Follow Me

Monday, June 29, 2020

Berubah Hanya Saat Ramadhan

June 29, 2020 0 Comments
Bismillah.


It’s not the first time, Ramadhan is gone, and all of good transformation I made in Ramadhan is gone too. Sudah beberapa kali Ramadhan berlalu dalam hidup. Iya, saat Ramadhan kita berubah menjadi baik. Tapi saat Ramadhan sudah pergi? Kemana perginya perubahan kebaikan tersebut?

Maybe I just put a beautiful mask on, and then put it down when Ramadhan is gone. Mungkin perubahan sementara itu, karena ada yang salah dengan Ramadhan kita. Ya memang puasa, tapi ‘sekedar puasa’. Seolah hanya penghias kulit luar, tapi tak menyentuh hati.

Dari sekian banyak pengulangan itu, dari situ aku belajar, bahwa agar bisa berubah juga setelah Ramadhan. Kita juga terus berusaha berubah, tidak melambatkan langkah atau justru berbalik arah dan mundur. Karena perubahannya tidak bisa instan. Tidak bisa seperti power ranger, yang dalam hitungan detik berubah wujud. No, it doesn’t work that way.

Trus bagaimana kalau kita tahu perubahan kita di Ramadhan kemarin cuma sesaat? Apa kita akan menyerah? Tentu tidak! Kita bisa memulai lagi perbaikan diri. Just start now. Paksa dirimu untuk berubah menjadi lebih baik. Mungkin tidak bisa sebaik Ramadhan, tapi kita bisa lebih baik dari hari ke hari. Hari ini harus lebih baik daripada kemarin, begitupun sebaliknya.

Ada quotes yang beredar, kalau Ramadhan kita jadi tahu, siapa ‘setan’-nya. Kalaupun memang “setan”-nya diri kita sendiri, nafsu kita. Does it mean, it’s a final thing? No.

Bahkan.. meskipun “setan”-nya diri kita, hawa nafsu kita, we can still change.  

Sama seperti saat puasa kita bisa mengendalikan diri untuk tidak makan dan minum, dari terbit fajar sampai waktu adzan magrib. Sama, seperti itu juga kita bisa mengendalikan hawa nafsu kita. Kita bisa berubah, menjadi lebih baik. Tidak cuma di bulan Ramadhan, tapi juga di bulan-bulan berikutnya.

Sudah bulan Dzulqaidah, sudah sebulan lebih Ramadhan pergi. Sudah umur segini, sudah tidak muda. Is it too late to change?

Nope. It’s never too late. As long as you still breathing. And it’s not qiyamah yet. It’s not too late.

Let’s change to be a better human, a better muslim, a better children for our parents, a better partner for our spouse, a better friend, a better better self.

Allahua'lam.

***

Keterangan:

[1] Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi minamal satu cerita dalam satu minggu.

[2] Ditulis ulang dengan konteks berbeda dari tulisanku di tumblr anonim tahun 2018 yang lalu.

Sunday, June 28, 2020

I'll Be Fine

June 28, 2020 0 Comments
Bismillah.


I’ll be fine. Aku akan baik-baik saja. Sakit yang kurasakan akan hilang, sembuh, meski mungkin meninggalkan jejak. Aku akan baik-baik saja. I’ll be okay.

***

Saat kau ragu, khawatir dan dipenuhi prasangka. Saat kamu tidak tahu, dan bertanya-tanya namun tidak juga mendapatkan jawaban. Saat itu, mungkin yang harus meyakinkan dirimu bukan orang lain. Tapi dirimu sendiri. Katakan pada dirimu sendiri dalam hati, bahwa kamu akan baik-baik saja. Bahwa setiap kesulitan, ada kemudahan di dalamnya. Bahwa luka yang terbuka akan berhenti berdarah, sel-sel baru akan menutup lukanya. Kau akan baik-baik saja.

Kalau mengatakannya dalam hati belum cukup, mungkin kau perlu menghadap ke cermin dan mengatakan pada bayanganmu sendiri. Yakinkan dirimu, yang terlihat sayu karena dirundung kesedihan. Bahwa kamu akan baik-baik saja, kesedihan akan berlalu, berganti dengan kebahagiaan kecil jika kau mau membuka mata lebih lebar.

Kalau masih belum cukup, tuliskan. Ya, menulislah untuk dirimu sendiri. Katakan pada dirimu dalam tulisan tersebut, bahwa kamu akan baik-baik saja. Kamu bisa melalui tanjakan curam ini. Kamu akan tersenyum lega saat mencapai puncaknya. Dan akan siap menuju puncak berikutnya.

I’ll be fine. You’ll be fine. We’ll be fine.

