Follow Me

Tuesday, June 22, 2021

What Have You Do To Fix Yourself? (2)

June 22, 2021 0 Comments

Bismillah.

-Muhasabah Diri-


7 Juni yang lalu, aku menulis judul yang sama, dengan tag #SensiMe (tulisannya sudah masuk folder draft lagi). Saat itu, emosiku yang maju. Aku berharap menuliskannya bisa meredakan emosi negatif yang reaktif muncul saja saat pertanyaan itu ditujukan padaku dengan intonasi tinggi.

Sekarang, saat aku sudah mengambil jarak dan waktu, aku bisa menuliskannya lagi dengan kepala dingin.

Seseorang bertanya padaku, "Apa yang sudah kamu lakukan untuk memperbaiki diri?" Intonasinya yang tinggi membuatku ikut ingin meledak. Di telingaku, pertanyaan itu seolah bukan pertanyaan yang meminta jawaban. Otakku dipenuhi awan kelabu, bahwa apapun jawabanku, tidak akan menghapus keraguannya. Hatiku terluka, karena prasangkaku sendiri, rasanya seperti pertanyaan tersebut men-judge effort-ku bernilai nol, atau mungkin effortnya ada, ya aku bergerak, tapi delta perpindahan nol.

Aku masih sama, tidak berniat menjawab pertanyaan tersebut. Aku terlalu takut, jika aku sebut satu per satu, "kain" yang sudah compang-camping terbakar hangus, menjadi abu, tertiup angin kemudian tak membekas sama sekali. Untuk yang satu ini, aku masih sama, aku memilih diam dan tidak menjawab. Tapi saat ini, ada yang berbeda.

Yang berbeda, kini aku bisa menerima dengan lebih kalem pertanyaan itu. Mengapa intonasinya naik? Karena aku terlihat begitu datar, terlalu cuek hingga bahkan terkesan tidak mendengarkan.

Yang berbeda, kini aku bisa mengakui, bahwa aku belum melakukan banyak hal untuk memperbaiki begitu banyak kekurangan dan kesalahanku. Aku masih terlalu egois dan berkutat dengan urusan sendiri. Lupa, untuk melihat ke sekitar dan melakukan lebih banyak untuk setiap yang di luar diriku.

Tiba-tiba teringat tulisan lama berjudul "Belajar Menerima", rasanya ingin menertawakan diriku. Karena aku mungkin saat ini lebih pas untuk masuk kelas dan belajar memberi, memberi dengan tulus.

Balik lagi...

Yang berbeda, kini aku bersyukur ada yang memberikanku pertanyaan tersebut. 7 Juni yang lalu aku masih terbawa prasangka, tapi kini, aku tahu persis alasannya bertanya seperti itu. Ia tidak mau aku menyesal, ia tidak mau aku menyesal. Let me write it one more time, in 'that person words', "Maksimalin, jangan ampe nyesel".

***

Terakhir, untukku, be like bee


Allahua'lam bishowab.

Monday, June 14, 2021

Karena Shalat, Puasa...

June 14, 2021 0 Comments
Bismillah.

-Muhasabah Diri-

Sebuah kutipan buku, pengingat untuk diri

***

Konon, setelah pasukan Byzantium yang kalah perang tiba, Kaisar menanyakan kepada mereka tentang alasan kekalahan. Ini suatu keanehan bagi Kaisar, sebab jumlah pasukan Byzantium yang berlipat-lipat banyaknya dari pasukan kaum Muslimin.

Seorang lelaki yang dituakan menjawab, "Kita kalah karena mereka shalat pada malam hari dan berpuasa di siang hari, mereka menepati janji, mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran dan mereka saling jujur di antara sesama.

Sementara itu kita masih gemar meminum minuman keras, berzina, mengerjakan perbuatan haram, berkhianat, tak sabaran, zalim, membiarkan kemungkaran, melarang apa yang diridhai Tuhan, dan berbuat kerusakan di muka bumi".

#daribuku Kun Fayakun! Menembus Palestina - Peggy Melati Sukma, Penerbit Noura

***

Sebelum berkoar tentang kemenangan yang kita inginkan menyinari kembali Palestina, sebelum itu... mari cek lagi.

