Follow Me

Showing posts with label doa. Show all posts
Showing posts with label doa. Show all posts

Wednesday, April 20, 2022

Doa Nabi Ayub

April 20, 2022 0 Comments

#bersihbersihdraft

Bismillah.




Pertama-tama, hiks TT ini harusnya ditulis beberapa pekan kemarin. Tapi qadarullah, salahku juga, aku ga nulis. Jadi SSS NAK Indonesia awal Desember kemarin tuh agak sedikit beda, karena yang dibahas video tanpa subtitle.


udah ada versi subtitlenya -- coba cari aja, dengan keyword "doa nabi ayub" dan "nouman ali khan"

*semoga gak salah nampilin video. Judulnya pakai Nightly Reminder May dan tanggalnya. Seingetku 29.


Yang mau baca english transcriptnya bisa buka link ini.


***


Nabi Ayyub 'alaihi salam berdoa begini, "Inni massaniyadh dhurru wa anta arhamurrahimin


(۞ وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُۥٓ أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ)


Sebelum bahas ke ayatnya, ustadz Nouman terlebih dahulu memberitahu kita keunikan letak ayat ini. Ayat tentang Nabi Ayub ini terletak setelah ayat tentang Nabi Sulaiman. Dua gambaran kisah yang begitu kontras bukan. Nabi Sulaiman 'alaihi salam adalah nabi yang Allah berikan banyak kekuasaan. Sedangkan Nabi Ayub adalah nabi yang Allah uji dengan begitu banyak kehilangan dan juga sakit keras yang membuatnya diasingkan. Keduanya adalah Nabi, dan dari keduanya, kita bisa banyak sekali mengambil pelajaran. Salah satunya, bahwa ketika kita sakit pun, itu bisa menjadi ladang amal kita. Bahwa ujian setiap orang berbeda, dan bahwa dalam dua keadaan yang bertolak belakang tersebut, terdapat rahmat dariNya. 


Ustadz Nouman juga menekankan tentang kondisi psikologis seseorang yang sakit. Saat sakit, kita tidak bisa melakukan hal normal yang bisa dilakukan saat kita sehat. Dan jika sakitnya parah dan lama, kita mungkin akan didera perasaan "tidak berguna". Dan gak ada manusia, yang mau hidup sebagai seseorang yang tidak berguna, yang cuma jadi "parasit". Setiap manusia ingin keberadaannya memberikan manfaat meski hanya sedikit pada orang lain/lingkungan sekitarnya. Manusia butuh merasa bahwa ia berarti, bahwa keberadaanya, hidupnya, bukanlah sesuatu yang sia-sia.


The first thing to note here is, you know, when somebody gets sick, they're not able to do the normal things that other people are able to do, right? So they're not able to maybe go to work anymore. They're not able to go to college or university or study or continue their studies like they used to be able to study. Maybe they can't even drive anymore. Some basic functions that people do.

As a result of that, a person can start feeling that they're useles, right? That they used to be capable of so many things. And now they're capable of nothing. So they're basically a purposeless existence, you know, for, for a man and a woman, Allah put inside of human beings, this difference than animals, for human beings we don't feel fulfilled, even if there's food on the table, even if everything else is okay, if we're not able to fulfill a purpose or be feel like we're productive and something is inside of us, that's missing.

And so the feeling of not being able to do something because you're sick is a very powerful, negative feeling that can weigh on somebody. And really turned them into a pessimist.

- Nouman Ali Khan 


Ya, seseorang bisa menjadi pesimis saat ia merasa menjadi sosok yang tidak berguna. Dan doa Nabi Ayub mengajarkan kita mindset untuk membantu kita melalui masa-masa berat dalam hidup tanpa menjadi seorang pesimis dengan doa ini.

Nabi Ayub memandang sebuah dhurr dengan lensa pengecil. Ia menggunakan kata 'mass' yang artinya slightly touch. 


The word he's using is saying, "I have barely been touched by harm", just strange language. Cause he's basically paralyzed. He should be saying harm has flooded me. It whipped me. It beat me. You know, barabaniyadh-dhurr, you know, qatananiyadh-dhurr, ahlakaniyadh-dhurr, the harm has destroyed me. Harm has killed me. Harm has ruined me. No, no, no harm has barely touched me.

In this, there's a realization from him, that we don't, we don't acknowledge. And that is as hard as my life can be. As hard as things can be, there is much greater harm that Allah prevents from me. And compared to the harm that Allah has prevented from me, this is just barely a touch. Whatever I'm going through in life. This is actually just a touch of what actual harms there can be.

- Nouman Ali Khan


Yang kedua, Nabi Ayub mengenal Allah. Wa anta arhamurrahimin. Dua asma Allah yang ini begitu familiar bagi kita. Tapi seringkali kita lupa maknanya. Di lecture lain, ustadz Nouman menjelaskan bahwa rahim memiliki asal kata yang sama dengan Arrahman dan Arrahim. Bentuk arrahman dan arrahim Allah itu sifatnya 

Seperti janin, dilingkupi kasih sayang sang ibu, diberi asupan makanan, rasa hangat, dan tidak tahu sama sekali hal-hal buruk di luar rahim. Begitu pula kasih sayang Allah. Kita tidak tahu, bagaimana Allah tidak pernah putus memberikan kasih sayangnya, perlindungan dari bahaya yang tidak kita ketahui. Kita tidak tahu, bagaimana Allah menurunkan air hujan, untuk menumbuhkan tanaman, yang kelak dari tanaman itu, kita akan bisa makan. Dan begitu banyak nikmat lainnya, yang gak akan bisa kita sebut satu per satu.

Dan yang terakhir, Nabi Ayub tahu, bahwa sebuah dhurr itu baru benar-benar bahaya, saat itu sudah mulai menyentuh (mempengaruhi) keimanan kita.


There's another powerful realization and that is physical wellbeing, financial wellbeing, social wellbeing are all one thing. But spiritual well being, my relationship with Allah, if this sickness got to a point where I started getting cut off from Allah Himself, that will be the worst thing that could ever happen. That's the ultimate harm. And compared to that harm, this is nothing.

...

He's also saying, "my inability is starting to hit on me." My incapabilities are starting to mess with me. It's starting to affect me and it's touching on me now. And the massa here is not even referring necessarily to his body. It's now starting to affect my heart. My incapability and my incapacity, my weakness, my flaw, is actually starting to affect my heart. And before it gets any worse, he declared something to Allah.

He says, (وَأَنتَ أَرْحَمُ ٱلرَّٰحِمِينَ)

That's the dua. Actually, in this dua, he asked nothing. He didn't ask for healing. He didn't ask for relief. 

- Nouman Ali Khan


***


Satu catatan lagi. Banyak yang mengira doa ini hanya untuk orang yang sedang sakit. Tapi kata dhurr mencakup lebih dari itu.


He said (أَنِّى مَسَّنِىَ ٱلضُّرُّ)

Harm, difficulty. Some kind of calamity has touched me and every one of us is going through some difficulty in life. We're going through some challenges in life. And dhurr can incorporate all of them. Both can incorporate all.


Terakhir, ustadz Nouman mengingatkan bagaimana doa ini istimewa, karena Allah menyebutkan di ayat selanjutnya. Bahwa ini adalah pengingat untuk 'abidin.


And so at the end of this dua, when Allah said, (وَذِكْرَىٰ لِلْعَـٰبِدِينَ). He's talking about all those who will ever worship allah, they should have this in particular, this attitude in particular.

I remind you again, Suratul Anbiya in the eighties. This is 83 and 84. Just remember one thing. Usually when Allah tells us a dua of other prophets, He doesn't at the end say, "and by the way, in this dua, there's a special reminder for everyone". We automatically know it's a special reminder for everyone.

When Ibrahim's dua is there, at the end of that, Allah doesn't say, "and by the way, that's for you also"

When he taught us the dua of Musa 'alaihi salam, at the end, He didn't say, "by the way, that's also, it's not just a story, it's for you also." It's understood.

But when Allah goes out of his way to say (وَذِكْرَىٰ لِلْعَـٰبِدِينَ), that means you better not miss this one. This is new, this is a really important one. This is like extraordinary emphasis placed on its relevance on you and me by Allah mentioning (وَذِكْرَىٰ لِلْعَـٰبِدِينَ). And so, we should take extra care to make, to incorporate this dua into our life.

- Nouman Ali Khan


Meminjam penutup yang sama dari video ini. Allahummaj'alna minal 'abidin wadzakirin. Barakallahuli walakum fil quranil hakim, wa nafa'ni wa iyyakum bil ayati wa dzikril hakim. Wassalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh.


Wallahua'lam bishowab.


***


Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.


