Follow Me

Sunday, October 31, 2021

Pengalaman Serbook Batch 1

October 31, 2021 0 Comments

Bismillah.


Qadarullah wa ma syaa Allah, lewat Guidelight ID, aku ketemu sama Fakhriyah Elita yang jadi mentorku. Aku biasa menyapanya Kak El, meski ia lebih muda dariku. Nah meski lulusan Gizi, ia sangat semangat dan punya banyak projek. Ada @annajm.project (mirip guidelight tapi fokusnya ke tahsin). Ada juga @litera.sea (nah, ini yang mau aku ceritain).


Ceritanya, aku diajakin bantu tim event di @litera.sea. Nah salah satunya lewat event Serbook (Sebulan read book), program baca intensif selama 1 bulan. Selain laporan tiap hari, ada juga diskusi buku di akhir pekan.


Alhamdulillah batch 1 udah beres. Pesertanya masih sedikit sih kurang dari 10 orang. Tapi alhamdulillah lancar. Diskusi akhir pekannya yang rencananya tiap pekan, jadinya cuma 2x dalam sebulan. Yang di akhir alhamdulillah kerekam, meski dengan keterbatasan.


Ada banyak banget pelajaran dan pengalaman sih selama jadi peserta + PJ Serbook. Kaya pengingat harian yang gak jalan tiap hari. Trus aku juga waktu itu masih kewalahan di time management. Sering baru laporan di akhir hari.


Oh ya, sebenernya pengen banget segera buat batch 2, tapi untuk saat ini sampai desember aku gak berani nambah amanah. Takut malah jadi zalim.


Pencapaian sebagai peserta, lewat serbook aku jadi selesai baca bukunya Amru Khalid yang tentang asmaul husna. Jujur, ini sesuatu banget buat aku. Karena jumlah halamannya 512, dan aku udah baca buku ini dari bulan Maret 2021. Delapan bulan aku bacanya. Parah >< jangan ditiru yaa.


***


Oh ya, salah satu kendala Serbook Batch 1, adalah microphone di laptop gatau kenapa error dan gak bisa dipakai untuk google meet. Jadilah harus double akun. Beda ya, kalau cuma jadi peserta yang gak harus open mic.


Ini PR juga sih, semoga besok aku gak lupa buat beli earphone dan nyobain supaya bisa on mic di google meet laptop. Doain ya, semoga bisa. Karena november-desember akan sering kepakai (3x sepekan).


Serbook Batch 2 mungkin akan dibuka tahun depan in syaa Allah. Semoga bisa terlaksana lebih baik lagi. Aamiin. 


Allahua'alam.


***


PS: Nulis ini jadi keinget arketipe. Arketipe apa kabar ya?

Saturday, October 30, 2021

Akibat Berbuat Maksiat

October 30, 2021 0 Comments

Bismillah.

#blogwalking

-Muhasabah Diri-


Izin menyalin di sini. Untuk pengingat diri. Diambil dari blog osholihin.wordpress.com.


Akibat berbuat maksiat

Di dalam Kitab al-Jawabul Kafi, Ibnul Qoyyim Al-Jauziyah merinci dampak-dampak buruk dari perbuatan dosa dan maksiat terhadap kehidupan seorang hamba baik di dunia maupun di akhirat. Di antaranya:

Pertama, terhalang untuk mendapatkan keberkahan ilmu. Ilmu adalah cahaya yang dinyalakan Allah di dalam hati seorang hamba, dan maksiat mematikan cahaya tersebut.

Kedua, kegelisahan yang dirasakan pelaku maksiat di dalam hatinya, dan hilangnya ketenangan dari dalam hati.

Ketiga, Allah akan mempersulit setiap urusan dalam hidupnya.

Keempat, menimbulkan sifat lemah baik pada agama dan badannya, sehingga pelaku maksiat terasa berat dan malas untuk melakukan ketaatan.

Kelima, maksiat menghilangkan keberkahan umur dan melenyapkan kebaikannya.

Keenam, perbuatan maksiat akan mengundang perbuatan maksiat lainnya, sebagaimana ketaatan akan mengundang ketaatan yang lain.

Ketujuh, maksiat akan menghalangi seseorang dari taubat kepada Allah dan pelaku maksiat akan menjadi ‘tawanan’ bagi syaitan yang menguasainya.

Kedelapan, maksiat yang dilakukan berulang-ulang akan menanamkan rasa cinta terhadap maksiat itu sendiri di dalam hati, sehingga pelaku maksiat akan merasa bangga dengan maksiat yang dia lakukan.

