Follow Me

Showing posts with label puisi. Show all posts
Showing posts with label puisi. Show all posts

Thursday, October 24, 2024

Tidak Banyak

October 24, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

Sudah lama, aku tidak bertemu momen atau peristiwa yang membuatku tergerak menulis puisi. Tapi hari ini, alhamdulillah diberikan kesempatan seperti itu.

 

So I sat there at the rainbow colored swing outside a quiet kindergarden. Writing this while waiting to be picked up. *bener gak sih bahasa inggrisnya dijemput? -.- kok pas nulis berasa kaya jadi paket yang siap diantar haha.

 

 


***


Jika ada yang membaca ini, dan mencoba menerka kejadian apa di balik puisi ini. Jangan terlalu dalam berimajinasi. Aku kadang hanya sedang ingin mendramatisir perasaan negatifku, berusaha menangkap emosi tersebut dalam kata abstrak. Kebetulan juga sedang di masa-masa sensitif, jadi semakin menjadi.


Oh ya, bicara tentang puisi. Beberapa waktu yang lalu ada yang berkunjung ke postingan keempat terlama di blog ini. Maybe me, or someone else who later regret it. Tapi karena kunjungan tersebut, aku jadi "naik mesin waktu", dengan membaca ulang tulisan lama di blog ini. Mulai dari saat aku SMP kelas 9, lalu SMA kelas 11.


Aku ingat saat itu aku di lab komputer, yang letaknya di sebelah sekre pramuka, di sebelah selatan lapangan. Saat itu kami diberi tugas membuat blog. Boleh pake multiply, blog, dan beberapa penyedia blog lain. Termasuk blogspot. Lalu aku menulis, ditutup puisi.



Membaca tulisan lama di blog ini membuatku menertawakan diriku di masa lalu. Aku saat muda dulu. Aku yang dulu menulis banyak puisi karena sering merasakan derik rasa aneh dan baru di masa-masa itu.

 

Aku juga tersenyum, membaca betapa emosionalnya aku saat menulis puisi selepas dilantik jadi pengurus. Rasanya begitu berat, ditinggal pergi kakak-kakak kelas yang biasanya membimbing. Apalagi saat itu aku merasa sendiri, karena kebanyakan teman satu divisiku naik jabatan jadi pengurus inti, sedangkan aku merasa ditinggal sendirian di divisi tersebut *why I can't remember the name of the division? Kayanya ada pendidikannya gitu deh. Found it, glad I write about it. It's IK (Ilmu dan Kreativitas), salah satu prokernya nerbitin majalah, pas aku jadi pengurus malah gak diizinin bikin majalah, akhirnya buat buletin.

Baca juga: Nostalgia MSDM + IK

Aku juga dibuat tersenyum, saat membaca betapa optimis dan penuh mimpinya aku pas muda dulu. Sampai aku menulis puisi berjudul Tujuh Asa Terindah. Padahal kalau diingat-ingat, aku menulis puisi itu tanpa dasar apapun. Hanya dari imajinasi saja. Aku tidak punya 7 asa yang ingin kugapai. Aku cuma ingin menggunakan frase "asa terindah", karena saat itu sering denger lirik dengan frase itu. Tapi saat membaca ulang isinya, aku melihat diriku sudah sedikit tahu sedikit getirnya dunia, bedanya dulu pandanganku masih tajam, sehingga bisa kutulis bait-bait itu.


Akan terus berlari walau lumpuh bersarang di kaki
Akan terus melompat gapai bintang di langit,
Walau aku tau, langit berlapis tujuh..
Karena akupun..miliki tujuh asa terindah.


***

 

Tidak banyak momen atau peristiwa yang menggerakkan jemari menulis bait, dalam puisi yang jauh dari puitis. Semoga di momen yang tidak banyak itu, aku tidak menghentikan jemariku untuk bergerak. Merangkai kata meski bukan diksi yang indah. Merangkul makna meski lengan barisnya tak lagi selentur dulu.


Sekian. Mari menulis puisi, jika terbata, mungkin perlu awali dengan membaca lebih banyak puisi. Lalu biarkan kamu bereksperimen dengan kata dan rasa dalam hati. ^^ Bye!

Tuesday, June 1, 2021

Itu Tetap Cinta

June 01, 2021 0 Comments

 Bismillah.


Identitas Buku



Judul: Dikatakan atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cipta - Kumpulan Sajak

Penulis: Tere Liye

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit : 2014

Jumlah halaman : 69 *halaman yang ada puisinya aja, belum bisa cek ulang karena di ipusnas lagi abis stok pinjemnya.


