Follow Me

Monday, April 26, 2021

Omongan Manusia Itu...

April 26, 2021 0 Comments
Bismillah.

Aku sedang memikirkan ulang bagaimana sebuah kalimat sederhana yang tidak bermaksud untuk melukai, seketika memicu emosi. I was too reactive TT

Menilik ulang kalimat itu membuatku sedih, karena aku tahu jika dirunut ulang, kesalahannya ada pada diri. Kurangnya komunikasi, kesalahan di masa lalu. Hmm.. Baru saya aku hendak terhanyut oleh sisi emosionalku,

Suara khas Ustadz Nuzul Dzikri di radio menjadi perantara, pesan yang mungkin ingin Allah antarkan ke diriku.

"Omongan manusia itu jangan ditadabburi. Yang seharusnya ditadabburi itu ayat-ayat Quran", seketika senyum terhias, kecil memang, tidak lebar, tapi pesan itu manis masuk ke telinga, dan semoga menetap lama di hati dan otak.

***

Jadi Bel, kalau itu omongan manusia, jangan ditadabburi. Cukupkan dengan khusnuzhzhan. Toh kamu tahu persis, bukan itu maksudnya. Sungguh tidak ada niat melukai.

Aku saja, yang terlampau sensitif dan reaktif. Seharusnya bisa menjelaskan dengan tenang, bahwa "aku tidak sedang bermain,"

Jadi Bel, perbanyak tadabbur ayat-ayat Quran saja. Ayooo.. Kapan nulis tadabbur lagi? (:

***

Terakhir, it's okay to cry. It's okay to be sensitive. But you must also try to hold your emotion. Bukankah kamu sedang berpuasa? Bukankah puasa melatih ketakwaan? Dan bukankah salah satu ciri orang yang bertakwa adalah wal kazhiminal ghoizh.

ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَـٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

Baca juga : Tentang Takwa

Semangaat^^ Semoga Ramadanmu dipenuhi keberkahan dan kebahagiaan 🌻🌻 Aamiin.

Allahua'lam.

Sepotong Cerita yang Bersambung

April 26, 2021 0 Comments
Bismillah.

Qadarullah, aku membaca sepotong cerita, tertulis kata (Bersambung...).

Mungkin premis ceritanya, atau... karakter di dalamnya, tapi tulisan itu, membuatku banyak berpikir sendiri, berusaha melupakan, lalu teringat lagi.

Sampai pagi ini, terlintas pikiran liar, 'Should I dm the writer?'

Rasanya ingin memberitahunya,

***

Aku tahu itu hanya cerita fiksi, tapi meski begitu... Aku ingin seseorang mengatakan pada karakter di cerita itu, atau seseorang yang menjadi inspirasi kisah fiksi tersebut,

I hope he'll find his way, to overcome the complicated things he's going through all of his life till now.

I hope he knows, that there's a difference between opening up to ask for help, to find a solution. And opening up to everyone because he decided to give up.

Cause for me, sometimes Allah decided to covered it up for oursakes. And we pray and try to keep it covered it up, hoping when "That Day" comes, Allah will erase it all. Cause HE counts how many times we fall and stumbling, struggling to overcome that. And HE knows, how much fear, sadness, anxiety, in your heart.

Satu lagi, semoga ada yang meyakinkan pada karakter di cerita bersambung tersebut. Bahwa akan ada yang bisa menerima keadaannya, dan menggandeng tangannya, bersama berjalan menuju keridaan-Nya. Karena tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada. Dan sekalipun terkadang kita merasa menjadi makhluk terburuk di muka bumi... Sesungguhnya ada cahaya dan kebaikan di hatimu, sehingga hingga detik ini, Allah menjagamu, Allah melindungimu, dan Allah selalu, selalu mendengarkanmu.

***

Pesan itu, mungkin tidak akan pernah terkirim. Aku terlalu takut pada kemungkinan konsekuensi jika pesan itu terkirim.

Aku takut, aku terlalu sok tahu.
Bahwa aku terbawa arus empati yang salah alamat.
Atau aku tenggelam dalam sisi percieving-ku.
Aku takut kalimatku menjadi pisau dan bukan permen.

Aku lebih memilih menulis di sini, dan melakukan hal lain. Ini Bulan Ramadan bukan? Dimana doa-doa segera diijabah.