PS: Tahun ini pengen banget nulis MFA2022 dengan ayat ini. Tapi baru bisa nulis ini. Semoga beneran bisa submit tulisan untuk MFA (My Favorite Ayat) -- program bulan Ramadan Komunitas NAK Indonesia, share tulisan tentang ayat favorit kita.


Saturday, May 1, 2021

Terlambat Memulai

May 01, 2021 0 Comments

 Bismillah.



Bulan Ramadhan sudah melewati batas pertengahan, bahkan sudah mau memasuki sepertiga terakhir. Sejak awal, aku memiliki keinginan produktif menulis di bulan Ramadhan. Entah itu berbagi refleksi hari, atau menyalin catatan pelajaran tentang islam atau tentang quran. Tapi rencana itu tergilas oleh sifat menunda, dan kondisi hati yang tidak baik.


Ada yang pernah dengar teori teko dalam hal menulis? Bahwa apa yang keluar dari teko, adalah apa yang diisikan ke dalam teko. Yang kita tulis, adalah apa yang ada dalam otak kita, pikiran kita, hati kita. Maka saat 18 hari di awal Ramadhan "tidak bisa" menulis, aku jadi sadar, beberapa bulan sebelumnya aku belum mengisi teko dengan apapun. Setelah sadar, aku pun mulai mengisi tekonya. Dan hari ini, meski isinya masih sedikit, aku ingin memulai menulis. Tidak apa-apa terlambat memulai, begitu kata hatiku, pada diriku sendiri.


***


Pernahkah merasa terlambat memulai? Jika iya, dalam hal apa?


Ada sebuah doa yang dalam surat Al Kahfi yang membuatku semangat untuk memulai, meski mungkin terlambat. Terutama saat merasa terlambat untuk melakukan amalan shalih, atau terlambat mengisi Ramadhan dengan aktivitas produktif, atau terlambat belajar agama.


وَلَا تَقُولَنَّ لِشَا۟ىْءٍ إِنِّى فَاعِلٌۭ ذَٰلِكَ غَدًا


Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Aku pasti melakukan itu besok pagi, [Surat Al-Kahfi (18) ayat 23]


إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَٱذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰٓ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هَـٰذَا رَشَدًۭا


kecuali (dengan mengatakan): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini". [Surat Al-Kahfi (18) ayat 24]


Doa ini adalah doa yang diajarkan Allah saat kita berencana akan melakukan sesuatu besok, atau bulan depan, atau Ramadhan ini, tapi lupa tidak mengucapkan in syaa Allah. Doanya adalah "asaa ayyahdiyani robbii li aqroba min hadzaa rosyadaa".


Aku denger penjelasan dari ustadz Nouman di video ini (https://youtu.be/7hmi5ck5ph8). Pertama tentang penggunaan kata "li", bukan "ila". Artinya, kita minta diberi petunjuk sekaligus dianterin sampai ke tujuan. Misal kita cari alamat, tanya ke orang lain, bisa jadi orang lain cuma ngasih petunjuk sebagian, nanti dari situ kita tanya lagi ke orang lain. Tapi doa ini artinya, kita minta petunjuk hingga sampai tujuan.


Terus yang kedua, kita minta petunjuk untuk lebih dekat dari ini, "li aqroba min hadzaa rosyadaa". Min hadza rosyada, artinya minta petunjuk lebih dekat dari ini. "Dari ini" adalah kondisi kita sekarang.


Maksudnya apa?


Allah mengajarkan kita lewat doa ini, bahwa Allah tidak menuntut kesempurnaan. Allah tidak menuntut kita untuk kilat tiba-tiba nyampe, tiba-tiba dekat sama Allah seperti halnya para sahabat Rasulullah. Allah meminta kita untuk terus mendekat, selangkah demi selangkah, gapapa, yang penting kita terus berusaha untuk mendekat ke Allah. Lebih dekat daripada posisi kita saat ini.


Seringkali saat kita melihat sekitar, kita merasa minder. Ada yang hafalan qurannya sudah banyak, qiyamul lailnya tiap malam, shaum sunnahnya rutin, bahasa arabnya, kitab yang dibacanya. Itu membuat kita ragu, bagaimana dengan kita, yang masih segini-gini aja? Tanpa sadar kita jadi membandingkan diri kita dengan orang lain, bukan malah sibuk melangkah, kita justru sibuk overthinking membandingkan diri dengan orang lain. Padahal Allah tidak akan membandingkan kita dengan orang lain.


Allah is not going to put you next to someone else and compare. He doesn't even want you to compare yourself to others in dunya, forget akhirah. Not even in dunya. La tatamannau maa fadhdholallahu bihi ba'dhokum 'ala ba'dh (QS An-Nisa [4] ayat 32) Don't wish for what other people have, what Allah has given some preference over others. Don't do that to yourself. --Nouman Ali Khan


Lewat doa ini, kita belajar bahwa tidak ada kata terlambat memulai, selama kita mau memperbaiki diri hari ke hari. Pintu taubat selalu terbuka, selama nyawa belum ditenggorokan, dan matahari belum terbit dari barat. Terutama di bulan Ramadhan ini, hari yang sudah berlalu, kita tidak bisa mengubahnya. Tapi kita masih diberi kesempatan hidup hari ini. Maka perbaiki diri kita. Bismillah, ucapkan nama-Nya, dan memulailah.


Semoga Allah memberkahi hari-hari Ramadhan kita. Semoga semangat kita tetap terjaga, semoga kita termasuk orang-orang yang mencari malam lailatul qadr. Semoga dosa-dosa kita diampuni olehNya. Aamiin.


Allahua'lam bishowab.


12 Mei 2020 | 19 Ramadhan 1441H


#betterword #refleksiramadhan #doa 


***

Keterangan : tulisan ini pernah di publikasi di Facebook khusus Ramadan.

Sunday, August 16, 2020

Tulisan yang Ditujukan pada-Nya

August 16, 2020 0 Comments
Bismillah.

Nukil Buku "Menata Kala", Novie Ocktaviane Mufti & Khairunnisa Syaladin.

***

"Allah, maaf aku salah fokus. Pikiranku diakuisisi penuh oleh hal-hal yang kukira penting padahal tidak..." 
"Allah... Jangan biarkan aku lengah dan tergilas kerasnya urusan dunia. Tunjukkanlah aku jalan kebaikan, agar taat kepada-Mu dapat menjadi satu-satunya sumber kekuatan."
-  Novie Ocktaviane Mufti & Khairunnisa Syaladin, dalam buku Menata Kala

***

Pernahkan kamu membuat tulisan yang ditujukan pada-Nya? Atau mungkin, awalnya kamu hanya menulis monolog pikiranmu, sembari mengajak berbincang pembaca tulisanmu. Tapi kemudian kamu teringat pada-Nya, dan kamu tuliskan di tulisan yang sama, kata-kata yang ditujukan pada-Nya.

Membaca kutipan dari buku Menata Kala di atas, aku jadi teringat dan disadarkan. Bahwa adakalanya, kita merasa perlu dan butuh menulis sesuatu pada-Nya.

Karena ada kalanya kita berbincang pada-Nya bukan lewat suara, tapi lewat isak tangis yang tertahan. Ada kalanya kita berbicara pada-Nya bukan lewat suara, tapi lewat tulisan yang sengaja kita tujukan kepada-Nya. Terkadang, kita butuh seperti itu. Menuliskan surat cinta kita kepada-Nya. Mengadukan resah dan gelisah dalam kata-kata tertulis. Berdoa dalam tulisan.

Tulisan-tulisan tersebut sebagian kita simpan rapi dalam lembar diary. Sebagian dalam file-file yang hanya bisa diakses dengan password. Sebagian dipublikasikan ke blog anonim. Serta sebagian lainnya dapat juga dibaca orang lain, meski tujuan tulisan tersebut masih sama. Masih ditujukan kepada-Nya.

Dan jikapun dibaca oleh orang lain, semoga itu menjadi kebaikan, dan mengajak pada kebaikan. Dan jikapun dapat diakses oleh publik, semoga tidak ada yang bengkok dan hangus dan terbakar. Karena sejatinya, niat itu tidak hanya ada di awal tapi juga di pertengahan dan di akhir.

***

Terakhir. Biasanya aku menutup tulisan di blog ini dengan doa. Tentunya doa-doa yang kutulis dalam blog ini kutujukan kepada-Nya. Karena aku yakin Allah Maha Mengetahui. Karena aku yakin Allah Menyaksikan. Semoga doa-doa itu dikabulkan olehNya. Semoga doa-doa itu tidak sia-sia karena kelalaianku menjaga niat agar lurus dan murni. Ya Allah, Ya Muqallibal qulub, tsabbit qulubana 'ala dinik. Aamiin.

Allahua'lam.

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi minamal satu cerita dalam satu minggu.