Review Buku


Berawal dari diskusi di grup Sastra Muda Indonesia, ada yang kasih rekomendasi, novel Romance yang ga cuma bahas romance, tapi sering menyinggung juga tentang sosial atau hal lain. Dari situ, aku jadi tertarik mengetik keyword Tere Liye di aplikasi iPusnas, dan menemukan ternyata banyak banget novel Tere Liye yang udah ada di iPusnas. *kemana aja hehe. Berhubung baru beres baca novel Reem, dan gak ada motivasi buat baca buku fiksi lagi, aku akhirnya pilih buku ini, buku kumpulan puisi itu, cepat dibaca, pas banget lah dimasukin list buku untuk laporan program SERI hehe.


Sejujurnya aku agak sedikit kecewa sih pas baca isinya. Ada ekspektasi lebih, tapi aku sadar diri juga, siapa gue mau ngomentari puisi orang lain hehe. Aku ngebayanginnya tuh akan dapet diksi-diksi yang nyastra kaya yang selalu aku dapetin kalau baca bukunya Salim A. Fillah. Aku lupa, dan memang sudah lama banget terakhir baca karya Tere Liye.


Sisi positifnya, puisi-puisi di dalamnya dikemas dalam bahasa sederhana. Beberapa di dalamnya unik, seperti puisi tentang matematika cinta *semacam itu. Maaf nih gak bisa kasih kutipannya, karena baca di ipusnas dan saat ini kondisi bukunya gak available buat dipinjem.


Ada dua kutipan yang aku catet dari buku ini. Sayang aku gak nyatet judul puisinya. Yang pertama:


"Tapi sungguh, siapa pun yang sabar dan tekun

Akan mekar seperti bunga

Akan indah seperti purnama

Dan akan menakjubkan seperti kupu-kupu" - Tere Liye


Dan satu lagi, sekaligus penutup tulisan ini. Diambil dari puisi dengan judul yang sama dengan judul buku.


"Tidak mengapa

Kita tahu persis, tidak berkurang nilainya" - Tere Liye


Allahua'lam.




Tuesday, July 28, 2020

Belajar Berpuisi Bareng Sastra Muda Indonesia

July 28, 2020 2 Comments
Bismillah.

Dan dari sekian banyak grup wa tentang tulis menulis yang aku masuk di dalamnya, pekan ini, aku banyak belajar tentang puisi dari Sastra Muda Indonesia.

Aku kenalan sama Sastra Muda Indonesia (SMI) dari salah satu grup wa kepenulisan juga, blog personal penulis. Grup wa itu memang gak terlalu aktif meski penghuninya banyak. Sering dikunci.

Suatu hari, dibuka kuncinya sama admin, trus ada sesi perkenalan. Seperti biasa, kenalan deh. Nah setelah itu ada yang izin share link grup wa SMI. Katanya sih, barangkali ada yang ingin bergabung, 'untuk menghilangkan dahaga diskusi sastra pada kawan-kawan'.

Meski fokus menulisku bukan puisi, dan ga tahu banyak tentang sastra, tapi saat itu, aku pikir ga ada salahnya gabung ke grup SMI. Toh bisa menjadi silent reader. Seperti biasa. Hehe

Di grup Sastra Muda Indonesia ini... selain tempat share hasil puisi, ada juga projek antologi. Seingetku, selama aku jadi penghuni, ada dua projek. Antologi puisi. Sama awal Juli kemarin dibuka projek antologi cerpen. Jangan tanya teknisnya ya, saya ga ikut dua-duanya. Hehe. Oh ya, ada grup khusus buat yang mau ikut projek antologinya.

***

Balik lagi tentang belajar berpuisi bareng SMI. Jadi pekan kemarin dan pekan ini ada beberapa diskusi gitu. Yang pertama sih kuis give away gitu, hadiahnya novel. Kuisnya memperbaiki atau mengedit kalimat. Ada tiga soal, diminta diperbaiki kapital, tanda baca, preposisi, spasi, kata baku, sesuai PEUBI. Seperti biasa aku ga ikutan hehe. Ikut ngeramein sih, tapi niatnya buat belajar. Ga jawab semua pertanyaan.

Teknik Menyadur dalam Puisi


Trus yang kedua diskusi tentang teknik menyadur dalam puisi. Apa itu? Jadi ternyata dalam menulis ada yang namanya teknik menyadur, mirip-mirip istilah ATM (amati tiru modifikasi). Jadi biasanya lewat apa yang kita baca, kita jadi menulis puisi yang bumbunya mirip dengan bacaan kita. Entah itu dari segi tema atau nuansa puisinya, atau hal-hal lain. Jadi, yang dimaksud menyadur di sini, bukan plagiat ya hehe.