Semoga aku salah menerka. Semoga Allah melindunginya. Semoga ia menemukan dirinya lagi. Dan semoga Allah memenuhi hari-harinya dengan keberkahan. Aamiin.

Thursday, April 22, 2021

3 Buku "Merah Jambu"

April 22, 2021 0 Comments
Bismillah.

Alhamdulillah aku sudah menyelesaikan baca tiga buku yang warna covernya bukan merah jambu. Tapi isinya sedikit banyak menyinggung topik yang katanya sih warnya pinky gitu. *sejak kapan cinta itu merah jambu? Wkwkwk.

Oh ya tulisan dibawah ini bukan review buku, hanya aliran rasa setelah membaca tiga buku "merah jambu"

1. Menentukan Arah

Sejak awal membaca buku ini, aku jadi banyak bertanya pada diri, "Apa memang sekarang sudah saatnya aku menentukan arah? Terutama tentang ini?"

Buku menentukan arah banyak mengingatkanku tentang esensi pernikahan yang bukan sekedar momen untuk terbebas dari tekanan sosial yang punya standar "seharusnya usia segini sudah menikah".

Tiap babnya sederhana, makna yang diberikan membuka lagi perspektif diri, agar jangan terpaku pada penampakan saja, tapi coba gali maknanya. Buku ini sebenarnya bisa dikebut bacanya, tapi banyak hal yang membuatku memilih baca pelan-pelan saja.

Di halaman-halaman akhir ada banyak quotes pendek. Tapi favoritku justru bukan quotes dari penulis, tapi quotes dari Mba Mutia Prawitasari,

"Berterimakasihlah, kepada yang pernah datang dan mengetuk pintu hatimu. Dia adalah orang baik yang mau memperjuangkanmu bahkan saat kamu tidak percaya kamu layak diperjuangkan.

Berterimakasihlah kepada yang melepaskanmu. Dia adalah orang baik yang tak ingin terus berdiri di depan pintu dan menghalangi yang kelak membukanya."

Oh ya, ada satu lagi. Pengingat dari Mba Apik bahwa baik masih sendiri maupun sudah berkeluarga, masing-masing individu sejatinya sama-sama sedang berjuang, meski di ranah dan zona yang berbeda.

2. Reem

Sebuah novel. Tentang perempuan keturunan Palestina. Hal pertama yang menarikku membaca novel ini, penulisnya, kedua kata "palestina".

Setting ceritanya mayoritas di Maroko, meski beberapa bagian cerita ada juga yang berlatarbelakang Indonesia, Spanyol, juga Palestina.

Gatau kenapa bingung mau nulis apa, takut ngasih spoiler hehe.

Saat membaca Reem, aku belajar berempati bagaimana Reem menghindari Kasim. Atau bagaimana Reem bersikap dingin dengan pertemuan tak terduganya dengan dokter Salman Aziz di Jardine del Triunfo.

Kalau hatinya belum terpatut ke Kasim, aku pikir momen di Jardine del Triunfo bisa jadi pintu pembuka untuk kisah Reem dan dr. Salman.

Plot twist di tengah sejujurnya begitu membuat kaget, aku sampai tidak tahu apakah aku menyukainya atau gak. Tapi lepas dari plot twist, aku suka bagaimana aku melihat sisi lain karakter Alya. Bagiku, Alya jauh lebih dewasa menyikapi situasi tersebut ketimbang Kasim.

Meski banyak berkutat tentang cinta, novel ini menawarkan konten sejarah, pemandangan maroko yang tergambar lewat diksi yang ciamik. Lewat buku ini aku jadi penasaran tentang sejarah Abdurrahman III. Mungkinkah kalau nama lainnya yang disebut, aku bisa sedikit lebih meraba? Bagaimana ia terasing lalu membangun peradaban unggul?

Ending novel Reem meski terkesan "selesai", aku akan dengan senang hati membaca season 2-nya. Aku ingin tahu bagaimana dua muslimah Alya dan Reem menjalani hidupnya.

Oh ya, dari Reem aku belajar untuk lebih semangat lagi menghafal dan murajaah Quran. Beberapa kali ditunjukkan bagaimana Reem menghabiskan malamnya untuk membaca/murajaah Quran. Kagum juga, bagaimana Reem berusaha menjaga wudhu meski kondisinya tidak lagi semudah dulu.

