, ucapkanlah terima kasih pada sang pemberi bantuan. Dan tidak lupa pula pada Allah swt. yang mendatangkan bantuan melalui orang tersebut. Tolong menolong, adalah satu hal yang bisa mempererat ukhuwah islamiyah kita, dan yang memperindah adalah kata tolong dan terima kasih.
Bisa jadi, bantuannya tak seberapa.. tapi dengan kata terima kasih, sang pemberi bantuan akan merasa dihargai. Dan pastinya dengan senang hati ia akan membantumu lagi bila kau butuh bantuan. J

Maaf
Tutur kata dan tingkah laku kita boleh jadi menggores luka di hati orang lain. Dan kata maaf bisa jadi obat dari luka tersebut. Memang tidak semua hati yang tersakiti bisa sembuh total dengan sebuah kata maaf. Setidaknya, kata maaf adalah pertolongan pertama untuk luka tersebut. Obat lebih lanjut adalah menunjukkan rasa penyesalan dan tidak mengulang kesalahan yang kita perbuat.

Minta maaflah atas segala kesalahan yang mungkin menyakiti hati orang lain, baik itu kesalahan yang besar maupun yang kecil. Yang agak susah nih, biasanya orang yang sedang berantem. Biasanya gengsi yang mencuat tinggi hingga tak ada satu yang mau mengalah untuk mengucap kata maaf lebih dulu. Mengakui kesalahan yang kita perbuat tak berarti kita kalah. Bahkan, seseorang belum bisa disebut hebat kalau ia belum bisa mengakui kesalahannya. Kenapa? Karena ia belum bisa mengalahkan egonya. Hayoo.. yang lagi berantem sama temen, buru-buru dah minta maaf, inget marah kepada sesama muslim ada batasnya lho, 3 hari. Cuma 3 hari, jangan sampai lebih ya.

Alangkah indahnya kalau ketiga kata ajaib diatas kembali menghias hari-hari kita. Kebiasaan baik yang dulu diajarkan orang tua pada kita yang sering terlupa, padahal banyak memberi kita manfaat. Ayo! Lestarikan lagi kebiasaan baik yang hampir terlupakan, bingkai habluminannas kita dengan 3 kata ajaib diatas, dan lihatlah.. keajaiban akan terjadi.

Friday, December 2, 2011

Integrity

December 02, 2011 0 Comments
Bismillahirrahmanirrahim..


 Well.. kembali aku dibuat tersenyum, oleh mereka.. para peniti jalan yang asik, jalan asing. Mereka bukan follower yang ngikut saja pada kemana arus membawa mereka pergi. Mereka bukan air, yang hakikatnya mengalir dari atas ke bawah. Mungkin bisa dikatakan mereka adalah ikan salmon, yang siklus hidupnya aneh, karena berjuang melawan arus air, menaiki derasnya air terjun, menuju ke hulu walau kebanyakan orang menuju ke hilir. Well, again i am impressed, i am simpaty, i am interested to them, to the things they hold on tight.

Kalau kemarin, aku tersenyum pada mereka karena masalah hijab. Kali ini bukan tentang hijab, tentang sahabat dekatnya hijab? Bukan juga :P

Agak miris kalau harus menjelaskannya secara gamblang. Tapi biarlah miris, dari pada tulisan ini bukan memberi pencerahan tapi malah membuat keruh karena pesan yang tak tersampaikan.

Ini tentang integrity. Kejujuran. Kejujuran dalam arti seorang murid, seorang mahasiswa, seorang penuntut ilmu. Seperti kebanyakan kita tahu, sekarang ini.. kebanyakan dari kita (which is mean, bisa jadi aku salah satunya) sekolah atau kuliah tujuannya bukan lagi mencari ilmu, tidak lagi.. melainkan hanya sekedar ajang pengerjar nilai, IP, gelar, dan kawan-kawannya. Sadar tidak sadar, bisa jadi seringkali kita lupa pada tujuan dasar kita berada di sini (di kampus, di sekolah).

Hal tersebut di atas, kemungkinan besar terjadi karena keadaan saat ini yang menuntut semua pelajar baik itu siswa maupun mahasiswa untuk berprestasi baik, memperoleh nilai/IP setinggi-tingginya dan memperoleh gelar sebanyak-banyaknya. Dari kondisi yang ada itu, iman kita diuji.. integritas kita diuji.. sejauh mana ia menancap di relunghati, apakah ia hanya menancap beberapa meter, atau ia sudah menghujam dalam-dalam, erat dan tak tergoyahkan?

Kasus-kasus penguji iman dan integritas seringkali kita temukan di sekitar kita, mencontek, menyalin, bekerja sama di bidang ‘kejahatan’, dan csannya. Belum lagi maraknya bocoran-bocoran yang tiba-tiba saja menyeruak kala ujian sudah di depan mata. Menghela nafas, berat dan benci kala kita melihatnya. Geleng-geleng kepala, sesak nafas, tapi juga gatal ingin menjadi bagian dari mereka saja. Wah,.. kalau kalimat yang terakhir sudah terlintas di otak dan hati kita.. hati-hati!

Itu baru yang terlihat oleh mata, yang teraba oleh tangan, yang terasa kehadirannya. Adakah yang tak terasa kehadirannya? Ada! Sungguh ada! Bukan.. ini bukan kasus yang tidak kita lihat dan jauh dari pengetahuan kita. Bukan! Ia ada di depan mata kita, tapi somehow.. ia terlihat lebih cantik dan anggun. Ia menipu kita, hadir seolah bukan sebuah kebathilan (keburukan). Atau bisa jadi ia tidak menipu kita, ia tidak menyamar menjadi sosok yang terlihat baik, tapi kitalah yang rabun! Hati kitalah yang keruh, hingga sulit bagi kita membedakan yang haq dan yang bathil.

Ia hadir begitu saja, dimaklumi banyak orang.. bahkan bisa jadi kita ikut-ikutan mengangguk mempersilahkan ia untuk duduk di sebelah kita. Mempersilahkan ia membutakan hati nurani kita.

Contoh realnya : seseorang pernah bercerita padaku, tentang betapa ia benci, kesal dan jijik.. pada mereka yang suka mencontek saat ujian. Pada mereka, yang bisa dengan mudah mendapat nilai tinggi dengan modal mencontek. Pada mereka, yang seringkali nilainya mengalahkan orang lain yang benar-benar berusaha sendiri dalam mengerjakan ujian. Lalu beberapa hari kemudian, tanpa ia sadari ia membiarkan ‘sosok buruk rupa’ itu duduk disampingnya. Sebuah bocoran soal essay mata pelajaran X muncul di hadapannya. Takut dibilang pelit dan nyebelin. Ia sebarkan bocoran itu. Semua teman-temannya sibuk mencoba menyelesaikan soal-soal yang berjumlah 5. Tanya ke sana-sini untuk mendapat jawaban yang benar. Tidakkah ia sadar? Bahwa sebuah bocoran sama menjijikannya dengan tingkah temannya yang suka mencontek. Tidakkah hatinya berbisik ‘jangan! Ini salah!’ ketika ia melihat soal-soal itu? Lepas dari benar atau tidaknya bocoran soal itu.. itu tetap salah! Tetap sesuatu yang harusnya kita tentang keberadaannya, bukan malah kita terima dengan senang hati.

“Bukankah sesuatu yang salah, tidak lantas menjadi benar hanya karena banyak orang yang melakukannya?” (baca : noteku yang berjudul : hanya mengingatkan)

Astaghfirullah.. Astaghfirullah.. Ampuni hamba Ya Allah.. yang sering kali menutup mata pada kebathilan dan menganggapnya sebuah hal sepele. Ampuni hamba.. yang hatinya keruh dan sukar membedakan yang haq dan yang bathil. Ampuni hamba.. yang sering kali tak sadar kalau membantu mereka dalam ‘kejahatan’ juga merupakan hal yang salah. Ampuni hamba...  yang hina, yang imannya lemah karena hanya bisa membenci dengan hati. 

Kembali ke mereka yang seperti ikan salmon (bukan dalam arti yang sebenarnya  hehe). Yang mengetuk hatiku pelan. Dan berkata : ‘Ini salah. Kamu tahu itu. Ini salah! Jangan membuta, jangan menuli, jangan membisu. Bukankah kau tahu ini salah?’. Mereka berhasil membuatku tertegun dan mengangguk mantap. Untuk setidaknya menuliskan ini. Menuliskan kebenaran. Tentang integritas yang sekarang ini sedang terkucil, terasing.