Tuesday, May 26, 2020

Sudahkah Mencapai Tujuan Ramadhan?

May 26, 2020 0 Comments
Bismillah.

-Muhasabah Diri-


Berawal dari sebuah tanya, tentang bedanya tujuan puasa dan tujuan Ramadhan. Tujuan puasa adalah takwa. Sedangkan tujuan Ramadhan?

Sesi diskusi berjalan, ada beberapa yang menjawab pertanyaan tersebut. Dan qadarullah, aku menemukan video yang seolah menjawab pertanyaan tersebut.


***

Video tersebut di upload pertenghan Ramadhan 2019. Mengingatkan tentang pentingnya motivasi, agar bisa terus semangat ibadah di bulan Ramadhan.

Ustadz Nouman mengambil dua hal yang mungkin merupakan tujuan dari Ramadhan. Tujuan Ramadhan pertama, agar kita bersyukur, diambil dari akhir ayat 285 ayat Al Baqarah. Tujuan kedua adalah agar kita terhubung dalam komunikasi aktif Allah, lewat mendengarkan Quran sebagai bentuk kita mendengarkanNya, Allah berfirman lewat Quran, dan kita berbicara kepada Allah lewat doa. Tujuan kedua ini diambil dari ayat 286 Al Baqarah.

Bersyukur atas apa?

Saat kita berpisah dengan Ramadhan, kemudian merayakan hari idul fitri karena telah berhasil mengenapkan 30/29 hari puasa, kita seharusnya menjadi hamba yang lebih pandai bersyukur. Ga cuma bersyukur karena sekarang kita bisa makan setiap waktu. Tapi yang utama, bersyukur karena Allah menurunkan Al Quran di bulan ini. Al Quran yang seharusnya, saat membaca dan mendengarkannya, hati kita bergetar. Our heart moved. Kita menjadi tenang saat mendengarkan Al Quran, kita bergembira akan kabar gembira di dalamnya, serta takut akan peringatan di dalamnya, juga dipenuhi rasa harap dan tidak putus asa karena ayat-ayat di dalamnya.

Tapi agar hati kita bisa bergetar, kita harus belajar Al Quran, apa isinya, pesan apa yang ingin Allah berikan pada kita. Dan agar hati bisa merasa takjub, takut, harap, kita harus meningkatkan interaksi dengan quran, bukan cuma membaca, dan mendengarkan tapi juga tadabbur dan tafakkur. Bukan cuma informasi tentang asbabun nuzul, dan makna ayat. Tapi juga bagaimana ayat tersebut terkait dengan diri kita, apa refleksi yang kita dapatkan, apa doa yang bisa kita panjatkan dari ayat tersebut, dll.

Apa berdoa saja cukup?

Masih terkait pentingnya belajar dan memahami Al Quran. Di ayat 286, Allah memberitahu kita bahwa Allah dekat. Allah mendengarkan doa siapapun yang mau berdoa, pendosa maupun ahli ibadah. Allah mendengarkan doa kita kapanpun, di terik siang, maupun sunyi malam. Allah mendengarkan doa kita, tapi Allah juga meminta kita berusaha menunjukkan, bahwa kita juga ingin melangkah memenuhi perintahNya.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. [Surat Al-Baqarah (2) ayat 186]

Falyastajibuli wal yu'minubi. Allah meminta kita berusaha untuk memenuhi perintahnya, dan beriman, yakin bahwa Allah akan mengabulkan doa kita, dengan caraNya.

Al Quran dan Air

Ustadz Nouman juga menyebutkan bahwa kebutuhan hati kita terhubung dengan Al Quran seperti kebutuhan tubuh kita terhadap air. Kita butuh lagi dan lagi dan lagi. Mau yang belum pernah belajar quran, atau yang udah punya ilmu banyak, sama aja, kebutuhannya tetap sama, harus sering-sering membaca, mendengarkan, belajar memahami, tadabbur dan juga berdoa pada Allah. Lagi dan lagi.

Water is a need that you need to restore in yourself over and over again. You need to drink it again, and drink it again, and drink it again. Because without it your body starts dying. The same way, the word of Allah is something you have to take it again, then again, then again. Even if you know it, you take it again, then you take it again, then you take it again. 
And every time, it restores something in you, it fixes something in you. It cleans something in you. It's a detox for you. It's a spiritual detox for you, for your mind, for your heart, for your thinking, for what you're feeling. 
Maybe there's something wrong that you're doing, and you don't have the strength to get out of it. The word of Allah will give you that strength. It'll empowered you to take the step that you've been not being able to take. Maybe you don't have that strength yourself. That strength can only comes from Allah when you nourish it. And that you haven't given Allah's word's that chance.
- Nouman Ali Khan, dalam khutbah I Can't Feel Anything
***

Pertanyaannya, sudahkah kita mencapai tujuan Ramadhan tersebut?

Kalau belum? Kalau belum artinya kita harus berusaha memenuhinya. Tingkatkan interaksi kita dengan Al Quran, baca dan juga pelajari pesan di dalamnya, lagi dan lagi. Seperti kita minum air 8 gelas perhari, jangan biarkan hati kita mengeras. Karena hati yang keras akan menjadi tempat bermain setan. Ingatlah, sesekarat apapun hati kita, separah apapun hati kita mati rasa, Allah bisa dengan mudah menghidupkannya kembali. Asalkan kita mau berdoa memohon pertolongannya, sembari melangkah mendekat padaNya. Step by step. Sedikit asal kontinyu. Lagi dan lagi. Sungguh saat kita berjalan pelan menujuNya, Allah "berlari" ke arah kita.

Terakhir, masa latihan (Ramadhan) memang sudah berakhir, tapi setiap nafas, artinya kita masih diberi kesempatan hidup untuk memperbaiki diri. Semoga Allah memudahkan dan menguatkan langkah kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang berdoa, 'asaa ayyahdiyani rabbi li aqraba min hadza rasyada. Aamiin.

Allahua'lam.

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

PS: Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.

PPS: Pertanyaan di paragraf prolog dapet dari diskusi pekanan 2 grup nakindonesia yang baru. Dan qadarullah juga materi matrikulasi batch 3 yang pekan pertama dan kedua, adalah tentang pentingnya memahami quran, al hadid ayat 16 serta tentang doa. Pas banget bahwa dua hal itu yang harus diingatkan di bulan Ramadhan. Alhamdulillah atas izinNya, bisa ikut menyimak diskusi peserta matrikulasi batch 3. ^^

Tuesday, May 12, 2020

The Path and Fruits of Guidance

May 12, 2020 0 Comments
Bismillah.

Transkrip video pendek penjelasan salah satu doa di surat Al Kahfi.


***

عَسَىٰٓ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هَـٰذَا رَشَدًۭا…

(QS Al Kahfi [18] : 24)

Now the last and what I considered the most beautiful part of this expression. 

"Perhaps Allah will guide me", guide me to what? He says "li aqraba min hadzaa rasyadaa".

You know, the language of this is so profound. And in a khutbah I can't give you lessons, because you'll have a headache. So I'm going to try to make this as simple as I can.

In the Arabic language, sometimes you say "over there", and sometimes you say "all the way over there".

When you say "all the way over there", you're saying that I'm guiding you to your destination. If you just say "over there", maybe you get over there, then you have to go somewhere else and somewhere else, and somewhere else.

But if I say "all the way over there", then I've told you that "that's where you have to go, you don't have to go any further than that."

When the "lam" is used, "'asaa ayyahdiyani rabbii li aqraba min hadzaa rasyadaa", this "lam", what it suggests, this is a muntaha.  There's no higher thing to ask in this dunya. If you get this, there's nothing better to ask for.

If the word "ila" was used, then you get there, then you get to go for something else and go for something else. You see?

So what I'm asking Allah in this ayah, and what you're asking Allah in this ayah, is for something that if you have it there's nothing better. It is the ultimate end.

Now what is that ultimate end?

He says,  "li aqraba min hadzaa", "closer than this"

"I hope Allah will guide me closer, all the way closer than this"

What is the word "this" mean? "This" means where I am right now.

Now let's understand what this means in simple language.  All of us, alhamdulillah, tsumma alhamdulillah have some degree of guidance, the fact that we're sitting in the house of Allah in jumuah means Allah have given us some guidance. Some people Allah has given more guidance, some Allah has given less guidance. Some have more knowledge, some have less knowledge. Some have better attention when they pray, some have less attention when they pray. We're not all on the same level, that's the fact.

But you know what's this du'a is telling you? My ultimate goal is to get closer to Allah than I am today. I am not here to compare myself to someone else. I am just here to compare myself from where I am right now. If I can just work on getting better than what I am right now, that is the ultimate success before Allah. There is no higher success.