Yakinkan dirimu, dengan kalimat positif. Orang lain mungkin tidak bisa atau lupa, untuk mengatakannya padamu, bahwa kamu akan baik-baik saja. Tidak ada salahnya, kamu sendiri yang mengatakan itu.

Kalau masih belum bisa menguatkan, coba buka lagi quran di rak bukumu. Kau akan menemukan, bahwa Allah menjamin bahwa kau akan baik-baik saja, karena Allah tidak pernah membebani hambaNya diluar kemampuannya. Jika selftalk kata-kata positif belum cukup. Biarkan ayat-ayatNya yang menghiburmu lembut. Jangan bersedih. La tahzan, innallaha ma'ana. Ada Allah yang siap sedia membantu. Kau hanya perlu berdoa dan meminta padaNya. Karena Allah Maha Mendengar, lagi Maha Mengetahui.

Allahua'lam.

***

Keterangan: Tulisanku ini pernah di sebuah tumblr anonim tahun 2018

I Wish You Wouldn't Hate Yourself So Much

June 28, 2020 0 Comments
Bismillah.
 

I wish you wouldn’t hate yourself so much.

***

Aku sempat menimbang-nimbang dimana akan kutulis kalimat tersebut, kemudian berusaha mengejanya dalam beberapa kalimat. Sampai aku kembali lagi ke sini.

Penghujung 2018. Pesanku untuk siapapun, I wish you wouldn’t hate yourself so much. Aku berharap tidak ada yang begitu membenci diri sendiri.

Mungkin masa lalu gelap, kesalahan yang bertubi dilakukan, dan berbagai hal lain yang membuat kita membenci diri. Hingga sebelum orang lain menghakimi, kita sudah terlebih dahulu memberikan ribuan label buruk pada diri. Mengucapkan kata-kata buruk, mencaci diri, masa lalu, dan kesalahan yang pernah diperbuat. Mungkin rasanya, sulit untuk melanjutkan hidup. Bagaimana tidak? Sepanjang hidup, kita dihadapkan realita bahwa itulah diri kita, sosok yang kita benci.

Maka penghujung tahun ini, mari berusaha mengurangi kebencian itu. Ingatkan diri, bahwa ada yang mencintai kita meski dengan segala keburukan kita. Ingatkan diri, bahwa meski kita sendiri sudah menyerah, ada yang masih membuka lebar tangan untuk menerima kita. Bahkan membuka pintu agar kita bisa memperbaiki diri, membuka lebar pintu bahwa kita bisa mengubah hidup kita, hari ini dan masa depan. Asalkan kita mau berusaha, dan berdoa.

Allah mencintaimu, saat lautan hendak menenggelamkanmu, Allah melindungimu. Saat bumi hendak menelanmu, Allah melindungimu. Allah mencintaimu, karena IA melihat secercah cahaya yang kamu sendiri tidak bisa melihatnya. IA tahu kamu bisa belajar mencintai dirimu sendiri, dan bertransformasi menjadi manusia yang lebih baik.

I wish you wouldn’t hate yourself so much..

Allahua'lam.

***

Keterangan: Tulisanku ini pernah di publish di sebuah tumblr anonim di penghujung tahun 2018.

Oleh-oleh Berkunjung ke Pesantren Darush Sholihin

June 28, 2020 0 Comments
Bismillah.

Kunjungan singkat, cuma beberapa jam. Meski sebentar, rasanya sayang kalau pergi tanpa bawa apapun. Akhirnya saat melihat penanda kecil bertulisan "Rumaysho Store", aku memutuskan untuk masuk dan membeli sesuatu dari sana.

Dan dua buku ini menjadi buah tangan.

Ada yang tahu harganya? Jujur agak speechless, saat banyak buku-buku harganya diatas 50rb. Dua buku itu ditotal cuma 20rb. Ya memang cuma buku saku, halamannya tidak tebal. Tapi isinya padat dan bergizi.

Aku ingat saat seseorang yang domisili Jogja memberitahuku, bahwa buku-buku itu sering dibagikan gratis ke jamaah pengajian ustadz Muhammad Abduh Tuasikal.

Dua oleh-oleh itu selain mengingatkanku akan isi bukunya, sesuai judul masing-masing, juga mengingatkanku untuk semangat menulis. Buku-buku saku kecil dan tipis, kamu seharusnya bisa menyusunnya kan?

***

Terakhir, kalau suatu hari kamu berkunjung ke suatu tempat dan bingung hendak membeli oleh-oleh apa.. Sesekali belilah buku. Lebih awet daripada makanan :P Kalau sudah habis, bisa dibaca ulang.

