Follow Me

Sunday, April 22, 2012

Ujian; Waktu dan Materi

April 22, 2012 0 Comments
 *image taken from this


Bismillah...
"STEI memang selalu begitu kok," tanggapan seorang senior saat kuceritakan padanya jadwal UTS 2, yang mempertemukan kimia, DRE (dasar rangkaian elektrik), dan kalkulus di tanggal yang berdekatan (4, 5 dan 7 Mei 2012).

Ya.. kurang lebih fakta itulah yang aku temui. Dalam waktu yang berdekatan, kami (mahasiswa TPB STEI) diuji materi yang tak bisa dikatakan sedikit. Sebut saja kimia : kinetika kimia, kelarutan, dan kawan-kawannya. Atau kalkulus : fungsi dua peubah, integral lipat dua, diferensial orde dua. Dan DRE : induktor-kapasitor, rangkaian orde satu, bilangan kompleks, rangkaian orde dua. -.-

Apakah Anda tertekan membaca paragraf di atas? hehe :P Itu hal yang wajar. Ujian memang menjadi momok sendiri bagi manusia. Dalam hidup kita, akan ada ujian-ujian yang menanti. Bahkan, kehidupan kita di dunia ini.. bisa diibaratkan sebagai ujian.

Kehidupan di dunia = ujian
Ya, hidup adalah ibarat kita sedang mengerjakan sebuah ujian di sebuah ruangan (dunia). Kita harus mengerjakannya dengan hati-hati. Pengawas ujian ini, selalu memperhatikan dan mencatat gerak-gerik kita. Tak pernah ada satupun aktifitas kita yang lepas dari pengawasannya. Siapakah pengawas itu? Kita mengenalnya dengan sebutan Malaikat Raqib dan Malaikat Atid.

Kehidupan di dunia = ujian
Kehidupan di dunia, ibarat ujian.. yang kita tidak tahu jangka waktu kita untuk mengerjakannya. Bisa jadi, kita sudah melewati setengah dari waktu ujian. Bisa juga kita sudah hampir dipenghujung waktu ujian.

Kehidupan di dunia = ujian
Tapi Allah berbaik hati kepada kita. Di ruang ujian ini, kita tidak akan disalahkan (baca: mendapat dosa) jika kita belum tahu ilmunya. Di sini, kita diperbolehkan belajar dan memperbaiki kesalahan yang kita lakukan. Justru mereka yang tidak mau belajar yang mendapat dosa.

Kehidupan di dunia = ujian
Saat waktu ujian sudah berakhir, ada petugas yang akan menjemput kita. Bisa jadi, ia mempersilahkan kita untuk keluar ruang ujian dengan lemah lembut jika kita mematuhi peraturan yang ada (menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya). Bisa pula, dengan paksa dan kasar, jika kita melakukan kecurangan (melanggar perintahNya dan melaksanakan laranganNya).

Kehidupan di dunia ini, adalah ujian kawan! Mirip.. seperti ujian fisika, kimia, DRE, kalkulus, dkk yang akan menghadang kita beberapa minggu ke depan. Waktu yang terbatas dan materi yang banyak, membuat kita harus mulai mengencangkan sabuk, bersungguh-sungguh dalam belajar. Materi yang banyak dan waktu yang terbatas, seharusnya membuat kita tak punya waktu untuk berleha-leha (baca: bersantai ria), berhahahihi, dan membuang-buang waktu yang ada. Begitu pula kehidupan, jangan kita sia-siakan untuk hal yang semu, yang hanya menawarkan senyum sesaat, tawa sejenak.

"Dalam hidup cuma ada dua pilihan, senang dan susah. Apakah kita mau senang dulu baru susah. Atau sebaliknya susah dulu baru senang. Dan biasanya.. yang di akhir akan lebih lama kau rasakan."

Wallahu'alam..

**terinspirasi dari prolog pp mata' dan ta'lim pertama roket stei

Thursday, April 19, 2012

Be Yourself; Your-Growing-Self!