You will never become perfect, I will never become perfect. All we can work on is becoming a little bit better, and then a little bit better, and then a little bit better. Just getting a little closer to Allah, and a little closer. And if a person dies becoming closer to Allah,  they are successful.


A lot of people, you know what they do? They compare themselves to others.

"Wow, this one's already memorized the entire Quran"

"Look at how they recite"

"They're at the Masjid every single day"

"They're there before the Adhan is even called"

"They're worshipping Allah so much more"

"They're so much more knowledgeable"

"They know so much more, they know Arabic, they know tafseer, they know this, they know that"

You know? Or "they dress better as Muslims than I do"


You know, don't compare yourself to anybody else. That's not what Allah wants.

Allah is not going to put you next to someone else and compare. He doesn't even want you to compare yourself to others in dunya, forget akhirah. Not even in dunya.

لَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۢ ۚ ..

(QS An-Nisa [4] ayat 32)

Don't wish for what other people have, what Allah has given some preference over others. Don't do that to yourself.

So what are we learning then? We're learning that… if for example you're starting to recite Quran today,  you're 35 years old, you haven't read it. You haven't even opened the book for 30 years, and you decide to start reading Quran today. You can't even get through bismillah, you don't even know what a "ba" looks like anymore. Now you have to learn like children.

There are people who are your age you can read like adults, but you have to read like a child, but that's okay. That's okay. When you learn even that "alif" or that "ba", and you make a little bit struggle closer to Allah and you died that way, maybe you're better than even an alim. Maybe you're better than a Hafidzul Quran, who memorize the whole book but has no appreciation, didn't want to make themselves a better person. Because who wants to make themselves a better person is in the heart, and Allah knows that.

So don't underestimate where you are with Allah. People can underestimate you. Allah does not underestimate you. People make it sound like guidance from Allah is hard, it's expensive it doesn't come easy. And Allah is opening the doors of it wide open. He's just asking you and me to embrace it and say, "Ya Allah guide me, bring me a little closer to Yourself"

"li aqraba min hadzaa rasyadan", in terms of uprightness, in terms of guidance.

The last word of this ayah, "rasyadan" is actually acknowledges, that the the fact that you're making this du'a, means that you're already on some guidance, that you shouldn't say that I'm misguided. It already acknowledged that. The fact that Allah gave you the ability to make this du'a itself is a gift of guidance from him. And Allah will give you more, and He will give you more, and He will give you more. This is the optimism of the Muslim.

When guidance comes in this world, then tuma'ninah come. You know ithminan comes. Our heart becomes tranquil.

أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ…

(QS. Ar-Ra'd [13] ayat 28]

This is what I want to conclude with. When a heart becomes tranquil, when a heart becomes at peace, than the people around that person, they're also …. that the peace is infectious, that Iman is infectious.

Peace spreads in the family, peace spreads among friends, peace spreads in a community, when guidance comes.

If the problem of the world is is conflict, hatred. If the problem of the world is war, then the solution to that is not other policies or more weapons. That's not the solution. It's not economic sanctions. What humanity needs is guidance. Because without guidance, you can't have peace .you just can't.

فَأَىُّ ٱلْفَرِيقَيْنِ أَحَقُّ بِٱلْأَمْنِ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ…

[Surat Al-An'am (6) ayat 81]

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَلَمْ يَلْبِسُوٓا۟ إِيمَـٰنَهُم بِظُلْمٍ أُو۟لَـٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلْأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ

[Surat Al-An'am (6) ayat 82]

Fa-ayyul fariiqaini ahaqqu bil amni inkuntum ta'lamun, alladziina aamanuu

Who deserves more peace? Those who believe, those who came to Iman. This is what we're asking Allah Azza wajall. 

When you and I make du'a for peace in the world, for peace in the Muslim lands, for peace for those who are oppressed. When we make those du'as then we're actually directly asking Allah to increase us and the world around us in guidance.

May Allah Azza wa jall increase all of us in guidance, and make us of those who are positive about their future, their own future, the future of their children, the future of this Ummah and the future of the world over. This entire world, we have to be concerned for it, not just our own Ummah. The entire world. We are the millah Ibrahim alayhi salam. Ibrahim alayhis salam used to be concerned for all of humanity. That is the legacy that we've inherited. So we have to be optimistic about the entire world. May allah so it'll make us that way. And make our future generation a beaming example of what it means to live the beautiful teachings of this book.

***

PS: Mohon koreksi jika ada kesalahan.

Monday, December 2, 2019

Gravitasi

December 02, 2019 2 Comments
Bismillah.

#puisi

Ingin menyalin puisi di sini, dari buku catatan. Tertulis di sana tanggal 18 November 2019.



Bukankah fitrah?
Hukum alam?
Bahwa gravitasi
akan menarikmu ke bawah
dan "bug" kau jatuh lagi

Sesekali memang harus begitu
Agar kau tak merasa tinggi
Agar mencicip lagi kehinaan
Kemudian hatimu tunduk
dan mengadu lagi
pada Yang Maha Tinggi

***

Puisi di atas bentuk ekspresi setelah melakukan kesalahan. Berharap aku bisa belajar dan tidak diam dan salah memilih respon.

Belajar... bahwa setiap kita jatuh, kita bisa segera bangkit sembari memetik hikmah dan pelajaran dari kejadian yang rasanya jauh dari manis itu. Sedikit pahit, sedikit perih. Tapi cukup untuk membuat diri sadar lagi, bahwa bisa jadi ada perasaan 'tinggi hati' yang perlu dibersihkan. Cukup untuk membuat diri sadar lagi, betapa limbung kaki kita jika bersandar pada kemampuan diri. Cukup membuat diri teringat, bahwa yang menggerakkan otot dan syaraf di kaki kita, untuk melangkah, berlari dan melompat bukan diri kita, bukan semata karena kemampuan kita, ada izin dari Allah. Begitu pun hati. Yang membuatnya tergerak melaksanakan amal, baik yang wajib maupun sunah, adalah hidayah dari-Nya. Dan itu... harus terus menerus kita minta.


اللهم ات نفسي تقواها وزكها أنت خير من زكها أنت وليها ومولاها

Allahumma ‘ati nafsi taqwaha wa zakkaha anta khairu man zakkaha anta waliyyuha wa maulaha

Ya Allah berikan jiwaku ini ketakwaan, sucikan ia, Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya, Engkau penolongnya dan pemiliknya. (HR Muslim). [1]


Allahua'lam.

***

Keterangan:

Saturday, October 26, 2019

Sebuah Doa

October 26, 2019 0 Comments
Bismillah.

Pagi semuanya~ Rasanya lama sekali tidak menulis. Satu pekan.

Ada beberapa alasan dan excuse, lebih banyak yang kedua sepertinya. Aku juga sampai bertanya-tanya pada diri. Why?? Ada banyak waktu dan peluang untuk menulis, pun ide, tapi mengapa aku memilih melakukan hal lain? Is it about mood? Or something else?

Masa tidak menulis adalah masa berpikir, dan mengecek kondisi hati. Meluruskan lagi niat awal menulis. Mengapa diri memulai menulis, apa distraksi yang bisa membengkokkan niat tersebut, dll.

Kita sudahi dulu prolog yang tidak nyambung dengan isinya hehe. Aku di sini mau menyalin ulang terjemahan sebuah doa.

***

Kalian masih inget buku Silsilah Hidayah yang disusun Amru Khalid? Aku belum lama menukil isinya, tentang mencintai islam.

Baca juga: Mencintai Islam

Doa ini juga aku ambil dari buku tersebut. Di bab tentang ridha, selain doa radhiitubillahi robba [1] yang mungkin mayoritas sudah hafal, ada juga doa ini. Doa yang diriwayatkan oleh An-Nasa`i ini merupakan salah satu doa yang menunjukkan bahwa Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam juga memohon supaya dijadikan ridha atas ketetapan Allah. Yang maknanya, apalagi kita, kita harus sering-sering berdoa juga. Supaya Allah jadikan kita ridha terhadap qadar-Nya.

***

"Ya Allah! Dengan keagungan Ilmu-Mu pada hal-hal yang ghaib, dan dengan keagungan kekuasaam-Mu dalam mencipta, hidupkanlah aku, Ya Allah, dengan kehidupan yang menurut ilmu-Mu baik bagiku! Dan wafatkanlah aku, Ya Allah, bila itu yang terbaik bagiku!
Ya Allah, aku meminta pada-Mu perasaan takut terhadap-Mu dalam keadaan sendirian dan banyak orang.
Aku memohon ikhlas dalam ridha dan marah.
Aku memohon karunia-Mu yang tak pernah habis.
Aku memohon kepada-Mu kekasih yang tak pernah hilang.
Aku memohon pada-Mu keridhaan atas ketetapan-Mu, kesejukan hidup setelah mati, kelezatan memandang Zat-Mu dan kerinduan bertemu dengan-Mu!
Ya Allah! Aku mencari perlindungan pada-Mu dari kesengsaraan yang membahayakan dan fitnah yang menyesatkan.
Ya Allah, ya Tuhanku! Hiasilah kami dengan perhiasan iman, dan jadikan kami suluh bagi orang yang mendapat hidayah!" (HR An-Nasa`i) 

***

Untuk lafadz bahasa arabnya, aku barusan googling nemu yang mirip. Doa yang juga dituliskan di buku Silsilah Hidayah setelah doa diatas.