Thursday, June 25, 2020

Hati Lain yang Harus Dijaga

June 25, 2020 1 Comments
Bismillah.

Giveaway #premarriagetalk kemarin, aku pilih postingan ini. Hasil skimming cepat. Judulnya menarik hati, pas aku baca juga bagus isinya. Plus, menurutku ini penting banget untuk di share. Banyak soalnya dari kita, aku mungkin termasuk, yang terlalu fokus menjaga hati sendiri, sampai lupa bahwa ada hati lain yang harus dijaga.



oh ya, dan ini tambahan insight dariku, in images. Maaf males nyalin isinya. hehe.



***

Mumpung lagi bahas tema tentang ini. Hati lain yang harus dijaga itu termasuk juga orang-orang non mahram yang kamu berinteraksi dengannya. Kamu mungkin punya seperangkat penjagaan hati yang lengkap. Jadi kamu santai-santai aja haha hihi, sebar senyum ke banyak orang. Tapi sesekali coba ingatkan bahwa kamu juga harus menjaga agar hati mereka tidak terluka. Jangan pakai banyak emoticon yang biasa kau gunakan untuk temen-temen perempuanmu. Pun yang laki-laki, jangan bawa candaan antara teman-teman laki-lakimu di forum umum. Kita tidak harus super kaku, dan sama sekali tidak berinteraksi. Karena memang interaksi tetap boleh dalam batasan-batasan yang mungkin agak bias. Kamu boleh bermuamalah jual beli, atau belajar bareng, berorganisasi, berkomunitas, kolaborasi, dan kebaikan-kebaikan lain yang bisa dikerjakan bersama.

Jika kamu begitu mencintainya, mengapa kamu membiarkannya berada pada hubungan yang dipertanyakan, dan kamu tahu pasti bahwa ia kelak harus memberikan jawaban pada Allah (atas apa yang dilakukan di dunia), sebagaimana kamu juga harus memberikan jawaban pada Allah. Apakah kamu tidak cukup mencintainya untuk menyelamatkan ia dari itu? 
Jika di antara kalian semua ada yang sedang jatuh cinta, tolong catat bahwa usia remaja adalah masa-masa yang “gila”. Di satu waktu, kamu yakin bahwa kamu tidak dapat hidup tanpa seseorang dan kamu kemudian mendekatinya, dan di waktu berikutnya kamu bisa beralih pada hal lain dalam waktu singkat, seolah-olah tidak ada yang terjadi. Jangan biarkan perasaanmu menjatuhkanmu ke dalam sebuah kesalahan yang akan menghancurkan dua kehidupan dan dua keluarga. 
Hal yang benar yang harus dilakukan, menurut saya (Nouman Ali Khan) –dan ini hanya pendapat saya, adalah memutuskan semua komunikasi sampai kamu siap berbicara kepada keluargamu dan keluarganya. Jika tidak, kamu hanya mempermainkan perasaan orang lain dan menciptakan situasi penuh tekanan yang akan menyakiti dirimu dan dirinya dengan cara yang dapat melukaimu sampai akhir hidupmu.
Nasehat yang indah tentang hubungan sebelum pernikahan dari Ustadz Nouman Ali Khan

Terakhir, selamat menjaga hatimu dan juga hati yang lain. Jangan lupa ufukkan doa, pada Sang Maha Penguasa Hati. Ya Muqallibal quluub tsabbit qulubana 'ala dinik. Aamiin.

Allahua'lam.

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi minamal satu cerita dalam satu minggu.

Mengikuti Give Away

June 25, 2020 0 Comments
Bismillah.
Ada yang suka ikutan give away?
***

Aku sebenernya ga terlalu tertarik dengan event give away. Beberapa kali dimention teman untuk event give away. Paham salah satu tujuan give away untuk promosi dan marketing. Tahu juga, kalau sistemnya cuma-cuma, "ga ngelakuin banyak hal" tapi bisa punya kesempatan untuk dapet hadiah. Tapi ya gitu, sering cuek dan ragu untuk ikutan.

Berbeda sama kakakku. FYI, I usually called her, Mba Ita. Mba Ita termasuk orang yang rajin banget ikutan give away, ngerjain kuis, dll. Ga cuma yang di ig, tapi juga di grup wa supermom, atau apalah itu nama grupnya. hehe. Yang namanya give away itu kan sebenernya kemungkinan dapetnya kecil ya? Jadi logikanya bakal lebih banyak gagal dapet. Tapi entah dari berapa kali yang gagal dapet, Mba Ita menurutku termasuk yang masih semangat dan hasilnya berbuah juga. Kok aku bisa tahu? Soalnya, kakakku dan keluarganya sekarang tinggal di Kupang, Nusa Tenggara Timur. Dan biasanya hadiah-hadiah give away dikirim ke Purwokerto. Mulai dari buku, gamis, sampai makanan. Masih inget waktu ada 2 paket sambel hasil give away yang diikuti kakakku. Aku yang fotoin kalau paketannya udah sampai, juga ngasih testimoni rasa sambelnya.

