Follow Me

Showing posts with label menulis. Show all posts
Showing posts with label menulis. Show all posts

Tuesday, August 26, 2025

New Leaf New Address

August 26, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Seperti rencana yang sebelumnya pernah aku tulis di Belajar Bahasa dengan AI, Yeay or Nay? Aku ingin mencatat dan mempublikasikan proses belajar bahasaku dengan AI Translator di blog. Nah, karena itu aku jadi buka lagi blog New Leaf. Ada yang masih ingat sama blog New Leaf? Singkat cerita New Leaf adalah blog baru yang kubuat untuk mencatat frase bahasa inggris dan artinya, disajikan dalam artikel, gak cuma arti, tapi juga sedikit ditambah penjelasan, dan kadang ada tambahan opini juga. Yang mau baca tulisan-tulisannya, baca di versi Publikasi Medium-nya saja ya.

 

Baca di: https://medium.com/new-leaf 

 

Sebenarnya awal dibuat karena aku ingin naik level, pengen buat blog yang dimonetisasi. Tapi blog itu mandeg di tahun 2021. Sempat aku ganti domain yang tadinya akardaunranting.blogspot.com jadi artidanmaknakata, cuma untuk diganti balik jadi domain awalnya, karena statistiknya jadi kacau. Secara di google masih akardaunranting yang ke index. 

 

Dan karena memang sekarang udah pindah topik, dari bahasa frase bahasa inggris dan makna, ganti jadi catatan belajar bahasa dengan AI. Otomatis alamatnya pindah lagi. Nama blognya masih tetep New Leaf sih, males aja ganti logo dll hehe. Tapi alamatnya pindah ke belajarbahasadenganai. Tulisan lama rencana masih tetap aku biarin ada di sana. Tampilan juga kayanya gak perlu diganti banyak, kecuali nanti ada beberapa page yang harus aku edit, page Tentang New Leaf, archive, dan daftar isi disusun berdasarkan abjad.

 

Anyway, bukan itu alasanku menulis ini. Jadi, karena buka blog New Leaf lagi, aku jadi baca satu-satunya komentar di blog tersebut, tahun 2021, di post sama unknown. Sebuah komentar pendek apresiasi gitu. Dan di akhir komentarnya, ia menuliskan frase good real, sebuah frase baru untukku. Dulu kayanya aku gak terlalu merhatiin, tapi kemarin, aku jadi penasaran dan cari penjelasan arti frase tersebut.

 


 

Membaca penjelasan tersebut, gatau kenapa jadi ngerasa terharu. Siapapun itu, meski mungkin yang dimaksud ya cuma good real basa-basi aja, semacam ucapan good job! Tapi karena aku tipe yang sangat menyukai makna, dan baca penjelasan dari good real, aku jadi terharu sendiri hehe. Itulah keindahan bahasa, kalau kita tahu frase-frase yang sedikit lebih gak familiar, kita tuh jadi lebih kaya rasa dan makna. 

 

Intinya, meski new leaf cuma aktif sebentar, dan mungkin akan ganti konten, tapi saat teringat bahwa minimal ada satu orang yang bisa merasakan both good and genuine from post in New Leaf, I feel content. Karena itulah salah satu hal yang menggerakkan penulis untuk menulis. Berusaha untuk memberikan manfaat meski sedikit.

  

Sekian. Doakan semoga aku bisa istiqomah menulis hal-hal yang bermanfaat buat diri dan orang lain ya!

Friday, July 25, 2025

Rindu Nulis Tentang Quran atau Catatan Kajian

July 25, 2025 0 Comments

Bismillah.

 


 

Kemarin-kemarin baca tulisan lama di blog ini tentang quran, juga catatan dari kajian yang pernah didengar, trus jadi kangen untuk menulisnya. Kapan yaa.. aku bisa semangat lagi nulis kata-kata pengingat, yang membuatku lebih dekat lagi dengan ayat-ayat-Nya, agar membaca bukan cuma huruf-hurufnya, tapi juga belajar mendengarkan dan membaca maknanya.

 

Alasan kenapa aku lama gak menulis dua hal tersebut sebenarnya cuma satu, kondisi iman yang sedang tidak baik-baik saja. I mean, alhamdulillah masih Allah kasih nikmat iman dan islam. Tapi kalau aku mau jujur, aku tahu, intensitasku dengan quran, baik itu secara pribadi, maupun dalam komunitas benar-benar menurun. Itulah kenapa tidak ada yang bisa ditulis, karena bahannya saja tidak ada. Kalau dulu tiap hari nyempetin denger lecture meski cuma 10-15 menit, sekarang apa kabar? Kalau dulu, rajib hadir kajian offline, sekarang apa kabar? Pun kalaupun mendengar dan hadir, sekarang rasa inferior dan tidak pantas untuk berbagi materi tersebut jauh lebih besar daripada semangat untuk mencatat agar lebih lekat di ingatan, dan semoga dengan itu bisa tertanam dan menjadi benih kebaikan di hati. Fokusnya jadi lebih ke hal-hal negatif. Pemikiran dan ketakutan bahwa setelah selesai menulis, aku masih belum bisa mengambil manfaat dalam hidup, dan itu artinya bisa masuk ke kriteria orang-orang yang dibenci Allah. Fokusnya lebih ke perasaan takut, kalau tulisan yang kucatat dan publish di sini, bukannya menambah amal kebaikan, justru nanti menjadi hujjah yang akan menuntutku di pengadilan akhirat kelak. Ya perasaan seperti itu.

 

Aku tahu teorinya, bahwa kita bisa mencatat dan membagikan kebaikan, sambil terus berusaha berbuat baik. Tapi tidak semudah itu prakteknya. Aku kini paham kenapa ada orang-orang yang memilih berhenti menulis. Aku juga paham, kenapa mereka yang aktif menulis, memilih bekerja di belakang layar, seperti orang-orang yang aktif menulis dan membagikan pelajaran tentang quran di akun @quranreview, atau di aplikasi Ngafal Ngefeel. Setidaknya anonimitas tersebut menjaga hati mereka, supaya gak bengkok niatnya, dan supaya gak terjebak oleh pikiran buruk yang mengajak kita berhenti berbagi ilmu.

 

***

 

Barakallahu fiikum, untuk siapapun yang aktif istiqomah menulis dan membagikan nasihat atau pelajaran yang dibutuhkan oleh hati-hati yang haus akan pengingat.

 

Semoga rindu ini bukan cuma berhenti di kata-kata kosong, tapi kelak diobati, dengan menulis lagi. Aamiin.

 

Ah, aku jadi teringat kata-kata seseorang, bahwa pengingat baik tidak selalu harus tentang Al Quran, atau ibadah ritual yang biasa kita tahu. Terkadang pengingat tentang menjalani hidup yang produktif juga bentuk kebaikan. Pengingat untuk menjaga kesehatan juga bentuk kebaikan. Tapi tapi.. aku rindu menulisnya bukan yang itu. Ibarat rindu pada teman-teman sekolah, datang ke sekolahnya saja kadang tidak cukup untuk mengobati rindunya, karena yang dirindukan bukan tempatnya, tapi orang-orangnya. In this case, what I miss is not writing about goodness, but writing about Quran and reminder about Allah and Islam directly. Bukan cuma satu dua kalimat yang sering aku sisipkan di tema apapun yang kutulis. Bukan itu. Anyway.. I just want to express, that I miss it so much.

 

Wallahua'lam. 

Friday, July 18, 2025

Banyak yang Bisa dan Harus Ditulis

July 18, 2025 0 Comments

Bismillah.

 



Ada begitu banyak yang bisa dan harus ditulis. Tapi mengapa jari dan hati, justru ingin bercerita saja tanpa arah dan topik yang jelas.

 

Ada banyak hal yang harus ditata terlebih dahulu, untuk kemudian bisa fokus dan mengerjakan yang harus ditulis. Jadi izinkan aku melakukan free writing di sini. Aku tahu, ini bukan diary. Tapi, izinkanlah. Sesekali.

 

*** 

 

Aku ingin melanjutkan buat konten di instagram betterword_kirei. Bahannya sudah ada. Sejak awal menguatkan tekad menulis tentang palestina, aku sudah berniat untuk tidak sepenuhnya menulis hal baru. Aku ingin "mengimpor" tulisan di sini. Sebagai pengingat bahwa yang terjadi di Palestina, sudah terjadi juga di tahun 2012,2013,2014 saat aku awal-awal mulai menulis tentang palestina di sini. Meski bukan secara mendalam, meski mungkin hanya di satu kalimat. 