April 19, 2012 0 Comments
Bismillah..


The true meaning of be yourself is be your-growing-self! :)



Menjadi diri sendiri, bukan berarti stuck. Bukan berhenti pada apa-apa yang sudah ada pada diri. Menjadi diri sendiri, artinya.. kita terus tumbuh dan berkembang tanpa kehilangan jati diri. Menjadi lebih baik setiap harinya,.. bukan tetap terpaku pada kebiasaan-kebiasaan buruk yang kita miliki.


Be your-growing-self.. berarti kamu mensyukuri nikmat dari Allah dengan cara yang benar. Bukan hanya berterima kasih dan pasrah, tapi mendayagunakan nikmat yang IA beri. Agar lebih bermanfaat.

“Syukur adalah mendayagunakan segenap nikmay yang telah Allah karuniakan untuk menggapai yang lebih tinggi. Yang berharta, janganlah puas dengan sadaqahnya. Yang berilmu, janganlah puas dengan amal dan dakwahnya.Yang bernafas, janganlah puas sekedar berbaring dan duduk. Tapi bangkitlah.. berlarilah!” (Salim A. Fillah)

The true meaning of be yourself is be your-growing-self. Mengingatkan kita, bahwa tidak menjadi orang lain (baca : be yourself), bukan berarti kita tak boleh mengikuti teladan orang-orang di sekitar kita. Bukan berarti, menjadi alibi kita untuk tetap memegang teguh sesuatu yang salah. Bisa jadi, kita memang perlu berubah. Tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik di mata Allah utamanya.


Be yourself, tak pernah mengekang kita untuk berubah dan bermetamorphosis. Be yourself, hanya melarang kita untuk bertopeng orang lain, melakukan apa-apa yang kebanyakan orang lakukan padahal tidak kita sukai. Be yourself! And remember, that the true meaning of be yourself is..... [kuperkenankan dirimu yang melanjutkan kalimatnya]


Wallahu’alam.


Ayo! Be yourself! #beyour-growing-self

Tuesday, April 10, 2012

Sudah Adzan! :)

April 10, 2012 0 Comments
Bismillahirrahmanirrahim



“Sudah adzan! Ayo ambil air wudhu!”


Membaca kalimat tersebut di beranda sebuah jejaring sosial, spontan aku langsung keluar dari browser handphoneku. Kemudian bergumam sendiri. Merutuki diri yang boleh jadi baru akan berwudhu setelah adzan selesai.


Allahu Akbar.. Allahu Akbar..


Suara merdu sang muadzin mengumandangkan panggilan ilahi, lima kali sehari kita dengar. Berapa kali kita mengabaikannya? Atau justru menutup telinga, saat selimut mendekap erat?


Allahu Akbar.. Allahu Akbar..


Allah Maha besar, begitu tafsir yang sering kita lihat-dengar-baca dari lafal Allahu Akbar. Tapi tahukah kawan, bahwa tafsir itu kurang tepat? Menurut ta’lim yang pernah aku ikuti (PP Mata’), tafsir Allahu Akbar seharusnya adalah Allah lebih besar dari ... (baca: titik-titik). Lebih besar dari apa? Nah, titik-titik di atas.. bisa kita isi sesuai situasi dan kondisi. Misal.. kamu lagi ngobrol sama temen, lalu terdengarlah adzan.. Allahu akbar.. Allahu akbar! Allah lebih besar, lebih agung dari pada aktifitas ngobrolmu. Berhentilah dan jawab panggilan dari Robbmu!


Ketika guru, dosen, atasan, presiden memanggilmu.. bukankah kamu akan segera menghadap kepada mereka? Apakah tidak malu rasanya, jika Allah azza wajalla.. Robbul alamin.. ia memanggilmu, tapi kau malah asik dengan kegiatanmu?


Allahu Akbar.. Allahu Akbar..