Kalau menurut admin SMI ada dua bagian, teknis referensi sama wabah. Kalau referensi, kita bisa melihat jelas kalau puisi B me-refer puisi A, karena tidak banyak mengubah garis besar puisi acuan. Sedangkan teknis wabah, tidak secara ekspilisit.

Aku share contoh dari grup SMI ya. Contoh ini dibuat oleh admin SMI.

Saya membaca puisi:
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu 
Lalu saya menulis puisi dengan puisi di atas sebagai referensi: 
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan diam paling berbahasa yang tak sempat diutarakan kata kepada frasa yang menjadikannya klausa 
- Aqmal, dalam grup whatsapp Sastra Muda Indonesia

Itu contoh teknis referensi. Kalau teknis wabah?

Saya membaca puisi:
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana, dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu 
Lalu saya terkena "wabah" puisi di atas dan menulis: 
Mencintai adalah salju terakhir yang mencair pada musim dingin yang asing. Dingin yang tak sempat dicatat termometer. 
- Aqmal, dalam grup whatsapp Sastra Muda Indonesia

Sampai di sini, paham bedanya? Hehe. Aku juga masih meraba-raba. Maklum masih newbie di dunia puisi dan sastra.

Yang jelas kalau teknis menyadur teknis referensi, kita dengan gamblang bisa tahu, oh ini 'terinspirasi' dari puisi A! Tapi kalau menyadur teknis wabah, kita perlu membaca lebih cermat, agar tahu puisi X adalah hasil wabah dari puisi A.

Awalnya aku kira yang "wabah" itu cuma terinspirasi menulis dengan tema yang sama. Tapi setelah dibaca ulang, ternyata ada hal lain yang seirama. "Kayu pada api yang menjadikannya abu" seirama dengan "salju terakhir yang suhunya tak sempat tercatat di termometer".

Di akhir diskusi, ada semacam ajakan untuk tidak ragu menulis puisi. Tidak mengapa menggunakan teknis menyadur, entah itu referensi maupun wabah. Karena memang beda ya, plagiat sama menyadur. Meski bedanya tipis, dan memang harus hati-hati. Jangan sampai kita copas puisi orang lain, edit satu dua kata, trus diaku-aku karya sendiri.

Tentang Puisi Organik


Ini diskusi ketiga di SMI yang ingin kutuliskan di sini. Jadi kan di grup Sastra Muda Indonesia, selain bisa share puisi karya kita, bisa juga minta kritik dan saran. Nah, waktu itu ada yang share puisi, dan salah satu masukannya, adalah agar menghindari menyajikan puisi organik.

Puisi organik. Puisi alami, tanpa tersentuh "teknologi" bahasa apapun. 
-Aqmal, admin grup whatsapp Sastra Muda Indonesia

Why? Begitu seruku dalam hati hehe. Soalnya puisi yang aku tulis, di blog magicofrain semuanya organik hehe. Tanpa banyak effort memang. Hanya kalimat yng kupenggal jadi beberapa baris, dipisahkan dalam bait. Lalu selesai. Asalkan bisa mengikat makna dan perasaanku saat itu. Itu cukup. Toh cuma dibaca sendiri. Aku memang biasa berpuisi hanya saat tak ingin bernarasi. Juga saat temanya sensitif dan ingin kurahasiakan. Makanya kumpulan kata yang tidak bisa disebut puisi tersebut, aku simpan di blog private, yang cuma bisa dikunjungi diri. Google juga ga bisa berkunjung hehe.

Setelah beberapa penjelasan di SMI, aku jadi sedikit mengerti. Mengapa kita disarankan menghindari puisi organik. Ternyata puisi organik itu bukan kaya sayur organik yang sehat dan bergizi. Puisi organik itu lebih mirip bahan baku mentah yang belum dipoles dan dipercantik. Ibarat kopi instan yang cuma tinggal seduh, bandingkan dengan segelas kopi yang biji kopinya pilihan, diolah dulu, ditambahin krimer, susu, atau apalah -- saya ga paham dunia perkopian. Intinya tentu beda kan rasanya? Hehe. Semacam itu.

Dan supaya puisi kita ga organik, ga mentah, perlu ada usaha lebih. Harus banyak belajar, banyak membaca, juga banyak latihan menulis serta menulis ulang.

***

Wah, gak kerasa udah panjang hehe. Kita sudahi saja ya. Kalau ada yang tertarik ingin gabung SMI, bisa pm ke saya ya, atau email boleh deh. *saya lagi nunggu jawaban di grup SMI, barangkali Sastra Muda Indonesia ada sosial media yang bisa diakses pembaca.