***

Judulnya mengikuti give away, jadi aku mau cerita dua kali aku ikut give away dan gagal hehe. Ditulis, selain buat menambah kuantitas tulisan bulan Juni 2020 di blog ini, juga karena lewat dua pengalaman ini ada beberapa hal yang aku sadari. Nanti aku tulis di akhir in syaa Allah.

Pertama, Give Away Heal Yourself



Ramadhan 2019, Teh Novie nulis serial heal yourself. Trus di akhir, ada event give away. Oh iya, ini sebelum buku Heal Yourself-nya Teh Novie terbit. Jadi hadiahnya bukan buku Heal Yourself, tapi paket buku Menata Kala sama buku Forgiveness Therapy. Syaratnya juga gampang, cuma ngisi form, semacam feedback dari serial heal yourself dan melengkapi cerita. ini idenya keren. Jadi Teh Novie kasih cerita gitu, kita disuruh melengkapi bagian depan, tengah atau belakang. Di form diberitahu, kalau cerita yang terpilih, mungkin dipakai untuk buku Heal Yourself. Aku waktu itu ngisinya pakai cerita tentang tirai gradasi biru-putih, habisnya settingan mirip sih hehe. Pas pengumuman, dan baca cerita yang akhirnya dipakai, aku nyadar banget, oh.. pantesan aku ga kepilih hehehe.

Seseorang sedang duduk di balik jendela. Seluruh ruang ditutupnya rapat-rapat sebab ia tidak ingin satu sosok pun mengetahui keberadaannya. Tangisnya menggema dalam diam, menggaung tanpa kata-kata. Pikirnya berkelana pada berbagai kilasan masa ketika ia dilupakan, ditinggalkan, dilukai, juga dikhianati hingga ia merasa kehilangan dirinya sendiri. 
Kamu tahu, nampaknya ia sedang benar-benar membutuhkan sosok teman yang berbesar hati mendengarkan, menyapa perasaan, menemani berjuang, dan membantunya mengurai benang-benang kusut dari dalam kepalanya yang berjuntaian. “Siapakah dia? 
Mendengarnya sekilas, mengapa aku begitu ingin memeluk dan duduk disampingnya seraya mendengar cerita-ceritanya?” Mungkin itu tanyamu dalam hati. Bukankah begitu?
Sekarang, berjalanlah ke arah cermin lalu pandangilah sesosok wajah yang ada disana. 
Pandanglah ia lekat-lekat, kamu akan mendapati seorang manusia yang, tanpa ia sadari, hati dan jiwanya istimewa sebab dirinya begitu berharga. Hanya saja, kabut-kabut luka membuat pandangannya kabur terhadap semua keistimewaan yang dimilikinya. Alih-alih merasa istimewa, ia sedang terkurung dan terkungkung oleh lukanya, beberapa bahkan tak ia mengerti sebabnya. 
Siapakah dia? Sayang, kurasa kita sudah sama-sama tahu jawabannya. Maukah kamu menemaninya berjuang? Maukah kamu mendukungnya berdamai? Maukah kamu membuatnya percaya lagi bahwa Rabbnya sangat mencintainya?
- Semacam prolog dari buku Heal Yourself-nya Teh Novie Octaviane Mufti 

Kedua, Give Away @premarriagetalk

Yang ini belum lama sih. Hadiah notebook gitu. And I loved notebook. Apalagi akhir-akhir ini ngerasa bersyukur dulu pernah beli notebook dari gamais, pesen dua, tapi krn katanya salah produksi akhirnya pesenan yang satu lagi dibalikin uangnya. Emang jodohnya cuma sama yang satu ini.


Oh ya, yang aku salah di give away ini. Syaratnya. Jadikan disuruh share salah satu post dari @premarriagetalk, trus ditambahin insight plus feedback tentang akun premarriagetalk. Tapi.. instead of share, trus nambahin teks manual di story ig, aku malahan buat desain tersendiri. Ketahuan banget belum lama jadi anak ig hehe. Nanti aku buat postingan tersendiri ya, post mana yang kupilih dan tambahan tulisanku/insightnya.