Apa kabar shalat malam kita? Apa kabar puasa kita? Apakah kita sudah menepati janji, mengajak pada kebaikan dan mencegah kemungkaran? Apakah kejujuran dan integritas masih setia kita genggam dalam keseharian kita?

Sebelum menangisi tentang kekalahan yang terus dirasakan, pernahkah kita menengok ulang barangkali penyebab kekalahan pasukan Byzantium di perang yarmuk, perangai pasukan tersebut, barangkali ada yang melekat dan menodai tubuh kita. TT

Jadi inget postingan di ig Ustaz Riza Basalamah saat lagi trend banget bahasan palestina. Diingatkan lagi tentang riba, sekilas nggak nyambung? Tapi pas dengerin sampai full rasanya jleb banget. Bulan Ramadan, doa-doa yang diufukkan, lalu hadits yang cukup familiar, tentang seorang yang berdoa merendah, tapi doanya tidak sampai? Kenapa? TT

Ada begitu banyak yang harus diperbaiki. Mari mulai dari yang kecil, mulai saat ini, mulai dari diri kita. Setelah itu lebarkan sayap, ajak juga keluarga, teman-teman terdekat. Jangan ragu untuk sharing kata-kata yang baik, pengingat, meski cuma satu ayat.

Semoga Allah memudahkan dan menguatkan kita. Semoga kita ikut ambil bagian dalam membebaskan kembali Palestina, meski cuma sedikit. Aamiin.

Allahua'lam.

Dua Buku Lain

June 14, 2021 0 Comments

Bismillah.

1 Juni lalu, di grup telegram arketipe dikasih pengumuman gitu. 


[INFO UNTUK LAPORAN GFORM]
Bagi yang belum laporan ke Gform tim SABUK maupun SERI kami tunggu paling lambat pukul 12.00 WIB HARI INI ya kawan-kawan


Itulah sebabnya beberapa review buku aku publish, sekalian gitu. Yang terakhir aku masukin ke gform jam 12.30-an kayanya. Selain itu, sebenarnya ada 2 buku lain yang selesai aku baca di bulan Mei. Cuma belum dibuat reviewnya aja. Aku tulis di sini aja yaa, tapi lebih ngalir aja, identitas bukunya juga ga selengkap kaya yang sebelumnya.


***


Polaris Fukuoka


Judul: Polaris Fukuoka

Penulis: Sinta Yudisia

Penerbit: Penerbit Pastel Books


sumber gambar: goodreads


Meski gak jadi pinjem novel Tere Liye, aku akhirnya pinjem novel Sinta Yudisia aja hehe. Sebenarnya udah pernah baca bagian awalnya, sempet dibalikin lagi, karena merasa agak sulit termotivasi nerusin juga, karena halaman awal gatau kenapa belum kebayang alur cerita, premis dll. Tapi setelah beberapa bab, terutama setelah mengenal karakter di dalamnya. Ditambah, ini lebih kerasa banget bahas tentang masalah yang menyangkut psikologi manusia.


Sebelum bahas tentang itu, mau curcol dikit terkait jepang dan aku haha, berasa apa. Mungkin karena nama kirei, ada yang penah mengira aku suka nonton dorama, atau pecinta anime. Tapi sebenarnya aku gak segitunya sama jepang. Nama kirei itu cuma satu verb bahasa baru yang kutahu, dulu tahu 3 kata sifat dalam bahasa jepang, kawaii kirei dan hansamu. Satu hal yang membuatku tertarik jepang, adalah seorang guru yang melanjutkan S2nya di Jepang, dan aku jadi ikutan, ingin suatu saat melanjutkan studi di jepang. Sampai sekarang? Entahlah hehe, mungkin ya, mungkin enggak. Yang jelas, aku sukaa membaca beberapa blog yang bercerita tentang jepang dan kehidupan pemilik blog studi di jepang. Ada beberapa nama, dua orang kakak tingkat informatika, sama satu lagi yang dulu pernah aku tulis di blogwalking.