#sebuah kelas mengajak ‘bekerja sama’ untuk meraih sebuah nilai yang tinggi. Sebuah ‘kerja sama’ yang memaksa tiap individunya untuk meninggalkan hati nurani dan mengucilkan integritas. Hakikatnya kelas itu membodohi diri mereka sendiri. Karena aku yakin, tanpa ‘kerjasama’ itu.. mereka bisa mendapat nilai yang tinggi. Hakikatnya mereka merugikan diri mereka sendiri, karena dengan ‘kerjasama’ itu.. yang mereka dapat hanya angka, padahal ada ilmu yang lebih indah untuk digapai.
Untuk ku, untuk mu, untuk kita semua.. Mari tajamkan mata, telinga dan hati.. untuk lebih mengenali yang haq dan bathil. Kemudian tanpa ragu meninggalkan yang bathil dan menggenggam erat yang haq, walau terasing, walau indahnya dunia kita dapat. Ada yang lebih tinggi dan indah di sana.. di hulu dan bukan di hilir. JannahNya.. Jannah milik Allah swt.

"Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.Maka tidakkah sebaiknya ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?. "(Al Balad : 10)
Wallahu ‘alam bisshowab.

(no more menyontek, memberi contekan, nyalin tugas, menerima bocoran, bekerja sama dalam keburukan) Bismillah.. Insya Allah. Laa haula walaa quwwata illa billah.. Tetapkan hati ini hanya padaMU. ‘Ihdinasshirotol mustaqim’

Sunday, November 20, 2011

Eyes

November 20, 2011 0 Comments
Menohok sekali saudara-saudara.. saat kubaca sebuah kalimat sederhana yang bunyinya begini :

"orang yang tidak menguasai matanya, maka hatinya tidak ada harganya", (Ali bin Abi Thalib RA)

Well rasanya, seperti tersedak makanan dan tidak ada minum disekitarku. Ingin sekali merutuki diri, yang memang selalu saja kurang dalam masalah menguasai mata. Ah! Mata! Padahal jelas-jelas Allah berfirman dalam kalamNya untuk menundukkan pandangan. Karena sungguh mengedarkannya ke segala penjuru tak lantas membuat kita bisa melihat semua. Kita hanya lelah terus mengedarkan pandangan, melukai hati sendiri.. karena sesungguhnya pandangan adalah anak panah setan.

Kalau kau kira dengan memandang kesegala arah akan mengobati lukamu, kau salah. Justru dengan itu lukamu akan semakin basah. Bernanah. Berdarah.
Tundukkan pandanganmu. Aku tahu ini bukanlah hal yang mudah, tapi bukan pula hal yang tidak mungkin.

Tundukkan pandanganmu, jangan biarkan sebuah pandangan merobohkan benteng hati yang sudah susah payah kau bangun.

Tundukkan pandanganmu. Tak peduli pada suara bising diluar telinga yang berdesakkan ingin memukul gendang telingamu dan mempengaruhi keputusanmu.

Tundukkan pandanganmu. Kalau tidak kau biasakan, mana bisa kau terbiasa? Butuh usaha keras di awal untuk menjadikannya bagian dari kebiasan-kebiasaanmu. Setelah itu, kau akan rasakan sejuknya menundukkan pandangan. Tunduk pada perintah Sang Khaliq yang jelas-jelas menyebutkan dalam kalamNya agar kita menundukkan pandangan.

Well i know i’m still very weak at this.. itulah sebabnya aku sangat tertohok membaca quote tadi, bagaimana tidak? Ternyata hatiku tidak ada harganya kalau saja aku terus tidak bisa menguasai mataku.

Sekali lagi aku ingatkan! Tundukkan pandanganmu! Sebelum hatimu benar-benar tidak berharga lagi! Sebelum syaitan semakin terbahak melihat dirimu yang mau saja ditunjuki jalan sesat olehnya. Tundukkan pandanganmu! Tak akan kau dapati apa-apa sekalipun kau edarkan pandanganmu ke sekeliling, kau hanya akan semakin lelah dan payah dalam penjagaan hati.

Well.. quote di atas menohok sekali saudara-saudara.. adakah kalian juga tertohok. Mau menemaniku berjalan dijalan ini? Jalan yang jarang dilalui orang-orang? Maukah kalian menjadi sahabatku, yang mengingatkan kala ku khilaf, yang menegur kala kumulai menyimpang dari jalan ini? Yang mengajakku berlomba dalam kebaikan, maukah?

Untuk kembali mengingatkan diriku:
"orang yang tidak menguasai matanya, maka hatinya tidak ada harganya", (Ali bin Abi Thalib RA)

Wednesday, November 2, 2011

Ketika Kelezatan Donat Tak Hanya Dikecap Lidah

November 02, 2011 0 Comments


Judul Buku : Writing Donuts
Penulis : Joni L. Efendi
Penerbit : Buku Biru
Cetakan pertama Desember 2009
Tebal : 262 halaman

Menulis dan donat? Apa hubungannya? Mungkin ini pertanyaan pertama yang terbesit di hati pembeli ketika melihat cover dan judul buku ini. Ternyata, melalui buku ini Joni L. Efendi (penulis) ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa menulis itu selezat dan semudah menyantap donat.

Buku dengan sub judul ‘cara paling nikmat jadi penulis hebat dan kaya raya’ ini terbagi menjadi 31 bab. Meskipun jumlah bab dalam buku ini terhitung banyak dibanding kebanyakan buku, pembaca tidak akan dibuat bosan olehnya. Hal ini karena penataan bab yang runtut, penulis seolah-olah dapat membaca jalan pikiran pembaca. Selain itu, 1 bab dalam buku ini termasuk singkat, bahkan ada 1 bab yang hanya 1 halaman saja.

Dalam buku writing donuts ini, penulis secara garis besar ingin menyampaikan 3 hal kepada pembaca. Tiga hal ini yaitu pentingnya menulis bagi kita, teknis menulis dan hambatannya, serta bagaimana menerbitkan sebuah tulisan.

Semua orang bisa menjadi penulis hebat, begitu ungkap penulis pada bab pertama. Ya, semua orang memiliki peluang yang sama besarnya dengan penulis hebat macam JK Rowling, Stephen King, atau penulis hebat lainnya. Hal ini karena sebuah tulisan sebenarnya lahir dari segala hal yang ada dalam pikiran kita, sesuatu yang sangat dekat. Dengan kita dapat mengubah nasib, hal ini dibuktikan oleh guru muda di California bernama Erin Cruwell yang mengubah nasib murid-murid dengan latar belakang kacau hingga mereka dapat melanjutkan studi di perguruan tinggi dengan sebuah cara : menulis.

Menelusuri baris demi baris pada bab-bab awal buku ini, akan membuat kita terhanyut sekaligus terbakar oleh semangat menulis. Penulis menyajikan satu demi satu fakta, dan logika-logika sederhana yang membuat pembaca manggut-manggut setuju tentang pentingnya menulis. Kemudian membuat mereka yang belum tertarik untuk menulis menjadi yakin, dan membuat mereka yang sudah tertarik dalam dunia tulis-menulis menjadi semakin bersemangat untuk segera menelurkan sebuah karya.

Bagi kalian yang merupakan orang baru dalam dunia tulis menulis, jangan khawatir penulis menuliskan satu bab yang berisi tips untuk mulai menulis. Diantaranya, memancing minat kita dalam menulis dengan cara mencari tempat yang nyaman untuk menulis, fokus pada bahan yang akan ditulis, membiasakan diri menulis catatan harian, dan tips lain yang pastinya membantu kita untuk mulai menulis.

Penulis memaparkan bahwa sebenarnya tidak ada kiat khusus untuk memulai menulis, kunci utama untuk menulis adalah menulis itu sendiri. Tulis saja! Setelah niat untuk menulis sudah muncul, maka yang diperlukan selanjutnya adalah action. Tulislah apa saja yang ada dipikiranmu, bahkan kalau kamu tidak ada ide, tulis dikertas ‘LAGI NGGAK ADA IDE, LAGI NGGAK ADA IDE, LAGI NGGAK ADA IDE!’ dan seterusnya. Karena menurut penulis, tangan, pikiran, mood, dan ide semuanya akan tetap memilih diam dalam persembunyiannya masing-masing kalau kita tidak memulai menarik mereka dari sarang malasnya dengan cara menggerakkan tangan kita.
Penulis memberikan beberapa teknik dalam menulis seperti menulis cepat, menelurkan 1000 ide dalam 10 menit dengan permainan curah ide, dan teknik kata kunci. Tidak cukup itu saja, melalui buku ini penulis menyentil para penulis muda karena kebiasaan tidak kreatif kebanyakan penulis muda yaitu menuliskan hal-hal yang biasa dan itu-itu saja.