***

Pelajaran dari Giveaway

Yang pertama, kalau ternyata give away bisa jadi cara marketing yang bagus. Ini sebenernya pelajaran dari give away lain sih. Give away yang booming dikalangan ibu-ibu. Itu loh yang hadiahnya uang cash satu juta. Hehe. Banyak banget soalnya yang ikutan give away itu di sekitarku, kan aku jadi penasaran, itu akun apa sih? produk apa sih yang dijual? Jadi kepo ig-nya, kenal brand juga produk yang dijualnya. Nah, berhasilkan marketingnya? Bukan cuma nambah jumlah follower. Yang gak follow/ikutan give away pun ikutan penasaran.

Pelajaran yang pertama ini langsung aku coba praktekin di suatu tempat. Kecil-kecilan sih nyoba prakteknya. Tapi semoga berbuah hasil, kan untuk yang ini jualannya bukan sama manusia. ^^ifyouknowwhatimean^^

Pelajaran yang kedua, ternyata kalau beneran pengen hadiahnya, syarat-syarat give away jadi hal yang kecil banget. Aku jujur aja segan untuk giveaway karena aku di ig amleng-amleng aja. Maksudnya kaya gak aktif. Followernya dan followingnya juga cuma dikit. Masa tiba-tiba mention temen di event giveaway sih? Tapi.. pas healyourself, aku beneran tertarik pengen dapet paket buku gratisan yang ditawarkan. Ditambahlagi konten healyourself yang positif dan worth it buat di sebar kebanyak orang.

Yang kedua juga gitu, meski aku ga rajin baca tulisan-tulisan dari akun premarriagetalk ga tertarik beli bukunya, juga ga tertarik ikutan kelas-kelasnya, tapi karena notebook. Rasanya ringan untuk memilih salah satu post. Aku jadi ngelihat sekilas feed di marriagetalk, nemu yang unik dan bisa dikasih insight tambahan. Pokoknya kalau kita udah kuat strong why-nya, batu-batu penghalang di jalan jadi mudah hehe. Dan memang, mayoritas giveaway syaratnya mudah hehe. Ga mungkin dipersulit karena yang ngadain give away juga inginnya banyak yang ikutan.

Yang ketiga, give away itu ngajarin cara mengontrol ekspektasi. Gimana caranya tetep excited dan berharap Tapi juga ga bergantung ke penyelenggara give away. Secara, kalau rezeki kan ga kemana, jalannya bisa lewat give away, bisa lewat hal lain. Kalau aku alhamdulillah kaya udah prediksi dari awal, ga bakal kepilih jadi pemenang, jadi ga terlalu kecewa. Tapi buat yang berharap banget, mungkin bisa bikin kapok ikutan giveaway. Ini pelajaran harus dipraktekin di semua hal, gimana kita ga berharap banyak ke siapapun dan apapun kecuali ke Allah. Termasuk ke diri sendiri. Untuk yang terakhir ini, ngingetin aku akan sebuah doa, doa supaya Allah ga menyerahkan urusan kita ke diri sendiri. Karena sungguh kita ga mampu, kita sejatinya setiap detik membutuhkan bantuanNya.

Yang keempat, belajar terbiasa gagal. Karena probabilitasnya kecil, banyak ikutan give away bakal ngajarin kita terbiasa gagal. Bahwa gagal dapat giveaway itu biasa. Dari ratusan bahkan ribuan peserta give away, yang gagal bukan cuma kita, tapi hampir semua. Dan... kegagalan itu ga sia-sia. Karena setiap pengalaman biasanya berhias hikmah dan pelajaran untuk dipetik. Kaya tulisan ini nih, lahir lewat pengalaman dua kali gagal dapet give away hehe.

***

Udah panjang tulisannya, udahan ya..~

Oh ya, jangan kaget kalau di postingan selanjutnya gaya bahasaku bakal balik lagi ke supersantai, beda sama gaya bahasa sebelum-sebelumnya. Karena memang ini kejar tayang hehe. Cuma tinggal beberapa hari menuju bulan Juli. Harus nulis cepat, jadi pakai bahasa ternyaman. No editing tentu. Hehe. Mohon maaf atas typo, dll. Semoga kesalahan ejaan, atau campuran bahasa inggris dan indonesia dalam satu kalimat tidak mengurangi pesan utama dari tulisan-tulisan di sini.

Selamat hari kamis. Bye 5!


Sisa Hari di Bulan Juni

June 25, 2020 0 Comments
Bismillah.

Beberapa hari ini saya rajin baca blog ini. Baca tulisan lama, nostalgia memori lama. Trus sadar juga kalau bulan Juni tahun 2020 tinggal hitungan hari. Sedih juga, karena jumlah kuantitas tulisan tahun ini yang rata-rata kepala satu, kecuali bulan Mei kemarin, karena 10 tulisan di bulan Mei reblog dari tempat lain.