Sungguh.. Allah lebih besar dan lebih agung dari apapun di dunia ini. Maka saat adzan dikumandangkan, ingatlah selalu maknanya. Suka tidak suka.. hatimu akan mendorongmu untuk bergegas mengambil air wudhu dan menghadapNya.


Maka ketika Adzan terdengar, segera ambil air wudhu!


No more excuses.. Tak ada lagi penundaan! Segera J Bahkan kalau bisa, sebelum adzan terdengar.. bersiaplah terlebih dahulu. Karena engkau akan menemui Rabbmu.. Rabb semesta alam.



**NB: ada situasi dan kondisi yang masih bisa dimaklumi, kita mungkin tak bisa langsung menjawab panggilanNya.. Tapi, jagalah keinginan untuk segera menghadapNya, khusyuk dalam ruku’ dan sujud padaNya.

Wallahu'alam

Yang Penting Jaga Hati?

April 10, 2012 0 Comments


Bismillah..

Yang penting jaga hati..", kata seorang teman.. "jangan sampai sama ikhwan kita nunduk-nunduk.. eh sama cowok kita gini” ia memperagakan dengan kepalanya.. dari menunduk hingga meluruskan pandangannya dan menengok ke kanan kiri. Jika saja Sarah hanya melihat gerakan itu.. tanpa mendengar pernyataannya. Mungkin Sarah akan tertawa. Tapi pernyataannya membuat Sarah menahan senyum dan tawanya melihat tingkah kawannya yang kocak itu.

Sarah menjawab dengan pernyataan yang sama-sama tidak bisa mereka pungkiri,

Masalahnya, menjaga hati itu tidak mudah.” Dan mereka lalu terdiam sejenak. Seperti sama-sama mencerna kalimat tadi. Tak mudah. Ya tak semudah deklarasinya, tak semudah mengucapnya di lisan.

Dua paragraf diatas #fiksi.

***

Sedikit banyak aku tertohok. Merasa diri hina. Hadduu.. iya sih, seringkali kita (lebih tepatnya aku) menganggap para cowok tak tahu apa-apa. Jadi deh, membenarkan diri membebaskan pandangan. Bukan menahannya, seperti saat kita berada di lingkungan yang kondusif (saat syuro, dengan ikhwan yang sudah tahu hukumnya, di wilayah LDK/LDW/LDPS,dkk).

Tapi tetap saja aku tak bisa membenarkan kalimat di atas (yang penting jaga hati). Aku sedang belajar menahan pandanganku. Masa iya.. karena berada di lingkungan yang tidak kondusif, lantas kita meninggalkan perintah Allah di surat An Nur ayat 30-31. Memangnya, kita bisa gitu menjaga hati kita dengan baik?
“Telah tertulis atas nama Adam nasibnya dari zina. Akan bertemu dalam hidupnya, tidak bisa tidak. Maka kedua mata, zinanya adalah memandang, kedua telinga, zinanya berupa menyimak dengarkan. Lisan, zinanya berkata. Tangan, zinanya menyentuh. Kaki, zinanya berjalan. Dan zinanya hati adalah ingin dan angan-angan. Maka akan dibenarkan hal ini oleh kemaluan, atau didustakannya.” (HR Muslim dari Abu Hurairah).
Aku tahu, kondisinya tak mudah. Tapi bukan berarti tak mungkin. Aku percaya kok.. Mereka yang tidak tahu, akan mau mengerti, mau bertoleransi kalau di awal kita berterus terang dan menjelaskan. Sejauh ini, aku menerima toleransi yang luar biasa di lingkungan STEI yang mayoritasnya laki-laki, yang heterogen. Terlepas dari suka atau tidaknya mereka, terlepas dari mereka menyebutku aneh atau unik.. Yang jelas mereka tidak mengusikku. Tidak berikan kendala yang berarti buatku untuk menjaga prinsip yang kucoba genggam erat.