 

 

Alhamdulillah 4 tulisan sudah diimpor ke IG. Dan tulisan kelima, ini.. tulisan yang cukup berat. Entah berapa kali aku berhenti hanya memikirkannya. Menuliskannya ulang saja baru di kepala, belum sempat aku mencoba menuliskan ulang dari sudut pandang situasi di tahun ini. Ini dua tulisan lama, yang hendak aku buat konten di instagram betterword, (mohon doanya, semoga Allah memudahkanku untuk segera melaksanakan niat dan gak omdo ><) : Tentang foto yang berpulang.

 

https://betterwordforlife.blogspot.com/2013/09/foto-yang-sudah-berpulang.html

https://betterwordforlife.blogspot.com/2014/09/foto-yang-sudah-berpulang-2.html

 

Aku masih ingat saat itu, aku yang masih melabeli diri sebagai ekstrovert, aku yang masih begitu aktif di sosial media (Facebook), aku yang masih berapi-api semangat dakwahnya. Saat itu mataku terbuka tentang penderitaan muslim di Suriah dan Palestina, beberapa akun dan fanpage terkait aku add dan follow, aku share juga berita tersebut. Ya, berita dengan foto-foto jenazah, mereka yang berpulang, mereka yang syahid. Di facebook saat itu belum ada sistem sensor, jadi merah darah syuhada terlihat jelas, bukan video memang hanya foto. Tapi karena aku banyak share, beberapa orang menegurku. Kakak tingkat, bahkan dosen. Saat itu, aku sadar, mungkin aku salah cara untuk mengingatkan. Mungkin seharusnya yang aku share hanya informasinya saja, tanpa perlu ada foto yang melihatnya membuat orang menutup mata karena memang gambar-gambar itu nyata dan mengerikan. Pun aku dikirimi fatwa ulama. Maka aku menyalinnya dan menuliskannya di blog ini. Sejak itu, aku fokus ke berita atau informasi yang isinya dukungan dan pengingat donasi saja. Share cuma foto anak-anak Palestina saja, yang karena kepolosan dan kebersihan hatinya masih bisa tersenyum meski penjajahan menjadi santapan sehari-hari, ya tahun itu sudah terjadi, dan tahun ini masih terjadi.

 

Waktu berjalan, kita sekarang ada di 2025. Era komunikasi dan sosial media makin maju. Kalau dulu yang bersuara dan berisik hanya sedikit, kini begitu banyak. Foto dan video mereka yang berpulang tersebar dan harus disebar, karena jika tidak dengan gambar dan video tersebut, orang-orang tenggelam dalam algoritma bubble-nya, melupakan bahwa di bagian bumi lain, ada yang untuk makan saja, untuk tidur saja, tidak bisa. Genosida jelas-jelas sedang terjadi, dan dunia seolah masih diam dan tak bergeming. TT

 

Aku melihat bahwa fatwa ilmu fikih yang dulu mungkin berlaku, kini berubah. Sebagaimana kita melihat para ulama yang menjadi garda terdepan untuk terus mengingatkan kita untuk tidak tenggelam dalam bubble algoritma sosial media, dan sadar, bahwa saat kita asik scrolling TT Allahummaghfirli.. Ada yang diburu peluru dan bom meski usianya masih begitu muda, meski usianya sudah begitu senja, meski tangan dan kakinya sudah diamputasi karena luka bom yang sebelumnya, atau tembakan yang sebelumnya, yang meski kekurangan gizi dan fisiknya lemah masih digempur dan hendak dimusnahkan hanya karena hatinya masih begitu tangguh dan kuat menggenggam iman. Ah, dimanakah dirimu? Mengapa hanya ingat saat menulis ini, lalu beberapa detik, menit jam berlalu, dan kita kembali tenggelam dalam senjata bermata dua bernama sosial media, youtube, AI, dan urusan remeh temeh yang selalu kita keluhkan. Lupa bahwa kita seharusnya punya andil, minimal ikut bersuara, atau memberikan bantuan harta, atau mengufukkan doa, atau mendidik diri agar menjadi muslim yang lebih baik yang dengan itu bisa membangunkan iman mayoritas muslim yang kini persis seperti gambaran dari Rasulullah, seperti buih di lautan, banyak, namun cepat menghilang, tak meninggalkan bekas, tak memberikan impact. (Rabbana dzalamna anfusana TT jika tidak Allah mengampuni dan memberi kita rahmah, sungguh kita akan sangat rugi).

 

Menulis ini saja jujur takut. Takut cuma menulis, kemudian lupa dan kembali tenggelam. TT

 

***

 

Aku ingin menulis di blog ini, beberapa hal. Dua diantaranya, tentang belajar bahasa baru pakai AI. Juga merekap ebook yang selesai kubaca tahun 2023 (cuma 4, tapi baru bisa nulis tentang 1 buku, 1 lagi harus diselesaikan biar bisa selesai part 1). Aku juga ingin menulis tentang open letter di Slowly, dan bagaimana itu membuka begitu banyak pertukaran surat yang sesuai jadi lebih nyambung.

Aku juga ingin menulis di medium anonim. Ada tulisan bersambung yang ingin kulanjutkan. Ada beberapa tulisan suratku di Slowly yang ingin kusalin dan publish. 

Aku juga harus membalas 6 surat yang mengantri untuk dibalas di Slowly. satu atau dua saja per hari. harusnya cukup.

Tapi diantara yang banyak dan bisa kutulis, aku tahu ada yang terlebih dahulu harus dituang, sebuah penyumbat. Bisa ditulis di sini dalam bentuk abstrak, atau di diary jika ingin lebih lugas dan denotatif. Lagi, tentang definisi move on, kukira sudah move on, kenapa orang masih saja menganggap aku belum move on ya? Apa memang aku belum move on? Tentang alasan hari-hari dilalui tanpa semangat, ternyata mungkin karena itu. Tentang menyimpan kesedihan di hati, katanya gak boleh, tapi sebagian egoku ingin membangkang kenapa gak boleh? Toh... dan beberapa kisah nyata nabi, sahabat/sahabiyah,... tapi kan aku belum selevel itu imannya, tapi.. bukankah manusiawi? Hmmm.

 

***

 

Selesai sudah free writingnya. Sebenarnya isinya sesuai di judul. Ada banyak yang bisa dan harus ditulis. Tapi terkadang hati begini, begitu banyak kata dan pikiran yang simpang siur. Tidak mudah untuk menuangkannya dalam tulisan sesuai dengan gelas-gelasnya. Tehnya di cangkir teh. Kopinya di mug kopi. Air es dinginnya di gelas bening, es campurnya di mangkok, dst. Ada yang harus ditata dulu, diluapkan dulu, baru kemudian ditata. Ada mimpi menulis yang masih terus ditunda. Entah karena memang belum pantas, atau karena aku terlalu banyak menghabiskan waktu mengurus distraksi dan bukan fokus ke visi.

 

Kututup dengan kutipan yang belum lama ini kusalin di slowly dengan bantuan translator AI langgananku di whatsapp.

 

Tapi keberanian untuk berkata tidak ini bergantung pada kekuatan kita untuk berkata ya pada tujuan/fokus hidup kita. Stephen R. Covey, dalam buku 7 Habits menuliskan,
"Anda harus bisa memutuskan prioritas utama Anda dan memiliki keberanian --dengan menyenangkan, sambil tersenyum, tanpa rasa menyesal-- untuk berkata "tidak" pada hal lain. Anda bisa melakukannya dengan memiliki kata "ya" yang lebih besar dan menggebu-gebu dalam diri Anda."

 

Baca juga: artikel dari blog ini, sumber diatas (tulisan 2020) 

 

 Barangkali ada yang penasaran sama hasil terjemahan

 

"One thing that makes people live in a trap of feeling forced is the inability or fear of saying no. When we become "Yes Man", choosing to follow others' choices and get swept away by the crowd, we often feel compelled. On the contrary, by daring to say no, we can avoid situations and conditions that make us feel forced. But this courage to say no depends on our strength to say yes to our life's purpose/focus. Stephen R. Covey wrote in his book '7 Habits': 'You have to decide what your priorities are and have the courage – pleasantly, with a smile, without regret – to say no to other things. You can do this by having a bigger, burning 'yes' within you.'" 

 

Mari tutup dengan kafaratul majlis dan surat al ashr.

 

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ 

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik.


sumber gambar


Wallahua'lam.