Satu demi satu hambatan menulis dijelaskan dengan gamblang oleh penulis, kemudian dikupas satu demi satu untuk mendapatkan solusinya. Mulai dari mengubah cara pikir kita, mengatasi ketakutan-ketakutan dalam menulis, sampai mengingatkan kita untuk tidak pelit usaha.

“Memiliki imajinasi saja tidak cukup. Kamu harus dapat benar-benar menembus ke dalamnya, merasai seluruh isinya” (Stephen King)

Masih di ide pokok kedua dari buku ini, penulis memberikan pengetahuan dasar kepada pembaca dalam menulis. Seperti panduan untuk mengarahkan tulisan lebih terarah, jenis-jenis genre novel, gaya kepenulisan, dan pengetahuan dasar lain yang memang lebih mengarah pada tulisan fiksi.

Pada ide pokok ketiga buku ini penulis menjelaskan dengan lihai cara-cara mempublikasikan tulisan. Beberapa tips yang ia berikan antara lain mengenali visi misi media massa penerbit, membangun komunikasi dan keakraban dengan redaktur, memperhatikan kelengkapan naskah, rajin mengecek tulisan, dan memilih penerbit. Menurut penulis, secara umum sebuah naskah di tolak karena naskah tersebut diprediksi tidak laku atau karena naskah tersebut ditulis dengan cara yang tidak tertata sehingga membutuhkan pengolahan yang cukup sulit.

Tidak hanya sampai di sana, penulis juga membagi ilmu kepada pembaca tentang bentuk-bentuk kerja sama dengan penerbit, jenis-jenis royalti buku beserta kelebihan dan kelemahannya, hak cipta serta alamat koran, majalah dan penerbit se-Indonesia. Informasi yang lengkap ini memudahkan pembaca untuk mempublikasikan tulisannya.
Buku ini cocok untuk siapapun baik yang belum ada keinginan untuk menulis maupun sudah memiliki keinginan untuk menulis, terutama bagi mereka yang mendalami tulisan fiksi. Gaya bahasa penulis mengalir dan cukup santai membuat buku ini cocok untuk anak remaja dan dewasa. Pemilihan cover dan judul yang unik ini memang menarik mata pembeli, namun juga menimbulkan salah paham bagi calon pembeli, banyak dari mereka mengira bahwa buku ini berisi resep untuk membuat donat. Tapi overall, buku ini layak untuk menjadi salah satu koleksi Anda!

-.-

“Sebuah karya akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya. Jika kamu berhasil, teruslah berkarya. Jika kamu gagal, teruslah berkarya. Jika kamu tertarik, teruslah berkarya. Jika kamu bosan, teruslah berkarya.” –Michael Crichton, penulis novel Andromeda Starin dan Jurassic Park—

Sunday, October 30, 2011

Tentang Rasa

October 30, 2011 0 Comments
Bismillahirrahmanirrahim

Seuntai kata, mungkin tak berarti apa-apa, tapi bisa juga.. ia memiliki arti yang tak bisa diraba semua orang.
Just realized.. kalau aku termasuk satu dari mereka yang terbata-bata dalam merangkai kata, untuk kemudian diucapkan demi mengikat sebuah makna.
That's why now i write this note, coz i don't know how to say it..

Ini tentang sebuah ekspresi, tentang ungkapan yang seringkali manusia ungkapkan lewat ekspesi, ucapan atau tindakan. Begini, ketika seseorang merasakan sesuatu, sedih misalnya
maka orang tersebut akan mengekspresikan rasa itu dalam ekspresi 'menangis', mengucapkannya kepada orang yang ia percaya, atau bersikap lesu dalam menjalani hari.
Ya, ini tentang sebuah ekspresi, sebuah aksi yang kita ambil untuk menunjukkan kepada orang lain tentang apa yang kita rasa.

Singkat kata, aku sedikit-banyak bukan termasuk mereka yang terlalu ekspresif dalam menunjukkan perasaannya. Maka yang mengenal aku sebagai sosok yang sangat ekspresif, mungkin akan me nyernyitkan dahi.
Maksudnya apa? Bukankah paling sering bermain ekspresi adalah 'aku'? Well sorry, you just don't know me well yet.


Aku miskin ekspresi. Atau kalaupun aku memiliki banyak ekspresi, aku kesulitan untuk mengungkapkannya. To show what i really feel inside, apa lagi kalau udah menyangkut yang biru-biru. Dijamin, nggak ada yang nyadar
kalau bisa jadi seharian ini, saat tawa dan senyum silih berganti menghias hariku, maka bisa jadi hari itu.. aku sedang biru (baca: i was blue, artikan dalam kaidah bahasa inggris). You may say i fake my smile. But I'm not.
Aku tidak pernah merasa memalsukan senyum dan tawa, sekalipun mereka hadir saat hatiku sedang kacau-balau. Itu ekspresi terbaik bagiku, senyum dan tawa somehow.. bisa memberi sentuhan lembut untuk hatiku, menghibur lara..luka atau apalah.

You may say my life isn't life. Karena, bukankah hidup ini tak selalu diekspresikan dengan senyum dan tawa? Bukankah memang ada masa-masanya kita menangis dan tersedu, cemberut, kesal, marah, dan ekspresi lainnya.
Well, i don't say i never cry, coz i do still love to cry (baca : cengeng). Permasalahanku bukan pada ekspresi itu sendiri, tapi pada makna pengekspresian itu. Ekspresi muncul sebagai reaksi natural atas perasaan yang sedang dominan di hati kita.
Tapi maknanya lebih dari sekedar reaksi spontan, ia hadir untuk ditunjukkan ke orang lain. Kita berekspresi baik dalam ucapan, tindakan maupun ekspresi wajah itu sendiri, sebenarnya karena kita ingin menunjukkan pada orang lain tentang apa yang kita rasa.
Bukankah begitu?

Maka ribuan rindu yang berkecamuk di sini (baca : di hati), mungkin tak dapat dengan mudah diketahui orang lain. Maka maaf beribu maaf, untukmu yang merindukanku.
Ingin rasanya mengatakan perasaan rindu ini, atau mengekspresikannya dalam tindakan. tapi entah kenapa, my mind keep myself to be just quiet. Mungkin ini efek labelling terhadapku dariku.
Sekali lagi maaf, untaian kalimat rindu ini tak bisa kutransformasikan dalam nada atau tindakan. Maaf, untuk pesan yang sering tak terbalas. Aku selalu ingin membalasnya, but i don't know what to write.

Well I do miss you so.. Well I do want to be there where you are. And well I cry this time because of you, or because how stupid i am about this.

katamu : -Mama pikir hari sabtu prei gak ke campus. kenapa gak jawab sms mama tadi siang. emang sibuk banget? lagi ngerjain tugas apaan?-

well i'm truly hurt reading those words, feel so guilty coz i can't express this feeling inside about you, feel stupid coz i can't show you that i do feel what you feel.
Maaf, sekali lagi maaf..

Ku Aminkan tiap doa yang terlantun indah dari bibirmu di tiap malam. Terimakasih untuk cinta, rindu, dan kasih sayang yang kau berikan.


Untuk Mamah, papah, mba ita, aan, dan keluarga di purwokerto :
"Karena hanya dengan melihat mereka, setidaknya aku kembali ingat. Bahwa ada yang akan ikut menangis saat aku menangis, ada yang turut tertawa saat tawaku mekar"

Saturday, October 15, 2011

May I Shake Your Hand?

October 15, 2011 0 Comments
Bismillahirrahmanirrahiim..

Aku tersenyum, saat seseorang di belakangku menyebutkan namanya dengan kedua tangan tertelungkup di depan dadanya. Aku tersenyum, sedikit banyak karena ini bukan pertama kalinya aku menemukan orang ‘langka’ yang berprinsip tidak mau menyentuh kulit yang bukan mahramnya. Dan tersenyum, karena mereka.. manusia-manusia ‘langka’ itu.. menjaga prinsip mereka dengan cara yang unik. Spesial :)

Mungkin kebanyakan orang akan bertanya-tanya, heran sekaligus berpikiran ‘aneh’ pada mereka yang tidak mau berjabat tangan dengan yang bukan mahramnya. “Kenapa sih? Cuma salaman aja nggak mau?”. Pertanyaan itu yang muncul begitu saja, terkadang tanpa jawab, karena jarang diungkapkan lewat bibir. Sekalipun iya terucap dan didengar orang lain, dia yang mendengar tidak tahu jawabannya, atau tahu tapi bingung bagaimana cara menyampaikannya. Pandangan kebanyakan orang ini juga, yang membuat para pemula (mereka, yang sedang mencoba memperbaiki hijab mereka) menjadi ragu untuk melanjutkan aksi say no to jabat tangan dengan non-mahram. Jadilah, para pemegang prinsip yang satu ini semakin sedikit, jarang sekali ditemui.