Sekarang memang sudah bulan Dzulqa'dah kalau di penanggalan komariah, sudah lebih dari satu bulan kita berpisah dengan bulan Ramadhan. Tapi kan harusnya semangat Ramadhan belum begitu pudar ya? Ya kan Bell? Karena itu, mumpung masih lekat memori Ramadhan istimewa tahun ini, mari maksimalkan sisa hari di Bulan Juni untuk banyak menulis di sini. Isinya bebas, dari tulisan abstrak, selftalk, blogwalking, apapun deh. Fokus ke kuantitas dulu, nanti kualitas nyusul. Hehe.

Selain nulis di blog ini, qadarullah aku diingetin juga untuk serius buat ebook lagi. Judulnya udah ada, tinggal milih beberapa tulisan, semoga bisa terbit bulan Juli. Aamiin.

So, let's start writing...! Semangaat ~~

Dalam Jarak dan Diamku

June 25, 2020 0 Comments
Bismillah.

Gerbang itu terkunci, kulihat rantai yang mengikatnya. Sebelumnya gerbangnya selalu terbuka, membuat orang yang melewatinya penasaran ingin menginjak rumput hijau dibalik gerbang tersebut.

Gerbang itu terkunci. Aku tidak tahu mengapa gerbangnya kini ditutup. Tidak cukup ditutup, bahkan kita juga dirantai dan digembok. Adakah yang merusak tanaman bunganya? Atau adakah yang membuang tumpukan sampah dan kotoran di sana? Atau adakah yang mencuri harta karun yang terkubur di bawah semak perdunya? Atau sudahkah datang, sosok penyebab gerbang itu sebelumnya selalu terbuka? Aku tidak tahu.

Aku tidak tahu mengapa gerbang itu terkunci. Yang aku tahu, aku masih selalu berhenti sejenak setiap kali melewatinya. Sama seperti saat gerbangnya terbuka. Aku hanya terdiam memandangi gerbang dan halaman hijaunya. Atau kini saat gerbangnya terkunci. Aku hanya diam memandangi rantai yang mengikat gerbangnya.

Gerbangnya terkunci, tapi aku sebenarnya bisa saja mendekat dan membuka gerbangnya. Seseorang pernah memberitahuku dimana letak kunci gemboknya. Katanya, semua orang tahu dimana letaknya, aku cuma tinggal melangkah mendekat dan membuka gerbangnya. Tapi aku masih sama.

Aku hanya akan berhenti sejenak memandanginya setiap aku melewatinya. Bertanya-tanya sendiri, mengapa gerbangnya kini ditutup dan dikunci. Hanya memandang dari jauh. Karena aku sudah menggambar sebuah garis yang tidak akan kulewati. Garis yang membuatku memilih hanya memandang gerbang itu dari jauh, tidak peduli gerbang itu terbuka atau tertutup. Meski aku tahu dimana letak kunci yang bisa membuka gerbang itu. Aku, akan tetap di sini. Dalam jarak dan diamku.

Sunday, June 21, 2020

Cerita Abstrak Ujian Ego dan Hikmahnya

June 21, 2020 0 Comments
Bismillah.

*warning* aku kasih judul cerita abstrak, karena ingin cerita, tapi hanya sebagian. Akan banyak perumpamaan, bukan cerita lugas, akan banyak ketidakjelasan. abstrak.

Alkisah, egoku diuji. Seseorang memberitahu bahwa aku bersalah, tanpa menyebutkan detailnya, pada bagian mana aku salah. Aku merasa egoku diusik, dikritik memang sudah menyakitkan, ini ditambah, aku tidak diberi penjelasan apapun. Alhasil aku cuma bisa mewek dan menulis di sini, tentang bagaimana kejadian itu membuatku meragu.

Suatu hari, aku diberi Allah kesempatan untuk konsultasi dengan 'guru lama'-ku. Curhat panjang via chat. Sang guru kirim vn, karena memang ada hal-hal yang sulit dituliskan, dan lebih mudah diucapkan. Karena menyampaikan nasihat lewat ucapan itu ada intonasi, ada suara lembut yang mengetuk pelan gendang telinga. Dari vn itu aku belajar, bahwa aku tidak beradab, atau kalau itu terbaca terlalu kasar, maksudku... ternyata aku masih perlu banyak belajar tentang adab. Ternyata, ada yang harus aku petik, dari ujian ego sebelumnya. Saat seseorang memilih untuk tidak menyebutkan menyebutkan salahku dimana saja, aku seharusnya bisa mencarinya sendiri, lewat cermin. Dan... aku seharusnya bisa lebih berprasangka baik akan alasan orang itu memberitahuku bahwa aku bersalah tanpa menyebutkan detailnya. Dang! Sampai di situ, aku mewek lagi. Karena ternyata yang aku pikir ujian ego, ternyata bukan hanya ujian ego. Tapi juga ujian zann, ujian yang sudah takterhitung berapa kali aku remidial.