 اللَّهُمَّ بِعِلْمِكَ الْغَيْبَ وَقُدْرَتِكَ عَلَى الْخَلْقِ أَحْيِنِي مَا عَلِمْتَ الْحَيَاةَ خَيْرًا لِي وَتَوَفَّنِي إِذَا عَلِمْتَ الْوَفَاةَ خَيْرًا لِي اللَّهُمَّ وَأَسْأَلُكَ خَشْيَتَكَ فِي الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ وَأَسْأَلُكَ كَلِمَةَ الْحَقِّ فِي الرِّضَا وَالْغَضَبِ وَأَسْأَلُكَ الْقَصْدَ فِي الْفَقْرِ وَالْغِنَى وَأَسْأَلُكَ نَعِيمًا لاَ يَنْفَدُ وَأَسْأَلُكَ قُرَّةَ عَيْنٍ لاَ تَنْقَطِعُ وَأَسْأَلُكَ الرِّضَاءَ بَعْدَ الْقَضَاءِ وَأَسْأَلُكَ بَرْدَ الْعَيْشِ بَعْدَ الْمَوْتِ وَأَسْأَلُكَ لَذَّةَ النَّظَرِ إِلَى وَجْهِكَ وَالشَّوْقَ إِلَى لِقَائِكَ فِي غَيْرِ ضَرَّاءَ مُضِرَّةٍ وَلاَ فِتْنَةٍ مُضِلَّةٍ اللَّهُمَّ زَيِّنَّا بِزِينَةِ الإِيمَانِ وَاجْعَلْنَا هُدَاةً مُهْتَدِينَ
[2]


Awal dan akhirnya sama, tapi tengahnya beda. Bagian ini...

"(Ya Allah) Aku memohon kebenaran dalam ridha dan marah. 
Dan aku memohon padamu kesederhanaan dalam miskin maupun kaya. 
Aku memohon karunia-Mu yang tidak pernah sirna. 
Aku memohon pada-Mu kekasih yang tidak pernah putus. 
Aku memohon pada-Mu keridhaan setelah qadha
Aku memohon pada-Mu kesejukan hidup setelah mati. Aku memohon pada-Mu kelezatan menatap-Mu, dan kerinduan berjumpa dengan-Mu, tidak dalam keadaan sengsara yang membahayakan fitnah yang menyesatkan."

***

Dua-duanya doa yang indah. Buku ini mungkin hanya meng-highlight bagian memohon keridhaan terhadap/setelah qadha, tapi selain permohonan itu, ada permohonan lain yang sangat kita butuhkan. Seperti perasaan takut (khosyah) baik saat sendiri maupun dengan orang lain, juga permohonan kesejukan hidup setelah mati, dan kerinduan berjumpa dengan Allah.

Kita mungkin tidak hafal, dan belum bisa rutin membaca doa di atas, tapi minimal, minimal jadi berdoa saat membaca buku/tulisan tentang doa tersebut.

Terakhir, akan ada saat dimana kita ingin diam dan enggan berbincang dengan orang lain. Diam dan tidak perlu menuliskan tentang diri di platform apapun (sosmed, blog, dll). Dan saat-saat itu, alangkah baiknya jika banyak diisi dengan bercakap-mesra dengan-Nya. Kita bisa membaca doa yang diajarkan Rasulullah, seperti doa di atas, atau kita juga bisa berdoa apapun, dengan bahasa kita, sembari memaknai kembali bahwa Allah dekat, Allah selalu dekat. Semoga Allah jadikan kita salah satu hamba-hamba-Nya yang selalu dekat dan mendekat padaNya. Aamiin.

Allahua'lam.

***

Keterangan:

[1]

[2] Teks arab doa tersebut diambil dari web https://sunnah.com/nasai/13/127



Thursday, April 18, 2019

Saat Merasa Gelap

April 18, 2019 0 Comments
Bismillah.


Jangan berputus asa saat gelap. Jika kau terlalu takut melangkah karena bisa jadi kau terjatuh (lagi) ke dalam jurang yang jauh lebih gelap... Jangan menyerah terlebih dahulu. 

Berdoalah terlebih dahulu,.. minta cahaya dariNya. Seperti doa yang diajarkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam


اَللَّهُمَّ اَعْطِنِى نُوْرًا وَزِدْنِى نُوْرًا
 وَجْعَلْ لِى فِىْ قَلْبِى نُوْرًا وَفِىْ قَبْرِى نُوْرًا 
وَفِىْ سَمْعِى نُوْرًا وَفِىْ بَصَرِى نُوْرًا

"Ya Allah, Tuhanku! Anugerahi aku cahaya, tambahkanlah aku cahaya, jadikanlah dalam hatiku cahaya, dalam kuburku cahaya, pada pendengaranku cahaya, pada penglihatanku cahaya" (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari buku "Keajaiban Hati", Imam Ghazali.

***

Untukku.. mintalah cahaya padaNya..

Allahua'lam.

***

PS: Kalau ada kesalahan tulisan bahasa arabnya, mohon dikoreksi ya. Baru pernah ngetik bahasa arab panjang.

PPS: Kalau merasa gelap, inget ayat di surat An Nur, bahkan yang berada dalam gelap berlapis gelap, masih Allah berikan harapan. As long as you still alive and the sun still rise from the east..

Tuesday, March 12, 2019

Doa yang Pasti Dikabulkan

March 12, 2019 0 Comments
Bismillah.

sumber: grup Komunitas NAK Indonesia

Orang-orang stuck, kamu stuck, saya stuck. Kita tidak bisa menemukan jalan keluar dalam beberapa momen. Momen yang sukar tersebut sebenarnya adalah cara Allah memberikan pada kita, hadiah paling berharga yang bisa kita dapatkan. Itulah cara Allah membimbing hati kita, mengarahkan hati kita. Jika kita bisa memanfaatkan momen tersebut untuk menemukan Allah. Untuk berbincang pada Allah, di momen sulit tersebut, dan kita tidak harus bisa bahasa arab untuk melakukan itu. Kita tidak perlu tahu banyak ayat Al Quran, untuk melakukan itu (berbicara dan berbincang denganNya). Kita hanya perlu menghadap kepada Allah, kemudian berkata,

"Ya Allah, Engkaulah Sebaik-baik Pembuat Rencana.
Ya Allah, tidak ada yang mencintaiku seperti Engkau mencintaiku, tidak ada yang peduli padaku seperti Engkau peduli padaku.
Aku tahu situasi ini yang terbaik untukku, maka bimbinglah aku, aku membutuhkan petunjuk dan bimbingan-Mu"

Tidak mungkin Allah menolak permintaan kita, saat kita menghadap padaNya dan benar-benar meminta petunjukNya.

Kita meminta mobil kepada Allah, IA mungkin tidak memberikannya. Kita bisa meminta rumah pada Allah, namun IA tidak memberikannya. Kita mungkin meminta kesembuhan penyakit kita, namun IA tidak memberikannya. Mungkin Allah memberikannya, atau tidak memberikannya. Karena Allah mengetahui mana yang lebih baik untuk kita. 

Tapi satu hal yang pasti IA berikan kepada kita, saat kita meminta dengan tulis padaNya, adalah petunjuk dan bimbinganNya.

-Nouman Ali Khan

***


People are stuck, you're stuck, I'm stuck. In some situations, we don't see a way out. Those difficult situation are actually Allah's way of giving us the most valuable gift we can ever earn. His way of guarding our hearts. If we can just used those situation to find Allah in those situations. To talk to Allah in those situations, and you don't have to know Arabic to do that. You don't have to know a lot of Quran to do that. You just turn to Allah, and you say,

"Ya Allah, YOU're the best planner,
Ya Allah, nobody loves me like YOU do, nobody cares me like YOU do.
I know this situation is the best for me, guide me, I need YOUR guidance."

There's no way that you will turn to Allah and you really asking Him for guidance and He will turn you away.

You'll ask Allah for a car, He may not give you. You can ask Allah for a house, He may not give you. You might ask Allah to cure your disease, He might not. Maybe He will, maybe He won't. Cause He knows what's better for you.

But one thing guaranteed He will give you when you ask Him sincerely is His Guidance.