Balik lagi ke Polaris Fukuoka. Jadi nyeritain tentang Sofia, yang kuliah dan tinggal bareng pamannya di Fukuoka. Sofia, yang tanpa sengaja mengenal Isao, lewat lagu Fukai Mori. Kemudian mendapat undangan upacara teh dengan bubuhan jisei di atasnya. Awalnya aku tertarik bagaimana novel ini membahas tentang bunuh diri di jepang, tapi kemudian aku menjadi lebih tertarik tentang Sofia. Bagaimana ia tumbuh dan dewasa dikelilingi tiga perempuan, dan bagaimana itu terlihat di karakternya saat di jepang, clash yang terjadi antara Sofia dan pamannya. Misteri terkait pamannya juga menarik hingga membuatku ingin segera baca sekuel keduanya Sirius Seoul. Tapi.. karena masih ada begitu banyak judul buku yang belum selesai, aku tahan dulu. Lagian khusus untukku, baca buku fiksi itu harus dibatasi.


Jujur, aku lebih menikmati membaca ini ketimbang Reem. Reem itu novel romance, setting maroko, dan tokoh berdarah palestina-indonesia membuatku tertarik membacanya. Tapi konflik di dalamnya terasa hmm drama? Sedangkan di polaris fukuoka, gak ada romance, konflik di dalamnya pun terasa lebih dekat dengan realita. Rasanya begitu cepat aku membalik halaman saat satu per satu cerita 'dibalik layar' kehidupan Sofia. Aku somehow merasa ada sisi kemiripan dengan Sofia, sedikit. 


Oh ya, satu lagi, aku meski awalnya menyernyitkan dahi saat Sofia menerima Omamori dan menempelkannya di apartemennya. Tapi akhirnya aku bisa menerima, nyatanya karakter Sofia bukan karakter yang sudah punya banyak ilmu terkait islam. Ah, jadi inget juga, ini juga yang membuatku menyernyitkan dahi karena di Reem ada yang mirip beginian juga. Saat Kasim membeli gelang-gelang dengan gantungan hmmm lupa istilahnya apa.


Anyway, aku lebih menikmati Polaris Fukuoka, aku belajar kegigihan dan kerja keras Sofia menjalani kehidupannya di perantauan, baik itu saat ia kuliah, maupun pertemanannya dengan Nozomi, dan juga teman-teman kuliahnya. Termasuk hubungannya dengan Paman dan Tante Nanda.


Kumpulan Puisi Palestina


sumber gambar: jejakpublisher


Judul : Palestina: Antologi Sajak Tentang Palestina
Penulis : Damay Ar-Rahman, dkk
Penerbit : CV Jejak

Ini buku kumpulan puisi kedua, buku tentang palestina kedua (?) ketiga sih kalau Reem masuk hitungan. Sama kaya buku Parade Heroik Pembebas Palestina yang pernah aku tulis reviewnya bulan Mei kemarin. Buku ini juga lahir setelah aksi great return march (aksi kepulangan akbar) tahun 2018. Penulisnya mahasiswa-mahasiswa FKIP Malikussaleh angkatan 2015, Aceh. Oh ya, seperti judulnya ini buku antologi. Puisi di dalamnya disusun per bab sesuai dengan penulisnya, ada 6 penulis (Damay Ar-Rahman, Husina Humaira, Nurjannah, Nurul An-Erman, Novi Hardina Putri, dan Nona Hestia). Satu penulis menyumbang 10-15 puisi. 

Sama seperti saat membaca kumpulan sajak "Dikatakan atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cinta", baca halaman-halaman awal jujur agak gimana hehe. Aku punya ekspektasi terlalu tinggi, berharap baca puisi dengan diksi-diksi yang sastra banget. Oh ya, jadi inget sebelum dua buku puisi ini, memori terakhirku baca buku puisi itu waktu SMP, di perpus SMP 2 Purwokerto, baca bukunya Chairil Anwar. Setelah itu, aku ingat juga beberapa kali kalau ke Gramed suka baca sekilas buku-buku puisi, baik yang bahasa indonesia maupun yang bahasa inggris. It's always pleasing reading poetry.

Oh ya, berbeda sama baca puisi tentang cinta. Baca puisi tentang palestina buatku agak berat, di satu sisi aku biasanya baca 10 halaman sekaligus, tapi di sisi lain aku malu, takut membaca tanpa rasa empati. Padahal kan ya, niat awal membaca buku ini, aku ingin menghidupkan kembali rasa cinta terhadap palestina, sekaligus memperkaya literasi tentang palestina. Kita bisa mendukung kebebasan palestina lewat donasi harta dan lewat doa. Tapi aku ingin juga menulis tentang palestina, tapi sebelum itu... aku tahu diri, perlu banyak baca dulu. Semangaat^^

Ada beberapa puisi yang aku catet, puisi Langit Palestina karya Husina Humaira, dua bait puisi Husina Humaira yang judulnya "Tak Setanah Namun Saudara", juga dua puisi karya Nona Hestia berjudul "Pedulikah" dan "Rangkaian Asa Penuh Duka". Oh ya, satu lagi beberapa kalimat penutup di puisi Nona Hestia yang berjudul "Perjuangan yang Takkan Berhenti".