Selanjutnya, aku bertanya-tanya pada diri. Hei Bell, kau kini sudah tahu kesalahanmu dimana. Sekarang, maukah kamu mengakui kesalahan tersebut, dan memperbaikinya? Maka dengan langkah malu-malu kuberitahu seseorang yang memberiku soal ujian ego. Bahwa aku mengakui akan kurangnya adabku. Selain itu, aku juga berusaha menata hati dan otakku agar segera lari jika ada prasangka buruk yang pdkt. Seseorang itu, tanpa ditanya bercerita bahwa ia kemarin sakit, dan baru membaik. Ia juga memberitahuku untuk mengulang dari 0, mari mengulang yang terlewat begitu mungkin maksudnya. Agar aku bisa tahu sendiri salahku dimana tanpa perlu bertanya padanya.

Di suatu hari yang berbeda, sejalan, sembari semua kejadian itu. Allah mempertemukanku dengan sebuah lingkaran cahaya yang baru. Yang akan menjawab semua gelisah, resah dan keraguanku. Yang bisa membantuku, mengeja, bagian mana dari "tulisan"-ku yang typo, salah ejaan, tidak baku, salah tanda baca, dan banyak kesalahan yang lain.

Allah memberiku hadiah, hanya karena aku mau mengerjakan ujian ego dan zann, dan tidak lari ke tempat yang salah. Seolah..., oke, kamu mungkin memang tidak sempurna mengerjakan ujian ego dan ujian zann kali ini. Tapi karena kamu berusaha mengerjakannya, salah menjawab dan malu-malu mengakui kesalahanmu. Dikenalkan aku dengan lingkaran cahaya yang akan menjagaku hari ke hari sampai dzulqa'dah kelak. Semoga sih lanjut mendaftar lagi terus di gelombang berikutnya.

Hikmah dari ujian ego itu, aku rasakan lagi malam ini. Aku ingat sekali keluhanku betapa mahal 3 menit waktu orang lain. Tapi malam ini, ada yang mau meluangkan waktu 7 menit 24 detiknya, untuk mengajarkanku tentang bagian mana dari soal-soal ujian yang aku salah mengerjakannya, serta mana jawaban yang lebih tepat.

***

Terakhir, alhamdulillah, alhamdulillah bini'matihi tatimusholihat..

Allahua'lam.

Saturday, June 20, 2020

Secangkir Teh Salman

June 20, 2020 0 Comments
Bismillah.

#blogwalking

Dulu, aku lupa tahun berapa dan bulan apa, ada semacam lomba menulis tentang "teh manis salman". Hari ini, aku membaca sebuah blog yang sudah ku-follow, lupa juga sejak kapan. Dan aku ingin memberitahu admin web salmanitb.com, atau admin ig mungkin, agar tulisan ini bisa disebarkan, tulisannya ciamik, cocok untuk siapapun yang merindu se-cangkir-gelas teh salman.

"Aku sudah mencoba membuat teh dari puluhan merk yang dipajang di rak minimarket komplek perumahan. Tapi rasanya tak ada yang menyamai teh hangat Salman. Mungkin perbandingan gula, teh, dan airnya yang tidak seimbang. Barangkali teh hangat Salman diramu dengan rumus persamaan polinomial orde-n. Terlalu sulit untuk bisa ditiru oleh si pandir sepertiku. Persamaan Schrodinger satu dimensi saja tidak bisa kuselesaikan dengan benar. Akhirnya, kuputuskan untuk menakar sesuai perasaan."
- Teh Melda Taspika, dalam blognya 

Tulisan Teh Melda, *sok kenal banget panggil Teteh padahal cuma follow blog, ga kenal orangnya langsung hehe.

Ehm. Jadi tulisan Teh Melda, ga cuma tentang teh manis salman, tapi juga tentang memori lain.