Jujur agak merasa bersalah, karena pernah share link telegram menulis 8PM, dan grupnya jadi banyak diisi bot dll. Udah aku hapus sih linknya, tapi tetap saja, rasa bersalahnya tertinggal.

Anyway, sebelum makin ngelantur. Mari kita akhiri tulisan ini. Semangat pagi semua~ Semangat menulis! Yuk belajar menulis puisi!

Allahua'lam.

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi minamal satu cerita dalam satu minggu.

Monday, December 2, 2019

Gravitasi

December 02, 2019 2 Comments
Bismillah.

#puisi

Ingin menyalin puisi di sini, dari buku catatan. Tertulis di sana tanggal 18 November 2019.



Bukankah fitrah?
Hukum alam?
Bahwa gravitasi
akan menarikmu ke bawah
dan "bug" kau jatuh lagi

Sesekali memang harus begitu
Agar kau tak merasa tinggi
Agar mencicip lagi kehinaan
Kemudian hatimu tunduk
dan mengadu lagi
pada Yang Maha Tinggi

***

Puisi di atas bentuk ekspresi setelah melakukan kesalahan. Berharap aku bisa belajar dan tidak diam dan salah memilih respon.

Belajar... bahwa setiap kita jatuh, kita bisa segera bangkit sembari memetik hikmah dan pelajaran dari kejadian yang rasanya jauh dari manis itu. Sedikit pahit, sedikit perih. Tapi cukup untuk membuat diri sadar lagi, bahwa bisa jadi ada perasaan 'tinggi hati' yang perlu dibersihkan. Cukup untuk membuat diri sadar lagi, betapa limbung kaki kita jika bersandar pada kemampuan diri. Cukup membuat diri teringat, bahwa yang menggerakkan otot dan syaraf di kaki kita, untuk melangkah, berlari dan melompat bukan diri kita, bukan semata karena kemampuan kita, ada izin dari Allah. Begitu pun hati. Yang membuatnya tergerak melaksanakan amal, baik yang wajib maupun sunah, adalah hidayah dari-Nya. Dan itu... harus terus menerus kita minta.


اللهم ات نفسي تقواها وزكها أنت خير من زكها أنت وليها ومولاها

Allahumma ‘ati nafsi taqwaha wa zakkaha anta khairu man zakkaha anta waliyyuha wa maulaha

Ya Allah berikan jiwaku ini ketakwaan, sucikan ia, Engkaulah sebaik-baik yang mensucikannya, Engkau penolongnya dan pemiliknya. (HR Muslim). [1]


Allahua'lam.

***

Keterangan:

Saturday, October 5, 2019

Aku Ingin Berpuisi Lagi

October 05, 2019 0 Comments
Bismillah.

Harusnya judul tulisan ini Menengok Diary Jaman SMA bagian 2.

Jadi selain apa-apa yang udah kutulis ditulisan sebelumnya, ada hal lain yang aku dapatkan setelah baca diary jaman SMA.

I got a ton of longing feeling. Ada satu ton rindu yang kuambil dari sana. Bukan rindu ingin mengulang masa lalu, no no no. Bukan itu.

Tapi rindu teman-teman SMA, apa kabar kalian? Sehat? Maafkan aku yang begitu buruk menjalin komunikasi *peace.

Juga.. rindu ingin berpuisi lagi.

Terutama saat membaca barisan puisi bercoret di awal diary.

Juga cerita saat aku kehilangan buku hijau berisi puluhan puisiku. Salah sendiri naruh di laci sebelum masa ujian.

Juga saat membaca momen menunggu jemputan dan aku asik bercorat coret di sebelah pos satpam, tidak mempedulikan lalu lalang motor, sepeda dan siswa yang berjalan kaki. Ya, sesekali mengangguk dan mendongakkan kepala saat dipanggil, atau ditanya kenapa sendiri, tapi selebihnya kembali lagi berteman dengan tinta dan kertas.

Oleh karena itu... kemarin aku mencoba menulis puisi lagi.. ada tiga. Aku salin semua? Atau sebagian saja? Hehe. Karena sepertinya aku sedang condong ke ekstrovert, let's just share all of them. ^^

1st

2nd


3rd
***

Mari berpuisi kembali, semoga dengan itu motivasiku menulis naik lagi. Aku harus mengingatkan diriku, dulu sekali, aku memulainya dari menulis puisi. Rangkaian kata yang di pisahkan dalam bait. Bukan kalimat yang dirangkai dan dipisahkan dalam paragraf.