Wednesday, June 25, 2025

A Bad User on Slowly

June 25, 2025 0 Comments

Bismillah.

 


 

Sudah sejak 2023 aku install aplikasi Slowly. Awalnya sih lumayan aktif. Kirim beberapa surat ke akun yang punya banyak kesamaan topik. Ada surat-surat yang masuk juga meski aku gak kirim duluan. Ada yang bales ada yang gak bales. Ya begitulah, namanya juga kirim surat ke orang asing, yang bisa jadi dia gak minat sama topik bahasan kita, atau memang dianya sibuk dan lebih memilih aktif di sosial media ketimbang aplikasi slowly. 

 

Trus akhir 2023, aku mulai kehabisan energi untuk membalas surat. Balesnya bisa sebulan atau dua bulan. Sampai aku memutuskan untuk mengabaikan surat-surat masuk yang butuh balasan. Ini yang akhirnya membuatku melabeli diriku "a bad user on Slowly".

 

Aplikasi Slowly masih ada, belum ku uninstall karena sebagian diriku masih ingin menjawab beberapa surat yang masuk dan sudah kubaca di sana. Setahun kemudian 2024, keinginan untuk membalas akhirnya muncul lagi. Aku membalas beberapa surat. Mengirim beberapa surat baru juga, termasuk surat dengan bahasa lain dengan harapan baru, bisa latihan bahasa di Slowly. Dibales dong alhamdulillah dari 2 orang. Harusnya nih, aku lanjut bales, campur-campur bahasa inggris juga gapapa, eh, aku malah kehabisan energi lagi, dan memilih off lagi. what a bad user, right? >.<

 

Tahun berganti, it's 2025. Aku masuk lagi ke slowly. Di momen saat aku mulai aktif blogging lagi, momen ini, juga pas untukku mulai aktif Slowly lagi. Kan esensinya sama, menulis juga. Bedanya kalau di blog ini, nulis untuk diri sendiri, dan gak banyak feedback. Kalau nulis surat kan beneran ada orang lain yang dituju dan kemungkinan dibales 50%.

Anyway, meski gak janji bisa jadi user yang baik di Slowly, aku minimal berniat baik untuk menjadi user yang lebih baik dibandingkan sebelumnya. Aku juga udah mengupdate bio profil-ku. Dan in syaa Allah akan segera membalas 5 surat yang belum terbalas. Sebelumnya ada 7, 2 udah aku bales. Sisanya pelan-pelan aku cicil hehe. [1]

 

Oh ya, aku juga lagi suka pake tools automatch. Ini lebih mudah, ketimbang caraku dulu, yang cari satu-satu teman, dari banyaknya kesamaan topik, baca profil trus baru kirim surat. Kita cuma perlu nyiapin satu surat, pilih beberapa kategori auto-match yang diinginkan, lalu memilih jumlah surat yang dikirim (1-3), dan kemudian Slowly akan membantu kita auto-match ke beberapa user. 

 

***

 

Sekian cerita pengalamanku menggunakan aplikasi Slowly. Kalau ada yang tertarik untuk pakai Slowly, dan ingin bertukar surat denganku silahkan add slowly id-ku N7Z2QX

Oh ya, sembari membagikan Slowly id, ingin rasanya kasih feedback ke developer slowly. Kayanya bagus kalau selain share id, bisa share link yang bisa membuat orang yang klik untuk kirim surat, kan lumayan kalau misal linknya ditaruh di bio ig misal, yang belum daftar slowly, diarahkan untuk daftar dulu jika ingin menambahkan kirim surat ke user id tersebut. Gituu.. **tapi ini feedbacknya kirim kemana ya? Ke komentar di PlayStore? Atau kemana? [2]

 

Maaf jadi ngelantur. Kan tadi udah nulis sekian. Kalau ada yang baca sampai sini, terima kasih. Semoga tulisan ini tidak membuang waktumu. Pertanyaan untukmu, selain sosial media mainstream, adakah aplikasi yang membantumu terhubung dengan orang lain? Apa itu, dan ceritakan pengalamanmu sebagai user.

 

Bye~

 

Wallahua'lam. 

 

***

 

PS:

[1] update 3 juli 2025, hutang bales suratku sudah lunas. yeayy~ 

[2] Udah kumasukin sarannya ke help-center, trus dapat balesan dari Slowly Team, harusnya kalau saran kaya gitu dimasukkannya ke feature-request.

Thursday, June 19, 2025

Rasa Aneh Saat Mencoba Aktif Kembali di Blog

June 19, 2025 0 Comments

Bismillah.

#curcol

 

Pernahkan kau vakum lama di blog, hanya muncul satu dua kali dalam sebulan. Lalu kemudian ingin aktif lagi. Dan saat melakukannya, bagaimana perasaanmu? Kalau blog tidak terbayang, mungkin coba ganti kata blog dengan sosial media. Misal kamu tipe yang cuma post di sosmed, cuma update story satu dua kali dalam sebulan. Tapi dulu pernah aktif dan sering muncul beberapa kali dalam sepekan. Setelah lama vakum, dan ingin aktif lagi, bagaimana perasaanmu?

 

Aku... aku merasa aneh. Jujur setiap kali hendak membuat postingan terbaru, meski dengan bahan dari tahun 2022, aku dibuat bertanya-tanya, apa aku gak ngepost kebanyakan? Apa gak keseringan? Kan kemarin udah publish tulisan baru, apa nunggu 3 hari lagi ya? Ini dimasukin ke draft aja? Padahal kan harusnya publish-publish aja, gak ada yang protes juga kok. Gak menuhin timeline orang kok. Kan ini blog, jalan sunyi hehe. Begitu pula di medium, mau import banyak tulisan dari blog ini dibuat mikir hehe. Karena aku tahu, bagusnya melakukan apapun itu sedikit tapi istiqomah. Jujur aku takut aja, kalau banyak post/publish tapi kemudian ngilang dan vakum lagi hehe. Tapi ini overthinking gak sih? hehe. Padahal, banyak juga yang posting di medium setiap hari.

 

***

 

Anyway, udah sih, cuma mau curhat itu aja. Pengingat untuk diri agar gak overthinking, dan melanjutkan keaktifannya. Mumpung lagi semangat, dioptimalkan saja rasa semangat itu. Abaikan rasa aneh yang mengganggu. Let's write more post, let's publish more writing, here and in medium. SemangKA! 

 

Wallahua'lam.

Saturday, June 7, 2025

Menghapus Jejak

June 07, 2025 2 Comments

Bismillah.


Menghapus jejak di dunia maya itu pilihan. Bisa jadi pilihan yang baik, agar lebih fokus pada karya di dunia nyata. Tapi jujur, jika diizinkan bertanya, aku ingin bertanya, mengapa? Apalagi jejak yang dipilihnya untuk dihapus, bukan suatu aib, pun bukan jejak yang buruk. Tapi apa yang bisa kulakukan? Selain cuma bertanya mengapa, dan selesai. I'm good at staying outside the line. I won't cross the line. Seperti hal-nya aku tidak suka jika ada yang mengatur-atur hidupku. Aku juga tidak ingin menjadi orang yang sok tahu kemudian berpanjang lebar meminta orang lain untuk tidak menghapus jejaknya di dunia maya.

 

Jika saja aku punya keberanian untuk bertanya, tapi beginilah aku, memilih bertanya sendiri di sini. Which is 99,99% guaranteed tidak akan sampai pada yang seharusnya ditanya. 

 

***

 

Berbeda dengan yang memilih untuk menghapus jejak. Aku, sejak dulu, hampir selalu memilih untuk tidak menghapus jejak. Jikapun suatu saat nanti menghilang, biarkan menghilang dengan sendirinya. Tenggelam oleh triliunan data.

 

Sebenarnya, yang lebih aku takutkan bukan terhapusnya data. Tapi terbawa arus dan hanya menjadi konsumen di era informasi dan data berebut meminta perhatian. Itu yang lebih menakutkan. Bukannya menjadi kreator, yang minimalnya bermanfaat untuk diri sendiri. Tapi sekedar jadi follower, menghabiskan waktu-waktu berharga tergilas algoritma, termakan hoax, dan menjadi sia.

 

So let's not give up even if it's scary, how close you are with that description you just write. Mari lebih banyak membaca dan menulis, sesederhana apapun. Sepelan apapun. Mari minimal sesekali keluar dari arus dan mencoba mencerna dan mengurai yang ada di kepala, juga apa yang dirasakan hati. 