Melalui tulisan kecil ini, sedikit aku ingin mengurai jawab, tanya di atas. Sekedar sharing, agar yang tak tahu menjadi tahu, agar yang tak mengerti menjadi mengerti, dan yang ragu menjadi yakin. Insya Allah :)

Hijab

Al-Hijab berasal dari kata hajaban yang artinya menutupi, sedangkan menurut istilah syara’, al-Hijab adalah suatu tabir yang menutupi semua anggota badan wanita, kecuali wajah dan kedua telapak tangan dari penglihatan orang lain. Tujuan dari hijab adalah untuk menghindari fitnah antarlawan jenis (pria dan wanita), menghindarkan berkhalwat (beduaan di tempat sepi). Hijab juga membantu baik pria maupun wanita untuk menundukkan pandangannya.

Hijab dan Jilbab, sama kah?

Berhijab.. berarti tak sekedar berjilbab. Tentu saja, ada yang lebih dari itu. Ada batas-batas lain dari hijab yang tak tampak. Tentang interaksi antar lawan jenis, bagaiman hijab.. melarang kita untuk berkhalwat (berduaan) dalam urusan apapun dengan yang bukan mahram. Atau tentang ghoudul bashor (menundukkan pandangan), karena Allah tahu.. kita paling lemah untuk yang satu ini. Berawal dari pandangan. Ketika seseorang mengenakan jilbab, maka ia sedang melakukan salah satu upaya berhijab. Ibarat suatu himpunan, maka berjilbab adalah subset dari hijab.

(* Menulis tentang hijab, jujur saja.. seperti menoreh luka tersendiri. Ah.. Ya Ghoffur.. Ampunilah aku. Ada banyak sekali hal yang harus kubenahi, ada khilaf dan lupa yang sering kali terulang-ulang kulakukan. Ya Allah.. Bantu hamba dalam penjagaan hijabku! TanpaMu apa dayaku.. *)

Benarkah hanya untuk mereka yang berpenampilan ‘wah’?

Siapa bilang, mereka yang memilih tidak menyentuh yang bukan mahram hanya ia yang berjenggot, yang celananya (maaf) cungklang, yang jilbabnya lebar, yang memakai gamis, atau penampilan-penampilan yang semacam itu. Coba deh.. telusur lagi, mungkin kamu hanya kurang jeli. Karena aku sudah membuktikannya, bertemu dengan orang-orang ‘langka’ dengan jenis yang berbeda.

Sungguh, mereka tidak sama mulai dari penampilan sampai cara mereka menjaga prinsip ini. Ada yang dengan santunnya menangkupkan tangan cepat-cepat sebelum lawan bicara mereka mengulurkan tangan, ada pula yang dengan santainya menjawab uluran tangan non-mahram dengan menyebutkan namanya dan mengangguk cuek. Yang pertama maupun yang kedua, menjaga hijab mereka dengan cara yang khas, tanpa melukai lawan bicaranya. Tak dapat dipastikan memang, kalaupun ada yang tersinggung itu hanya karena kekagetan saja, semacam culture shock. Selanjutnya semua akan memaklumi, karena si ramah tak sok cuek demi menjaga hijabnya demikian si cuek, ia tidak sok ramah demi menjaga hijabnya. Orang akan berkata : ‘dia emang kaya gitu kok..’. Dan lawan bicaranya akan manggut-manggut mengerti.

Maka bagimu yang ingin memperbaiki hijab, walau terbata.. walau satu demi satu langkah. Apa yang membuatmu ragu untuk menangkupkan tangan dari yang bukan mahram-mu? Dan bagi semua.. yang menemukan orang-orang ‘langka’ di sekitar kalian, cobalah menghargai prinsip mereka. Bagi yang sudah menghargai prinsip orang-orang ‘langka’ ini, tidakkah kau tergoda untuk menjadi salah satu dari mereka? Menjadi sosok unik yang istimewa? :)

Wallahu ‘alam bishowab.. Semoga bermanfaat^^

Monday, September 26, 2011

Ukhuwah Ini

September 26, 2011 0 Comments

Pernah ada masa-masa dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit, menyuburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai

di satu titik lalu sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan diatas iman
bahkan saling nasehat pun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api

Kini saatnya kembali pada iman yang menerangi hati
pada amal shalih yang menjulang bercabang-cabang
pada akhlak yang manis, lembut, dan wangi
hingga ukhuwah kita menggabungkan huruf-huruf menjadi kata
yang dengannya kebenaran terbaca dan bercahaya

(Pernah Ada Masa-masa - Salim A Fillah)


Puisi di atas, sedikit banyak cocok untuk keadaanku kali ini. Ehem. Ini tentang ukhuwah.. dengan ia yang berada jauh di sana.

Aku tidak tahu sejak kapan jarak yang terbentang terasa lebih jauh, gersang dan menyakitkan. Tidak sadar.. betapa kami sudah lost contact. Entah aku yang mendiamkannya atau dia yang mendiamkanku. Atau bisa juga, kami memang saling membisu.

Ingin kunyanyikan sebaris lirik lagu Sheila On 7,

'hilangkah dari ingatanmu? di hari kita saling berbagi'..
sudah lupakah? sehingga dengan mudahnya kau bilang lebih baik jarak ini tetap seperti ini. Tetap lebar, gersang nan berduri.

'dan, bukan maksudku,.. bukan inginku, melukaimu
sadar kah kau di sini kupun terluka..
melupakanmu.. menepikanmu..
maafkan aku..'

Maaf. Sekali lagi maaf. Maaf kalau kiranya banyak luka yang sudah ku toreh di hatimu.
Maaf. Sekali lagi maaf. Kalau nyala api yang kutawarkan bukan menerangi gelap, namun malah membakar dan menghanguskan.
Maaf. Sungguh tidak ada maksud hati untuk melukai. Kalaupun ada ego di sini, maka maafkan aku. Aku saja yang tak pandai menyampaikan nasihat.
Kalaupun aku terlalu memaksa.. itu karena aku mencintaimu karena Allah.
Aku tak ingin kau berpaling dari jalanNya.

kalau itu yang membuat jarak ini terus melebar, beritahu aku. Aku tak peka tentang ini.
Aku mungkin akan bungkam saja. Bukankah tugasku hanya mengingatkan, selanjutnya semua menjadi urusanmu?
kalau memang itu masalahnya. Aku siap kok.. untuk menunggu. Memperhatikan proses demi proses perubahanmu.

aku ingat.. ingat dengan sangat jelas.
saat itu,
saat yang menjadi latar belakang kedekatan kita, ukhuwah kita...

kau berkata : (kurang lebih begini)
"Aku cape Bel, mereka ingin aku berubah.. tapi mereka nggak mau tau prosesnya. mereka cuma mau tau aku berubah. tanpa mau membantuku untuk berubah."

kau tahu? saat itu aku menjawab dalam hati, "aku akan buktikan.. ada kok, yang tidak hanya ingin melihat hasil, tapi juga mengamati proses, menerima proses."
Adakah aku sudah menerima proses? Tell me..

Maka aku belum bisa memenuhi jawabanku atas pertanyaanmu kalau sekarang aku justru menyakitimu dengan cara yang sama dengan mereka.


sekali lagi.. ingin kubacakan padamu :


Pernah ada masa-masa dalam ukhuwah ini
kita terlalu akrab bagai awan dan hujan
merasa menghias langit, menyuburkan bumi,
dan melukis pelangi
namun tak sadar, hakikatnya kita saling meniadai

(benarkah sekarang kita sedang saling meniadai?)


di satu titik lalu sejenak kita berhenti, menyadari
mungkin hati kita telah terkecualikan dari ikatan diatas iman
bahkan saling nasehat pun tak lain bagai dua lilin
saling mencahayai, tapi masing-masing habis dimakan api

(ahh.. mungkin iya, aku habis dimakan api tanpa pernah menerangi)



Kini saatnya kembali pada iman yang menerangi hati
pada amal shalih yang menjulang bercabang-cabang
pada akhlak yang manis, lembut, dan wangi
hingga ukhuwah kita menggabungkan huruf-huruf menjadi kata
yang dengannya kebenaran terbaca dan bercahaya


Pertanyaannya, maukah kita kembali pada iman yang menerangi hati?
pada amal shalih? pada akhlak manis nan lembut dan wangi?
hingga ukhuwah ini kembali tegak dan tak lagi pincang?

bukankah menjalin silaturahim adalah kewajiban?

