Follow Me

Thursday, July 29, 2021

SelfD #11: What am I afraid of?

July 29, 2021 0 Comments

Bismillah.

#SelfDiscovery


Why the question for this SelfD series is getting harder to answer? Perharps I'm thinking it too deep, that's why it sounds heavy.


***


I'm afraid to make my parents disappointed again

I'm afraid to fall again, and have no strength or will to get up

I'm afraid I didn't have any light on the day where it's dark

I'm afraid to even getting near hellfire

I'm afraid I only do good in talking and writing but never good in action

I'm afraid...


***


Selain itu, kalau mau jawab lebih simple, aku takut kecoa, kalau cuma liat sih biasa, tapi kalau udah gerak apalagi mendekat, tanpa sadar heboh sendiri. Sama anjing atau banyak juga, dulu waktu SD pulang ke rumah mbah tiap hari. Suka tiba-tiba freeze, pura-pura ambil batu kalau misal ngelihat ada anjing. Banyak juga, banyak, spesies yang sekeluarga sama bebek dan angsa. Takutnya karena sering diceritain kalau diteot banyak itu sakit. Jadi deh, kalau liat rombongan banyak dari jauh sering ngeri.


Aku juga takut sama petir atau beledeg, yang satu ini fitrah yang Allah masukkan ke hati manusia. Rasa takut tiap ada gelegar suaranya, atau bahkan tiap ada kilatan cahayanya. Sesuatu banget pas belajar fisika di SMP dan diingetin baiknya Allah menjadikan kecepatan cahaya lebih dari kecepatan suara. Dan dengan itu jadi bisa lebih tenang, kalau misal jarak antara cahaya kilat dan suara petir lebih dari satu detik. Karena artinya petirnya jauh. Kalau kita denger dan liat cahayanya berbarengan, kata guru Fisikaku, coba pegang telinga, siapa tahu udah hilang karena kena petir hehe.


Satu lagi, mimpi buruk. Bukan takut sampai ga pengen tidur. Tapi tiap habis mimpi buruk, pasti langsung cari orang *kalau di rumah. Pindah tempat, biar ga ngantuk. Sekarang udah gak sih, waktu udah tahu bahwa mimpi buruk itu bisa jadi hal baik bagi kita. (Baca juga cerpen: Nightmare in Juicy Life)


Ah, satu lagi, terakhir. Takut kalau orangtua sakit. Ada memori waktu kecil, ibu sakit, aku berbaring nemenin di sebelahnya. Gak bisa tidur, ingin memastikan bahwa ibu masih bernafas. Hm... Malu bahas tentang ini, keinget betapa buruk diri sebagai seorang anak. Let's just pray for them. Allahummaghfirli wali walidayya warhamhuma kama rabbayani shaghira. Aamiin.


Selesai.


***




Wednesday, July 21, 2021

Contrary

July 21, 2021 0 Comments

Bismillah.


Ada masa-masa aku ingin sembunyi, menjauh dari semua orang. Rasanya ingin menghilang, termasuk menutup setiap akun di internet, baik itu sosial media maupun blog. Entah karena rasa takut meninggalkan jejak palsu, atau karena kehabisan energi untuk bersosialisasi sehingga butuh waktu untuk masuk gua dan menyendiri. Itu satu.


Tapi ada juga masa-masa aku ingin sembunyi, bukan karena ingin sembunyi. Justru kebalikannya, aku ingin sembunyi karena ingin ada yang mencari, ingin ada yang menemukanku. Berharap ada yang bertanya, 'apa kabar?' dan menjawab 'aku tidak baik-baik saja'. Contrary. Sembunyi sih, tapi bak main petak umpet. Bedanya, tak ada sosok yang benar-benar kuajak bermain. Bedanya, aku bahkan tidak memberi sinyal, bahwa ini permainan petak umpet, dan aku akan sembunyi, dan menunggu untuk ditemukan. Ini yang kedua


***


Baik satu maupun yang kedua, aku pernah melakukannya. Sampai aku belajar dan menyimpulkan sendiri. Bahwa aku tidak perlu menutup semua akun di internet. Jika aku ingin sembunyi untuk sembunyi, aku bisa melakukannya. Aku cuma perlu menjauh dari hp, tanpa meninggalkan kewajiban dan tanggung jawab. Sejenak ambil nafas dan mengambil jarak. Mungkin menulis, mungkin berdiam diri di kamar bermonolog, mungkin dan semoga sembari tetap terhubung dengan-Nya.