(lanjutan quotes di gambar)
...Rasulullah di tengah hiruk pikuk yaumil akhir. Seperti apa suaranya di tengah padang Mahsyar?

3. #❤ (Rules of Love : Panduan Cinta No Baper-Baper Club)

Buku "Merah Jambu" ketiga yang baru saja aku selesaikan hari ini.

Berbeda dengan buku Serial Cinta yang lebih filosofis dan islami.

Buku ini gak fokus tentang haram-nya pacaran atau bagaimana kita harus menjaga batas-batas pergaulan.

Fokusnya sesuai judul. Bahwa ada hal-hal yang rules general dalam mencintai, diantaranya:

#1 Don't be afraid to fall (deeply) in love
#2 Ask yourself
#6 Be authentically yourself
#7 Be-you-tiful
#11 Don't wait
#12 Be present
#15 Be devoted
#17 Don't cheat
#18 Keep moving on
#19 Forgive (yourself)
#20 Don't forget

Yang paling sesuatu bagiku rules 11, don't wait ^^

Salut sama penulis yang pernah menjadi pejuang #Teladan Khadijah.

Mba Esty mengungkapkan,

"Meski tidak berakhir indah, saya tidak menyesal menjadi bagian pejuang #TeladanKhadijah itu. Rasanya menemukan tujuan untuk pertama kali dan keberanian berjalan menujunya jauh lebih spesial daripada fakta bahwa ternyata kamu salah alamat."

Aku juga suka quotes dari bahasan rules #19.

Ini jugaa....

"The truth is, unless you let go, unless you forgive yourself, unless you realize that the situation is over, you cannot move forward" - Steve Maraboli

***

Sekian tentang tiga buku "merah jambu" yang baru-baru ini selesai kubaca.

Dulu, aku biasa menghindar menulis atau membahas tentang ini. Kecuali sama temen deket ya, itumah biasanya tanpa diundang pun, tahu-tahu topik ini selalu muncul. Hehe.

Sekarang, gatau kenapa rasanya udah pas dan tidak mengapa membahas tentang ini. Aku bahkan sempat kepikiran untuk menulis kumpulan fiksi atau opini terkait ini.

Seperti kata banyak orang, bahasan tentang cinta gak ada habisnya.

***

Terima kasih @menjadi.arketipe dan iPusnas yang jadi support system proses membaca ketiga buku ini.

Terakhir, pertanyaan untuk pembaca, jika diminta memilih tiga buku "merah jambu", buku apa saja yang terlintas? Boleh tulis judul dan penulisnya di komentar ^^

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Friday, April 16, 2021

Nickname

April 16, 2021 0 Comments
Bismillah.

*warning* gakpenting, curcol semua

***

Ramadan ini alhamdulillah ketemu orang-orang baru. Dapet banyak hikmah berinteraksi dengan banyak orang meski cuma via online.

Dan beberapa orang memberiku nickname baru. Trus jadi ingin kutulis di sini.

Jika boleh memilih, aku ingin orang-orang memanggilku "Bella" saja. Sama seperti semua orang yang mengenalku sejak kecil.

Atau aku pun tidak masalah, jika ada yang memanggilku "Isabella". Itu namaku, bahkan aku tidak pernah tersinggung saat ada yang bernyanyi dengan nama itu. Sudah terbiasa sejak kecil, dan aku biasanya cuma senyum saja. Nama "Isabella" itu nama depan, jadi wajar jika yang baru mengenalku memanggilku begitu. Meski akhirnya, biasanya banyak yang menyerah dan bertanya biasanya dipanggil apa hehe. Isabella, nama dengan 4 suku kata itu terlalu panjang, dan beberapa orang mungkin merasa nama itu tidak cocok dengan image-ku. Tapi aku sukaa nama Isabella. Aku suka menjadi sosok yang misterius dan tak mudah ditebak. Aku suka melihat reaksi guru saat membaca nama untuk mengecek tiap siswa. Dan saat memanggil namaku, dan aku mengangkat nama, raut wajah herannya menjadi hiburan tersendiri bagiku.

Dan tentu, aku suka dipanggil "Kirei". Kata itu selalu terdengar dan terbaca manis. Aku hampir selalu tersenyum saat ada yang memanggilku kirei. Beberapa teman dekat, yang sebenarnya biasa memanggilku Bella, juga kadang menggunakan nama Kirei saat nama tak menyapa. ^^

Satu lagi, nama panggilan yang entah mengapa punya tempat sendiri di hatiku. "Isa", ya sama seperti nama Nabi Isa ibn Maryam.