Bukan Sekedar Hobi

September 26, 2011 0 Comments
Kalau sebagian orang hanya melakukan hobi di waktu luangnya, mungkin tak benar kalau kujawab menulis sebagai hobiku. Menulis sudah menjadi bagian hidupku, sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi baik di waktu senggang maupun di waktu sibuk. Sebuah kebutuhan yang tidak hanya muncul kala aku bersedih dan terluka, tapi juga hadir kala bahagia hinggap di ujung senyumku.


Karena merangkai kata bagiku

adalah hiburan atas segala pilu

P3K atas segala luka

ekspresi atas segala ria

Menulis memberikan banyak manfaat bagiku, lewat menulis aku bisa mengekspresikan ide dan rasa yang berkelebat di otak dan hatiku. Dengan tulisan, aku bisa menjabar makna yang tak tersentuh oleh suara, meski kata terkadang masih enggan memeluknya.

Dengan menulis, satu demi satu pengetahuan serta ilmu kurajut, untuk selanjutnya kubagikan pada semua yang ingin memilikinya. Sebuah sarana bagiku untuk berbagi ilmu tanpa perlu bertatap muka dengan yang ingin menerima ilmu.

Sebuah tulisan mengetuk hati dan pikiran pembaca dengan lembut. Maka nasihat terasa lebih nyaman disimak, karena hanya sang pembaca dan Allah yang tahu ada rasa bersalah yang hinggap kala seseorang membaca tulisan berisi nasihat. Atau inspirasi yang yang tiba-tiba meloncat keluar dari pikiran kita karena sebuah tulisan. Maka insya Allah, menulis juga memberiku sarana untuk amar ma’ruf nahi mungkar tanpa berteriak keras, atau berbisik-bisik, hingga yang diberi nasihat merasa tersinggung dan hilang harga diri.

Itulah sebabnya aku sangat suka kata-kata Salim a. Fillah yang satu ini : “Menulis itu berkah. Dengan menulis saya bisa menyapa ribuan manusia; tak sekedar sapa, tapi sapaan dakwah. Dengan menulis, saya merekam jejak-jejak pemahaman saya, mengikat ilmu, lalu melihatnya kembali untuk –sesekali- menertawakannya”.

Menulis, memberikan kita kebebasan untuk memilih siapa yang berhak membaca. Ia diam namun berkata banyak. Terkesan sunyi, namun semarak. Tergantung pilihan kita, yang pertamakah atau yang kedua. Jikapun pilihan pertama yang kupilih, maka tulisan menjadi jejak-jejak yang ingin kunikmati sendiri, pengingat pribadi, sesuatu yang tak ingin kubagi pada yang lain kecuali pada Sang Maha Mengetahui. Jika pilihan kedua yang kupilih, maka ia adalah benih yang ingin kutebar. Yang kuharap suatu saat nanti akan bersemi abadi.

Sunday, September 25, 2011

Senyum :)

September 25, 2011 0 Comments
Aku tersenyum. Walau keadaan tidak memungkinkanku untuk tersenyum. Ahhh.. kau tahu? Senyum seperti sebuah keajaiban tersendiri bagiku. Cuma dengan energi yang tak banyak, untuk melengkungkan senyum di bibir, seketika dapat menghadirkan ribuah energi. waw!

Percaya tidak percaya, senyum adalah aktivitas unik yang banyak membawa berkah. Ingatkah kau hadist tentang senyum, bahwa senyum adalah sedekah. Cuma dengan sebuah senyum kita bisa bersedekah tiap hari. Ringan bukan?

Pernah denger, pernyataan kalau bukan hanya perasaan yang diwujudkan oleh ekspresi wajah, tapi juga sebaliknya. sebuah ekspresi wajah juga akan memunculkan rasa.
percaya nggak percaya, aku ngerasain dan ngebuktiin kalau bukan hanya karena kita bahagia kita lantas tersenyum. tapi juga karena kita tersenyum, lantas buncah kebahagiaan muncul di hati.

Tersenyum memberi ketenangan dan rasa indah di hati kita maupun hati orang lain. pernahkah merasakan ikut senang ketika melihat orang lain tersenyum bahagia? atau ikut menjadi bad mood gara-gara orang lain cemberut? seperti itulah.. senyum tidak hanya berdampak bagi kita, tapi juga untuk orang lain.

Itulah mengapa aku memilih menjadi pecinta senyum, alhamdulillah hampir semua sahabatku mengakui, kalau aku lebih sering terlihat ceria ketimbang murung. sekalipun kondisinya tidak memungkinkan, aku akan tetap berusaha untuk tersenyum pada siapapun. I don't want to show my sadness. Bukan hanya karena aku memang dasarnya seorang yang tertutup. Bukan hanya itu, tapi karena aku tahu betapa tersiksanya ketika melihat orang lain murung. Aku bisa saja ikut menangis saat melihat orang lain menangis, ikut badmood kalau temenku lagi uring-uringan. Rasanya nggak enak banget di sini (baca: di hati).

Tapi bukankah semua orang butuh air mata juga? Ia juga butuh mengekspresikan kesedihannya pada seseorang?

Tentu jawabannya iya. Semua orang butuh menangis, hanya saja bagiku.. ada waktu-waktu tertentu untuk itu. Bukan setiap saat kita selalu mengikuti perasaan hati yang sedang kelabu, lantas cemberut, pundung, dan menangis. Sometimes you need to, but not everytime you want to.

kalau aku sendiri, cukuplah hanya orang-orang terdekat dan terpercaya yang melihatku menangis. Yang menyeka tangisku walau hanya dengan kata-kata penyemangat, atau dengan diam dan menyimak.

Bagiku, kalau kita bisa tidak mengikutkan orang-orang terdekat dalam kesedihan kita, kenapa tidak? Saat tangis tak dapat lagi terbendung. berkhalwatlah dengan Allah. Bacalah alquran, berbincanglah dengannya. Menangislah di hadapan Allah.. ceritakan padanya semua beban yang memberatkan langkahmu, semua keluh kesahmu, bukankah ia sebaik-baiknya tempat mengadu? Mintalah padaNya, agar IA memberimu kekuatan dalam menghadapi semua hal, karena sungguh segala daya hanya milik Allah. Memohonlah.. dengan santun, memohonlah bantuannya, sesungguhNya ia sebaik-baik Penolong. Jangan khawatir, Ia akan selalu mendengar doamu. selalu.

"Tersenyumlah.. walau hatimu mungkin menangis.
Tersenyumlah.. bukan berarti ia palsu
Karena tersenyum.. terkadang lebih halus menyentuh luka,
tanpa perlu picu lara"

Tersenyumlah, dan jutaan keajaiban akan muncul satu per satu. membuatmu semakin malu untuk menangis. sungguh, sebenarnya ada terlalu banyak hal yang membuat kita tersenyum ketimbang hal-hal yang membuat kita menangis (menangis sedih).


:) So, keep smile!

Indonesia, Here I Come!

September 25, 2011 2 Comments
Bismillahirrahmanirrahim..


Menjelajah tanah air kita hanya berbekal keinginan kuat dan kebutuhan lain secukupnya. Bukan sekedar untuk bersenang-senang belaka, tapi untuk mengenal indonesia lebih dekat, agar kita semakin mencintai indonesia.

Siapa yang mengaku warga negara Indonesia? Ayo.. jangan malu-malu mengangkat tangan dan katakan Aku warga Indonesia. Sebagai warga negara yang baik, kita wajib mencintai Indonesia. Seperti pepatah lama ‘tak kenal maka tak sayang’, untuk mencintai Indonesia kita harus mengenal indonesia terlebih dahulu.

Ada banyak cara untuk mengenal indonesia, kita bisa mengenal indonesia lewat visual yaitu lewat bacaan, audio (dengan cara mendengarkan lagu-lagu daerah indonesia misalnya), atau gabungan dari keduanya. Salah satu cara yang menarik yaitu, dengan pengalaman langsung. Ketika kau melihat indonesia, bukan melalui mata kamera, tapi melalui kedua bola matamu sendiri. Bukan hanya mendengar desingnya lewat kabar burung, tapi benar-benar lewat indramu, kau rasakan tanpa ada perantara yang menyalurkannya. Ya, apalagi kalau bukan keliling Indonesia.

Hambatan biaya? Kenapa tidak coba backpacking? Kalau biasanya orang-orang melakukan backpacking untuk tujuan vacation atau ‘plesiran’, maka kali ini.. niatkan rencana travellingmu kali ini untuk mengenal Indonesia lebih dekat.