Baik satu maupun yang kedua, aku pernah melakukannya. Sampai aku belajar dan menyimpulkan sendiri. Bahwa untuk yang kedua, aku harus berhenti memikirkannya. It's a fool to play hide and seek alone. It's a fool to put an expectation to a person who's never exist in the first place. Aku tidak perlu berharap ditemukan siapapun. Aku bisa bersembunyi kemudian tersenyum dengan mata berkaca-kaca karena tahu Allah menemukanku. Dan oksigen yang kunikmati gratis ini buktinya. Ia masuk saja, memenuhi paru-paru, diikat oleh hemoglobin kemudian disebar keseluruh tubuh di pompa oleh jantung yang berdegub sesuai ritmenya.


Baik satu maupun yang kedua, aku pernah melakukannya. Sampai aku belajar dan menyimpulkan sendiri. Bahwa jika aku tidak ingin bersuara di sini, pun di sosial media, pun di aplikasi messenger, --meski sebenarnya otak dan hatiku sudah penuh dan perlu menuang kata tanpa nada -- aku bisa menyalurkan aliran rasa dan pikiran itu di tempat-tempat lain. Bukankah aku memiliki beberapa blog anonim, yang jauh lebih sunyi dari sini? Aku bisa menulis di sana. Apapun, tentang apapun. Pendek maupun panjang. Dengan lugas, atau tetap meng-abstrak karena aku memang lebih suka begitu.


***


I hope I avoid the word 'contrary'. Cause it hurts every time I judge myself wearing a white veil covering my dark-hollow-self.



Allahumma ati nafsi taqwaha wa zakkiha anta khairu man zakkaha anta waliyyuha wa maulaha. Aamiin.


Allahua'lam.

Tuesday, July 20, 2021

The Sacrifice of Eidul Adha

July 20, 2021 0 Comments

Bismillah.

Taqabbalallahu minna wa minkum. Happy Eid Mubarak~ *thanks for reminding me that this is the wrong form, But let me use that cause I like to 'majas hiperbol'. 

sumber foto: https://t.me/dream2020annoucements


***


Ada sedikit transkrip tentang kurban di Idul Adha yang ingin kubagi. Sebuah insight baru buatku. Kalau ternyata nyambung, perayaan ini, perayaan Idul Adha, kita bertakbir dan mengucapkan bahwa 'walillahil hamd' karena lewat pengorbanan Nabi Ibrahim kita bisa merasakan manisnya iman dan islam.


Gak kebayang gimana jadinya dunia sekarang, kalau doa Nabi Ibrahim gak diijabah, kalau Rasulullah gak hadir untuk menerangi dunia yang penuh sesak dan kegelapan.


Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illAllah Allahu Akbar. Allahu Akbar Walillahilhamd.


Allahumma shalli 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad kama shallaita 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim. Wa barik 'ala Muhammad wa 'ala ali Muhammad kama barakta 'ala Ibrahim wa 'ala ali Ibrahim fil 'alamina innaka hamidummajid.


***


The Sacrifice of Eid Adha


The sacrifice of animal of Eidul Adha goes back to Ibrahim 'alaihi salam. Why is that important for us? It's important because that sacrifice was the start of a legacy.


When they (Ibrahim and Ismail) fulfill that final test, Allah told Ibrahim 'alaihi salam that he is going to be made leader over humanity. And when he was made leader over humanity, he asked for one thing and one thing only, through him and the son that he just passed the most difficult test with, "Ya Allah just give us at least one messenger that will fulfill the legacy of prophethood to the utmost"


رَبَّنَا وَٱبْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًۭا مِّنْهُمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَـٰتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَـٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ

Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As-Sunnah) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana. [Surat Al-Baqarah (2) ayat 129]

 

Rabbana wab'ats fihim rasulam minhu yatlu 'alaihim ayatik wa yu'allimuhumul kitab walhikmah yuzakkihim. They asked together, "Appoint a messenger among our future lineage who will recite the book, recite the ayat, teach the wisdom and ckeanse the people." And the fulfillment of that du'a is the coming of the Prophet shallallahu 'alaihi wasalam. And the Prophet shallallahu 'alaihi wasalam, when he completes his entire mission, perform the hajj and sacrifices the animal. He fulfill the ritual that was started by Ibrahim 'alaihi salam.