Fisika Dasar 2, kalau aku tak salah ingat. Pak Toto, dosen yang terkenal strict itu selalu ketat masalah kehadiran. Setiap kelas, tidak pernah tidak, selalu memanggil 100-an mahasiswa dikelasnya dan mencentang yang hadir. Ia bahkan terlihat mulai menghafal wajah dan nama kami di akhir semester. Terlihat dari beberapa nama yang hanya ia gumamkan, kemudian tangannya bergerak menandai daftar hadir tanpa benar-benar menoleh ke arah mahasiswa yang tangannya terangangkat tangan tinggi.

Saat itu dikelasku ada dua "Bella" dan nim-ku berada di bawah Bella satunya, yang nama lengkapnya aku lupa >< kayanya sih Farabella. Tapi aku gak yakin hehe.

***

Selain itu ada beberapa nickname lain, yang sebenarnya aku tidak suka mendengar maupun membacanya.

Tapi entah ini sisi introvert, atau entah mengapa. Aku enggan memberitahu orang-orang terkait yang terus memanggilku dengan nama panggilan itu.

Belski, atau yang baru-baru ini kudengar Ibel.

Aku masih belum bisa meralat, atau menyatakan ketidaknyamananku. Aku cuma bisa menulisnya di sini.

Btw, aku jadi ingat, ada satu lagi. Aku tidak masalah dipanggil Bellz, with z. Ada satu orang yang kadang menyapaku seperti itu. Dan nama itu adalah nama yang kugunakan di email pertamaku. Bellz_kirei@yahoo.co.id

Emailnya masih kugunakan di tumblr, meski gak pernah kutengok inboxnya. Email tersebut adalah awal mula dari nama pena Isabella Kirei yang kini seolah menjadi identitas baru bagiku. Karena bisa dihitung jari orang yang tahu dan hafal nama lengkap asliku.

Terakhir, jika ada yang membaca sampai akhir. Apakah kamu punya banyak nickname? Yang mana yang pling kau sukai? Atau yang tidak kau sukai? Bisakah kau mengoreksi orang yang memanggilmu dengan nama yang tidak nyaman kau dengar dan kau baca? Jika iya, mungkin kau bisa mengajariku caranya. Hehe

Sekian. Kesimpulannya, just call me Bella.

***

PS: tetiba teringat seseorang yang memanggilku anty. That person never calls my name, and it sounds so weird cause no one ever call me that.

Meski sekarang aku suka dipanggil Aunty oleh Tsabita dan Arkan. Tapi kaaan.. Itu bedaaaa wkwkwk.


Thursday, April 15, 2021

Disimpan Agar Inget

April 15, 2021 0 Comments
Bismillah.

Beberapa hal yang ingin kusimpan, catatan untukku.

1. Sesi tanya jawab sebuah forum. Ada yang merasa takut akan 'dosa' kehilangan, sehingga ia memilih untuk tidak segera meraihnya. Kemudian dijawab, itu namanya menyerah sebelum mencoba >< Porsi kita adalah berusaha sebaik mungkin, nanti Allah yang jaga. Allah yang jaga. Maka berusahalah meraihnya, semoga Allah mudahkan proses menjaganya, agar tidak hilang, agar tidak menjadi dosa.

2. Halaqah Maryam. Salah satu penjelasan dalam tafsir Al Waqi'ah. Disebutkan cerita tentang dingin yang begitu menusuk, sehingga seorang berdoa dengan satu tangan. Kemudian saat ia tertidur, ia bermimpi. (Rasanya kelu untuk melanjutkan)

Intinya, kamu Bel! Ini harus diperbaiki!! If you really want barakah, keep your adab and akhlaq right.

****

PS: dua kali. Karena settingan default aplikasi blogger, mengira blog magic of rain sebagai betterword. Wkwkwk.

Wednesday, April 14, 2021

Membaca di Aplikasi iPusnas

April 14, 2021 0 Comments
Bismillah.

Bismillah.

Aplikasi iPusnas didesain agar kita tidak bisa mengambil screenshoot, cara untuk menjaga terjaganya hak buku agar tidak disebarluaskan dengan cara yang salah.