Aku salin satu aja ya di sini, sisanya silahkan baca sendiri, bukunya bisa diakses di aplikasi iPusnas, gratis dan legal~

***

Berjuanglah...
Majulah
Jangan gentar dengan deretan senjata dan mobil baja
Jiwamu lebih kuat daripada itu
Dan Tuhanmu amat berkuasa di atas segalanya

Percayalah...
Jangan menyerah...
Biarlah nyeri itu kau dekap
Dan akan tergantikan oleh kemenangan yang kau dapat

Lhoksumawe, 5 Februari 2018

- Nona Hestia, dalam buku "Palestina: Antologi Sajak Tentang Palestina"
***

Terakhir, yuk biasakan lagi baca buku. Meminjam tagline-nya The Lady Book, "Plant the seed, start your first page". Luangkan waktu, pilih buku yang paling menarik hatimu, baca halaman pertama dulu^^

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Sunday, June 6, 2021

Memaafkan Kesalahan

June 06, 2021 0 Comments
Bismillah.

Membaca tulisan "ringan" dibuku ini, hari ini, entah mengapa terasa "berat".

Hari ini lembab. Entah pengaruh hormon, atau karena "teko emosi"-nya sudah penuh.

Lalu biasanya, jadi super sensitif. Peka.

As if Allah, through this book want to tell me how do I deal with mistakes. Cause He knows too well, how bad I am dealing with mistakes.

Hmmm....

***

Ini beberapa kutipannya

"Di dalam bahasa Arab, maaf adalah afwan yang asal katanya dari ‘afa. Kata ‘afa ini makna dasarnya, sih, sesuatu yang berlebih. Misalnya, kamu punya baju sepuluh stel, tapi lemari kamu cuma muat 7 stel; nah, kelebihan baju itu harus kamu berikan. Jadi, kata ‘afa identik dengan memberikan kelebihan yang kita miliki.

Begitu juga arti maaf. Kita harus selalu punya stok maaf yang buanyak, yang selalu siap untuk dibagikan kepada setiap orang yang melakukan kesalahan kepada kita."

.
.
.

Tahun lalu, angka bunuh diri di Jepang mencapai rekor tertinggi yaitu 34 ribu orang lebih.

Fakta tersebut sudah cukup kuat buat kamu renungkan. Itulah salah satu dampak dari sikap nggak bisa memaafkan diri sendiri, ditambah sistem sosial yang nggak bisa menerima kegagalan. Apa pun alasannya, bunuh diri itu bukan solusi terbaik. Kesalahan dan kegagalan adalah sahabat kesuksesan dan hidup itu sendiri. Kita masih punya banyak kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan membalas kegagalan."

.
.
.

"Dia (Maimun bin Mahram) tahu pasti, orang yang berbuat salah itu memerlukan kasih sayang. Mereka perlu bantuan untuk memperbaiki kesalahannya, bukannya dihukum."

.
.
.

"Setiap orang berhak memperbaiki kesalahannya. Hal paling bijak yang bisa kita lakukan adalah membantu setiap orang untuk menyadari kesalahannya dan menyuport dia supaya mau memperbaikinya."

Boleh Dogn Salah - Irfan AmaLee, DAR! Mizan

***

Membaca buku ini teringat Polaris Fukuoka. Di buku Boleh Dogn Salah, dituliskan tentang beberapa kasus. Tentang anak muda yang bunuh diri bareng-bareng, hmm.. Mobil, characoal. Alasannya yang dihighlight mungkin berbeda. Di buku Boleh Dogn Salah, penekanannya tentang kesalahan, plus sistem dan masyarakat yang menuntut serba 'perfect', hingga sulit untuk memaafkan diri dan efeknya jadi begitu. Sedangkan di Polaris Fukuoka yang di garis bawahi hal lain. Jawaban Adik Isao pada Sofia. Things that I never thought about... Karena aku lahir dan mengenal value islam, bahwa meski semua orang sibuk dengan dirinya sendiri, ada Allah, ada Allah, ada Allah. Dan mengetahui fakta itu menenangkan.