Semangat menulis^^ dan membaca tentunya! Semangat berkarya, meski dari nol lagi, meski dari hal-hal kecil terlebih dahulu.

Semoga tiap kata yang tertuang mengingatkan kita, bahwa Allah-lah yang pertama kali mengajarkan manusia kata-kata. Bahwa karena nikmat dari Allah, otak, hati dan jemari kita dapat bersinergi dan menulis. Alhamdulillah, alhamdulillahi rabbil 'alamin. J

Allahua'lam.

Wednesday, August 7, 2019

Tugas Materi Pertama FFB (Forum Femininitas Bunda)

August 07, 2019 0 Comments
Bismillah.


Materi pertama tentang Bunda dan Feminitas. Semacam prolog kenapa penting seorang perempuan yang kelak akan menjadi bunda untuk mengasah kembali feminitasnya, fitrah perempuannya. Di zaman milineal dimana sekolah tanpa sadar mengikis feminitas dan membangun maskulinitas. *ga bisa jelasin lebih panjang dan lebih jelas, karena takut salah. Trus di kontrak belajar juga disarankan tidak share materi, selama masih jadi siswa. Beda ya, kalau yang angkatan pertama dan sudah matang pemahaman akan materinya.

Nah, materi pertama ini tugasnya sederhana, tapi bisa jadi sulit hehe. Yaitu buat puisi atau pantun tentang keluarga, alam, atau ayat Al Quran. Kenapa buat puisi/pantun, karena itu merupakan salah satu hal yang bisa mengasah feminitas.

Jujur, udah lama ga buat puisi. Blog magic of rain, yang awalnya diniatkan jadi blog puisi, sekarang sudah tidak, lebih ke blog berisi curhatan hehe.

Lewat tugas ini, aku belajar lagi buat puisi. Mungkin lebih pas disebut tulisan yang disusun dalam bait dan bukan paragraf hehe. Tidak berjudul, tapi mungkin kalau dikasih judul, "Ayat-ayat Semesta", atau "Adakah yang Mau Menguntai Ayat-ayatNya?"

***

Semesta menyimpan ayat-ayatNya
Menanti insan untuk membacanya
Mendengarkannya
Kemudian mengambil pelajaran darinya

Tapi manusia terlalu sibuk akan dunia
Matanya melihat, tapi buta akan tanda-tandaNya
Telinganya mendengar, tapi tuli akan ayat-ayatNya
Sedangkan hatinya?

Hatinya beku dan mengeras
Gelap gulita
Tertutup kerak dosa berlapis-lapis

Semesta menyimpan berjuta ayat
Hanya hamba-hamba terpilih yang mampu memetiknya
Merenunginya, serta berjalan dengan tuntunanNya

Hamba-hamba terpilih itu…
Hatinya mungkin bukan tanpa noda
Tapi mereka berupaya mensucikannya
Hatinya mungkin masih dinaungi gelap
Tapi mata dan telinganya digunakan untuk mereguk cahaya
Membaca kalamNya
Mendengarkan firmanNya

Semesta berhias butir-butir ayat
Adakah yang mau menguntainya?
Menjadi petunjuk agar hidup di dunia mengantar pada kebahagiaan akhirat

***

Menyalin ulang baris-baris 'puisi' di atas mengingatkanku pada beberapa ayatNya..
…. Waja'alnahum sam'aw wa absharaw wa af-idah fa ma aghna anhum sam'uhum wa la absharahum wa la af-idatahum min syai-in.… (Al Ahqaf: 28) 
Dan kami telah memberikan kepada mereka pendengaran, penglihatan dan hati; tetapi pendengaran, penglihatan dan hati mereka itu tidak berguna sedikit pun bagi mereka.

Juga,
Rasulayyatlu 'alaikum ayatullahi mubayyinatil liyukhrijalladzina amanu wa 'amilusholihati minadzulumati ilannur… (Ath Thalaq: 11)
(Allah mengutus) Seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Allah kepadamu yang menerangkan (bermacam-macam hukum), agar Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, dari kegelapan kepada cahaya.

Pertama tentang nikmat mendengar, melihat dan hati, yang sedikit sekali kita syukuri, yang seringkali tidak kita pergunakan untuk mengingatNya, untuk mendengar, melihat, dan mengambil petunjuk dari ayat-ayatNya

Yang kedua, bagaimana ayat-ayat tersebut akan mengeluarkan kita dari gelap pada cahaya. Baik ayat-ayat yang ada di Quran, maupun ayat-ayatNya yang tersebar di semesta, di alam, di keseharian kita.