What we are celebrating is actually Allah answering the prayer of Ibrahim 'alaihi salam, that prayer that he made just by himself that he wants good for his children and that good will come through a final messenger. And that final messenger came, and through 23 almost impossible years, was able to fulfill one of the most incredible mission ever ever given in humanity. And as a result, you and I get to say shahadah today. That's actually what we're celebrating.


You know, those people that have gone to Hajj, that are fulfilling the ritual of Ibrahim 'alaihi salam and through Ibrahim 'alaihi salam, they're fulfilling the ultimate sunnah of the Prophet shallallahu 'alaihi wasalam -- all of that us actually the completion of Allah's favored on all of humanity.


You know, Prophets used to come to particular nation, but now Allah decides that He is going to sent a prophet for all humanity. And this is actually the common thing between Ibrahim 'alaihi salam and our Messenger shallallahu 'alaihi wasalam.


Ibrahim used to travel from place to place, and when he prayed, he prayed for all people. He even argued on behalf of the nation of Luth who he is not from, right? He was concern for all humanity. And our Messenger concern for all humanity.


This Eid is a reminder that the Ummah of Muhammad shallallahu 'alaihi wasalam and the Millah of Ibrahim 'alaihi salam -- which is what we are, the legacy and the religion of our father, Ibrahim 'alaihi salam -- by definition, we're supposed to be concern with good for all human beings. That is what we're celebrating. It is actually not about ourselves, it is about the rest of humanity. [1]


Allahua'lam.


***


Keterangan:

[1] https://youtu.be/GQzJDWlcIPE

[2] Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Wednesday, July 14, 2021

SelfD #10: What are my weakness?

July 14, 2021 0 Comments

Bismillah,


Saat menulis SelfD #9, aku pikir akan mudah untuk menulis ini. Tapi kenyataannya, tidak mudah. Bukan karena bingung dan aku tidak tahu kelemahanku. Justru karena begitu banyak ditambah rasa takut dan enggan membuka diri. Sebagian hatiku ingin menutupnya saja rapat-rapat. Tapi bukan itu kan poin dari tulisan ini. Bukan tentang kekhawatiran pendapat orang lain saat melihat list di sini, bukan tentang itu. Ini tentang mengenali diri. Let's just write it down bell, you know your blog is safe. It's not main road. Somebody will read it maybe. But it can be nobody.


Fuiih. Mari kita list beberapa. Karena di tulisan sebelumnya aku menulis 5, mungkin aku juga menulis 5 di sini, biar seimbang. Tapi nanti liat aja ya perasaanku, bisa saja aku berubah pikiran dan berhenti di tiga saja hehe.


***

Dulu, pas sebelum kuliah, ada matrikulasi, trus aku jadi kenal pembagian personality. I'm a sanguin choleric. Meski lebih besar di sanguinisnya, tapi tetep aja sisi kolerisnya lumayan. Apalagi setelah 'negara api menyerang', kerasa sih kalau sifat kolerisnya makin tinggi.


1. Keras kepala. Ini kelemahan pertamaku. Saat udah memutuskan sesuatu, sulit untuk mengubah komitmen/keputusan tersebut. Bisa siih, tapi harus sabar dan pelan-pelan.


2. Egois. Aku jujur aja membenci sisi ini. Ada begitu banyak momen saat aku merasa aku cuma mikirin diri sendiri sampai lupa untuk melihat sekitar. Harus sering diingatkan supaya lebih peduli pada orang lain. Meski di sisi lain, aku punya kekuatan empati. Jadi gitu deh, suka bingung sendiri sama diri.


3. Gak mau diatur. Ini masuk poin pertama gak sih? Hehe. Anggap saja berbeda. Kelemahan ini, jadi tantangan banget buat aku. Terutama kalau bahas tentang birul walidain. Jujur suka sebel sendiri, karena tahu teorinya tuh, segera menjawab "dalem" kemudian melaksanakan perintah yang diberikan. Tapi aku butuh space waktu dan jarak yang cukup, untuk menenangkan sisi kolerisku. Jadi biasanya, to do list, perintah dll tetep masuk, tapi yang ngatur waktunya aku.