 

Terakhir, sebuah kutipan dari novel diary minni,

 

Bilaku harus seperti mereka, akulah buih itu
bilaku mengikuti mereka, akulah debu pada angin.
bilaku kehilangan diriku sendiri, akulah kelopak bunga
ditinggal gugur kembang dan keindahannya

 

Mari tidak menjadi seperti itu. Jia you!

Saturday, May 24, 2025

Draft Lama, Haruskah Diselesaikan?

May 24, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

-Muhasabah Diri-

 

 

Draft November 2024, yang tidak jadi kuselesaikan karena saat itu aku pikir, aku gak berhak untuk bercerita tentang sisi yang mungkin ia tidak ingin banyak orang yang mengetahuinya.

 

Mei 2025. Sudah setengah tahun berlalu. Aku teringat lagi draft ini. Sepertinya, aku harus menuliskannya. Bukan untuk menyebar aibnya, tapi sebagai pengingat untukku. Untukku yang sedang jauh tenggelam, memilih untuk tutup mata dan menjalani hidup sekedar hidup, melupakan visi misi yang sebenarnya sudah ketemukan, namun kemudian aku kalah sebelum banyak bekerja dan berusaha.

 

Malam itu, aku terbangun, dan mendapatinya masih sedang kondisi tidak baik-baik saja. Bagaimana aku tahu? Karena di malam yang sunyi, kudengar dari kejauhan suaranya menggema dari dalam rumahnya yang besar, kemudian terbawa angin dan sampai ke kamarku, yang letaknya tepat di sebelah rumahnya.

 

Sudah sejak sore, ia begitu. Sempat ditegur tantenya yang datang dari kecamatan sebelah untuk masuk rumah. Masih dengan amarah ia berbicara sendiri dan masuk rumah membanting pintu. Sejak sore itu, ia masih belum berhenti bercakap sendiri antara ia dengan siapapun yang ada di kepalanya, suaranya lantang dan penuh emosi, aku tidak menangkap kata perkata, tidak jelas terdengar, tapi nada dan intonasinya begitu jelas. Aku teringat memilih untuk menutup telinga dengan earphone, karena tidak ingin terlalu memikirkan hal tersebut.

 

Tapi malam itu, saat terbangun dan masih mendengar suaranya, aku dibuat bertanya-tanya... bagaimana bisa diri ini memilih untuk tenggelam dalam distraksi, ketimbang memperbanyak syukur dengan lebih banyak berkarya dan memberikan manfaat untuk orang lain? Lihatlah bagaimana orang lain diuji... tidakkah kamu bersyukur dengan kesehatan mental dan jasmani yang Allah berikan? Dengan apa kau tunjukkan rasa syukurmu? 


***

 

Instead of trying to tell her story from unknown pov like me, I think it's better to just reflect and try to take lesson for myself instead.

 

It's raining hard tonight, she's no longer stay beside our home. Her relatives took her to other place get some therapy. I just wish she get the right treatment there. My imagination took me to negative thinking, what if they go to the wrong place, and it just make her condition worse? But who am I? Let's just discard those negative thinking, and pray instead. 


Thanks to her, cause she remind me to become more grateful. 

and thanks to Allah, for every little and big things.. yang belum bisa kusyukuri dengan benar dan baik.

 

Sekian. Wallahua'lam.

Wednesday, February 26, 2025

Bella Masih Nulis? (2)

February 26, 2025 0 Comments

Bismillah.

 

Orang yang sama, dengan pertanyaan yang sama.  Bedanya saat ini lewat telepon, saat ia berbincang dengan kakaknya yang sedang berkunjung ke Purwokerto, dan aku mendekat sebentar karena hendak sekedar menyapa.

 

I hate the question, not because it is rude or anything. But it stab right through the core. Cause it's been a while since I write.

 

Tapi tentu saja, saat pertanyaan itu dilemparkan, aku menangkapnya dengan senyum tipis dan jawaban yang persis sama. Pertanyaan dejavu. Aku jawab masih di blog. Seseorang di sampingnya menimpali, bahwa aku juga menulis di instagram. *ah, kapan terakhir post di ig betterword? Masih hutang 6 tulisan tentang palestina. Baru kemudian bisa move on buat konten baru. >< Jujur rasanya tersindir dan malu sendiri. I've been hiding for too long, distracted and forget that I should be more productive in writing and making content instead of consumming too many shorts, reels, and other's stories.

 

Lalu tiba-tiba ia memberikanku saran, coba nulis tentang topik A. Aku hanya diam tersenyum. Kakaknya yang berada di sampingku menimpali dengan canda. Semua tertawa kecil, hanya aku yang diam-diam getir karena aku tahu, aku dan menulis sedang tidak baik-baik saja.

 

***

 

Kutuliskan pertanyaan ini sebagai pemantik, pengingat untuk diri. Ayo nulis lagi. It's 2025. It's almost Ramadhan. You're getting old. Begitu sulitkah untuk kembali produktif menulis lagi? Berhenti memutar ide dan menulis di kepalamu. Tuangkan dalam kata dan gerakkan jemarimu. Ada banyak hal yang bisa ditulis. It's better to write than wasting your time on useless things. ><

 

Tarik nafas, hembuskan. Kuatkan tekad. Ayo menulis lagiiii!

Thursday, October 24, 2024

Tidak Banyak

October 24, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

Sudah lama, aku tidak bertemu momen atau peristiwa yang membuatku tergerak menulis puisi. Tapi hari ini, alhamdulillah diberikan kesempatan seperti itu.

 

So I sat there at the rainbow colored swing outside a quiet kindergarden. Writing this while waiting to be picked up. *bener gak sih bahasa inggrisnya dijemput? -.- kok pas nulis berasa kaya jadi paket yang siap diantar haha.

 

 


***


Jika ada yang membaca ini, dan mencoba menerka kejadian apa di balik puisi ini. Jangan terlalu dalam berimajinasi. Aku kadang hanya sedang ingin mendramatisir perasaan negatifku, berusaha menangkap emosi tersebut dalam kata abstrak. Kebetulan juga sedang di masa-masa sensitif, jadi semakin menjadi.


Oh ya, bicara tentang puisi. Beberapa waktu yang lalu ada yang berkunjung ke postingan keempat terlama di blog ini. Maybe me, or someone else who later regret it. Tapi karena kunjungan tersebut, aku jadi "naik mesin waktu", dengan membaca ulang tulisan lama di blog ini. Mulai dari saat aku SMP kelas 9, lalu SMA kelas 11.


Aku ingat saat itu aku di lab komputer, yang letaknya di sebelah sekre pramuka, di sebelah selatan lapangan. Saat itu kami diberi tugas membuat blog. Boleh pake multiply, blog, dan beberapa penyedia blog lain. Termasuk blogspot. Lalu aku menulis, ditutup puisi.



Membaca tulisan lama di blog ini membuatku menertawakan diriku di masa lalu. Aku saat muda dulu. Aku yang dulu menulis banyak puisi karena sering merasakan derik rasa aneh dan baru di masa-masa itu.

 

Aku juga tersenyum, membaca betapa emosionalnya aku saat menulis puisi selepas dilantik jadi pengurus. Rasanya begitu berat, ditinggal pergi kakak-kakak kelas yang biasanya membimbing. Apalagi saat itu aku merasa sendiri, karena kebanyakan teman satu divisiku naik jabatan jadi pengurus inti, sedangkan aku merasa ditinggal sendirian di divisi tersebut *why I can't remember the name of the division? Kayanya ada pendidikannya gitu deh. Found it, glad I write about it. It's IK (Ilmu dan Kreativitas), salah satu prokernya nerbitin majalah, pas aku jadi pengurus malah gak diizinin bikin majalah, akhirnya buat buletin.

Baca juga: Nostalgia MSDM + IK

Aku juga dibuat tersenyum, saat membaca betapa optimis dan penuh mimpinya aku pas muda dulu. Sampai aku menulis puisi berjudul Tujuh Asa Terindah. Padahal kalau diingat-ingat, aku menulis puisi itu tanpa dasar apapun. Hanya dari imajinasi saja. Aku tidak punya 7 asa yang ingin kugapai. Aku cuma ingin menggunakan frase "asa terindah", karena saat itu sering denger lirik dengan frase itu. Tapi saat membaca ulang isinya, aku melihat diriku sudah sedikit tahu sedikit getirnya dunia, bedanya dulu pandanganku masih tajam, sehingga bisa kutulis bait-bait itu.