Sejak itu, aku jadi memulai lagi mencatat kutipan di kertas. Memegang pena lagi, mengeja tiap kata dan menuliskan ulang. Setelah sebelumnya aku lebih nyaman menggunakan fasilitas SS dan kamera untuk meng-capture quotes dari buku bacaan.

***

Beberapa yang kusalin dari Novel Reem, karya Sinta Yudisia.

"Walaupun, bila membaca shirah Nabawiyah dan shirah Shahabiyah, seolah tidak mungkin manusia semacam itu pernah hidup memijak tanah.

Namun siapa yang dapat menjadi role model di saat manusia menghadapi masalah pelik?

Berkaca pada Khadijah dan Fatimah adalah menduplikasi ketahanan mental hingga mampu menghadapi kejadian paling ekstrem sama sekali pun.

Berguru pada Aisyah adalah bersikap teguh ketika isi dunia berpaling dan satu-satunya sandaran hanya Tuhan Pemilik Langit dan Bumi.
.
.
.
.
Jikalau Aisyah tidak percaya pada Allah memasangkan awal dan akhir, pangkal dan ujung, bagaimana mungkin beliau dapat mengatasi tuduhan-tuduhan keji?"

- Sinta Yudisia, dalam novel Reem

***

Sejak bertemu "konflik utama" di Reem. Tanpa sadar aku mempercepat ritme bacaku. Dan aku menemukan keindahan bagaimana belajar dari karakter di dalamnya. Saat diterpa ujian, dipojokkan oleh masalah, mereka kembali pada-Nya. Dan itu digambarkan dalam kata-kata yang bercerita.

Aku yang tadinya tidak begitu respect pada sosok Alya di awal buku Reem, tiba-tiba menjadi jatuh hati.

***

"Bila tidak ingin direndahkan penduduk Bumi, siapapun - termasuk *hidden to avoid spoiler* - maka berkelanalah di langit. Menghidupkan malam dengan shalat dan bacaan Quran.

Malam demi malam, Alya habiskan dalam munajat. Meletakkan dahi sejajar dengan tanah, menempelkan kepala di tempat sujud.

Ketika otak tidak mampu berpikir, biarkan Allah yang membantu memecahkan rumusnya."

- Sinta Yudisia, dalam novel Reem

***

Aku dibuat menyadari, bahwa terkadang cerita fiksi, karakter fiksi bisa memberikan contoh yang menggerakkan hati pembaca.

Maka itulah bahayanya cerita-cerita fiksi yang bisa menjadi contoh buruk, mengajarkan hal-hal yang keliru atau bahkan salah pada pembaca.

Aku bersyukur membaca Reem di bulan Ramadan ini. Aku seolah diingatkan lewat sosok Reem, tentang hal-hal yang aku lupakan. Semoga lesson learned-nya berbuah amal.

Aku belum selesai membaca Reem, dan aku berharap banyak membaca tentang palestina, sesuatu yang di awal banyak dibahas, tapi kemudian sempat menguap di tengah. Meski sebagian diriku ingin menegur, "Hei Bella.. Kalau mau serius baca tentang palestina, jangan cari cuma di satu buku fiksi!!"

Nanti.. Aku coba cari deh di iPusnas ^^

Terakhir, membacalah. Tengok buku-buku disekitarmu. Atau baca ebook, tapi hati-hati, jangan langgar hakcipta ya. Atau ke perpus, ah.. Aku rindu pergi ke perpustakaan. SRC, perpus di gazibu, perpus spendha purwokerto, perpus smansa purwokerto, juga perpus mini yang cuma berupa lemari kaca kecil di masjid ulba smansa.

Selamat menjalani bulan Ramadan. Semoga hari-harimu dinaungi keberkahan, diisi dengan kegiatan produktif, dihiasi dengan doa-doa yang terbang ke langit tinggi.~ Aamiin.

Allahua'lam.

Sunday, April 11, 2021

Merasa Tidak Siap Bertemu Bulan Ramadan?

April 11, 2021 0 Comments

Bismillah. Terjemahan bebas dari tulisan Syaikh Yasir Qadhi.