Ada kalanya, kita memang harus memandang seseorang yang sedang bicara pada kita. Untuk menunjukkan bahwa kita mendengar, kita menghargai ia. Tapi bukan berarti kita meniadakan khoudul bashor.
Aku sedang belajar. Dan tak ingin proses belajarku terhenti.. hanya karena kata-kata. ‘yang penting jaga hati’. Bagiku.. ‘yang penting tundukkan dan tahanlah pandanganmu dulu!’, karena dengan berlaku seperti itu.. hati kita akan terjaga.
Pandangan adalah anak panah beracun dari anak panah Iblis. Siapapun yang menghindarkannya karena takut kepada Allah, Allah akan mengaruniakan keimanan, yang ia temui rasa manisnya di dalam hati.” (HR Al Hakim)
Ya Allah.. jadikan hamba salah satu yang engkau karuniakan keimanan, yang kemudian aku temui rasa manisnya di dalam hati. Aamiin Ya Rahim...

Wallahu'alam..

Small World : Dunia Kita Yang Sempit

April 10, 2012 0 Comments

Bismillah..



Ternyata dunia ini memang sempit”, ucap seseorang dengan tawa khasnya.. saat tanpa sengaja kami dipertemukan lagi lewat sebuah kondisi yang tidak pernah kami duga.

Pernah mengalami kejadian mirip paragraf di atas? Bertemu kembali dengan orang yang sama? Menemukan kesangkut-pautan yang berujung pada hal yang sama?

Yup. :) Memang benar! Dunia ini sempit kawan! Sekalipun ia (baca: dunia) memang tak selebar daun kelor, tapi tetep aja nggak bisa masuk kategori luas. Ia sempit, jika kita membandingkannya dengan semesta alam. Ia sempit, jika kita bandingkan dengan surgaNya..
Dunia ini sempit.

Maka wajar, jika sering kali kita jenuh. Merasa sesak dan pengap dengan hiruk pikuk dunia. Yang melulu hanya soal IPK, harta, jabatan, gelar, dan lain sebagainya. Dunia ini penuh sesak.. dengan sesuatu yang seringkali membuat kita lalai, bahwa dunia ini tidak kekal. Penuh sesak dengan perhiasan semu yang seringkali membuat kita lupa daratan, bahwa kelak.. akan ada hari dimana kaki dan tangan yang berbicara, bukan lisan kita.

Dari sebuah fenomena biasa, cerita tentang ‘dunia memang sempit’.. Kita kemudian tersentak, kembali sadar bahwa kita masih dalam perjalanan. Dunia ini sempit. Tapi di sinilah kita bersinggah, sebentar.. takkan lama. Ada tujuan yang menanti kita di sana. Insya Allah.. Surga. Surga yang luasnya seluas langit dan bumi. Tujuan kita ke surga bukan?

Jika engkau sudah bosan bersempit-sempit di dunia ini.. dan ingin merasakan luasnya surga.. Jangan hanya diam. Yuk, berlomba-lomba dalam kebaikan. Biarlah hiruk-pikuk dunia menggonggong, tapi tujuan kita di sini (baca: di dunia) adalah untuk beramal dengan amal yang terbaik. Isi harimu dengan kegiatan-kegiatan positif dengan niat lillahi ta’ala, tanpa mengesampingkan ibadah wajib dan sunnah. Agar kelak saat bertemu dengan Allah.. IA mempersilahkan kita untuk memasuki surgaNya yang begitu luas.

Tak cukup sampai di situ.. Surga ini teramat luas untuk kita. Jika ada lebih banyak orang yang memasukinya (baca : memasuki surgaNya), sungguh betapa indahnya. Yuk, ‘amar ma’ruf nahi mungkar (menyeru pada kebaikan dan mencegah kemungkaran)! Agar bukan hanya kita yang menikmati indahnya iman, indahnya islam, serta indahnya surga.

Dunia ini memang sempit, tapi takkan kubiarkan sempitnya dunia membuatku terjepit. Karena surgaNya yang luas menantiku (aamiin Ya Allah J).

Wallahu’alam..