Kesembilan, maksiat akan menghinakan dan menjatuhkan kedudukan seorang hamba di hadapan Tuhannya. Kesepuluh, akibat buruk dari maksiat akan menimpa semua makhluk; manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Kesebelas, maksiat akan melahirkan kehinaan. Keduabelas, maksiat bisa merusak akal fikiran dan menghilangkan kecerdasannya.

Ketigabelas, maksiat akan menutup mata hati, menyebabkan kerasnya hati, dan pelakunya dianggap sebagai orang yang lalai. Keempatbelas, maksiat mendatangkan laknat Allah dan Rasul-Nya. Kelimabelas, maksiat akan menghalangi doa malaikat dan Rasulullah. Keenambelas, maksiat menyebabkan kerusakan, keguncangan, gempa dan musibah. Ketujuhbelas, maksiat bisa mematikan semangat, menghilangkan rasa malu, membutakan mata hati.

Kedelapanbelas, maksiat dan dosa bisa melenyapkan nikmat dan mendatangkan bencana. Kesembilanbelas, maksiat dan dosa akan meninggalkan tatatan masyarakat yang rusak akhlak dan agamanya.

- O. Solihin, dalam artikel Siap Taat, Setop Maksiat! 


***


Segera tutup pintu-pintu hitam tersebut, menjauhlah dari tempat penuh asap tersebut. Jangan lepaskan hidayah yang Allah berikan padamu.


Rabbana la tuzigh qulubana ba'da idz hadaitana wa hablana milladunka rahmah, innaka antal wahhab. Aamiin.


Allahua'alam.

Thursday, October 28, 2021

Stones

October 28, 2021 0 Comments

Bismillah.


Cuma ingin meninggalkan jejak di sini. Biar kapan-kapan dibaca lagi oleh diri.


Tadi pagi searching video dengan keyword Nouman Ali Khan + Maryam. Tapi qadarullah, nemu video ini. Yang sekilas kayanya nggak nyambung sama keywordnya. Karena yang dibahas ayat tentang 'batu'. Ayat yang beberapa bulan ini sering kuingat dan jadi penghibur.


Di video ini, aku jadi tahu penjelasannya. Jadi dapet pengingat, "Kamu, jaga baik-baik hatimu...^^"



Semoga termasuk batu yang di dalamnya terdapat air. Aamiin.


ثُمَّ قَسَتْ قُلُوْبُكُمْ مِّنْۢ بَعْدِ ذٰلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ اَوْ اَشَدُّ قَسْوَةً ۗ وَاِنَّ مِنَ الْحِجَارَةِ لَمَا يَتَفَجَّرُ مِنْهُ الْاَنْهٰرُ ۗ وَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَشَّقَّقُ فَيَخْرُجُ مِنْهُ الْمَاۤءُ ۗوَاِنَّ مِنْهَا لَمَا يَهْبِطُ مِنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَمَا اللّٰهُ بِغَافِلٍ عَمَّا تَعْمَلُوْنَKemudian setelah itu hatimu menjadi keras, sehingga (hatimu) seperti batu, bahkan lebih keras. Padahal dari batu-batu itu pasti ada sungai-sungai yang (airnya) memancar daripadanya. Ada pula yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya. Dan ada pula yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah tidaklah lengah terhadap apa yang kamu kerjakan. [Al Baqarah ayat 74]
Allahua'lam.

Monday, October 25, 2021

Makna Tilawah

October 25, 2021 0 Comments

Bismillah.


Nukil Buku “At-Tibyan | Imam An-Nawawi”


***


Sebelum bahas judul, aku ingin bercerita bagaimana buku ini sampai di tanganku. November 2020, hadiah dari seorang adik tingkat. Sebuah hadiah yang tidak disangka. Padahal sebenarnya, aku yang seharusnya berterimakasih padanya. Karena lewatnya, aku jadi punya "tempat" yang nyaman untuk menjaga yang interaksiku dengan Quran. Jazakillah khairan katsiran


Buku ini diterbitkan oleh Ummul Qura. Selain judul At-Tibyan, ada juga sub-judul "Adab Membaca & Menghafal Quran". Oh ya, buku ini di tahqiq oleh Muhammad Ibrahim Sunbul. Karena bukunya dengan tahqiq, jadi banyak catatan kakinya. Dan aku suka banget, karena jujur untuk orang sepertiku yang masih belum banyak paham tentang hadits, penjelasan di catatan kaki sangat membantu untuk memahami, plus nambah banyak ilmu baru.