*Merasa Tidak Siap Bertemu Bulan Ramadan?*


Hitungannya tinggal dua atau tiga hari menuju awal Ramadan, wajar jika sebagian dari kita merasa tidak siap. Bukannya merasa senang akan kehadiran Ramadhan, setan justru membuat kita merasa bersalah. Dan rasa bersalah ini digunakan setan untuk menggiring kita agar merasa putus asa, bahkan sebelum memasuki bulan Ramadan.


Muslim: putus asa adalah salah satu taktik setan. Jangan merasa hopeless, jangan merasa ruhiyah kita sudah kacau, jangan berputus asa. Setiap orang berada di level yang berbeda, dan selama kita berusaha melakukan lebih di Bulan Ramadan daripada bulan lainnya, itulah kebaikan. Itulah bukti positif keimanan kita.


Ya! Kita harus membuat target yang tinggi! Dan kita semua berharap bisa khatam Quran beberapa kali, bangun shalat malam 2-3 jam setiap hari, dan berpuasa dengan level kesadaran penuh sepanjang hari!


Tapi di saat yang sama, jika hal tersebut tidak terjadi, dan kita menemukan diri kita kesulitan untuk shalat tarawih setiap hari. Atau puasa seolah hanya rutinitas. Bahkan jika itu yang terjadi, lakukan apapun yang kita bisa, naikkan standarnya "satu level" dari yang biasa kita lakukan di luar Ramadan.


Usahakan khatam membaca Quran minimal satu kali, dan jika tidak bisa, upayakan membaca Quran setiap hari.


Usahakan shalat malam panjang setiap hari, tapi jika tidak bisa, upayakan shalat sunnah lebih banyak dari kebiasaan kita di luar bulan Ramadan.


Poinnya adalah kita menunjukkan pada Allah bahwa kita menghargai bulan Ramadan dengan melakukan usaha lebih, dan berdasarkan besarnya usaha yang kita lakukan, Allah akan memberikan kita pahala.


Melakukan beberapa usaha jauh lebih baik daripada tidak berusaha sama sekali. Ingatlah bahwa amal shalih yang paling dicintai Allah adalah amal yang terus menerus, meskipun sedikit.


Jadi, mari konsisten, lakukan amal shalih extra selama bulan Ramadan, dan jangan putus asa terhadap rahmat Allah.


Ingatlah, kita tidak diampuni karena amal shlih kita, tetapi karena kasih sayang Allah. Dan rahmat Allah meliputi seluruh makhluk-Nya. Lakukan apa yang kita bisa dan berdoalah meminta rahmatNya.


Semoga Allah menaungi kita semua dalam rahmatNya di bulan Ramadan ini.


***

 

(Maaf kalau terjemahannya agak kacau)

(Baca versi aslinya aja ya? Hehe)

 

***


Not Feeling Ready for Ramaḍān? by Yasir Qadhi


With the countdown begun, and barely two or three days for the beginning of the month, it's natural for some of us to feel unprepared. Rather than being excited, Shayṭān comes and makes us feel guilty. And that guilt is then used to bring about feelings of despair, even before the month has begun! 


Muslims: despair is one of the tactics of Shayṭān. Never despair, never feel spiritually gone, never give up. People are at different levels, and as long as we do more in Ramaḍān than we do outside of Ramaḍān, that in itself is good, and the most positive sign of faith. 


Yes, we aim high! And we all hope that we can finish multiple khatms of the Quran, and pray 2-3 hours every night, and fast with the level of consciousness that we should all have throughout the day!


But at the same time, in case that doesn't happen, and we find ourselves struggling to pray tarawih every night, or the fast becomes somewhat of a routine, even then, do what you can, and strive to raise the bar just a bit. 


Try to finish at least one khatm this month, but if you fall short, at least read something of the Quran every single day. Try to pray long prayers every night, but in case you can't, at least pray something extra that you do not pray outside of Ramaḍān. The point is that we show Allah we appreciate this month by doing something extra, and based on how much we put in, rewards will be given. 


Some effort is infinitely more beloved to Allah than no effort. And remember, the most beloved of all deeds to Allah is that which is consistent, even if it is small. So be consistent, and do extra deeds throughout this month, and do not despair of the mercy of Allah. Remember, it's not your actual deeds that will forgive you, it is Allah's mercy, and Allah's mercy encompasses all of the creation. Do what you can, and then ask Allah for His mercy.


May Allah envelope all of us in His Mercy during this month!


https://www.facebook.com/19667888299/posts/10158693065673300/