Dua orang jurnalis sudah pernah melakukannya, mereka adalah Farid Gaban dan Ahmad Yunus. Berbekal niat yang kuat, mereka mengelilingi Indonesia.. menjelajah pulau-pulau terluar Indonesia yang jarang terjamah. Kemudian menuliskan pengalaman mereka dalam sebuah buku berjudul ‘Meraba Indonesia’, untuk kembali membuka mata warga Indonesia tentang sejarah masyarakat yang selama ini terlupakan, baik oleh pemerintah maupun arus media utama.

Dengan menjelajah bumi dan mengarungi laut Indonesia, kita akan menemuka pemandangan idah yang tidak dapat kau temukan di negara lain. Kita akan sadar dan setuju, betapa Indonesia adalah negara yang kaya, negara yang dipenuhi keindahan alam, zambrud khatulistiwa, permatanya dunia. Mungkin pernyataan di atas terkesan hanya klise belaka. Namun menurut Ahmad Yunus, justru dengan mengungkap terus-menerus fakta bahwa kita memang kaya, akan membangkitkan semangat kita untuk menengok kembali Indonesia dan terus mencintai negeri ini.

Dengan melihat Indonesia lebih dekat, kita belajar untuk tahu dan mengerti masalah-masalah apa saja yang sedang dihadapi masyarakat Indonesia. Lalu bukan sekedar diam dan menyimak permasalahan pelik yang kita temui saat menjelajah bumi pertiwi, namun kemudian menganalisis dan mencoba mencari penyelesaian masalah tersebut. Bukankah itu merupakan tugas kita sebagai generasi muda Bangsa Indonesia? Generasi yang kelak akan memimpin bangsa ini menuju masa depan yang lebih cerah.

Lewat perjalanan menyelisip sendi-sendi kehidupan Indonesia dari dekat, kita diingatkan kembali, atau bisa jadi baru tahu tentang sejarah bangsa Indonesia. Tentang penjaringan ratusan pemuda bertato dalam operasi militer yang dikenal dengan Penembakan Misterius (Petrus) pada tahun 80-an yang sempat meneror suku mentawai yang memang identik dengan tato. Atau daerah Sampit yang pada kurun 1997-1999 yang merupakan salah satu daerah konflik berdarah antara etnis Madura dan Dayak. Dan banyak lagi sejarah indonesia yang akan membantu kita lebih mengenal Indonesia, untuk lebih mencintai bangsa kita.

Di sela-sela perjalan mengelilingi Indonesia, mungkin matamu akan merasa pedih melihat fakta Indonesia dari dekat. Karena Ahmad Yunus pun bertutur, “Menulis Indonesia, bagai mengupas sebiji bawang. Lapisan demi lapisan menguak sejarah, namun begitu terkuak mata kita perih karenanya.” Seperti itulah yang ia rasakan tiap kali mencatat kisah perjalanannya. Coba kita tengok Mentawai di sebelah barat Sumatra Barat, perdagangan satwa ilegal banyak terjadi di pulau yang menjadi habitat flora dan fauna endemik ini. Belum lagi kebakaran hutan yang sering terjadi di Kalimantan tiap musim kering, akibat angin kering dan matahari yang membakar gambut. Atau, masyarakat Kolo (sebuah pulau di dekat kendari) yang semakin terasing di negeri mereka sendiri. Dan rasa pedih lain, yang harus kau paksa bertahan demi mengupas bawang ‘Indonesia’.

Pertanyaannya sekarang, adakah orang yang ingin dan mau berkeliling Indonesia, berbackpacking ria bukan untuk sekedar berlibur? Kurang lebih begini jawaban Ahmad Yunus, “Saya yakin saya tidak sendirian. Masih banyak orang yang memiliki perasaan yang sama (cinta pada Indonesia). Mereka bermimpi ingin tahu bagaimana wajah Indonesia yang sebenarnya. Mereka menyusuri perjalanan dari Sabang hingga Merauke. Keindahan, juga kegetiran, Nusantara akan melekat dalam benak orang yang pernah dan punya pengalaman berkeliling Indonesia.”

Kaliankah salah satu dari mereka? Mari mengenal Indonesia dari dekat!

Sunday, August 14, 2011

Homesick

August 14, 2011 0 Comments
Bismillah.

homesick ):
Hendak menuliskannya saja sudah membuat mataku berkilau ditimpa cahaya. Apakah itu?

Bukankah aku, yang awalnya memaksakan diri untuk kuliah di luar kota? Bahkan di luar negri! Wow.. I just can't imagine if I were in other countries. It must be hurt!

Ini memang pertama kalinya aku berada jauh dari rumah. Selama ini. Tapi... baru aku sadari, aku juga bisa terserang homesick separah ini. Everytime I remember my home, my tears are ready to fall. Miss my home so... (:

Okay, definitely (haha :) baca saja: secara definisi) homesick adalah keadaan "sakit" karena rindu rumah. Biasanya dialami oleh mereka yang baru pernah harus berada jauh dari rumah untuk waktu yang lama. Stadium awal... kerinduan akan rumah ditunjukkan lewat tangis, lalu sering-sering membuka sesuatu yang mengingatkannya akan rumah (seperti: foto, video, dll). Meningkat ke stadium 2, penderita akan sering (bahkan bisa dikatakan terlalu sering) mencoba kontak dengan rumah atau orang-orang yang ada di sana (as we know, home bukan hanya menyangkut house, tapi juga segala yang ada diisinya; family). Stadium 3, homesick yang merupakan penyakit secara psikis mulai menggerogoti imunitas penderita secara fisik, dia kan benar-benar sakit (flu, demam, batuk, dll). Yang terakhir... kalau udah parah banget, dia (penderita) akan memaksakan diri untuk pulang, tanpa memikirkan resiko yang akan ditanggungnya.
Paragraf diatas, itu teoriku, bagaimana teorimu? (lho??)

bluebellzy

Allahua'lam.

***

PS: Disalin ulang tanggal 26 Oktober 2016. Aku gatahu persisnya kapan menulis paragraf-paragraf di atas, tapi aku tahu itu waktu aku pertama kali di Bandung. Jadi aku tulis tanggalnya disamakan dengan tanggal tulisan di sebelahnya, di halaman sebelahnya di notebook yang sama.

Thursday, July 28, 2011

Bukan Mereka

July 28, 2011 0 Comments
"Bilaku harus seperti mereka, akulah buih itu. Bilaku mengikuti mereka, akulah debu pada angin. Bilaku kehilangan diriku sendiri, akulah kelopak bunga. Ditinggal gugur kembang dan keindahannya"

*taken from novel "Diary Minni" terbitan Gema Insani
(maaf, lupa nama penulisnya)

what a nice poem! Nggak tau kenapa.. Puisi ini ngena banget buat aku.

Aku yg notabene selalu ingin menjadi berbeda, seolah dapet semangat lebih untuk tak berhenti menjadi berbeda lewat puisi ini.

Bilaku kehilangan diriku sendiri, akulah kelopak bunga. Ditinggal gugur kembang dan keindahannya.

Jujur, aku pernah hampir merelakan diriku seperti mereka.. Hanya karena seseorang yg memperlakukanku bagai mereka. Bugs. Masih nggak percaya dia bisa bikin aku menjadi sosok yg aku benci. Ckck.

Intinya,
be yourself, cause everyone is already taken. #mandan ga nyambung

Masih Biru

July 28, 2011 0 Comments
Hari ini langit muram
yang terlukis hanya kelabu
kusamnya awan abu2
seolah suarakan hatiku

tersenyum hambar
setawar air hujan
senjata rahasiaku
tuk tutupi gundah, gelisahku

tak ada yang mengerti
melihat dengan hati
sebersit luka penghias hati
hiasi hatiku berawan

sekelam langit pagi ini
sekelabu itu pula
namun tak ada yang tau
tak ada yang memperhatikan

mereka tetap sama
tawa, canda, jerit, tangis
seolah hari secerah biasa
masih biru dan awan putih

*30 september 2007
tulisan jaman SMP :)

Quote

July 28, 2011 0 Comments
A friend is a tissue when you can't stop crying, a shoulder when you feel like dying, a sea who is the home of your river going to, a sky who never too high for you to fly.

we may wear western clothes, speak western language, but we mustn't forget who we are and where we come from (the last samurai)

Don't know how long it's gonna take to feel okay, but i know i had the best day with you today!

