Follow Me

Friday, March 11, 2011

Horison Biru

March 11, 2011 0 Comments
Aku terbatuk, membiarkan keheningan ini pecah. Walau sejenak. Setidaknya ada suara yg terdengar. Setidaknya aku masih hidup, walau ruangan ini seperti mati. Jangankan suara manusia, dentang jam pun seolah lenyap ditelan kesunyian. Di hadapanku terbentang horison biru yang luas, yg menanti gerakku. Dan aku? Entah mengapa aku memilih tuk diam dan membatu, mengamati indahnya menari dan berlari dalam benakku. Ahh.. Aku pasti sudah gila.

Di belakangku awan hitam menggulung, memuramkan angin, membuatnya berputar tak tahu arah. Cepat. Cepat. Dan menyingkirkan segala. Belum lagi kerlap-kerlip yg sesekali memerangi langit di belakangku, dan suara menggelegar yg menciutkan hati. Tak berani kutolehkan wajahku ke belakang, tak jua berani berlari ke depan.

Semua ini seperti buah simalakama. Kau tahu? Buah yg wujudnya saja belum pernah kulihat. Paling tidak, aku tahu itu bisa menggambarkan keadaanku. Tak tik tak tik. Ah! Senyumku menyeruak, suara itu! Suara itu! Itu suara dentang jam tanganku, yg kukira sudah lelah berputar. Aku pasti belum gila, aku pasti belum gila! Dan entah dari mana gelora ini menyala, dan aku tak terbakar tapi merasakan hangatnya.

Tik tik tik. Ah! Suara itu! Senyumku kembali mengembang. Aku menghadapkan tubuhku ke belakang, dan dapat kulihat air surgawi berjatuhan dari langit. Basahi bumiku. Sejukkan hatiku. Aku mengedipkan mataku berkali-kali, lalu tertawa. Ini bukan mimpi, bukan mimpi! Dan aku mulai menari dalam riuh hujan, tak peduli deru angin dan kilat yg menyambar-nyambar. Dan aku mulai berlari, menuju horison biru yg terbentang luas di sana. Tak kupedulikan basah kuyupku, aku tahu sang mentari sedang menanti di sana. Tuk hangatkan aku. Tuk warnai langitku dgn pelangi.

31.01.11
Keep fighting! _love YOU so :)_

Friday, March 4, 2011

Stay Strong

March 04, 2011 0 Comments
Bismillah.

stay strong
Aku menulis ini, khusus untuk Eyangku tercinta. Untuk ia yang senyumnya begitu menyejukkan hati. Ada banyak hal yang ingin aku ceritakan tentang Eyangku.

Kau adalah satu-satunya orang yang measih menganggapku seperti bayi. Dan anehnya, aku menikmati itu. Aku ingat, bagaimana kau memaksaku untuk makan, dan marah-marah hingga aku akhirnya mengambil piring untuk makan. 

Every word you say is an advice. Harus ini... Jangan itu... Harus itu.. Jangan ini... Dan aku yang mendengar hanya mengangguk sekenanya dan menimpali, "Iya, Mbah..." sekenanya pula. Sampai kau sadar, dan berkata, "Jangan iya-iya tok", haha :) dan aku, dengan nakalnya sekali lagi cuma berkata, "iya Mbah.."

I miss that moment, saat kau menciumku tiap kupamit pulang. A moment, saat kau memberiku puluhan nasihat yang cuma kutimpali dengan kata "ya". Saat aku menolak untuk makan dan membuatmu makin mengoceh. Dan saat kau kau mengusap lembut kepalaku sambil berkata, "Kau seharusnya jadi model shampo". Atau saat kau mencak-mencak melihat rambutku dipotong pendek... Som much sweet memories. Too much.

Dan aku sungguh tak tega melihatmu sekarang terbaring lemah di kasur. Sedih, melihatmu merintih kesakitan. I need to see your smile :) So stay strong! Allah sedang mengampuni dosa-dosamu, Stay strong!

Get wee soon.. cause I don't want to see you sick.

Allahua'lam. 

***

PS: Disalin ulang di sini pada tanggal 24 Oktober 2016. Saat ini Embah udah dipanggil menghadapnya, tepatnya pada tanggal 7 September 2015 lalu. Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya, dan memberikannya tempat terbaik sembari menunggu hari penimbangan. Semoga kelak kami dipertemukan kembali di Jannah-Nya. Aamiin.

Just a Kid

March 04, 2011 0 Comments
Bismillah.

i'm just a kid

Ini adalah yang pertama kalinya kita berbeda pendapat, sejauh ini. Selama ini. Aku seolah kehilangan arah, diliputi ketakutan karena biasanya kau turut mendukungku. Aku sendiri, langkahku goyah. Dan hujan tak dapat lagi terbendungkan, saat kukira I have lost it.

Kau datang memberiku payung, dan bertanya mengapa hujan turun begitu deras sesiang ini. Aku cuma bisa terdiam. Enggan membahasnya. Entah angin apa yang membawamu kesini siang itu, saat aku jujur sedang tak mau seorang pun mendekat karena aku sedang dikepung hujan. Kau bacakan aku sebuah kata mutiara, dan aku... aku hanya terdiam dan terkaget dalam hati, karena kau seolah tahu apa yang membuat hujan itu turun sesesiang ini.
"Jangan pernah menghalangi diri sendiri"
Ah. Sungguh mengena. Tapi aku hanya diam dan masih tergugu. Sekali lagi kau mengejutanku saat tiba-tiba kau bacakan sajak Khalil Gibran kepadaku. Entah apa maksudmu, aku tahu kau ingin hujan siang itu mereda. You keep me questioning myself, cause poems is rare in your dictionary. But you read it for me.
Kita masih batu pada pendapat masing-masing. Hanya kau tak berusaha menampakkannya. Tak ada lagi obrolan seru kita, karena aku lebih suka menghindar darimu. Bukan apa-apa. I just don't want to be hurt that way.

Kau tahu? Aku baru menyadari... I will always agree with your opinion, I'll pick what you take, I'll choose what you point at. I'm just a kid, who always act like a kid. Do what you tell me not to do, and leave what you tell me to do.

***

PS: Diketik ulang, didigitalisasikan tanggal 24 Oktober 2016. Kata pengganti kedua, adalah untuk Ayahku, yang saat itu, aku dan dirinya sedang berbeda pendapat. Perbedaan pendapat tentang apa? Hehe, kamu akan ingat kalau membaca ini Bell. Dan bagimu pembaca selain diriku, izinkan aku membiarkan tulisan ini tetap abstrak, hehe *sokmisterius.