-Nouman Ali Khan

***

Keterangan: terjemahannya ga literal, ada beberapa perubahan yang semoga tidak mengubah konteks.

Sunday, February 10, 2019

Menjadi Manusia Tercerdas Itu Tidak Mudah!

February 10, 2019 0 Comments
Bismillah.
#buku
-Muhasabah Diri-
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam menjawab, "Yang paling banyak mengingat kematian dan paling keras dalam mempersiapkan diri menghadapinya. Merekalah orang-orang yang paling cerdas. Mereka memboyong kemuliaan dunia sekaligus keagungan akhirat." (HR. Ibnu Majah)
Familiar dengan hadits di atas? Kalau saya, iya familiar, namun potongan awalnya saja. Hadits itu saya baca di buku Bekal Menggapai Kematian yang Husnul Khatimah, Syaikh Majdi Muhammad asy-Syahawi. Buku dengan sampul pepohonan hijau tersebut sebenarnya cukup tipis untuk bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Namun karena pesan di dalamnya cukup berat, justru lebih mengena jika dibaca sedikit-sedikit setiap hari.


dokumentasi pribadi

Buku ini berisi pengingat tentang kematian. Setiap kali membaca buku ini, saya jadi berpikir... bahwa betapa pelupanya manusia, sehingga butuh diingatkan setiap hari tentang kematian. Saya juga paham, bahwa menjadi manusia tercerdas itu tidak mudah. Mengingat sesering mungkin kematian itu satu syarat, tapi syarat berikutnya,... paling keras dalam mempersiapkan diri menghadapinya, syarat kedua itu berat..

Membaca buku ini, banyak mengingatkan saya akan perumpamaan keledai yang memikul kitab-kitab. Betapa banyaknya buku yang kita baca, bisa menjadi sia-sia jika bacaan tersebut berhenti sebagai bacaan. Kita membaca pengingat kematian, namun beberapa menit kemudian kita kembali lupa, memilih mengerjakan hal sia-sia ketimbang mengisi detik dengan ibadah. Kita membaca pengingat tentang syukur, namun sejam kemudian kita mengeluh akan cuaca. TT Sungguh siapa yang tidak takut menjadi orang yang hatinya terkunci... saat cahaya hidayah menerangi, namun hati kita tidak melembut, masih tidak bergeming.


مَثَلُ ٱلَّذِينَ حُمِّلُوا۟ ٱلتَّوْرَىٰةَ ثُمَّ لَمْ يَحْمِلُوهَا كَمَثَلِ ٱلْحِمَارِ يَحْمِلُ أَسْفَارًۢا ۚ بِئْسَ مَثَلُ ٱلْقَوْمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُوا۟ بِـَٔايَـٰتِ ٱللَّهِ ۚ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلظَّـٰلِمِينَ
Perumpamaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tiada memikulnya adalah seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Amatlah buruknya perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Dan Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang zalim. (QS. Al Jumuah ayat 5)



Tapi ketakutan itu tidak boleh membuat kita berbalik arah, dan memilih untuk tidak membaca. Justru kita harus terus belajar, sembari berdoa... Allahummarzuqna 'ilman nafi'an wa rizqan thayyiban, wa 'amalan mutaqabbalan. Ya Allah karuniakan kepada kami ilmu yang bermanfaat, rizki yang tayyib, dan amal yang diterima. Aamiin.

Allahua'lam.

Thursday, September 20, 2018

Rabbi Habli Hukma

September 20, 2018 0 Comments
Bismillah. 

رَبِّ هَبْ لِى حُكْمًۭا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّـٰلِحِينَ
(Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,

Hadiahkan kepadaku hikmah. Membaca terjemahannya saja memang sering tidak cukup. Perlu mendengar penjelasan lebih tentang ayat quran.

Dari transkrip ceramah Ustadz Nouman Ali Khan waktu berkunjung ke Istiqlal, aku diingatkan lagi tentang doa ini. Baca urutan doanya, kondisi Ibrahim saat berdoa, dan penjelasan lainnya di blog nakindonesia. 

Makna dari doa.. supaya dihadiahkan hikmah adalah, meminta Allah memudahkan dan menguatkan kita untuk melaksanakan kebenaran dan ilmu yang kita ketahui. Karena nyatanya, tidak mudah, bahkan sulit untuk mengamalkan semua hal yang kita tahu itu benar dan baik untuk kita. Tidak selalu ringan, memenuhi ketetapan Allah, mematuhi perintahNya dan menghindari laranganNya.

Seperti saat kita tersulut emosi, kita tahu kita harus menelannya, bahkan tidak menampakkannya meski hanya lewat desahan nafas atau bungkamnya mulut kita. Tidak mudah berat. 

Atau seperti saat, adzan berkumandang, dan rasanya berat untuk bangun dari tidur pulas kita. Rasanya ingin menuntaskan tidur kita meski hanya lima menit. Padahal kita tahu, seharusnya kita segera membaca doa bangun tidur, mengambil wudhu dan shalat sunnah agar jeratan setan bisa tuntas putus.

***

Tidak cukup minta Allah menghadiahkan hikmah, tapi kita juga perlu meminta agar dikelilingi orang-orang shalih. Karena Islam adalah agama yang mengerti fitrah manusia sebagai mahluk sosial, juga fitrah manusia yang pelupa. 

wa alhiqni bisholihin

masukanlah aku ke dalam golongan orang-orang shalih. Sehingga saat sedang futur ada yang menyemanngati kita. Bahkan mungkin bukan lewat nasihat yang keluar dari lisan atau tulisan. Cukup berinteraksi dengan mereka, saat mereka menjabat tangan dan mengucapkan salam, dari melihat mereka, bisa mengingatkan kita kepada Allah lagi.

***

Terakhir, mumpung musim hujan. Banyakin doa.. salah satunya doa yang Ibrahim panjatkan, yang Allah abadikan di Quran. 

Rabbi habli hukma wa alhiqni bisholihin. Aamiin.


Allahua'lam. 


Saturday, July 28, 2018

Qul, Katakalah

July 28, 2018 0 Comments
Bismillah.

Qul, katakanlah, ucapkanlah. Kenapa harus disuarakan? Karena manusia itu sering sombong, tidak mau meminta bantuan dan berdoa pada Allah. Padahal manusia itu kemampuannya terbatas, tapi egonya membuatnya enggan minta tolong, entah itu pada manusia lain, bahkan pada Allah, Al Khaliq.

Aku dapet insight itu, dari status wa-nya Teh Faiza Ramadhan lalu, hasil screenshoot dari blog linguisticmiracle, kalau bukan surat an nas, ya surat al falaq. Lupa hehe. 

Pagi ini.. lewat ceramah ustadz Yusuf Mansur, jadi diingatkan lagi, tentang pentingnya doa dan tawakal pada Allah. 

Mau apa? Doa.. beneran doa. Saat kita diberikan ilham untuk berdoa, itu tandanya Allah akan mengabulkan doa kita. (': Entah jawaban doanya litelrally, persis yang kita minta, atau diberikan yang lebih baik dari yang kita minta. 

Lewat ceramah itu juga.. aku jadi dibuat berpikir. Berapa banyak keinginan, yang aku berhentikan di angan-angan padahal bisa saja aku lanjutkan dengan doa? Aku bertanya, sudahkah aku berdoa, supaya bisa menerbitkan sebuah buku yang bermanfaat bagi banyak orang dan bisa jadi amal kebaikan? Aku bertanya, sudahkah aku berdoa agar bisa menjelajahi bumiNya dan mengambil serta memetik ayat-ayatNya? Aku bertanya, sudahkah aku berdoa, agar dimudahkan dan dijaga keistiqomahannya dalam berinteraksi dengan quran? Aku bertanya....

Semoga doa yang kita panjatkan, baik di dalam shalat, maupun diluar shalat, benar-benar kita maknai, dan bukan cuma di lidah saja. Al fathihah, doa di dalamnya, sudahkan kita benar-benar 'berdoa' dan bukan sekedar melafalkannya? TT

***

Qul.. katakanlah.. boleh lirih, boleh keras (jelas), tapi jangan berteriak hehe. Allah Maha Mendengar, dan Allah ingin mendengar suaramu, memohonlah padaNya, jangan malu, jangan ragu.

Qul...katakanlah.. keinginanmu, citamu, kegelisahanmu, kesedihanmu. Katakanlah padaNya. Sungguh Allah, Dia lah sebaik-baik pendengar.

Allahua'lam.

***

PS: Penjelasan tentang qul - katakanlah bisa dibaca di sini

Monday, June 4, 2018

Back Then; A Flashback to Past Ramadhan

June 04, 2018 0 Comments
Bismillah.

In syaa Allah ditulis di sini, dipublish, kemudian dibalikin ke draft.