***


Makna Tilawah


Halaman pertama kitab At-Tibyan membahas tentang keutamaan membaca Al-Qur'an dan mengemban Al Qur'an. Imam An-Nawawi menuliskan dua ayat di Surat Fathir.


"Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur'an) dan mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi, agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka, dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri." (Fathir: 29-30)


Masih halaman pertama dari buku At-Tibyan. Catatan kaki pertama. Tentang makna/hakikat membaca. Kalau kita lihat lafal ayatnya (yatluna), ini lebih pas dengan istilah tilawah. Beda dengan membaca yang ada di surat Al 'Alaq, yang lafalnya iqra.


Hakikat membaca dalam konteks ini adalah membaca makna dan mengamalkannya sebagai bentuk pembenaran terhadap beritanya, pelaksanaan terhadap perintahnya, menjauhi larangannya, dan menjadikannya sebagai panutan. Ke mana pun ia menghadap maka engkau juga menghadap pada arah tersebut. Jadi, ruang lingkup membaca Al-Qur'an adalah membaca lafal dan maknanya

 

Masih di catatan kaki nomer 1, disebutkan bahwa membaca makna lebih mulia dari sekedar membaca lafal.


Membaca makna lebih mulia dari sekedar membaca lafal. Orang yang senantiasa membaca makna Al-Qur'an, mereka adalah Ahlul qur'an yang mendapat sanjungan di dunia dan akhirat, karena sesungguhnya merekalah orang yang ahli membaca dan mengamalkan makna dengan sebenar-benarnya. Referensi: Miftah Dar As-Sa'adah (1/202-203) (Ummu Abdillah)


***


Refleksi Diri

*warning* bagian ini, silahkan diskip aja ya, terima kasih~


Sungguh, aku ingin menjadi bagian dari orang-orang yang disebut di ayat tersebut (35:29-30). Siapa sih yang tidak menginginkan perdagangan yang anti rugi?


Baca juga: [MFA2021] Bisnis Anti Rugi – Isabella Kirei


Tapi jujur, aku meragukan diriku. Benarkah aku benar-benar menginginkannya? Apa kabarku dengan Al Qur'an? Sudahkah membacanya? Belum, aku belum akan bertanya tentang tilawah, aku masih bertanya tentang iqra. Itu dulu. Apa kabar? Kalau itu sudah dijawab, sekarang aku bertanya tentang tilawah, sudahkah maknanya dimengerti dan diamalkan? I'm not talking about how you transform automatic in a instant time. I'm talking about a day, do you take a step to a better 'you' every day? Do you really honest, when you say, 'you try'?


Dan jikaaaa.. jika saja jawaban yang kau dapati pahit, dan rasanya ingin mengutuk dan menghakimi diri sendiri. Coba inget-inget kutipan ini. Karena muhasabah jauh berbeda dengan menghakimi diri.


Sebab, ada kebaikan di dalam diri manusia. Di dalam diri setiap orang ada potensi kebaikan, sebagaimana juga ada potensi keburukan. Jika orang-orang yang berperilaku buruk itu dididik, dibina dengan baik, maka potensi kebaikan dalam dirinya itu akan muncul ke permukaan, sebaliknya potensi keburukannya semakin tertekan dan tertutupi. Lalu kebaikan-kebaikan yang mulanya kecil, lama kelamaan semakin besar dan terus membesar, lalu mendominasi hati dan perilakunya, dan jadilah ia sebagai orang baik.

#daribuku *Rasulullah Sang Pendidik* - Al-Ustadz Muhammad Rusli Amin, AMP Press


Jadikan jawaban pertanyaan itu sebagai cambuk. Banyakin doa dan usaha. Semoga kelak Allah jadikan kita termasuk orang-orang yang...


orang-orang yang selalu membaca kitab Allah (Al-Qur'an) dan mendirikan shalat dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan rugi, agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka, dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.


Coba lihat 2 asmaul husna yang Allah letakkan di sana. Allah bahkan tahu ada hambanya yang seperti kamu. Yang terseok-seok dalam melangkah, yang banyak dosa tapi masih pengin jadi bagian dari orang-orang tersebut. He said, innahu ghafurun syakur. TT


Allahua'alam bishowab.

Sembunyi Lagi

October 25, 2021 0 Comments

Bismillah.


-Muhasabah Diri-


Meski sudah tidak berlari, tapi aku ingin sembunyi lagi. And here I am, setting my blog to private again. Even just for a moment. Let me hide here again.