I hope you got all the answers and you've come to understand that people and things are always going to change. And you can't stop them now. (Rebecca by the Pat McGee Band)

Do what you will,always walk where you like, your steps, do as you please I'll back you up. (Dave Matthews Band - I'll back you up)

I pull you from your tower, take away your pain, show you all the beauty you posses if you'd only let yourself believe. (Sarah Mclachlan)

we've gone our own ways and I know its for the best, but sometimes I wonder will I ever have a friend like you again? (blink 182)

don't be dismayed at goodbyes. A farewell is before you can meet again. And meeting again after a moment or a lifetime is certain for those who are friends. (Richard Bach)

at the shrine of friendship never say die, let the wine of friendship never run dry. (Les miserables :Jean-mare Natel & Alain Boubil)

as we go on. We remember all the times we had together. And as our lives chage. Come whatever we will still be friends forever (vitamin C-graduation / friends forever)

Surat untuk sahabat

July 28, 2011 0 Comments


Hi! Assalamu'alaikum *******..
Entah knpa aku ingin menyapamu.. Merurai rindu yg mengikatku.

Aku seperti tak lagi mengenalmu, padahal kita pernah berbagi tawa dan tangis. Aku memang bkn temen yg baik.. Tapi aku tau, aku udah bruntung bgt bisa mengenal km. Dan segala hal yg kita bagi.

Haha :) aku sedang mellow. Nyanyian rindu mengisi tiap ruang hati. Jarak ini terasa begitu lebar, padahal masih bisa kulihat kamu diseberang sana.

Aku gak tau kenapa aku tulis ini semua. Yg jelas aku rindu, pada sosokmu yg bs menjadi adik skaligus kakak bgiku. Yg jelas aku merasa aneh, pada jarak yg trbentang tllu jauh sblm kita bnar2 trpisah scara jasad.

Aku minta maaf, kalo slma ini g pernah jd tmn yg baik. Maaf.. tentang jarak yg akhir2 ini trlihat makin lebar. Maaf, maaf, maaf.

Aku bhagia bs mengenalmu. Trimakasih untk smuanya :)

pesanku : sjauh apapun jarak ini trbentang, ttaplah menjadi sosok ******* yg kukenal.. Yg rjin dhuha, yg rjin thjud, yg plg suka surat Al Kahfi, yg ga gmpang nyerah, yg snyumnya me'riang'kan, yg tingkhnya mnggemaskan, yg pmikirannya matang, yg dewasa.. :) agar ketika jarak ini sirna, aku masih dapat mengenalimu dgn baik.

hey! Aku hanya takut kehilanganmu, dan segala tentangmu. :) _kirei_

##ditulis saat aku mendengar berita buruk ttg sahabatku. Aku sekarang percaya^^ dia adlh sahabatku. Cz she told me the truth tough i don't ask her to.

Sulit? Tapi BISA kan?

July 28, 2011 0 Comments
Bismillah..

Ada dua buah kalimat yg kata-kata penyusunnya sama, namun makna dan ruh yg trkandung di dalamnya berbeda. Mereka adalah "Sulit, tetapi bisa" dan "Bisa, tetapi sulit".

Mereka yg mengatakan, "Sulit, tetapi bisa" akan tergerak untuk mengenali kebisaan-kebisaan yg dipunyai hingga bisa mengatasi yg sulit. Sedangkan, orang yg mengatakan "Bisa, tetapi sulit" cenderung membesar-besarkan penghalang dan aral, sehingga ia tak jadi bertindak. (Salim A. Fillah)

dua buah kalimat yg unik bagiku. Tak perlu kuingat keduanya, cukup satu saja yg kau ambil, kau hafal, kau tanam dlm hati, maknai lalu amalkan..

Sulit tetapi bisa. Sungguh betapa pun sulit cobaan, ujian atau kondisi yg harus kau hadapi.. Betapa pun sulit, sahabatku.. Yakinlah kita bisa menghadapinya, kita bisa mengatasinya, kita bisa!

Kau masih ragu..? Maka ingatlah firman Allah.
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dgn kesanggupannya..." (Al Baqarah : 286)
Sungguh Allah Maha Mengetahui sahabatku, kalau DIA menghadapkanmu pada suatu cobaan. Betapa pun sulit, DIA tahu kamu bisa melaluinya. Dan memang kamu bisa!

Maka ketika letih mulai menggayuti langkahmu.. Bukan berarti cobaan ini terlampau sulit untukmu. Bukan.. Sekali lagi, mari ingat janji Sang Maha Pengasih.


"Maka sungguh beserta kesulitan ada kemudahan. Sungguh beserta kesulitan ada kemudahan." (Al Insyirah : 5-6)

Karena sungguh, segala daya hanya milik-Nya.. Maka berdoalah pada-Nya, memohon bantuan dan kekuatan pada Sang Mahakuat..

And yes you can do it. And yes you can make it through..

Kalau yg km perjuangkan adalah hal yg baik, maka jgn ragu.. DIA akan menolongmu. Sungguh DIA lah sebaik-baiknya penolong, Allah swt.

See? It may be hard.. But sure you can! So, let's sing it loud together :
Aku BISA, aku pasti BISA.. :)

*teruntuk sahabat-sahabatku yg belakangan ini ku'lihat' senyumnya memudar, cahayanya meredup karena tak yakin kalau ia bisa.. :)
hei! I want you to smile, and say to me "Ini memang sulit bel, tapi aku tau aku BISA." cz sure, i do believe you can make it through..

Maha Suci Allah

July 28, 2011 0 Comments
Subhanallah.. :) Subhanallah..
 As I traveled through the earth,
I can't help but notice.. the symphony i hear all around
from smallest grain of sand, to the faraway planets..
to a flower put in roots in the ground,
every bird in the sky, every rock
and every raindrop
says as it falls from the clouds..
every ant, every plant, every breeze and all the seas
they all sing... Subhanaka Rabbi Subhanak..



Begitulah kiranya alunan nada dgn lirik indah dari bibir Maher Zain dalam lagu 'Subhanallah'nya.

Sungguh, Maha Suci Allah :) semua makhluk mengakuinya. Semua bertasbih menyucikan namaNya.

Maka lihatlah, tasbihnya bunga adlh mekar dan smerbak, tasbihnya angin adlh berhembus sepoi maupun kencang, tasbihnya kilat adlh menerangi langit skejap dilanjutkan tasbih guntuh yg menggelegar, maka batu tasbihnya adalah dia.. Smua, smua bertasbih, Ya Allah Maha Suci Engkau!

Lalu, masihkah kita (manusia) enggan menyucikan namaNya?

Ya Allah, Ya Rabbi..
Maha Suci Engkau,
yang menjadikan kepasrahan kepada-Nya sebagai kekuatan,
yang menjadikan rasa butuh kepada-Nya sebagai kekayaan.

Sungguh, Maha Suci Allah..
yang menjadikan permohonan kepada-Nya sebagai kemuliaan,
yang menjadikan rasa rendah diri kepada-Nya sebagai ketinggian,
dan tawakal kepada-Nya sebagai kecukupan.

Subhanallah.. :)

About Friendship

July 28, 2011 0 Comments
Bismillah...

You know how sensitive i am about this..

Persahabatan...



Aku tidak tahu persisnya kapan aku belajar tentang makna kata diatas. Mungkin saat aku diajari untuk mengubah status "orang asing" pada diri seseorang menjadi "teman". Mungkin juga jauh sebelum itu.

Persahabatan. My first best friend... Adalah dia, yg pernah menabur pedas pada buku ku. Dari halaman akhir, sampai tak ada lagi lembar yang tersisa.
Darinya aku belajar untuk mengatakan kejujuran walau itu menusuk telinga. Belajar menerima kritik pedas tanpa perlu membela diri walau ingin sekali kusangkal.

Persahabatan. Aku mulai tak percaya kalau makna kata itu benar-benar ada. Waktu kutemui kenyataan, bahwa mereka yang kuanggap "teman" ternyata cuma orang asing yang tak sadar bahwa pisau mereka melukaiku dari belakang.

Persahabatan. Aku terus mencari makna kata di atas. Tanpa menyadari aku telah meninggalkan seorang teman yang menganggapku sahabatnya.

Persahabatan. Aku kembali dibuat jatuh, saat ketidakjujuran kutemukan pada ia yang hampir kuubah status "teman" nya menjadi "sahabat".

Persahabatan. Ternyata lebih indah membiarkan pergantian kata teman ke sahabat tanpa campur tanganku. Karena seringkali yang kuanggap sahabat hanya lah orang asing, dan mereka yang kukira hanya orang asing adalah sahabat yang sebenarnya.

Persahabatan. Mungkin kini aku sudah menemukan maknanya.

"Ruh-ruh itu ibarat prajurit-prajurit yang dibaris-bariskan. Yang saling mengenal di antara mereka pasti akan melembut dan menyatu. Yang tidak paling mengenal di antara mereka pasti akan saling berbeda dan berpisah." (H.R. Al Bukhari [3336] secara mu'allaq dari 'Aisyah, dan Muslim [2638], dari Abu Hurairah)

aku menemukan makna persahabatan, bukan lewat kata itu sendiri. Justru lewat kata lain yang terdengar lebih syahdu bagiku. Ukhuwah.