***

menyalin coretan agar tidak hilang
***

18 Ramadhan. Tarawih, witir, doa qunut. Lalu memoriku menayangkan flashback. Back then 15 Ramadhan 2015. Tarawih, witir, doa qunut juga. Aku bertanya-tanya, berapa ramadhan aku lewati dalam gelap? Dalam jatuh bangun iman? Bahkan mungkin sampai Ramadhan ini, aku masih berjuang untuk bisa bangkit. Obatnya pahit. Dan aku terkadang atau seringkali bandel, justru mengkonsumsi racun. Bagaimana mau sembuh? Alhamdulillah. Allah still give me chance to meet this Ramadhan. Ayo bel, semangat!

Back then 15 Ramadhan 1436H. Satu tahun, atau dua tahun setelahnya, aku bermain dengan angan-angan. Hanya karena pertemuan singkat sore hujan saat itu. Dan komentar seorang teman, saat aku ceritakan padanya tentang perasaan yang berbalik hampir 180°, dari benci, tidak suka, biasa saja, kagum, hingga sfi. Temanku berkomentar, "mungkin terhubung dengan doa". Lalu otakku heboh memainkan prasangkanya. Mungkinkah? Pernahkah ia berdoa untuk kebaikanku? Atau ini hanya benang yang aku ada-adakan eksistensinya? Pada akhirnya, aku harus puas dengan sebuah kesimpulan. Aku tidak tahu, hanya Allah yang Maha Mengetahui.

Back then, 15 Ramadhan 2015. It's not my best Ramadhan, maybe even my worst Ramadhan (Allahua'lam). But that night, that particular night, Allah menggerakkan hatiku. Lewatnya aku bisa hadir di masjid itu. Berjamaah dan shalat tarawih-witir di selasar itu. Sembari lirih memohon doa, "Sungguh, aku tidak mau tinggal di jurang dosa nan kelam". Hari ini, 18 Ramadhan, Allah really answers my prayer. Despite my lack power, my lack bravery to climb that ravine, Allah sampaikan aku di Ramadhan tahun ini. Tak terhitung berbagai nikmat yang ia curahkan agar aku bisa sampai di sini. Aku hanya mendekat sedikit, berdoa sedikit dan juga ikhtiar sedikit. But He gave me more than I even deserve. Maka benarlah,... bahwa petunjuk, iman, dan islam adalah harta tak bernilai yang bisa ditukar dengan apapun. Karena tanpa itu semua, mungkin malam itu, aku tidak berdiri dan tidak ikut menengadahkan tangan melangitkan doa.

Alhamdulillah. Alhamdulillahillazi tatimusholihat..

Allahua'lam.

istimewa, aku bahkan ingat sang imam membaca surat ath thur

Friday, May 25, 2018

Doa-doa Kecil

May 25, 2018 0 Comments
Bismillah.

Berapa lama ya, ga ngisi blog ini? Hehe. Katanya Ramadhan mau produktif nulis Bell? Ehm.

***

Ramadhan itu bulan istimewa, waktu istimewa untuk berdoa. Buktinya, tepat setelah ayat yang menjelaskan tentang Ramadhan, adalah ayat tentang doa.

Tulisan singkat ini, hanya ingin sedikit mengabadikan. Tentang doa-doa kecil yang kita panjatkan kepada Allah. Setiap hari, di Bulan Ramadhan. Dan perasaan unik, bahagia, amaze, ga nyangka, saat ternyata doa-doa kecil itu disambut jawabanNya. Jadi banyak bersyukur, kalau doa kecil, yang menurut kita remeh saja, didengar oleh Allah, apalagi doa tentang hal yang menurut kita penting. J


***

Hari ini seseorang mengajarkanku sebuah doa. Doa meminta empat perkara, huda (petunjuk), takwa, 'afaf (dijauhkan dari hal yang sia-sia), dan ghina (kekayaan hati). Allah mempertemukan kami di Bulan Ramadhan, sebagai bentuk jawaban doaku saat 'lari' dan 'sembunyi'. Ia menjelaskan padaku, bahwa sekedar minta petunjuk saja tidak cukup, perlu minta taqwa juga, agar petunjuk yang sudah hadir bisa kita amalkan. Perlu juga meminta 'afaaf agar kita tidak rugi waktu melakukan hal yang sia-sia. Juga perlu meminta ghina (kekayaan hati). 

اللَّهُمَّ إنِّي أسْألُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَى
“Allahumma inni as-alukal huda wat tuqo wal ‘afaf wal ghina.” Artinya: Ya Allah, aku meminta pada-Mu petunjuk, ketakwaan, diberikan sifat ‘afaf dan ghina.

Sumber : https://rumaysho.com/968-doa-meminta-ketakwaan-dan-sifat-qonaah.html


***

Selamat mengisi hari-hari Ramadhan dengan doa, termasuk doa-doa kecil. Sungguh Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan Doa. J

Sunday, April 22, 2018

Jawaban dari Allah atas Doaku

April 22, 2018 0 Comments
Bismillah.

#curhatsemua

Izinkan aku curhat di sini ya... meski aku tahu, ini bukan diary. Sebentar saja, nanti mungkin akan di balikin ke draft lagi.

Malam ini... entah mengapa aku belum ingin tidur. Chat kesana kemari, dengan seorang teman SD, bertahan meski koneksi putus-putus. Seolah aku memang ditakdirkan Allah untuk tidak tidur lebih awal. Sampai sebuah pesan muncul, dari ukhti Mentari Pagi. Izinkan aku memanggilnya seperti itu, meski domain blog Ukhti tersebut sudah diubah hehe.

***

Sebuah link tulisan, lalu kubaca, mataku memanas, mrebes mili deh. Satu atau dua. Teringat ba'da magrib saat itu, teringat sore hujan saat itu.

Izinkan aku menuliskan di sini, versiku. Dari sudut pandangku.

***

3 November 2016, saat yang lain mempersiapkan hadir di acara 411, setelah kontroversi penghinaan ayat Al Quran, aku justru mempersiapkan hadir ke acara berbeda, di kota yang sama. Saat itu, rencananya, ustadz Nouman Ali Khan akan hadir, bertempat di istiqlal. Aku yang sebelumnya banyak bersembunyi dan menghilang dari peredaran, tiba-tiba seolah dapat momen untuk muncul. Aku memberanikan diri menyambung silaturahim, pada beberapa teman, pada ia, yang mengenalkanku ustadz Nouman, pada teman satu jurusan, yang tidak pernah mengalami TPB, juga pada teman berjahim putih-hitam. Rencanya, akan hadir, bertemu esok hari di Istiqlal.

Masih 3 November, sehabis magrib, aku keluar kosan, beli makan malam. Saat hendak pulang menuju arah kosan, seorang wajah familiar menyapaku. Aku tersenyum, kaget melihat wajah ukhti Mentari Pagi. Kutanya, sejak kapan di Bandung. Ternyata tetehnya lanjut S2. Sang teteh balik bertanya, ditanya progres hehe. Aku jawab bergumam, jawaban yang tidak menjawab, kemudian ingin buru-buru kabur hehe. Tapi sang Teteh yang tegas itu tidak membolehkanku pergi hehe. Masih kuingat, ia memegang pergelangan tanganku erat, agar aku tidak kabur, lalu menyampaikan wejangan, "jangan lari, hadapi".

Jangan lari, hadapi. Itu jawaban Allah atas doaku. Yang pertama. Diantarkan lewat lisan ukhti Mentari Pagi.

Saat itu.. sebelum saat itu, aku memang jatuh bangun sendiri, fighting with my own self, with my own mind, mengurung diri, cuma keluar kalau beli makan, atau kalau lagi mood untuk bertemu banyak orang, kadang suka ngebolang keluar sendirian. Saat itu, rasanya tidak tahu jalan keluar dari jurang gelap. Saat itu, aku cuma bisa meminta pada Allah, agar ditunjukkan caranya. Karena aku, hanya seorang hamba yang dina, begitu lemah. Don't know how to start walking. Ibarat kaki yang pernah patah, di gips, trus untuk jalan lagi ragu, takut, belajar lagi dari awal. Beneran dari awal, titah lagi, rembetan lagi. Ga bisa sendiri, tapi minta tolong ke orang lain ga bisa, atau ga mau entahlah.

4 November 2016. Qadarullah ustadz Nouman ga jadi ke Jakarta, karena 411 lagi rame. Rencana silaturahim di istiqlal Jakarta, pindah ke masjid Istiqomah Bandung. Berempat kami makan bersama, shalat bersama, duduk di pelataran masjid istiqomah, foto bareng, dengan kamera seorang ukhti. Aku bener-bener bahagia.