Akan terus berlari walau lumpuh bersarang di kaki
Akan terus melompat gapai bintang di langit,
Walau aku tau, langit berlapis tujuh..
Karena akupun..miliki tujuh asa terindah.


***

 

Tidak banyak momen atau peristiwa yang menggerakkan jemari menulis bait, dalam puisi yang jauh dari puitis. Semoga di momen yang tidak banyak itu, aku tidak menghentikan jemariku untuk bergerak. Merangkai kata meski bukan diksi yang indah. Merangkul makna meski lengan barisnya tak lagi selentur dulu.


Sekian. Mari menulis puisi, jika terbata, mungkin perlu awali dengan membaca lebih banyak puisi. Lalu biarkan kamu bereksperimen dengan kata dan rasa dalam hati. ^^ Bye!

Thursday, October 17, 2024

Mencari Makna Tak Tersurat

October 17, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

Aku baca lagi berulang-ulang tulisan yang mirip puisi itu. Aku masih tidak mengerti.

 

***

 

Sudah lama aku tidak menemukan tulisan, yang membuatku bertanya-tanya akan makna tak tersurat yang ada di sana. Tidak ada diksi yang begitu asing, tapi tetap saja jika hanya membaca rangkaian katanya, aku tidak bisa sama sekali membaca maksud dibaliknya. Aku sampai bertanya pada google, mencari penjelasan dari tulisan tersebut.

 

Setelah membaca sedikit penjelasan tersebut, baru kemudian aku bisa memiliki gambaran tentang arti tak tersurat di tulisan tersebut. Aku mulai bisa menerka-nerka maksudnya. Mengapa ia memilih diksi tersebut. Mengapa ini dan mengapa itu.

 

Persis seperti pelajaran bahasa Indonesia dulu, saat belajar tentang puisi. Atau saat kita diminta membaca novel klasik, novel puitis, yang dalam tulisan yang tersurat, ada begitu banyak makna yang tersirat.

 

***

 

Membaca tulisan tersebut aku jadi teringat perbedaan mendasar tentang tulisan fiksi dan non fiksi. Selain bahwa fiksi adalah tulisan karangan, penuh imaginasi, dll. Dan tulisan non fiksi, fokus pada fakta dan data. Tulisan non fiksi yang baik, adalah tulisan yang membuat pembaca mudah menemukan inti dari apa yang hendak di sampaikan. Berbeda dengan fiksi, yang membolehkan penulis untuk membuat tulisan abstrak dan menyembunyikan banyak hal, dan membiarkan pembaca mengisi kekosongan tersebut dengan imaginasi. Ada makna tersirat dari tulisan fiksi. Ada yang harus digali dan dicari, terlepas dari apa yang tertulis.


It's been a while, I'm not writing a fiction. Whether it's short story, or poetry. Sometimes I write that. But I'm too afraid that I'm just prolonging a daydream insight my head. Or I just waste my time, to make a story not worth to write.


So shout out to writer/author all over the world, untuk karya-karya, cerita, puisi yang menggugah hati. Karya yang menyimpan makna berharga dari yang tersurat maupun yang tersirat.


That's all. Bye!

Friday, September 6, 2024

Things I Want to Write

September 06, 2024 0 Comments

Bismillah.



 

Ada begitu banyak hal yang ingin kutulis, tapi begitu membuka tampilan menulis pos baru, menulis judul, membuka dengan satu dua kalimat, kemudian aku seperti.... entah pikiran yang terdistraksi dan tidak fokus, sehingga kepikiran ini itu hal lain, atau karena aku bingung harus menulis seperti apa.

 

Writer block? Ya, mungkin karena ada penghalang di otakku. Maka di sinilah aku, mencoba menghilangkan penghalang itu dengan melakukan free writing. Menulis ini sembari teringat draft tugas hari ke sekian yang sengaja tidak kukumpulkan. Padahal mah kumpulin aja, tawaran lain itu, abaikan dulu.


Tapi pengen nulis di blog ini juga. Tapi pengen juga ngelakuin hal lain yang sifatnya konsumtif dan nggak perlu memutar otak. Cuma perlu diam dan menikmati konten buatan orang lain. Tenggelam dalam distraksi. Jadi konsumer lagi dan lagi. Kapan mau bertumbuh kalau puas hanya jadi konsumen dan follower?


Tiba-tiba teringat akun @ibnabeeomar yang menghilang. Penulis dari buku fiqh of social media. Aku mencari kembali akun tersebut karena ternyata instagram punya fungsi "memories" juga, yang muncul saat kita membuka archieve. Tiga tahun yang lalu aku membagikan bahwa aku menyukai membaca review buku dari akun tersebut 3 tahun yang lalu.

 

 

2021. Tahun yang sama aku menyelesaikan draft buku non fiksi "racikan rasa", yang terlalu tipis untuk diterbitkan. Pernah aku share link gdrive-nya di page e-book kirei, tapi aku sembunyikan lagi, karena hendak aku ramu lagi jadi draft yang lebih utuh. Baru 133, dan targetku 300 halaman? I don't even sure about it. Aku cuma mengumpulkan semua tulisan dalam blog ini yang bisa masuk "topik/tema" draft ini. Aku masih berada di tahun 2020, masih ada sekitar 8 tahun lagi di archieve. Semoga cukup.

 

***

 

Ada banyak yang ingin kutulis, semoga Allah mudahkan menuliskannya. Semoga sembari menulisnya, niatku tidak berbelok. Semoga di setiap tulisan, terdapat berkah. Semoga tulisan bukan sekedar tulisan, tapi meresap masuk ke hati, menegakkan batang, menghijaukan dedaunan, menumbuhkan bunga dan menghasilkan untaian buah yang manis.

 

I know I'm not young anymore. Nor do my writing skill is excellent. But I still have that dream within my heart, to spread goodness through words I write. Ya, semangat itu masih ada, semoga tulisan ini, bisa menjadi kata-kata baik yang mengubah hidup menjadi lebih baik.

 

Wallahua'lam.

Monday, August 12, 2024

Pengingat untuk Menulis Buku?

August 12, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

Nomer hape-ku memang sudah tersebar kemana-mana. Itulah sebabnya aku memaklumi jika banyak iklan masuk ke whatsapp. Kadang aku blokir, kadang cukup aku hapus dan abaikan. Kalau ada telepon dari nomer tak dikenal pun, pasti tidak akan aku angkat.

 

Selasa kemarin (6/8) ada pesan masuk. Iklan, tawaran ikut kelas menulis buku dari akun whatsapp bussiness yang belum pernah aku save. Kelasnya dari Edwrite Publishing Indonesia. Kelas gratis bagi yang usianya diatas 25 tahun.


Tadinya ingin kuabaikan, karena pikiran untuk menulis buku, jujur sudah lama kupendam karena perasaan "tidak pantas" lebih besar. Rasanya mending nulis blog aja, banyak baca buku, perbaiki diri. Takut aku, jangankan buku. Blog aja, aku takut, takut cuma nulis doang, tapi aksinya nol.


Tapi karena menulis buku solo, termasuk impian yang belum tercapai. Aku akhirnya tanya dong. Mulainya kapan? Pekan depan katanya. Senin ini, 12 Agustus. Aku tanya gini, karena jujur, takut kalau aku cuma ikut doang, tapi gak bisa komitmen buat jalanin tugas-tugasnya. Takut zonk kaya dulu pas daftar kelas nulis buku dari Fiisyah Publishing. Gagal di hari ketiga, atau kedua ya pas challange kirim draft nulisnya.


Singkat cerita, aku coba daftar. Ada syarat share-share gitu. Tapi jujur aku cuma bisa share ke 2 grup. Harusnya ke 5 grup dan share di fb dan ig. But i'm now an antisocialmedia person. wkwkwk.


Salah gak sih kalau aku berharap tetep bisa dapet kesempatan ikut kelasnya? wkwkwk.


Tapi terlepas dari kelas tersebut. Apakah ini pengingat dari Allah agar aku melanjutkan projek nulis buku solo. Buku yang konsep bukunya aja berganti-ganti. Yang risetnya aja masih kurang. Yang... yang.. TT Kalau diteruskan, akan jadi kalimat negatif dan excuse belaka.


Anyway, tahu kok. Aku tahu, gak boleh mengabaikan mimpi hanya karena diri merasa kerdil. Harusnya kan make it happen cause we believe it. Entah strong why-ku yang kurang kuat. Atau self sabotage-ku yang masih harus dihancurkan.