Kalau ibu sama ayah sebenernya udah paham sih. hehe. Kadang aja, suka mikir kejauhan, suatu saat kalau ketemu orang asing hmmm... Oh ya, ini salah satu insecure-ku, apalagi pas belajar di forum femininitas bunda, tentang followership. Itu sesuatu hehe. Gapapa, pelan-pelan. Kelemahan/kekuatan diri itu ada untuk sebagai ujian juga. In syaa Allah bisa jadi pahala, kalau misal kita mau tetep berusaha dan berdoa.


Next.

4. Sensi. Ya, aku orangnya sensitif banget. Reaktif. Mudah tersulut. Tapi biasanya, kalau buat orang yang baru kenal sifat ini gak kelihatan sih. Aku mudah tersinggung, kadang sering senewen sendiri. Seringnya aku simpan sendiri sih, menggumam sendiri, atau tulis di blog/diary. Nangis-nangis sendiri, marah-marah sendiri.

Tapi kalau diajak berantem, biasanya aku ladenin juga. Aksi-ku kalau terpojok/dipojokkan itu menyerang. Bagian ini juga, yang membuat beberapa orang mengira aku "galak". Oh ya, meski aku sensi, aku mudah lupa juga. Jadi kalau misal sama temen deket nih, adu mulut, beda pendapat atau apa, beberapa menit kemudian bisa akur lagi. Duh, kalau bahas ini jadi kangen Asih ^^ Ini salah satu temen yang kalau orang luar liat kita kaya sering berantem, padahal biasa aja, hehe. Cuma sering beda pendapat, dan sama-sama vokal, jadi deh hehe.


5. Overthinking/Khawatiran. Yang satu ini baru mulai bener-bener kerasa setelah "negara api menyerang". Soalnya dulu, aku merasanya aku tipe ekstrovert yang sering melakukan sesuatu baru kemudian mikir. Tapi setelah melalui masa-masa lebih banyak sendiri dan banyak mikir, jadi kebiasaan kayanya. Kadang tahu sih, udah mikir kejauhan, tapi ga mudah untuk meyakinkan diri melangkah ketimbang tenggelam dalam pikiran. Sering parno/takut sendiri juga, harus sering-sering dzikir biar khawatirnya ga mengepung dan membuat diri mikirin the worst-worst case.

Bahas tentang ini, aku kadang mikir. Ini ada hubungannya gak sih sama talent "ideation"? Atau semacam point "think future" yang ada di MBTI itu looh. Soalnya memang benar sih, kalau lihat dari kacamata positif, aku memang suka banget ngonsep, dulu kalau jadi panitia, sering jadi member divisi acara, tapi bagian yang konseptor bukan yang lapangan. Tentang nulis juga, harusnya bisa jadi sisi plus kalau mau nulis fiksi.


****


Panjang ya? Udah panjang, tapi masih pengen nambah. Ternyata ada banyak banget hal yang ingin kubicarakan tentang diriku. Mungkin karena ga keluar lewat lisan, jadi deh giliran ada mediumnya, jadi pengen dilanjutin. Apalagi topiknya tentang ini. Weakness. Hmm. Aku pengen bahas juga tentang dua hal. Yang satu, clumsy. Kalau diterjemahin mirip sama ceroboh, tapi itu gak pas gitu hmm. Tipe orang yang mudah kesandung, atau nabrak sesuatu, atau jatuhin sesuatu, semacam itu. Aku sering tanpa sadar nemu goresan atau luka, gatau kapan kejadiannya.

Satu kelemahan lagi. Distracted. Ini mungkin masalah pertamaku, yang membuatku rasanya stuck dan ga maju jalan. Atau maju sih, tapi progressnya super slow. Yang ini, harusnya bisa diatasin sih kalau punya goal yang terukur dan dikasih time limit. Mohon doanya aja ya hehe


Sekian. Semoga dengan menulis ini, makin mengenal diri dan bisa belajar menerima sekaligus berdamai dengannya. Let's focus on our strength without forgetting our weakness. Semangat~


Allahua'lam.

***




Tuesday, July 13, 2021

Tapi Dia Menutupi (Aib) Mereka

July 13, 2021 0 Comments
Bismillah.