***


Ada satu lecture yang beberapa waktu ini sering kudengarkan, just because it's on my playlist. *oh ya, maaf tulisan ini bakal jadi posting anak jaksel sejak. Campur aduk meski dalam satu kalimat haha. **minta maaf sama siapa kamu? ***sama diri sendiri, yang sudah paham kaidah PUEBI tapi masih sering nulisnya seenak hati semoga ini bukan termasuk ciri orang munafik yang tidak mengamalkan ilmu >< TT


I'm not in a good condition. I am not okay. I am far from okay. But I try to stand up. Yes, I don't want to be defeated by myself.


Aku belajar dari lecture itu, bahwa meski kondisiku lagi begini. Meski aku merasa begitu insecure dan ingin menyerah pada diri. Meski aku.................. ya meski apapun itu. Aku gak boleh hiperbol dan lebayy. Ayo belajar dari Nabi Ayyub.


Oh ya, lecture yang masuk playlist dan sering kudengar beberapa waktu ini :



👆 cuma 19 menit, sudah ada subtitle-nya. Kalau misal, nanti setelah blog ini di-setting public lagi dan ada yang baca ini, saya sarankan nonton itu aja daripada nerusin baca ini. ✌


How beautiful Nabi Ayyub's dua ('alaihi salam) ^^ Mulai dari pilihan diksi massa - yang maknanya slightest touch. Seolah dhurr yang dialaminya hanya sentuhan tipis. Bukan clash, bukan tumbukan (kolisi).


And how beautiful is the relationship between him and Allah subhanahu wata'ala. That he just stating that he recognize Allah is arrahmurrahimin, lalu Allah selesaikan semua dhurr-nya.


Aku, masih belum banyak belajar memang. Maksudnya, aku masih tertatih untuk belajar dari doa ini. Tapi aku ingin menulisnya di sini, pengingat untukku terutama. Hei kamu! Belajar ya, belajar untuk bersyukur. Bahwa saat kamu terpuruk begini, Allah masih kasih hidayah sehingga kamu mengingatnya. Dan bahwa bahkan saat kamu begitu hina, Allah berikan begitu banyak support system yang harusnya bisa kamu manfaatkan agar membantumu menyucikan diri dan mendekat lagi padaNya.


Jadi woy diri! Jangan menunda-nunda kebaikan. Jangan hijrah ke arah yang salah. Berlarilah ke arah Allah. He opens His doors days and night. Bahkan kalau kamu belum bisa berlari, merangkaklah ke arahnya. Jangan berhenti di menulis please. I don't want you to be one of the people 61:3.


Terakhir. Allahummaghfirlana dzunubana wa israfana fi amrina, wa tsabbit aqdamana, wanshurna 'alal qaumil kafirin. Laa ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazhzhalimin.


Allahua'lam bishowab.


Saturday, October 23, 2021

Teater

October 23, 2021 0 Comments

Bismillah.


*warning* another selftalk


Aku pernah ditanya, "Kamu di teater, apa peranmu? Pilih 2 jawaban." Aku lupa sebenarnya ada berapa pilihan, yang kuingat cuma dua, dua yang kupilih. Pertama penulis skrip, yang kedua sutradara. Oh, sekarang aku ingat haha, *the magic of memory, Alhamdulillah Allah karuaniakan kita otak yang berkali-kali lipat lebih canggih dari mesin pencari google. haha. Anyway, dua pilihan lainnya adalah aktor pemain, dan penonton.


Selesai agenda tanya jawab itu, aku sempat dijelaskan singkat, bahwa pertanyaan psikologi itu untuk mengetahui peran yang pas untukmu di sebuah acara/organisasi. Apakah menjadi orang yang di depan layar, atau di balik layar. Sayangnya, aku gak sempat tanya detail tiap pilihan. Mungkin kalau ada yang penasaran bisa googling haha.


Aku bukan mau menulis tentang itu. Aku mau nulis tentang ketidaknyamananku saat peran yang kukira ada di balik layar, ternyata mengharuskanku berada di depan layar meski cuma sebentar. Tetap saja, somehow, in someway, it hurts me.


Entah mengapa, sejak dulu, aku selalu lebih nyaman berada di balik layar, atau kalau dulu aku menyebutnya dengan frase "di balik hijab". Aku ingin bekerja tanpa perhatian banyak orang. Aku bisa maju ke depan, tapi aku ingin "shalat di shaf terakhir". Aku bisa bersuara lantang, tapi aku ingin lebih banyak diam dan bekerja dengan tangan. Spotlight hampir selalu melukaiku, in some weird way that I cannot exactly define it.