***

Mengikuti forum feminitas bunda membuatku sadar, bahwa feminitas bukan tentang apa yang tampak di luar, bukan tentang ahli dalam urusan dapur, bukan... feminitas itu terkait hati, kepedulian, intuisi, empati, perasaan, cinta, dan ketulusan.

Aku... masih perlu banyak belajar.

Allahua'lam.

Sunday, March 31, 2019

Sebelum Maret Berakhir

March 31, 2019 0 Comments
Bismillah.



Hanya ingin menyalin beberapa tulisan dari blog magic of rain, kalimat ambigu, bait tanpa judul. Atau diberi judul, dengan judul super asal hehe.

~#~

Seperti Allah yang percaya menitipkan ujian itu padanya
aku juga harus berusaha percaya padanya

bahwa ia bisa menyelesaikannya
dengan bantuan Allah tentunya
aku tak boleh meragukannya
atau memandang rendah prosesnya
karena memang berbeda tiap tanjakan hidup seseorang


*ditulis 13 Desember 2018, dengan judul "Seperti Allah percaya"

~#~

Terkadang ada hari seperti ini
saat mataku terasa lembab
seolah waktu yang tepat untuk menangis
meski belum ada sebab
Harusnya membaca ayatNya
lalu menangisi dosa
atau tangis takut akan azabNya
atau tangis haru atas nikmatNya yang terus mengalir
Hari ini lembab

*ditulis 20 Oktober 2018, dengan judul "Lembab"


~#~

...
ketidaktahuan ini
memang menghadirkan kuriositas
tapi ketidaktahuan ini
juga memekarkan baik sangka padaNya
semoga aamiin


*ditulis 22 September 2018, dengan judul "I'm not in a good condition"

**bukan keseluruhan postingannya, hanya bagian penutupnya saja.


~#~

Emosi penuh, perlu dituang
dalam secangkir rasa
atau semangkuk warna
Namun mulut tekonya bungkam
tertutup
akankah ia meledak
jika tidak dituang?



*ditulis 3 Maret 2018, dengan judul "Hmm..."



~#~

Terakhir, jika emosi penuh, dan perlu dituang dalam secangkir rasa atau semangkuk warna. Namun mulut tekonya bungkam atau tertutup. Solusinya, ajari sang teko untuk menulis, ia tidak perlu membuka mulutnya, ia hanya perlu menggores tinta, atau menekan keyboard, menuangkan rasa dan warna bukan dalam cangkir atau mangkuk, namun dalam kata, yang menjelma menjadi kalimat. Jikapun tidak menjadi kalimat, semoga bisa menjadi bait-bait sajak, yang penuh rasa, juga penuh warna.

Allahua'lam.

***

PS: Atau ajari tekonya untuk berdoa, mengadukan luapan emosi kepada Sang Maha Mendengar^^

Thursday, March 1, 2018

Dari Blog Magic of Rain

March 01, 2018 0 Comments

Bismillah. Membaca banyak tulisan di sana. Menyicip lagi ribuan perasaan yang pernah aku tumpahkan di sana. Hingga terhenti di kumpulan kata bak puisi tersebut. Tiba-tiba hatiku tergerak untuk memindahkannya di sini.

Saat itu. Entah apa yang membuatku berkaca kuadrat. Namun semoga, hatiku selalu peka, akan setiap nikmat dariNya. Semoga setiap hari, rasa syukur mekar di hati, kemudian berbuah dalam lisan dan perbuatan.

Allahumma a-inna 'ala dzikrika wa syukrika wa husni ibadatik. Aamiin.

Wallahua'lam.

Wednesday, August 23, 2017

Februari 2017

August 23, 2017 0 Comments
Bismillah.
#puisi

Screenshoot dua puisi dari blog The Magic of Rain.

Dua kata yang menggambarkan dua puisi yang ingin aku kutip, dark and confused. Tapi tahu gak, hal yang unik dari Februari dan April 2017? Jadi ceritanya, karena penasaran kenapa bulan februari aku nulis puisi beginian, aku cek archieve blog ini. Dan uniknya, kuantitas tulisan di bulan Februari dan April sama coba, 16 tulisan wah. Coincidence? Hebat ya wkwkwk. Aneh, unik, tapi info ga penting banget hehe. Udah ah prolognya, selamat membaca, bagi yang minat.

***




***

Penutupnya? Tentang understanding myself, mungkin masih belum sempurna, aneh ya, padahal diri sendiri tapi aku ga bisa sepenuhnya ngerti, apalagi orang lain. Perlu banyak usaha untuk bisa mengerti orang lain. Hebat banget Allah, Allah Maha Tahu Maha Mengerti semua hambanya, bukan secara general, tapi secara personal ke personal. Bahkan daun yang jatuh pun, dari pohon mana, dimana, kapan, detik dan milisekon keberapa. 