Oh ya, tapi beda ya. Kalau misal kita 'ngobrol' sama orang yang punya suicidal thoughts, urutannya bukan tiba-tiba ngajak kajian tauhid. Harus dekat dulu, berada di sisinya, sembari menunggu ia membuka hati. Jika sudah bisa ngobrol, baru dikit-dikit kita ajak dan ingatkan untuk mengapresiasi dan bersyukur hal-hal kecil dalam hidup.

Because when there's even a little gratefulness in our heart, Allah will see it, and appreciate it.

Maa yaf'alullahi bi 'adzabikum? La in syakartum wa amantum. **bener gak? >< belum hafal sebenernya ayatnya.

***

Contoh kasus kedua juga jleb. Kasus piala dunia, pemain yang karena "kesalahan kecil"-nya, gol bunuh diri, kolombia, lalu ditembak mati. TT

Diingatkan lagi pentingnya untuk memaafkan. Baik itu diri sendiri dan orang lain.

Terakhir, doa yang semoga ga cuma kita panjatkan di 10 hari terakhir ramadan.

Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa'fuanna. Aamiin.

Allahua'lam bishowab.

Just....

June 06, 2021 0 Comments

Bismillah.

Dua hari ini, beberapa kebiasaan berhenti. Rasanya ingin berhenti lebih lama. Meski tahu efeknya gak baik juga.

Ada rasa benci karena aku kalah oleh rasa lelah, ada rasa sebal karena sebagian diri ingin menyalahkan orang lain. Tapi aku tahu, aku tidak boleh begitu.

Let's just try to get up. Buka hp lagi, meski sebenarnya males dan enggan. Let's write more. Mungkin perasaan ingin berhenti lebih lama karena aku terlalu banyak menunpuk cerita yang harusnya dialirkan ke luar.

Let's just do that. ^^

Tuesday, June 1, 2021

Buku Ramadan Karya Seorang Blogger

June 01, 2021 0 Comments

Bismillah.


Identitas Buku



Judul: Perjalanan Menuju Cahaya: Renungan Harian Ramadan untuk Muslimah Pembelajar

Penulis: Primadita Rahma Ekida & SistersPenerbit: Bitread Publishing

Tahun terbit : 2018

Jumlah halaman : 69 *nanti aku edit lagi kalau udah bisa pinjem buku di ipusnas


Review Buku


Buku ini aku pinjam di iPusnas. Menjelang Ramadan, ingin membaca bacaan terkait ramadan, aku mengetik keyword "ramadan" dan menemukan buku ini. Ada 30 tulisan di dalamnya, harusnya sih tiap hari baca satu tulisan ya? Tapi karena aku sukanya baca banyak buku di satu waktu, akhirnya buku ini selesai aku baca tanggal 19 Mei. Kita lebaran tanggal berapa? Telat dikit lah ya? Hehe.


Buku ini ditulis oleh seorang blogger, lulusan S2 UGM, pernah menang jadi Muslimah Indonesia tahun berapa gitu. Buku ini merupakan kumpulan tulisan dari blog beliau, tapi dikelompokan gitu dan dibungkus dalam tema Ramadan dan muslimah. Selain tulisan beliau ada juga tulisan dari beberapa sisters. Jadi beliau ngadain semacam lomba menulis dengan tema tertentu trus yang terpilih dimasukan ke buku ini. Cuma beberapa nama kalau gak salah inget *nanti saya lengkapi kalau udah bisa pinjem bukunya di ipusnas, qadarullah belum bisa pinjem meski bukunya ada 10 yang available.


Tulisan-tulisan di awal itu topik yang diangkat sekilas kaya biasa banget, dan bahasanya bener-bener kaya baca blog aja. Tapi karena aku suka banget baca tulisan blog banyak orang, aku enjoy aja bacanya. Ada di banyak momen beliau cerita perjuangan beliau untuk lulus S2. Atau cerita tentang seorang yang gak beliau kenal, tapi mengaku menjadi mualaf setelah baca tulisan beliau (perempuan amerika). Oh ya, Mba Prima ini aktif banget kegiatan, pernah ikut jambore interasional juga. Kereen pokoknya. Dan karena buku itu bukan instagram, aku bisa juga membaca sedikit behind the scene kehidupan beliau. Bahwa diantara begitu banyak pencapaian beliau, ada asin pahit asem kehidupan yang beliau rasakan.