Dulu, aku selalu menangis, kemudian mengadu dan protes. Beberapa orang mungkin terluka, karena aku jadi sering menyalahkan orang lain yang kuanggap menjadi sebab yang memaksaku "keluar dari hijab", "maju ke depan layar". Ini sudah berulang terjadi jauh sebelum "negara api menyerang", sebelum aku "menghilang dari peredaran".


Kemudian saat itu (things that I still regret everytime I think about it) terjadi. Aku semakin ingin tersembunyi, semakin ingin menjadi penduduk tetap di balik layar. Somehow, frase di salah satu surat Maryam pas banget buatku. Aku pernah, dan mungkin masih memiliki keinginan untuk nasyan mansiya (menjadi terlupakan dan dilupakan).


Baca juga: [MFA2021] Ingin Dilupakan dan Terlupakan – Isabella Kirei


Maka saat hatiku sedang tidak baik-baik saja, dan aku diminta untuk membuka sedikit layar, dan maju ke depan.... jawabanku adalah, aku ingin menolaknya. Meski akhirnya aku seolah ditepuk dikit di punggung, dan sedikit tersandung, aku maju ke depan layar. Sebentar memang, tapi tetap saja, it hurts me somehow.


Lalu aku jadi mempertimbangkan ulang, barangkali aku salah saat buru-buru mengiyakan mengambil peran. Hanya karena satu orang memilih mundur. Aku harusnya berhenti sejenak dan istikharah dulu. Tapi karena qadarullah amanah sudah di tangan, aku cuma harus jalani peranku kan? Ayo perbaiki diri bell. Mendekat lagi ke Allah, semoga dengan itu, urusanmu dengan manusia jadi lebih mudah. Semoga tidak sekedar menjadi lilin di depan layar. 


***


Anggap saja ini yang terakhir, sebelum kamu memilih untuk menetap lagi di balik layar, tapi bukan untuk bernyaman di zona gelap.


Teaternya hendak dimulai. Kamu, semangat! Jangan kalah sama diri! 

Kamu Lelah Karena Terus Berlari

October 23, 2021 0 Comments

Bismillah.


*warning* selftalk, loncat-loncat, jangan dibaca haha


***


Alhamdulillah aku buat blog ini bisa dibaca publik lagi. Alhamdulillah template blog ini membantu sekali untukku baca tulisan lama, yang sebenarnya gak ada yang ngunjungin. Cuma karena tulisan sebelahnya dibaca mesin/orang, jadi ikutan masuk statistik. Dan karenanya aku jadi diingetin lagi tulisan tentang kambing hitam, belajar ulang dari analisis yang pernah kutulis tapi aku sendiri lupa hehe.


Tidak menghadapi masalah. Namanya orang lari, pasti ga bisa netral. Lelah, cape, ngos-ngosan, jadi saat kondisi itu, apapun bisa menjadi pemicu emosi, entah itu emosi amarah, atau sedih. Yang jelas jadi cengeng. 

- Isabella Kirei dalam tulisan "Kambing Hitam" 


***


Alhamdulillah, Allah kasih solusi biar aku gak terus lari. Seolah aku diberitahu, supaya berhenti lari, kamu perlu membuat garis finish-nya. Tenggat waktunya. Kalau udah ada deadline kan suka gak suka pasti ditemuin atau dikerjain.


Dan jika kamu... masih merasa sulit untuk berhenti berlari. Coba tulis dulu aja "why"-nya. Alasan kenapa kamu harus segera menghadapi hal tersebut. Lurusin niat lagi, barangkali lewat satu hal ini, bisa jadi ladang amal. Ya, kamu kan masih sedikit banget amalnya. Jadi? Semangaat~


Tahu kok kamu takut menjadi lilin. Kamu ingin bermanfaat tapi gak mau habis terbakar. Tapi... apakah berhenti berbuat baik membuatmu berubah menjadi buah jeruk *apaan ini hahaha (maaf kalau ada yang baca selain diri, lagi pengen banyak ngode biar cuma dipahami oleh diri).


Aku ulangi. Tapi... apakah berhenti berbuat baik membuatmu berubah menjadi buah jeruk? Tidak kan? Teruslah berusaha memberi manfaat, even if you have to squash yourself harder. Lalu barengi dengan doa dan usaha untuk memperbaiki apa yang tak terlihat oleh orang lain.