Puisi. #daribuku Biografi 10 Imam Besar.

"Allah Rabb-ku, aku tidak menginginkan selain-Nya

Apakah dalam wujud ini ada hakekat selain Dia

Burung bertasbih kepada-Nya, sementara binatang mengagungkan-Nya

Ombak membesarkan-Nya, dan hiu bermunajat kepada-Nya

Semut di bawah karang yang bisu mensucikan-Nya

Sementara lebah mengucapkan tahmid di sarangnya

Sementara manusia bermaksiat kepada-Nya, tapi Dia menutupi (aib) mereka

Dan hamba lupa, namun Allah tak pernah melupakannya.

***

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar

Laa ilaaha illallahu Allahu Akbar

Allahu Akbar wa lillahil hamd

***

Untukku,... Dzulhijjah. Mari perbanyak takbir, bukan cuma di lisan tapi juga di hati. Dengan pemaknaan bukan kata-kata kosong. Semoga Allah memudahkan. Aamiin.

Allahua'lam bishowab.

Wednesday, July 7, 2021

Part 5

July 07, 2021 0 Comments

Bismillah,

#curcol

Aku sedang membaca part 6, satu sub judul lagi, sebelum akhirnya menyapa part 7. Tapi hatiku masih tersangkut di part 5. *oke ini bahasanya lebay hahaha. Pakai bahasa curhat aja lah ya. Tanpa konotasi, tanpa mengabstrak.


***


Tentang buku Pearls from Surah Yusuf yang belum juga selesai kubaca. Aku pernah menulis di sini, tentang lembar refleksi di akhir babnya. Sebenarnya aku tidak pernah berjanji pada siapapun, tapi sepertinya, ada komitmen tak tertulis, bukan, ralat, bukan komitmen. Semacam keinginan. Aku ingin mengisi tiap lembar refleksinya. Tujuannya satu, untuk kebaikan diri. Jujur, ketakutan itu selalu hadir. Aku takut menjelma menjadi keledai yang membawa kitab-kitab. Aku... takut menyerupai bani israil, Aku... takut, menjadi seorang munafik. TT Semoga takut ini ga cuma ditulis, tapi beneran dibuktikan dalam amal. Mari saling mendoakan yang baik-baik.

Ya... aku udah baca part 5, tapi sama sekali gatau harus nulis apa di refleksi. Part 5 terlalu singkat, atau mungkin aku saja yang mati rasa, sehingga gatau harus menulis refleksi apa. Jadi... aku lewati lembar refleksinya, aku lanjutkan. Alasannya? Karena buku fisik yang kubaca saat ini cuma dua, buku ini (sampulnya ungu) dan buku satu lagi (sampulnya hitam). I'll tell you later about the second book. Selebihnya aku baca buku digital. Dan mudah aja, kalau mau laporan baca di grup "bacatiaphari".

Jadi gitu deh, pembatas bukunya sudah berjalan ke part 6, tapi hatiku belum sepenuhnya move on.


***


Part 5, ada 10 ayat yang dibahas. Ayat 58-68. Kalau cuma baca dari buku ini, ga buka mushaf, ga baca tafsir lain. Gatau kenapa aku merasa kurang. Jadi, kutulis postingan ini. Berharap aku berhenti menghabiskan waktu di kuadran 4, dan mulai mengerjakan kuadran 2.

If reading tafsir might sound 'heavy'. Let's listen to the explanation of it. Kalau sudah, diisi lembar refleksinya. Semoga habis itu jadi bisa move on ke part 6.


***


Terakhir, let me just post a du'a here. Semoga ga cuma di salin, tapi bener-bener diufukkan dengan hati yang tulus. *tiba-tiba keinget salah satu kalimat ini, "jangan doa di sosmed". Meski jujur, aku selalu suka membaca doa-doa dari hasil scrolling tumblr. Di sisi lain, aku tahu, dzikir itu baiknya langsung ke Allah, habis shalat, atau di malam sunyi saat semua orang tidur *termasuk aku ><. Tapi jujur, untukku yang terlalu sering liat layar, kadang perlu diingetin dzikir lewat hal-hal seperti itu. Ini juga, untuk mengingatkan diri.


sumber

Allahumma inna na'udzubika min 'ilmin la yanfa' wa min qalbin la yakhsya' wa min nafsin la tasyba' wa min da'watin la yustajabulaha. Aamiin.