Should I hire an editor and motivator, supaya bantu aku milih dan edit dari sekian banyak tulisan di blog ini yang setema, yang bisa jadi draft buku non fiksi-ku? Gapapa setengah jadi, tapi minimal udah ada gitu.. nanti setengahnya lagi nulis baru. Harusnya lebih mudah kalau udah fix apa yang mau ditulis.


Menulis ini mengingatkanku pada Pak Nass. Pak Nass apa kabar? Lama tidak menyapa. Terakhir baca kabar buku babad banyumasan beliau yang sukses. Should I ask for his help. Or someone else?


Or should I just struggle alone and try to solve this project alone? Ayo Bell. Bisa kah 2024? Self publishing gapapa. Tapi sebelum itu, selesaiin dulu draft bukunya!


***


Sekian. Mohon maaf curhat. It's dawn. But I want to write about myself here. ^^

Sunday, May 26, 2024

Can I ...

May 26, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

-Muhasabah Diri-

 

*warning* lots of selftalk. if you're not me, baca yang lain aja~

 

***

 

It's been a while since I complete the puzzle from @betterword_kirei. Pun di ig @quote.daribuku.

 

Baca juga: Tentang puzzle, dan history-ku dengan instagram 


Sudah lama, sejak aku ingin memulai lagi puzzle di @betterword_kirei. 26 September, sudah sempat mau pindahin tulisan #mencarimakna dari blog ini, untuk jadi konten di @betterword_kirei.



Lalu 7 Oktober 2023. Serangan dadakan dari saudara yang berada di jauh sana, bentuk jihad mereka, setelah entah berapa kali Ramadhan, muslim di Al Aqsa selalu didzalimi, namun tidak ada yang melawan. Keimanan mereka, perjuangan mereka, dan begitu banyak mata yang terbuka, akan sejarah yang selama ini berusaha disembunyikan. Tapi meski ada begitu banyak mata yang terbuka, tidak sedikit pula yang masih tertidur pulas. I hope I am not part of them. I'm afraid though, cause I see "nothing" changes with me. I'm still busy with my life.


Aku ingin ambil bagian juga, lewat pena,.. meski tidak bisa membuat tulisan baru. Minimal share ulang tulisan lama di blog ini tentang palestina. Maka aku membaca-baca lagi tulisan hasil search keyword "palestina". Tulisan pertama, 25 Mei 2012, Kita Di Sini - Mereka Di Sana.


Tapi rencana tertunda.. lebih tepatnya terus ditunda-tunda, seiring iman yang turun, turun tergerus "excuse" distraksi. Padahal kalau tahu bahwa diri ini sering terbawa arus, kalau tahu bahwa diri ini mudah terdistraksi, bukankah seharusnya tidak berhenti menyalahkan kondisi? Bukankah seharusnya mencari solusi? Terus memperbaiki diri dan latihan disiplin? Bukankah seharusnya tidak membiarkan waktu luang direbut oleh hawa nafsu untuk menghibur diri dengan semua distraksi, sehingga bukannya bekerja untuk kehidupan selanjutlah, malah merasa nyaman duduk di rindang pohon, menutup mata dan mimpi di siang bolong? Padahal bekal makin menipis, dan waktu istirahat sudah hampir habis. Bukankah kematian, tidak harus didahului dengan sakit?


Entah berapa kali aku hendak membuat konten dari tulisan lama Kita Di Sini - Mereka Di Sana. Berapa template di canva yang kucoba, dimensi ini, dimensi itu, kurang-kurang-kurang. Lalu saat merasa cukup, download, upload, baru sadar kalau ternyata keterbacaannya buruk, pemilihan font yang tidak tepat. Lalu postingan kuhapus.


Ramadhan, syawal, dzulqa'dah. Aku bertanya-tanya tadi pagi.. pertanyaan yang kujadikan judul "Can I", bisakah aku membuat konten di ig-ku, atau aku memilih untuk sembunyi dan terbawa arus distraksi lagi dan hanya menggunakan instagram sebagai konsumen. Bukankah buku-buku yang kubaca, adalah bentuk keinginan hati untuk menjadi lebih produktif? Bukankah, jika tidak bisa buku, minimal share di sosial media? Bukankah aku ingin ambil bagian lewat menulis dan doa tentunya...


Saat itulah, Allah memberikanku nikmat untuk sekedar menulis judul ini, kemudian berpindah ke web canva, login menggunakan email betterwordforlife@gmail.com dan mulai menulis tulisan yang baru, namun isinya masih menggambarkan tulisan lama. Semangat untuk menulis semakin menjadi, saat aku menyadari, bahwa tulisan Kita Di Sini - Mereka Di Sana, ditulis tepat 12 tahun, ya 12 tahun di tanggal yang sama.


Jujur rasanya malu, melihat 12 tahun berlalu, dan aku masih saja "dihantui" dengan kondisi diriku di tahun itu yang di sisi tertentu jauh lebih baik daripada diriku saat ini. Masa mudaku dulu, saat masih belum meminum "racun", betapa semangat dan mudah menggerakkan jemari untuk menulis. Dan lihatlah diriku saat ini. Jatuh bangun akibat "racun" yang kuminum sendiri. Belum bisa dibilang baik, tapi sudah jauh lebih baik dibandingkan saat aku berada "di gua di dalam jurang". Jadi... mari jangan menyerah. Let's keep fastabiqul khairat, bukan dengan amal kebaikan orang lain, tapi dengan tulisan-tulisan lawas yang pernah kujejakkan di sini.


***


Semoga Allah memberikan nikmat dan kekuatan untuk melanjutkan puzzle. It won't be easy. As I see you hiding, though no one see you. But let's keep doing. Kuatkan azzam, teguhkan kaki, melangkahlah.


Wallahua'lam.untu

Monday, May 13, 2024

Bolos 6 Pekan, Belum Di-kick Tapi...

May 13, 2024 0 Comments

Bismillah.

 

#gakpenting

 

Sebenarnya pekan kemarin udah diingatkan via email oleh admin, atau auto email dari program. Tapi kemarin, gak ada motivasi buat nulis postingan yang layak disetor ke 1m1c.

 

Hari ini, alhamdulillah bisa nulis diary di ms.word, trus buka blog, nulis juga, semacam cerita blogwalking yang link tulisannya gak bisa disimpan.


Trus buka komentar, dan nemu komentar baru dari sesama member 1m1c. Ya, siapa lagi yang baca blog ini, kalau bukan temen-temen 1m1c. Karena selain tulisan yang disetor, jarang banget share tulisan ini ke sosmed. Ke twitter juga share karena 1m1c. Dan twitter kan semacam private sosmed, karena yang follow cuma sedikit dan banyak yang udah gak aktif. Ah, twitter udah ganti nama ya? wkwkwk.


Anyway, aku jadi iseng pengen buka website 1m1c. Bertanya-tanya, masi bisa buka kah?

 

 

Alhamdulillah masih belum di kick tapi... tapi tapi, apakah aku bisa menulis postingan yang layak di setor ke 1m1c? Mohon doanya hehe. Mari coba dulu aja, sertakan dengan bismillah. ^^

Friday, October 20, 2023

Bella Masih Nulis?

October 20, 2023 0 Comments

Bismillah.

-Musabah Diri-

 

Sebuah pertanyaan hadir, saat seorang sepupu mampir ke Purwokerto dalam perjalanan kerjanya di Cilacap.


"Bella masih nulis?"

"Masih."

"Novel?" tanyanya. 

Aku menggeleng kemudian menjawab, "di blog".


***


Pertanyaan sederhana itu membuatku terdiam dan banyak berpikir. Tentang cerita apa... yang didengarnya sehingga ia bertanya hal tersebut. Tentang kabarku, dan menulis, berapa tahun telah berlalu, dan rasanya aku masih stuck di level yang sama. Tentang "batu penghalang" yang kubuat sendiri, kutumpuk sendiri, sehingga sampai detik ini aku masih di sini saja. Tentu, bukan berarti tanpa progres, tapi ini... jauh terlalu lambat dan rasanya tidak seperti yang dulu aku tuliskan di selembar surat di sebuah kantor pos.


***


Aku masih menulis.


Dan ingin rasanya melengkapi kalimat itu dengan excuse-excuse lain. Justifikasi. Hmm..

 

It's october. I should really hurry, and be serious. Didn't you always say, that you want to write at least a draft this year? So what's holding you back?


***


Bella masih nulis?


Ya, aku masih menulis. Doakan aku. Ada batu besar, yang harus kudorong pergi. Aku... ingin terus menulis. Aku, ingin lebih banyak mengeluarkan karya. Karya yang bukan sekedar tulisan kosong, bukan sekedar kata-kata di permukaan bak buih.