Kau tahu mengapa iman letaknya di hati? Salah satunya, karena iman adalah tentangmu dan Allah. Karena Allah membuka lebar pintuNya pada setiap orang. Jadi, maukah kamu melangkah menuju perbaikan apa yang ada di dalam dada? Take a step, do your work. Jangan lari terus hehe. Semangat~


***


Barangkali ada yang baca sampai baris ini dan nyesel hehe. Sinih, aku kasih kutipan buku yang kubaca malam ini. Semoga manfaatnya bisa diambil, dan kamu jadi memaafkan sekian paragraf di atas, yang tanpa sadar telah menodai waktu luangmu hehe.


#daribuku Reclaim Your Heart, Yasmin Mogahed, Penerbit Zaman (hal 267-268)


"Kita dikondisikan untuk percaya bahwa musuh berada di luar diri kita. Bahwa dia memiliki kekuasaan atas diri kita. Ini juga ilusi. Musuh berada di dalam diri kita. Semua musuh eksternal hanyalah pengejawantahan dari penyakit kita sendiri. Jika kita ingin menaklukan musuh-musuh itu maka kita harus terlebih dahulu menaklukan musuh dari dalam diri kita sendiri.


Itulah sebabnya Al-Quran memberi tahu kita, "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Ar-Ra'd [13]: 11)


Kita harus terlebih dahulu menaklukan keserakahan, keegoisan, syirik, ketakutan tertinggi, cinta, harapan dan ketergantungan pada sesuatu selain Allah. Kita harus menaklukkan hub al-dunya (cinta dunya)--akar dari semua penyakit kita dan dari semua penindasan kita. Sebelum dapat mengalahkan Firaun dalam hidup kita, kita harus mengalahkan Firaun dalam diri kita sendiri. Jadi, pertempuran di Mesir dalah perjuangan untuk kebebasan. Benar. Tapi, kebebasan dari apa? Siapa yang benar-benar tertindas? Apakah Anda dan saya bebas? Apa itu penindasan sejati?


Ibnu Taimiyah menjawab pertanyaan ini ketika ia mengatakan: "Orang yang (benar-benar) terpenjara adalah mereka yang hatinya dipenjara dari Allah dan orang yang tertawan adalah mereka yang diperbudak hawa nafsunya." (Ibnu Qayyin, al-Wabil)."


Wallahua'lam bishowab.


***


PS: Kalau buku baru gak membuatmu tertarik untuk membaca, ambil saja buku lama favoritmu. Baca ulang. You'll find another gems even from the one book that you have read once.

Friday, October 22, 2021

What Kind of Fruit?

October 22, 2021 0 Comments
Bismillah.

#fiksi

🌳 "Jika kamu jadi buah, kamu mau jadi buah apa?"

🌳 "Anggur? Belimbing? Ceri? Durian?"

🍁 "Semoga bukan buah Raihanah"

🍁 "Semoga setidaknya kurma"

🍁 "Dan tentu.. Aku ingin menjadi buah Limau"

🌳 "Limau? Maksudmu jeruk? Jeruk apa?"

🍁 "Jeruk yang harum dan manis"

The end.


***

PS: Raihanah ~ Lilin

Thursday, October 21, 2021

Latihan Berkata "Ya"

October 21, 2021 0 Comments

Bismillah.


Kadang, aku terlalu sering berkata "tidak", hingga aku pikir, aku butuh untuk latihan berkata "ya". Heran sebenarnya dengan diri, bagaimana bisa kata "tidak" seolah jadi reaksi otomatisku. Seharusnya jeda dulu, baru kemudian menjawab. Tapi ini, tanpa jeda, padahal hal yang mudah, apalagi hal yang sulit. Kata tidak otomatis keluar dari lisan. Entah luka apa, atau kondisi mentalku seperti apa, atau karena ego, atau mungkin hanya kebiasaan. Tapi... aku tahu aku harus berlatih berkata ya.


Jadi teringat para sahabat, sami'na wa atha'na. Bagaimana reaksi otomatis setelah mendengarkan adalah taat. Tidak ada ego, tidak ada tanya, yang ada adalah ketundukan. Aku teringat arti islam yang berarti berserah dirim berserah diri pada Allah dan rasulnya.


Aku harap, yang mengingat itu hatiku, dan bukan otakku. It is said that the heart remembers too. Jadi yang punya fungsi mengingat bukan coba otak.