Tapi tahukah? Sebenarnya orang tuh bisa bahagia dan sedih di satu waktu. Maksudnya? Kok bisa? Iya bisa. Saat itu semacam charging, tapi aku tahu... setelah hari itu, aku bisa saja jatuh lagi, berkubang di jurang lagi, berlumur dosa lagi, lari dari masalah lagi, sibuk dengan pertarungan dengan pikiran sendiri lagi. Saat itu aku bersama mereka, tapi aku tidak bisa bohong, kalau pikiranku sebenarnya melayang-layang ke tempat lain juga.

Masih 4 November 2016. Puas "main" di Masjid Istiqomah, kami berempat berencana ke Taman Balai Kota, pengen nyobain labirinnya. Jadi deh, kami ke Masjid Balai Kota, namanya masjid apa ya? Wkwkwk. Shalat ashar di sana, lalu berniat menyebrang ke taman, cewek-cewek liat deretan pedagang jajan, akhirnya mampir beli jajan. Aku masih merasa kenyang, tapi yang lain beli, agak haus sih, akhirnya aku membeli ultra milk rasa strawberry.

Saat hendak menyebrang, tiba-tiba hujan hadir, bress, kami memutuskan balik lagi ke masjid untuk berteduh, ke tamannya kalau udah reda aja. Saat hendak ke masjid, kulihat seseorang, ia membuka payungnya. Saat itu sih, ga mikir kalau itu cara Allah menjawab doaku. Saat itu, yang dipikirkan adalah, wajahnya familiar, itu.. orang yang aku kenal kah? Aku bertanya pada teman yang di sebelahku, ia waktu itu fokus ke penjual cuanki, dan ga pakai kacamata. Jadi ia menggeleng tidak tahu.

Malamnya, setelah ngobrol dengan teman, aku bisa menyimpulkan. Barangkali, sosok berpayung itu, pengantar jawaban Allah yang kedua, "Jangan bersedih". Kok bisa? Iya, qadarullah beberapa hari sebelumnya, saya mampir di blog sosok berpayung, dan tulisannya temanya itu, la tahzan.

***

Setelah hari itu... aku melanjutkan perjuanganku. Dengan bekal dua jawaban Allah, yang dikirimkan Allah lewat dua orang, lewat lisan dan tulisan dua orang. Yang pertama, "Jangan lari, hadapi". Yang kedua, "Jangan bersedih".

***

Jumat barakah, aku menyebutnya. Karena saat aku bertemu ukhti Mentari Pagi, itu sudah terhitung hari Jumat. Begitupun sore itu. Hujan, hari jumat, doa yang kupanjat diam-diam pada Allah, jawaban doa dari Allah.

Hari itu seperti pijakan awal, hingga aku bisa sampai saat ini. Aku mengingat setiap detailnya. Termasuk, bahwa hari itu.. ada G-Camp di ITB Jatinangor. Aku melihat posternya di sosmed, ada beberapa pembicara.

***

Teteh Mentari Pagi menuliskan di link yang ia kirim beberapa menit yang lalu, bahwa ia tidak ada di sisiku. Melalui tulisan ini, izinkan aku menjawabnya. Ia ada di sisiku. Aku saja, yang tidak bisa mengeja dan mengekspresikan dalam kata. Iya, mungkin setelah pertemuan malam jumat itu.. Tiap jumat setelah itu... sore, kami bertemu, meski aku kadang bolos, atau cuma hadir tanpa persiapan. Hehe.

***

Membaca tulisan yang dikirim teh Mentari Pagi, aku kembali teringat. Bahwa aku tidak akan bisa keluar dari jurang gelap itu, aku tidak bisa melalui masa-masa kelam itu, jika bukan karena doa-doa banyak orang. Doa mamah papah mba ita aan. Doa teh Mentari Pagi. Doa teman-teman shalihah. Doa banyak orang lain yang aku tidak pernah tahu.

Alhamdulillah... Alhamdulillah bini'matihi tatimushalihaat, mujiibud da'waat..

Sungguh Allah Maha Mendengar. Bukan cuma doaku, tapi doa setiap hamba-Nya yang berdoa.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.

Allahua'lam.

Monday, January 22, 2018

Cara Allah Membuatku Lebih Produktif

January 22, 2018 0 Comments
Bismillah.

*warning* banyak curhat

Aku takut kepekaan hatiku suatu saat hilang, jadi izinkan aku mencatatnya di sini. Tentang cara Allah menjawab doaku, agar aku lebih produktif.

Allah made me left my phone home. And I learn to fill my daily activities away from distraction from those little thing.

Bukan cuma sekali, beberapa kali. Qadarullah tertinggal karena aku buru-buru berangkat, cuma ambil tas laptop, yang sering tidak berisi laptop, melainkan mukena, pena, buku tulis, alquran dan terkadang sebuah buku bacaan.

Saat aku jauh dari rumah, pekerjaanku di sana, banyak waktu luang, karena mayoritas memang menunggu. Jika ada benda kecil yang dipenuhi ribuan distraksi itu (baca: handphone), aku tanpa sadar bisa menghabiskan waktu luang untuk menatap layar 5inchi itu, entah streaming video, main sosmed, main game, dan menanggapi berbagai distraksi lain dari benda tersebut.

Tapi saat benda itu jauh, karena tertinggal, aku jadi bisa melakukan hal lain yang lebih produktif, entah itu lebih banyak waktu membuka quran, menulis lintasan pikiran, membaca buku, atau hal-hal lain. Meski memang tidak menjamin aku bisa benar-benar produktif (ada saat-saat aku terkantuk, atau kebanyakan melamun) *uah.. Tulisan ini banyak buka aib. Will be deleted soon, I mean, back to draft.

Intinya, jawaban Allah sederhana, tapi selalu manis kalau aku lagi peka. "Wah, aku baru doa tadi pagi loh, dijawab pagi ini juga." Bukankah manis? Hehe.

Allah made me left my charger, when I left home with low battery phone.

Mirip sama poin pertama, tapi beda dikit. Aku seolah disajikan Allah pilihan, untuk menghabiskan batre telpon sekali jalan, dalam waktu singkat, tapi tidak bisa menggunakannya di siang-waktu pulang ke rumah. Atau aku memilih jarang menggunakannya, mematikan internet, menahan diri untuk ga banyak nonton video, menahan diri untuk ga main game, yang semua itu memakan banyak energi listrik dari batre hp.

Biasanya sih, saya pilih yang pertama hehe. I don't care when it's already dead. Aku sering gitu, membiarkan diri tidak tahu jam. Tidak apa-apa, toh masih di Indonesia, ada adzan yang jadi pengingat waktu shalat. Aku mungkin salah satu manusia biasa, yang hidupnya tidak lepas dari benda ini, yang sering senyum-senyum sendiri menatap layar, menundukkan kepala. Tapi juga bukan tipe yang kalau hape mati, atau tertinggal, ya sudah, aku bisa hidup tanpa hp untuk satu, dua atau tiga hari. Pernah soalnya, hp hilang/rusak, dan aku memilih berprasangka kalau aku harus puasa dengan hp berhari-hari, yang hasilnya, mamah telpon khawatir via temen-temenku. My bad..


Tapi sekarang, karena aku di Purwokerto. Aku ga perlu merasa bersalah atau khawatir tentang itu lagi. Yang paling khawatir kalau aku tidak bisa dihubungi adalah mamah dan papah. Tapi saat ini, nyaman sekali rasanya, pagi bertemu, sore malam bertemu. Pulang rumah juga dijemput. Even if my handphone left at home, or have a dead battery, they might even don't know. Ya, pernah soalnya, aku pulang, tanya hp-ku dimana, jawabannya, "Loh, emang tadi ga dibawa?" Aku cuma nyengir dan segera menuju tempat persembunyian hpku.

Allah made the internet connection super slow, like this morning. Somehow, someway.


Ini sering loh, aku juga heran. Padahal misal biasanya mah lancar-lancar aja. Tapi somehow koneksinya super lambat, atau sering connect disconnect tethering-nya. Jadinya? Ya, akhirnya waktu nunggu konek, aku jadi kepikiran buat ngerjain hal lain. Bisa jadi sarapan, atau menulis ini. Pokoknya sedikit lebih produktif.

Aku gitu siih, kalau koneksi internet lancar, suka lupa waktu, habis waktu untuk berselancar, nonton ini itu, baca ini itu. Ga bener.

***

Udah, itu aja cerita/curhatku. Aku sukaa... kalau lagi peka gini. Bagaimana aku bisa soktau kalau hal-hal diatas adalah jawaban Allah atas doaku. Iya aku emang sok tahu, tapi semoga gapapa, ini caraku berusaha untuk berbaik sangka pada-Nya.

Maaf, kalau aku sok tahu. Allahummaghfirli. Ya Allah, aku tidak tahu apa-apa. I know nothing. Allah knows all. Wallahua'lam.