Tentang tanpa cahaya, kalau ga punya, cari lah. Inget ga perumpamaan dalam al waqiah, tempat kedudukan bintang, itu perumpamaan apa? Udah inget? Trus tahu harus ngapain? Hold on it, by any means. Bukan literal cuma sekedar di pegang.

Sekian.

Allahua'lam.

2017 April

August 23, 2017 0 Comments
Bismillah.
#puisi

Hanya ingin menyalin puisi dari blog The Magic of Rain.

***



***

Bukan puisi, cuma kata yang yang dijeda dan tidak dijadikan kalimat. Dari SD ga ada perkembangan kualitas puisi hehe. Mungkin karena kurang baca, dan ga fokus ke sana juga.

Bukan puisi bagus, tapi kenapa di share di sini? Entahlah, cuma pengen ambil beberapa aja. Kemudian lanjut baca-baca tulisan di blog itu sampai aku bosan. Bukan puisi bagus, tapi kenapa di share di sini? Entahlah, cuma ingin menambah kuantitas tulisan di sini. Agustus sudah mau berakhir.

Bukan puisi bagus, tapi kenapa di share di sini? Entahlah? Katanya entahlah.. tapi kenapa pertanyaannya diulang terus? I wish I found a better reason. That's why.

Allahua'lam.

***

PS: Udah nyalin tapi dihapus, males ngedit format, jadi pilih post screen shoot aja hehe.

Friday, March 17, 2017

Puisi: Bola Bekel

March 17, 2017 0 Comments
Bismillah.

Puisi ini ditulis setelah tugas dari kompilasi. Disalin dari blog puisiku, tertanggal di sana 10 Maret 2015.


***

Bola Bekel
by: Isabella Kirei
Aku ingin belajar
Menjadi seperti bola bekel
Yang tak lelah melompat
Meski berkali-kali dijatuhkan 
Aku ingin bertanya
Pada bola bekel
Bagaimana caranya
Segera melompat ketika terjatuh 
Aku ingin bertanya
Bukankah sakit?
Bagaimana bisa
Justru melompat makin tinggi 
Aku ingin belajar
Menjadi seperti bola bekel
Apakah bisa? 
Dan kini aku jatuh lagi,
Allah... ajarkan aku melompat lebih tinggi 
Dan kini aku terpelanting lagi,
Allah... ajarkan aku cara kembali kepadaMu 
Ajarkan aku.. meniti kembali pintu taubat
Meski dosa bergunung-gunung 
Ajarkan aku.. bersabar hadapi tiap ujian
Meski berat, meski sulit
***
Sampai jumpa lagi~ in syaa Allah.

Allahua'lam.

Wednesday, January 4, 2017

At This Very Second,

January 04, 2017 0 Comments
#blogwalking

Bismillah.

precious
Right now at this very minute…
Someone is very proud of you.
Someone is thinking of you.
Someone cares about you.
Someone misses you.


Someone wants to talk to you.
Someone wants to be with you.
Someone hopes you aren’t in trouble.

Someone is thankful for the support you have provided.
Someone wants to hold your hand.
Someone hopes everything turns out all right.
Someone wants you to be happy.


Someone wants you to find them.
Someone is celebrating your successes.
Someone wants to give you a gift.
Someone think you ARE a gift !.


Someone hopes you are not too cold, or too hot.
Someone wants to hug you.
Someone loves you….
Someone wants to lavish you with small gifts.


Someone admires your strength.
Someone is thinking of you and smiling.
Someone wants to be your shoulder to cry on.
Someone wants to go out with you and have a lot of fun.


Someone thinks the world of you.
Someone wants to protect you.
Someone would do anything for you.
Someone wants to be forgiven.
- Ariyantika Wulandari, You're Everything to Somebody
***

Friday, November 11, 2016

Bukan Seribu Bintang

November 11, 2016 0 Comments
Bismillah.

Bukan Seribu Bintang
by: Isabella Kirei 
bukan seribu bintang
atau benderang bulan
juga hangat sang surya

bukan

aku hanya ingin
setetes embun
atau rintik gerimis
atau deras hujan

dan biarlah kelabu dulu
dan biarlah gelap dulu
tak apa
tak apa

karena bukan
seribu bintang,
benderang bulan,
hangat sang surya

tapi setetes air
penyejuk hati
kala dahaga
tak lagi tertahan
dan tandus
terlalu lama menggersang
Allahua'lam.