***


Sejujurnya sedikit menyakitkan untuk harus menulis ini. Tapi aku ingin mengakuinya, bahwa aku lelah pada diri yang terlihat tak juga membaik. Aku benci, aku tidak suka, pada diriku saat ini. Bukan, tentu bukan keseluruhan diriku. Aku... hanya membenci bagian gelapku, yang atas rahmat-Nya Allah tutup dengan hijab indah.


Terakhir, untukku; rendahkan dirimu di hadapanNya, berlatihnya berkata 'ya', pada Allah, pada Rasul-Nya, pada orangtua, dan pada kesempatan-kesempatan baik yang mungkin tidak akan pernah hadir lagi ke depan pintumu. Dan satu lagi, tidak apa lelah. Mesin juga bisa lelah, apalagi manusia. Jusr don't give up on yourself.


Allahua'lam.

Monday, October 18, 2021

Beriman di Tepian

October 18, 2021 0 Comments

Bismillah.


-Muhasabah Diri-


Suatu pagi, atau sore, aku tidak terlalu ingat waktunya. Tapi yang jelas, nasihat ini kudengar lewat wasilah Ibu yang rajin banget dengerin ceramah. Jazakillah khairan katsiran, atas cinta dan kasih sayangnya.


It must be really hard for her to educate me again from zero, after I fall deep in sins and become completely different person. She used to see me as a good daughter, but then she found out that I am just a full flawed daughter that need her help to fix that broken part.. hmm. Mari balik ke judul, and hide this part.


***


Beriman di tepian itu ada dua jenis. Pertama yang ada di surat Al Fajr. Saat diberikan harta, dan kebaikan di dunia, ia merasa dimuliakan oleh Allah. Tapi, saat diberikan cobaan, sikapnya, reaksinya salah. Bukannya menerima dan berbaik sangka pada Allah, tapi mereka merasa dihinakan. Mereka beriman ditepian. Saat "senang" mereka beriman, saat "sedih", mereka tidak beriman.


Beriman di tepian itu ada dua jenis. Yang kedua, Ustadz[1] menceritakan kisah tiga orang, orang buta, orang yang botak, dan orang yang memiliki penyakit kulit. Saat kondisi tersebut, ketiganya beriman, sampai kemudian malaikat datang dan memberikan nikmat kesembuhan dan harta. Yang buta jadi bisa melihat, yang botak jadi tumbuh rambutnya, dan yang berpenyakit kulitnya jadi sembuh. Diberikan juga harta berupa sapi yang bunting, unta yang bunting dan kambing yang bunting. Yang sudah pernah mendengar cerita ini pasti sudah tahu cerita akhirnya ya. Dua orang beriman di tepian, ujian "kesenangan" membuat mereka lupa pada Allah. Hanya orang yang tadinya buta, kemudian dapat melihat yang memiliki iman yang benar.


Dari kisah itu, kita tahu ada dua jenis orang-orang yang beriman di tepian. Jenis pertama yang diuji "kesenangan" beriman, kemudian saat diuji "kesedihan" imannya jatuh. Jenis kedua, sebaliknya, saat diuji "kesedihan" beriman, kemudian saat diuji "kesenangan" imannya jatuh.


Padahal harusnya, mereka yang imannya benar, mau diuji kesenangan atau kesedihan, maka imannya tetap. Tetap di sini bukan berarti tanpa gejolak. Karena kita tahu, iman itu naik turun. Naik karena ketaatan dan turun karena maksiat. Akan ada saat iman bergerak naik turun, mungkin saat diuji kesenangan, mungkin saat diuji kesedihan. Tapi mereka yang benar imannya, akan terus berusaha agar iman yang fluktuatif itu tidak jatuh hingga melewati batas tepian. Mereka ingin menjadi orang-orang yang beruntung, yang bersyukur dan bersabar, sehingga saat senang maupun sedih mereka tetap mendapatkan kebaikan.


***


Pertanyaannya, dimanakah diriku? Apakah aku termasuk mereka yang beriman di tepian?


Aku.... aku takut aku justru lebih buruk dari itu semua. Rasanya, aku masih saja ga lulus ujian kesedihan. Dan rasanya, aku masih saja ga lulus ujian kesenangan. Aku takut... Tapi aku gak boleh menyerah kan? Tapi aku... gak boleh berhanti karena satu dua kegagalan kan?


Karena Allah membuka begitu banyak kesempatan. Aku bisa terus dan terus mengikuti ujian, meski berkali-kali gagal. Allah akan memberikan tingkat kesulitan ujian yang pas untuk diriku. Aku cuma harus terus belajar, berusaha dan berdoa. Semoga bisa lulus satu demi satu soalnya. Baik ujian "kesenangan" maupun "kesedihan".