Aku, masih menulis.


Wallahua'lam.

Tuesday, August 29, 2023

Ambruk Di Hari Kedua

August 29, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

*warning* abstrak, curcol

 

Abaikan judul yang hiperbol. Abaikan juga tulisan ini, hanya akan berisi curhat saja. Ini, salah satu alasan kenapa aku memilih untuk "lari" dan "sembunyi" lagi.


***


Saat ketentuannya kubaca, dan salah satu syaratnya wajib menerbitkan di sana, sebagian hatiku berontak. Aku, meski masih jemariku masih belum banyak menulis untuk projek buku solo, tapi angan-anganku sudah melayang jauh. Aku sudah memikirkan target penerbit juga. Mulai dari cari yang sevisi, cari yang buku terbitannya bagus-bagus, juga yang desainnya bagus, termasuk juga, yang harga jualnya murah. Ada beberapa tempat dan pertimbangan. Jadi ego itu muncul, karena syarat itu.


Tapi pemikiran itu aku usir, belum aja coba. Dan benarlah, hari kedua, aku sudah ambruk. Hari ketiga, tidak mau mengakui kegagalan, dan malah memilih untuk lari dan sembunyi. >< I haven't learn, and I hate that.


I stuck writing the second topic/subtopic. Kalau aku baca tulisan hari pertamaku, dari sudut pandang pembaca, dan peserta kelas, aku melihatnya dalam bentuk buku esai personal atau novel non fiksi. Tapi saat menulis yang kedua, tiba-tiba gaya bahasaku berubah seolah ini buku motivasi. It's the same problem I have actually. I haven't found the right form that I want for my first draft.

 

Sulit untuk menuliskan buku ini.. rasanya aku ingin asal saja, mengambil tulisan dari blog ini, mengeditnya, dan mencoba merangkainya, tanpa benar-benar memilih tema yang seragam. Tapi.. bukan itu kan yang aku inginkan? Hmm


Let's think for a moment, and do more action. Instead of just run or hide, please face it and fix it! Didn't you want to finish one this year?


Barangkali ada yang baca sampai akhir dan nyesel bacanya. Let me share a quote. Hopefuly this help you to forgive me for wasting your time reading this post.

 

Aku tersenyum-senyum saja. Dia tidak tahu bagaimana penderitaanku seperti setrikaan mondar-mandir ke kos Bang Togar dan mengurut dada melihat tulisanku berkali-kali dicoretnya dengan spidol merah. Tapi melihat tulisanku sekarang terpampang di majalah kampus, semua rasa capek dan kesal rasanya terbayar lunas. Benar seperti kata Imam Syafi'i, "Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang."

#daribuku "Ranah 3 Warna" - A. Fuadi


Terakhir, semoga Allah memudahkan dan memberkahi setiap dan semua urusan kita. Aamiin. Semangat menulis^^


Allahua'lam.

Friday, April 14, 2023

Berhenti Menulis

April 14, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

Keinginan itu selalu terlintas, terutama setiap kali aku melihat ke "cermin". Sungguh benar perkataan orang, lebih baik diam dan sibuk memperbaiki diri. Daripada banyak menulis, namun lilinnya terbakar habis.


Seperti saat-saat aku memilih untuk mengunci blog ini. Kemudian menulis,


I lock this blog off. From the eyes who never visits.

I am too afraid whenever I see the mirror.
I see it far from good.

I am afraid whenever I see the mirror.
As if it is reminding me, how awful it is when words are just merely words. Without any meaning, or sincerity. Like mask or worse.

*I know this is not magicofrain. But I'll put this here, cause I already locked it off.


Sekarang, blog ini tidak terkunci, tapi aku ingin menyalin tulisan itu di sini. Sebagai pengingat, agar setiap kali keinginan berhenti menulis itu hadir, yang kulakukan bukan mengunci blog, tapi justru membuka kunci, bukan kunci blog, tapi membuka hati yang terkunci.

 

Bukankah Fir'aun juga diberi kesempatan untuk membersihkan hatinya? (Baca: Sealed Heart; Hati yang Terkunci)

 

Bukankah kamu diberikan kesempatan merasa tersesat, agar keluar dari badai dalam keadaan bersih? (Baca: Maybe You Lost Yourself


Bukankah kamu ingin menjadi salah satu yang terpilih untuk berada di jalan cinta para pejuang? Tidakkah kau ingat, mengapa Allah berfirman falidzalika fad'u kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam? (Baca: Falidzalika Fad'u)


Jadi... apakah kamu benar-benar akan berhenti menulis? Ya, tentu kamu boleh berhenti menulis. Sejenak. Berhenti untuk bersih-bersih. Berhenti untuk mengasah. Berhenti untuk memasang strategi. Bukankah Allah juga mengizinkan pasukan muslim untuk mundur, tapi bukan mundur untuk menyerah.


It's okay to stop writing for awhile. But don't quit. You've waste much of your time. Let's at least fulfill the minimal, check suratul 'asr.


Terakhir, sebuah doa. Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fuanna... Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fuanna... Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fuanna. Aamiin.

Monday, March 27, 2023

Writing Everyday is...

March 27, 2023 0 Comments

Bismillah.

Kemarin, sempat buat target menulis setiap hari di bulan Ramadhan. Tapi praktiknya, ternyata tidak mudah. Membangun kembali kebiasaan yang pernah hilang itu butuh usaha. Meski aku menyebut menulis adalah sebuah kebutuhan, tetap saja itu butuh usaha.


***


Kegagalan mengajarkanku hal-hal yang tak mungkin kupelajari dari "kesuksesan".

#daribuku *Love and Happiness - Yasmin Mogahid*, Mizan


Terlalu mudah putus asa, kalau aku menyebut 4 hari yang terlewat menulis sebagai kegagalan. Bukankah sudah membuat draft? So why overthink, and not finishing it?


Terakhir, mari belajar fokus* dan konsisten berusaha. ^^


Wallahua'lam.


*https://www.youtube.com/watch?v=ew_ftTvVO40, one of insight about focus. I think I lack in it the most.

Saturday, February 25, 2023

Web Fiksi Islami

February 25, 2023 0 Comments
Bismillah.

Suatu hari di bulan November 2022, aku nulis draft ini:


Baru saja, pagi ini aku menemukan web https://fiksiislami.com/

Berawal dari Twitter, lalu pas buka, ada menu kirim naskah. Dan entah kuriositas, atau impulsif. Aku mengirim cerita pendek yang kutulis belasan tahun yang lalu. (:

Let's just see how it goes.~

***

Rasanya ingin share web ini juga ke penulis lain.

 

Akhirnya aku share ke grup WhatsApp "Menulis Aja! Perempuan" (satu dari sekian banyak grup wa kepenulisan yang udah gak aktif). Trus ada yang komentar gitu, katanya kalau mau kirim harus member FLP (Forum Lingkar Pena), tapi aku sih cuek aja. I have nothing to lose. Aku kirim tulisan jaman aku SMA. Aslinya aku nulis 2 part, tapi untuk web fiksiislami aku jadiin satu tulisan. Edit dikit, tapi tanpa mengubah esensi isinya. Cuma merapikan supaya jumlah katanya sesuai dengan ketentuan.

Long short story, Februari tanggal 12 kemarin ada email masuk, pemberitahuan kalau cerpenku lolos seleksi dan sudah dipublish di web fiksiislami.
***

Gara-gara satu hal ini, aku jadi teringat perjalanan nulis. Kangen nulis fiksi, cerpen yang jelas alur, konflik dan antikonfliknya. Lama banget nggak nulis di sini, kecuali hanya cuplikan-cuplikan bacaan.

Pengen kirim naskah lagi juga ke web fiksiislami, mungkin perlu cari tulisan lama yang sudah ada, edit dikit, perkuat lagi karakternya, konfliknya dan penyelesaiannya, jangan nggantung dan abstrak kaya mayoritas tulisan fiksi di blog ini hehe.

Kemarin-kemarin udah banyak baca. Dan aku memang merasa banget kalau aku nulis fiksi mayoritas sama. Ada nonfiksinya juga di dalamnya. Hampir selalu pasti tokohnya nulis, karena ada tulisan nonfiksi yang ingin aku masukkan.

Aku juga suka nulis fiksi dengan format dialog. Setahuku ada juga novel yang isinya gitu, percakapan antara dua orang dalam satu malam, tapi jadi satu novel.