Allahua'lam.

 



Friday, July 2, 2021

Broken Pottery

July 02, 2021 0 Comments

Bismillah.

sumber foto


She is a beautiful piece of broken pottery, put back together by her own hands. And a critical world judges her cracks while missing the beauty of how she made herself whole again.

J.M. Storm



Should I throw it away? Or should I keep it, and try to put it back together?


***


Jumat pekan lalu, ada agenda unboxing gitu. Sebenarnya aku bisa menebak isinya apa. Saat kugoyang pelan, terdengar suara kaca beradu. Aku pikir, selain mug, ada semacam pin di dalamnya. Jadi saat membukanya, jujur aku kaget. Mug putih dengan logo biru di satu sisinya terbelah jadi dua. Ada sepihan kecil memang, tapi benar-benar terbelah jadi dua.


Dari speaker laptop terdengar bahwa ada yang retak juga, kemudian seloroh komentar 'jokes', "tergantung amal perbuatan", semacam itu. Aku tidak ingat kalimat persisnya. But it hits me right on the spot.


"It does seems like it can describe how is my state, my heart, my iman, my 'amal..." TT

 

"Oh what should I do?"


***


Oh ya, tentang kutipan di pembuka tulisan ini. Qadarullah nemu di tumblr, sehari atau beberapa hari setelahnya. It's a sad, but beautiful quotes. Jujur jadi makin baper. Bertanya berkali-kali pada diri, 'apa kabar iman?' 'apa kabar hati?' terkadang sia-sia. Ya, sia-sia, kalau cuma tanya. Tapi kemudian memilih bungkam. Padahal seharusnya berkaca, menjawab dengan jujur, kemudian melakukan perbaikan.


Penutup. The pottery is still broken, but giving up without even trying to fix it is just wrong. Begitupun manusia, ia mungkin berkali-kali melakukan kesalahan. Belum lagi retakan di masa lalunya. Tapi bukan berarti kita menyerah di awal, bukan itu yang diajarkan nenek moyang kita. Bukan itu yang diajarkan Nabi Adam 'alaihi salam. Ia mengakui kesalahannya, mengucapkan kalimat yang Allah ajarkan kepadanya. Kemudian ia menjalankan tetap tugasnya di bumi sebagai khalifah. So let's acknowledge our crack, ask for His forgiveness and rahmah, then do our job as a slave.


It might be dark now and we can't see anything. But we can ask for His Light. It might be felt as if we're lost and don't what to start from. But we can ask for His Guidance. Cause He always listens, we just often forget to ask.


Allahua'lam.


***


PS: Ada yang tahu lem yang bisa dipakai untuk nyatuin untuk mug yang pecah?


Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.


Welcome Back!

July 02, 2021 0 Comments

Bismillah.

Welcome back! Menyambut kembalinya diriku untuk merutinkan diri nulis di sini, setelah bulan kemarin karena satu dan banyak hal membuatku ingin 'berhenti' sejenak menulis.

Ada 'hutang' tahun lalu yang harus diurus, ada hati (baca: iman) yang berkali-kali jatuh, dan ada banyak hal lainnya. Maybe I'll write some in the next post? *I don't promise though.

***

sumber: @annajm.project (salah satu project-nya Ka El)

Bulan Juli memang baru mulai, tapi bulan Dzulqa'dah sudah hampir pergi. Jujur malu, jika menilik kebelakang. Bagaimana ilmu tentang keistimewaan bulan haram, tidak tercermin dalam keseharian. Aku tenggelam berkali-kali, terbawa arus distraksi, memilih untuk menutup mata dan tidur. Padahal harusnya bangun, bangkit, berenang ke atas, mensyukuri nikmat dengan beribadah pada-Nya. Hmmm. Semoga hari ini lebih baik dari hari-hari yang sudah berlalu. Karena sungguh masa lalu, tidak akan bisa kembali ditemui, apalagi diubah.

It's friday, and it's raining often on my hometown (sekarang gak lagi hujan sih). So why don't we sent up a sincere prayer. Semoga Allah melindungi dan memberkahi hidup kita. Aamiin.

'Asaa ayyahdiyani rabbi li aqraba min hadza rasyada.

Allahua'lam.