Keterangan : disalin dari blog puisiku, di sana tertanggal 25 Juni 2012

Thursday, September 22, 2016

Wednesday, April 1, 2015

Wednesday, November 20, 2013

Mendaki Gunung

November 20, 2013 0 Comments

-Opini-
Mendaki sebuah gunung bukan sebuah kebanggaan, Kawan
Karena kalau kita anggap pendakian gunung itu kebanggaan
Maka jangan lupa, penduduk setempat bahkan setiap hari
Setiap hari mencari kayu bakar, rotan, dan sebagainya di sana
Bahkan anak-anal mereka pergi memancing ke atas danau di gunung
Berangkat pagi, pulang sore

Mengunjungi sebuah kota, New York, London, dsbgnya juga bukan prestasi
Karena kalau melanglang buana itu kita anggap prestasi
Maka jangan lupa, pengemis, gelandangan di sana setiap hari
Setiap hari mengemis dan menggelandang di jalanannya
Tidur di sudut2 kota, tempat kita baru saja ber-pose
Lantas kita bagikan di jejaring sosial

Kita tidak bicara berapa banyak gunung yang kita daki
Berapa lembar foto keren yang kita peroleh
Tapi berapa banyak pemahaman yang menetap di hati kita
Lantas menjadi sumber inspirasi kebaikan bagi sekitar
Menyayangi alam, memahami kebesaran Tuhan
Berhenti bertingkah kekanakan
Itulah hakikat pendakian tersebut

Kita tidak bicara berapa banyak kota yang kita kunjungi
Berapa lembar foto hebat yang kita dapatkan
Tapi berapa banyak pelajaran yang tinggal di kepala kita
Lantas menjadi sumber kebermanfaatan bagi orang lain
Memahami keanekaragaman dan perbedaan
Berhenti sombong dan berlebihan
Itulah hakikat sebuah perjalanan

Lakukanlah perjalanan mengelilingi dunia, Kawan
Kunjungi tempat-tempat indah dan spesial
Bukan untuk dicatat, difoto lantas dipamerkan
Tapi simpel, perjalanan adalah perjalanan
Dia akan mendidik kita dengan lembut
Tentang banyak hal

*Tere liye
***

Bismillah...

Jadi ceritanya lagi seneng bahas tentang perjalanan alias safar. Terus jadi pengen curhat,... tapi....

*biar Allah saja yang tahu, naik turun perasaan ini.

Friday, August 23, 2013

Tentang OSKM 2013 : Saat Tanya Menuai Protes

August 23, 2013 0 Comments
-muhasabah diri-
Bismillah..

"Jadi, tadi malam sholat magrib gak?" tanya seseorang di blognya. Sebuah pertanyaan simpel, yes or no question. Tapi ternyata, berawal dari sebuah tanya, dilanjutkan dengan beberapa paragraf deskripsi dan opini. Tulisan tersebut.. cukup membuat heboh dunia maya, terutama di kalangan mahasiswa ITB. Tulisan kontroversial tsb bisa dibaca di sini, atau baca syarahnya di sini.

***

Dan aku? Hehe.. Meski bukan termasuk orang-orang yang pertama tahu tentang tulisan itu. Tapi setelah baca-baca, jadi ingin ikutan berkomentar/berpendapat.

Friday, March 22, 2013

Menerka

March 22, 2013 0 Comments
Aku takut aku menuduh

karena pada dasarnya
aku tak tahu
aku tak mengerti
tentang jalan pikiran mereka
tentang alasan mereka

Aku takut aku menuduh

karena jalan yang mereka tapaki
memang bisa jadi tidak salah
hanya saja, terlalu berbahaya
seumpama berjalan di tepi jurang

Aku takut aku menuduh

karena bisa jadi ini prasangka
dan kebanyakan prasangka itu dosa
tapi melihat mereka
membuat diri ingin meraih tangan mereka
menggandengnya agar tak berjalan ditepian jurang
bukankah kau sudah pernah hampir jatuh terperosok?

Aku takut aku menuduh

maka kubiarkan tulisan ini berhenti di abstrak
tanpa ada tinjauan umum, isi atau kesimpulan

Ya Allah,
Tunjukkan kami jalan yang lurus :)

Tuesday, February 26, 2013

Pada Diri

February 26, 2013 0 Comments
Bismillah..

dan pada diri, dengan apa aku harus menegurmu?
isak kemarin, tidakkah cukup?

dan pada diri, dengan apa aku harus memperingatkanmu?
duka kemarin, tidakkah cukup?

dan pada diri,
ingatlah kematian.
ingatlah surgaNya,
ingatlah nerakaNya,
semoga itu cukup bagimu.

Wallahua'lam