Aku... bahkan diperbolehkan mengadukan rasa khawatir, rasa sedih, rasa sulit dan berat yang aku rasakan padaNya. Dan Allah tidak pernah bosan mendengarkannya, meski hamba yang mengadu di hadapaNya begitu hina. Allah always near, He always listens.


Aku... bahkan dibolehkan untuk bekerja sama dengan peserta ujian yang lain. Saling mengingatkan untuk stay on track, untuk berjalan di atas kebenaran. Ya, kita diperbolehkan untuk bekerjasama di ujian ini, saling mengingatkan untuk bersabar dalam menyelesaikan tahap-tahapan soalnya. Tiba-tiba keinget pelajaran kalkulus atau fisika. Untuk nyelesaiin rumusnya, butuh berbagai tahap, kadang ada 3 atau bahkan empat. Satu soal, berlapis. Satu jam haha. Pengalaman itu... sekarang bisa ketawa saat mengingatkan. Padahal dulu saat ngalamin, rasanya gak karuan haha. Alhamdulillah Allah kasih kesempatan ngerasain masa itu. J


Anyway. kamu... kamu Bell. Seburuk apapun kondisi imanmu, jangan menyerah. Don't give up on yourself. Bismillah. Bisa in syaa Allah. Take a step, even just a baby step. It's okay.


Banyakin doa. Allahumma inna nas-alukal huda wattuqa wal ghina wal 'afaf. Aamiin.


Keterangan:

[1] aku lupa, tapi kemungkinan Ustadz Syafiq Riza Basalamah atau Ustadz Oemar Mita.

Friday, October 15, 2021

Let me hide for a moment

October 15, 2021 0 Comments

Bismillah.


Aku ingin sembunyi, dari siapa? Entahlah, dari diriku sendiri.


Karena aku ingin menulis bebas, tanpa ketakutan untuk dibaca sosok lain selain diriku dan Allah. 


Lama gak nulis di sini. Karena aku tahu, apapun yang kutulis bisa menjadi pedang yang akan menebasku sendiri.


Ya, aku takut menulis, karena tekoku saat ini sedang dipenuhi racun, dan cairan kotor dan menjijikkan. Atau... jikapun yang keluar adalah air murni, karena ada filter di mulut tekonya. tetap saja, tidak sehat untukku. Tekonya harus benar-benar kukosongkan, kubuang airnya, kemudian kucuci bersih. Pertanyaannya, bisakah aku membersihkannya?


***


Let me hide for a moment. Setidaknya aku sekarang berhenti dan bukannya berlari. Aku... butuh waktu untuk benar-benar muncul dan menghadapi yang harus dihadapi.

Monday, October 4, 2021

Jangan Tinggalkan Dzikir

October 04, 2021 0 Comments

Bismillah.

-Muhasabah Diri-



"Janganlah kau tinggalkan zikir karena ketidakhadiran (hati)mu padanya. Berapa banyak zikir yang tidak ada kehadiran (hati) di dalamnya menghantarkanmu pada zikir yang ada kehadiran (hati) di dalamnya."


#daribuku At Tibyan - Imam An-Nawawi, Ummul Qura

Allahua'lam. 


A Look Back

October 04, 2021 0 Comments
Bismillah.

-Muhasabah Diri-

Menilik ke belakang, menemukan kebodohan di masa lalu. Betapa masalah sederhana bisa mudah diselesaikan. Tapi hanya karena tidak tahu cara meminta bantuan, jadi lebih rumit.

Menengok ke belakang, menemukan keegoisan diri, menunda-nunda, hanya melakukan apa yang dimau. Tidak melihat pada kewajiban dan tanggung jawab.

Melihat ke belakang, betapa kabut membutakan mata, tidur dan tenggelam.

***

Menilik, menengok dan melihat ke belakang. Kemudian membandingkannya dengan saat ini. Bertanya-tanya, adakah perubahan? Sudahkah? Sedikit tumbuh?

Menilik, menengok dan melihat ke belakang. Kemudian membandingkannya dengan saat ini. Bertanya-tanya, belajarkah dari kesalahan lalu? Sudah lebih mudahkah? Atau masih merasa sulit di hal-hal yang sama? Sudah lebih sadarkah? Atau masih buta, tidur dan tenggelam?

***

Maukah kamu menjawab dengan jujur?

Adakah yang mau membantu menjawab?

Bagaimana jika jawabannya menyakitkan? Bagaimana jika... masih di sana, tak beranjak meski satu inchi?