Salah satu tulisan favorit saya juga, kalau gak salah tulisan dari salah seorang sister yang bercerita pengalaman traveling solo di Vietnam. Jadi lebih memaknai lagi nikmat hidayah, nikmat memakai hijab, nikmat masjid atau mushola yang ada di hampir tiap tempat, dan tentunya nikmat ukhuwah. Senyum-senyum pas baca dan ngebayangin traveling solo di negara yang mayoritasnya non muslim, lalu bertemu muslim, berasa ketemu saudara.


Oh ya, disela-sela buku juga ada lembar-lembar interaktif yang bisa diisi. Sayang ya... saya bacanya e-book, jadi cuma bisa menikmati desain dan warna berbeda di lembar-lembar reflektif tersebut.


Terakhir, meski buku tersebut bergandengan dengan tema Ramadan, menurutku buku ini bisa banget di baca di luar bulan Ramadan. Karena pesan yang dibawanya sifatnya general dan bisa tetap relate meski sudah bukan di bulan Ramadan.


PS: Tambahan… *yang diatas gak jadi paragraf terakhir review hehe **peaceV. Aku baru inget salah satu insight baru yang kudapat dari buku ini adalah, kalau kita kesulitan sesuatu, sibukkan diri kita membantu orang lain. Jadi beliau cerita sengaja meluangkan waktu membantu adik tingkatnya ngerjain skripsi, sembari berharap Allah memudahkan proses beliau menulis tesis. Rasanya jleb banget, mengingat aku berkali-kali bertanya terkait hal ini, rasa minder membantu orang lain, saat diri masih kesulitan dengan urusan sendiri.


Kutipan


"Bukan bahagia yang membuat kita bersyukur, tapi bersukur yang membuat kita bahagia"


***


"Pertama, make sure you know your goals. Kabar baiknya, kalau Sister punya komitmen tinggi dan konsisten, tujuan sister pasti tercapai. Kabar buruknya, biarpun perempuan punya kemampuan multi-tasking, kita tidak mungkin mendapatkan semuanya dalam satu waktu. Jangan serakah dan mengatakan 'ya' pada semua kesempatan yang akan datang hanya karena ingin tampak sibuk. Apakah tawaran ini mendekatkan diri Sister kepada tujuan? Kalau tidak, teguhkan hati untuk menolak. Percayalah akan ada sesuatu yang lebih baik nantinya."


***


"Jangan 'perhitungan'. Selama Sister masih hidup, jangan menghitung ibadah dan kebaikan yang sister lakukan. Just do it and forget it."


***


"Lupakan amalmu, tapi selalu ingat keburukanmu." Semata agar kita tak menyombong pada diri sendiri, orang lain dan di hadapan Allah; karena kita terlalu sibuk menghitung amal kebaikan dan melupakan dosa.


***


"Bersungguh-sungguh bertobat, menjauhi perbuatan dosa, dan melakukan perbuatan baik merupakan suatu rangkaian yang tak terpisahkan untuk menggapai rida Allah; baik di dunia maupun di akhirat"


Allahua'lam.


Itu Tetap Cinta

June 01, 2021 0 Comments

 Bismillah.


Identitas Buku



Judul: Dikatakan atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cipta - Kumpulan Sajak

Penulis: Tere Liye

Penerbit: Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit : 2014

Jumlah halaman : 69 *halaman yang ada puisinya aja, belum bisa cek ulang karena di ipusnas lagi abis stok pinjemnya.


Review Buku


Berawal dari diskusi di grup Sastra Muda Indonesia, ada yang kasih rekomendasi, novel Romance yang ga cuma bahas romance, tapi sering menyinggung juga tentang sosial atau hal lain. Dari situ, aku jadi tertarik mengetik keyword Tere Liye di aplikasi iPusnas, dan menemukan ternyata banyak banget novel Tere Liye yang udah ada di iPusnas. *kemana aja hehe. Berhubung baru beres baca novel Reem, dan gak ada motivasi buat baca buku fiksi lagi, aku akhirnya pilih buku ini, buku kumpulan puisi itu, cepat dibaca, pas banget lah dimasukin list buku untuk laporan program SERI hehe.