Ukhuwah, tak perlu banyak identitas untuk terjalin. Ia melembut dan menyatu dengan sendirinya ketika bertemu mereka yg ruhnya seiya sekata dengan kita. Iman. Subhanallah, sungguh indah ketika ukhuwah didasari iman kepadaMu. Maka tak peduli kita baru bertemu hari ini atau sudah sejak lama. Akan selalu ada rasa indah ketika bersama kalian (baca : sahabat yang kita cintai karena Allah)

Persahabatan. Ada kalanya ukhuwah kita terasa renggang.

"Karena saat ikatan lemah," kata Salim A. Fillah. "saat keakraban kita merapuh, saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan, dan kebaikan yg justru melukai.
Aku tahu... yang rombeng bukan ukhuwah kita. Hanya iman kita sedang sakit, atau mengerdil, mungkin dua-duanya.. Atau mungkin, imanku lah yang compang-camping."

maka maaf kan aku, yang sering kali tak bisa menjadi sahabat yang baik untuk kalian. Maaf untuk silaturahim yang mungkin jarang ku sambung kembali dengan alibi jarak, kesibukan, atau alibi-alibi lainnya.

"Dalam dekapan ukhuwah, kita tersambung.. Bukan untuk terikat membebani, melainkan untuk tersenyum saling memahami dan saling mengerti dengan kelembutan nurani." Salim A. Fillah

Persahabatan. Atau lebih suka kusebut ukhuwah. Semoga tetap kekal karena kita saling mencintai karena Allah.

Bismillah.. Aku mencintai kalian karena Allah. :)

Tuesday, July 19, 2011

Ramah? Would that be me?

July 19, 2011 0 Comments
Bismillahirrahmanirrahim..



Ini memang bukan pertama kalinya aku dikejutkan tentang betapa orang yang kuanggap asing, bisa begitu ramah padaku. Tapi tetap saja aku berhasil dibuatnya terpaku sejenak, otakku berputar pelan lalu menemukan wajahnya di deretan memori wajah teman sekelasku. Ya.. dia memang teman sekelasku, baru dua hari (mungkin) kami bertemu, tapi dia tanpa ragu memanggil namaku, menyapaku. “Isabella, lagi ngapain?” ucapnya kala itu. Bug! Seolah ada beban 1 ton jatuh menimpaku. Aku bahkan tidak ingat siapa namanya. Sekali lagi! Aku dibuat merasa bersalah karena keramahan orang lain.


Kira-kira seperti itulah gambaran kejadian lampau yang membuatku sadar, betapa aku –sungguh begitu- jauh dari sikap ramah seperti yang ditunjukkan orang tersebut di atas. Sebuah intropeksi sendiri buatku, yang lebih sering memilih diam dan pura-pura tak lihat kalau bertemu orang yang belum akrab denganku, apalagi yang baru kukenal. Aku harus belajar lebih banyak lagi, membenahi diri agar menjadi pribadi yang ramah.


Sebentar lagi kita akan memasuki tahap kehidupan yang baru (dunia perkuliahan). Akan bertemu banyak orang dari segala penjuru Indonesia, bahkan dari luar Indonesia. Tentu saja, agar bisa beradaptasi dengan baik, kita harus bisa bersosialisasi dengan baik, which is mean.. we have to be a friendly person (baca: orang yang ramah, bener ga bahasa inggrisnya?).


How? Bagaimana caranya? Berdasarkan observasi dan analisisku, ini sedikit hasilnya :

1. Be the first.

Buang jauh-jauh rasa sombong atau gengsi. Tak ada salahnya angkat suara lebih dulu dan bertanya nama. Jabat tangannya, tersenyumlah, sebut namamu dan ingatlah namanya. Kalau dia ngomongnya kurang jelas, jangan sungkan meminta dia mengulang namanya. (Haha  jadi keinget pelajaran bahasa inggris jaman SD, “spelling name”, kalau perlu kenapa tidak. Aku sendiri selalu risih melihat orang lain salah menulis namaku. It’s Isabella, neither Isabela nor Issabela)
# tambahan : jangan pernah takut dibilang sombong hanya karena kita tidak menyambut uluran tangan dia yang bukan mahram kita.  tetap be yourself. Prinsip adalah prinsip. Baru kenal atau sudah kenal, sebagai muslim yang baik kita tau hukumnya. Percayalah, mungkin mereka akan menyernyitkan dahi. Heran. Tapi hanya sebatas itu. They will understand. Believe me!

2. Mengingat nama, penting.

Kamu sudah berjabat tangan, saling menyebut nama masing-masing... tapi setelah dia –si teman baru- sudah agak jauh, kamu lalu berbisik pada teman sebelahmu “Siapa tadi nama dia?”. Waduh... ini nih penyakit orang baru kenalan (terutama saya); hanya formalitas, basa-basi agar tak terkesan sombong. Mengingat nama itu penting, seseorang akan merasa senang ketika orang lain –baik yang baru dikenal, maupun yang sudah lama kenal- memakai namanya sebagai kata sapaan, ‘nama’, bukan ‘kamu’, ‘loe’ atau kata sapaan lain. Nggak percaya? Buktikan sendiri!

3. Appreciate diversity.

Jangan sekali-kali menatap orang dari atas sampai bawah, lalu mengekspresikan keheranan di wajahmu karena penampilan atau gaya dia yang berbeda –kalau tidak bisa dikatakan aneh-. Juga, jangan tertawakan logat atau bahasa daerah orang lain. Karena bisa jadi mereka juga terbahak mendengar gaya dan logat bicara kita. Intinya.. hargai keanekaragaman. Berbeda itu indah.

4. Listen more, talk less.

“Berceritalah tentang diri,” kata Salim A. Fillah “tapi tak usah banyak-banyak. Sebab yang cinta tak memerlukan, yang benci tak akan percaya”. Semua orang memang lebih suka didengarkan ketimbang mendengarkan (bener ga?), walaupun sebenarnya kita –dan semua orang- diciptakan untuk lebih banyak mendengarkan ketimbang berbicara (itulah mengapa kita diberi sepasang telinga dan hanya sebuah mulut). Biarkan mereka yang lebih banyak bercerita tentang diri mereka, tahan sedikit ego yang ingin bercerita tentang diri dari A sampai Z. Kalaupun mereka –yang kita ajak bicara – adalah seorang yang pendiam, kita bisa memancing mereka dengan ‘sedikit’ kisah kita, kemudian lanjutkan dengan pertanyaan “how about you?”.

5. Senyum, salam, sapa

Beri senyum ketika berpapasan, jika sempat ucapkan salam (salam terbaik yang mengandung doa : Assalamu’alaikum wr.wb). Kalau masih ada waktu.. sapa sejenak, pertanyaan kecil seperti “sedang apa?”, “mau kemana?”, lalu akhiri dengan “Duluan ya!”.

# tambahan : hati-hati! Terutama senyum, salam dan sapa pada mereka yang bukan mahram kita. Pernah baca dimana (aku lupa), ‘Senyum mu kepada saudaramu adalah sedekah, senyum kepada semua orang adalah petaka’. Aku dibuat mikir lama gara-gara kalimat tadi, kenapa bisa gitu? Akhirnya aku sadar, kalau senyum pada semua tak selalu baik akibatnya, terutama pada lawan jenis –yang bukan mahram kita-. Gimana enggak, awalnya si ‘dia’ biasa aja sama kita, tapi tiap ketemu kita selalu ngasih senyum manis, belum lagi sapaan dan keramahan lain. Lama-lama si ‘dia’ jadi GR kalau kita ada ‘rasa’ ke ‘dia’. Ya kalau emang beneran ada, kalau enggak? Apa bukan nyakitin namanya, hati orang dijadiin layangan (ditarik-ulur, membuat ia merasa ia bisa terbang ke angkasa). Maksud hati ingin berbuat baik, eh malah nyakitin hati orang. Waduh! Bukan nambah temen malah nambah musuh. Nggak mau kan? Kesimpulannya, untuk mereka yang bukan mahram kita: nggak perlu terlalu ramah. Beri saja kesan pertama kalau kita ramah, selanjutnya seperlunya saja. Senyum-sapa tiap ketemu, nggak bisa masuk dalam hitungan ‘seperlunya’.

Ramah? Would that be me? Semoga saja iya..  (NB : kalau ada yang mau nambahin silahkan nambahin di komentar.)