Anyway, aku merasa butuh untuk nulis lagi. Entah fiksi atau nonfiksi. Sayang, kalau kemampuan menulis udah dikasih Allah ke aku, tapi sama aku malah dibiarin berkarat. Semoga Allah mudahkan. Maret nanti mulai gas lagi nulis. Jangan tergantung pada alat dan keterbatasan. Inget lagi e-book al 'ashr yang ditulis penulisnya pakai hp. Bagaimana kalau tulisan itu diniatkan untuk Allah, nanti Allah berikan keberkahan di dalamnya.

Last but not least, untukku, dan untuk siapa pun yang punya minat nulis. Ayo semangat menulis lagi (: Sesederhana apapun. Singkat dan pendek pun tak mengapa. Ringan dan tidak selalu dalam pun tak mengapa. Jadikan habit, satu bulan sekali, satu pekan sekali. Know your pace, and be consistent! Semoga Allah memudahkan. Aamiin.

Wallahua'lam.


Saturday, May 28, 2022

Perjalanan Menulis Isabella Kirei

May 28, 2022 0 Comments

Bismillah.

Challange dari kulwap malam itu di grup KMK dan EMC. In syaa Allah saya post di grup KMK saja. Satu saja cukup hehe. (back then in 2018 maybe, I thought if I republished this draft, it will be on that date, but... yaudah sih hehe)


***


Saya pernah baca di blognya Mba Sinta Yudisia, salah satu penulis ternama di Indonesia, kalau membaca dan menulis adalah sepasang kekasih. Aku.. pernah jatuh hati kepada keduanya. Masih jatuh hati, pada salah satunya. Dan sedang berusaha jatuh hati lagi pada kekasihnya juga.


Yang pertama kukenal adalah membaca, baru kemudian aku mengenal kekasihnya, menulis. Aku ingat, bagaimana awal aku belajar membaca karena ingin ikut-ikutan semua aktivitas kakak yang usianya hanya 13 bulan lebih tua dariku. Aku ingat, bagaimana ayah membelikan bundel majalah bobo bekas. Bagaimana bundel yang setebal novel Harry Potter tersebut kuhabiskan dalam satu malam. Semuanya, dari surat pembacanya, komik bobo, nirmala, cerpen di dalamnya, semuanya. Pengalaman pertama begadang karena membaca, ya aku jatuh hati pada membaca.


Duduk di sekolah dasar aku mengenal menulis. Mungkin karena mereka sepasang kekasih, tanpa sadar aku mulai jatuh hati pada menulis juga. Aku rutin menulis di diary, kuhabiskan dua tiga buku, dari yang sederhana, sampai yang bergembok. Aku juga suka menulis puisi, mungkin belum pantas disebut puisi, hanya barisan kata yang terpisah dalam bait. Binder anak seusiaku yang biasanya hanya berisi biodata teman sekelas, kupenuhi dengan puisi kanak-kanakku.


Duduk di sekolah menengah pertama. Aku mengkonsumsi banyak buku fiksi. Lalu terdengar kabar ada seleksi siswa yang akan menjadi perwakilan lomba menulis cerpen. Kuberanikan diri menyerahkan cerpenku pada Bu Budi, guru Bahasa Indonesia yang sangat lekat di memoriku. Dibimbing Bu Budi aku diajarkan menulis cerpen yang baik, juga menulis tangan yang rapi. Karena Bu Budi lebih suka aku menyerahkan tulisanku, bukan hasil cetakan, tapi tulisan dari jemariku langsung. Alhamdulillah pernah menyicip juara 1 lomba menulis cerpen tingkat kabupaten dua kali. Di masa ini juga aku belajar menulis non fiksi, karena pernah bergabung di ekstrakulikuler jurnalistik, yang paling melekat saat belajar pengertian dan cara menulis tajuk dari Pak Agus.


Duduk di sekolah menengah akhir. Aku banyak menulis puisi lagi, bukti bahwa selain pada menulis dan membaca, aku juga pernah merasakan jatuh hati pada manusia. They call it first love, but I'd rather call it, strange feeling inside. Di masa itu aku ikut organisasi Suryakanta1,   juga Rohis. Semuanya terkait dengan tulis menulis. Meski tidak mengikuti lomba menulis individu, kami (tim suryakanta1) pernah bertarung membuat mading, dan dapat juara. Di akhir masa putih abu-abu ini juga, aku mulai aktif menulis di blog yang pernah kubuat saat SMP hasil pelajaran TIK.


Kuliah. Banyak menulis di blog. Semua unit kemahasiswaan hampir selalu masuk divisi media. Di sini aku mulai melupakan kekasih menulis. Rasanya membaca tidak ada waktu. Menulisku tetap jalan, karena selain dari membaca, bahan tulisan bisa dari pengalaman, dan informasi yang kutangkap dari ucapan orang-orang sekitar, atau guru-guru kehidupan. Selama masa itu, keinginan menerbitkan buku selalu ada, namun hanya naik turun di level keinginan, belum sama sekali masuk ke level eksekusi.


Pasca kuliah. Aku tahu dan paham kalau menulis di blog adalah zona nyamanku. Aku cukup puas menulis di sana, dibaca oleh orang-orang yang tidak sengaja melintas. Aku tahu dan paham, aku tidak boleh berhenti di sini. Maka aku mulai telusuri lagi, apa yang salah, apa yang tertinggal. Dari sana, aku teringat kekasih menulis. Membaca.


Saat ini. Aku masih berusaha jatuh hati lagi dengan membaca. Draft buku? Sudah ada, bahkan bahannya sudah ada, puluhan tulisan di blog yang bertema senada. Tapi seperti materi yang disampaikan di grup KMK, aku kehilangan poin pertama (strong why) yang bisa membuat keinginanku menerbitkan buku terwujud.


Saat ini. Hanya sebagian kecil dari perjalananku menulis. Doakan aku, semoga jika niat ini baik, semoga Allah menguatkan tekadku untuk merampungkan draft dan segera mengirimkannya ke penerbit.


Terakhir, izinkan aku menuliskan sebaris doa dari Ustadz Fauzil Adhim, yang kubaca dipengantar salah satu buku Ustadz Salim A. Fillah,

Semoga Allah bangkitkan kebaikan dan kekuatan, melalui setiap kata yang mengalir dari ujung jari kita. Sungguh sebuah buku dapat mengubah jiwa manusia dan nasib dunia.. -M. Fauzil Adhim


Isabella Kirei - Purwokerto
Ini tulisanku, mana tulisanmu?


***


Jadi Bel, sudah siap melanjutkan perjalanan menulismu? Atau mau berhenti lama di zona nyaman ini?

Wallahua'lam bishowab.


--end of draft that time

***


Tambahan, waktu sudah berlalu lama sejak materi tersebut aku simak, grup KMK sekarang sudah nonaktif. Aku sudah membuat beberapa e-book, menerbitkan antologi saat memberanikan diri ambil amanah PJ KMO Club, dan sekarang sedang menunggu dan berdoa semoga pengkaryaan guidelight batch 3 segera bisa sampai di tangan. Buku solo? *tiba-tiba teringat, orang-orang yang tidak paham istilah buku solo, karena memang mereka tidak berkecimpung di dunia tulis menulis hehe. Sedihnya, masih sama, strong why-nya masih belum terbentuk. Aku masih terlalu nyaman bersembunyi di sini, sesekali saja mengimport tulisan ke medium, tulisan tentang buku. Keinginan itu memang belum kuat, tapi masih ada, selalu sayup-sayup menggema setiap kali kulihat buku dengan isi dan layout, cover yang ciamik. Aku juga ingin punya yang seperti itu hehe.


Qadarullah juga, beberapa waktu yang lalu pernah sedikit terkejut saat mendengar pertanyaan dari salah seorang anak kecil, yang bertanya apa mimpiku. Dan lebih terkejut lagi saat aku jujur menjawab "penulis". Walaupun sekarang malu sih, karena sudah jarang menulis jika dibandingkan dulu. Lebih sering memilih hal lain yang tidak produktif, dan sama sekali bukan tangga ke 'puncak' yang ingin aku tuju.


Anyway, kupublish ini untuk memotivasi diri lagi. Here's your journey, would you like to level up? Mohon doanya.. TT


Sekian. Maaf banyak cerita tentang diri dan curhat.


Kamu, apa mimpimu? Semoga Allah memudahkan dan memberkahi perjalananmu mewujudkannya yaa~ Semangaat! Bye 5~