Sejujurnya aku agak sedikit kecewa sih pas baca isinya. Ada ekspektasi lebih, tapi aku sadar diri juga, siapa gue mau ngomentari puisi orang lain hehe. Aku ngebayanginnya tuh akan dapet diksi-diksi yang nyastra kaya yang selalu aku dapetin kalau baca bukunya Salim A. Fillah. Aku lupa, dan memang sudah lama banget terakhir baca karya Tere Liye.


Sisi positifnya, puisi-puisi di dalamnya dikemas dalam bahasa sederhana. Beberapa di dalamnya unik, seperti puisi tentang matematika cinta *semacam itu. Maaf nih gak bisa kasih kutipannya, karena baca di ipusnas dan saat ini kondisi bukunya gak available buat dipinjem.


Ada dua kutipan yang aku catet dari buku ini. Sayang aku gak nyatet judul puisinya. Yang pertama:


"Tapi sungguh, siapa pun yang sabar dan tekun

Akan mekar seperti bunga

Akan indah seperti purnama

Dan akan menakjubkan seperti kupu-kupu" - Tere Liye


Dan satu lagi, sekaligus penutup tulisan ini. Diambil dari puisi dengan judul yang sama dengan judul buku.


"Tidak mengapa

Kita tahu persis, tidak berkurang nilainya" - Tere Liye


Allahua'lam.




Membaca Buku Etika Seorang Muslim

June 01, 2021 0 Comments

Bismillah.

Sekali dayung, dua tiga pulau terlewati. Hasil copas laporan bulanan program SERI-nya arketipe. Eh, sebenernya harusnya tiap selesai satu buku kirim laporan di bit.ly/LaporanSERI, tapi... aku kebiasaan buruk ditumpuk di awal bulan. jangan ditiru ya hehe

***

Identitas Buku


sumber foto


Judul: Etika Seorang Muslim
Penyusun: Lajnah Ilmiah Darul Wathan
Penerbit: Darul Haq
Tahun terbit : 2012 (Cetakan XIII)
Jumlah halaman : 142

Review Buku


Buku saku ini cocok untuk siapapun. Termasuk pembaca pemula yang mungkin sering terintimadasi dulu secara mental untuk membaca buku islami yang tebal-tebal. Ukurannya kecil dan tipis, tingginya mungkin sekitar 10cm. Buku ini bisa dibawa kemana-mana, dibaca pelan boleh, dibaca langsung cepat juga bisa banget.

Isinya sesuai judul, tentang etika seorang muslim, kumpulan adab seorang muslim yang perlu banget kita tahu. Mulai dari etika tidur dan bangun, etika (adab) buang hajat, berpakaikan dan berhias, berbicara, berbeda pendapat, bercanda, membaca quran, dan masih banyak yang lain. Isinya ringkas, tapi tetap disertai terjemah dalil hadits di beberapa poin. Tulisan arab hanya disertakan di lafal doa biasanya. 

Aku pernah mengutip 2 kutipan dari buku ini di 31 Hari Membaca Bersama Arketipe.

Bab yang "sesuatu" bagiku saat membaca ini adalah bab etika di pasar. Pas banget, baca itu saat sedang kondisi hampir sering ke pasar. Ada 16 poin, beberapa diantaranya: (1) Hendaknya berdzikir di saat masuk pasar, (2) Tidak menyaringkan suara dengan berbagai pertengkaran dan perdebatan, (3) Menjaga kebersihan pasar (4) Jangan mudah mengobral sumpah di dalam berjual beli.

Aku mulai baca 15 Maret 2021, awalnya mengikuti target dari program SERI, 10 halaman per hari. Tapi menjelang pertengahan, aku mulai merasa harus memperlambat ritme baca, berharap biar yang kubaca bisa lebih diresapi. Alhamdulillah 10 Mei sudah selesai baca, langkah selanjutnya adalah berusaha mengamalkan ilmu yang di dapat dari buku kecil ini. Jika lupa, sering dilihat lagi. Semoga Allah memudahkan kita untuk mengamalkan ilmu yang kita miliki. Aamiin.