Selain Tuhan, Salman adalah saksi baik-buruknya diri ini sebagai mahasiswa. Datang ke Salman sebelum masuk waktu salat. Memanjangkan do'a, lalu dilanjutkan dengan makan di Gelap Nyawang. Sebuah misi tersembunyi agar bisa menunda kembali ke Lab. Ikut mabid di akhir pekan setiap awal bulan agar paginya ga perlu beli serapan. Nasi kotak Salman lebih enak dari masakan Ibu Warteg. Selain gratis, gizinya juga cukup dan dilengkapi dengan buah. GSG Salman juga hangat dan menenangkan untuk tidur. Salman adalah ruang rehat ternyaman dan teraman dari kejaran dosen. 
Terlebih saat Ramadhan. Salman adalah tempat bukber sebagian besar mahasiswa ITB. Membatalkan puasa dengan teh hangat dan tiga biji kurma. Memilih tempat salat paling strategis. Makan bersama di beranda masjid. Salat tarawih dalam kondisi belum mandi sejak pagi. Merdunya bacaan Imam Salman sering membuat mata ingin terpejam. Beberapa detik bahkan bisa hilang kesadaran (baca: tidur).
- Melda Taspika, masih dari tulisan yang sama 

Penutup, masih dari tulisan yang sama hehehe. Maaf kalau ini jadi kaya nukilblog hehe.

Teh hangat Salman selalu pas rasa dan takarannya. Tidak terlalu manis, juga tidak hambar. Dihidangkan dalam cangkir plastik sederhana dengan suhu yang paripurna. Menghangatkan hingga ke relung jiwa. Barangkali yang meracik menambahkan bubuk cinta. Setiap teguknya sukses membuat banyak hati terkesima. Tak ada yang menyoal berapa sendok gula atau menggunakan teh merek apa. Semua menikmatinya tanpa pernah bertanya. Setelah lulus, teh hangat Salman akan menghadirkan rindu, memanggil yang jauh agar kembali bertemu. Tapi perjumpaan tak semudah dulu. Jarak, pekerjaan, tanggung jawab, dan banyak hal dalam hidup membuat berkunjung menjadi rumit. Langkah tertahan oleh banyak alasan yang sulit untuk dijelaskan.
- Melda Taspika, tentang kerinduannya berjumpa kembali dengan teh manis salman
Semoga suatu saat diberi kesempatan berkunjung kembali ke selasar itu, mengambil gelas plastik warna apapun, mengisinya dengan teh manis, atau kopi manis, kemudian khusyu' menikmati tiap teguknya sembari melangitkan rasa syukur. Alhamdulillah, alhamdulillah 'ala kulli hal.

Allahua'lam.

Keberanian

June 20, 2020 0 Comments
Bismillah.

Courage is contagious: when one man of courage stands up, other men are affected, and stand up with him. - Yasir Qadhi

Keberanian itu menular: saat satu orang yang berani berdiri, orang-orang lain terpengaruh, dan berdiri bersamanya. - Yashir Qadhi

***

Apa yang harus aku tulis pekan ini? Begitu tanyaku pada diri hari jumat kemarin. Ada waktu tiga hari sampai ahad untuk menulis dan menyetorkan satu tulisan untuk #1m1c. Dari pertanyaan itu, aku membuka tumblr, dan mencari sebuah kutipan. Ini salah satu tips memulai menulis bagiku, mulailah dari sebuah kutipan, lalu tuliskan tentang kutipan tersebut dari sudut pandangmu, dari pengalamanmu, dan dari apa yang ada di "teko"-mu.

Saat membaca kutipan tersebut, aku teringat sebuah momen. Saat itu, acara kaderisasi suatu organisasi. Peserta mayoritas tidak memiliki keberanian untuk menyuarakan pendapat atau protes, apalagi kritik. Tapi seseorang memulainya, meminta hak yang seharusnya diterima peserta. Dan satu keberanian itu mengundang keberanian lain.

Kau tahu, waktu ashar selalu merupakan waktu yang sempit. Itulah mengapa akar katanya sama dengan surat al ashr yang mayoritas muslim sudah hafal. Hanya beberapa jam saja, sebelum akhirnya matahari tenggelam dan magrib datang.

Saat itu adzan ashar berkumandang, salah satu peserta dengan keberaniannya meminta waktu untuk shalat untuk dirinya dan teman-temannya. Tentu melalui birokrasi yang ada, tidak bisa dapat akses langsung ke ketua panitia acara, harus lewat ketua angkatan, lalu dari ketua ke salah satu panitia, kemudian dari satu panitia diskusi dengan panitia lain. Dan izinnya tidak diberikan. Kata panitia nanti di beri waktu untuk shalat shalat.

Saat itu sudah hampir jam 5, peserta masih belum diberi waktu shalat. Kata panitia, akan diadakan evaluasi dulu. Satu orang memberanikan diri maju dan bertanya lagi, melalui ketua angkatan, lalu ketua angkatan meminta ia bicara langsung dengan panitia. Percakapan pun berlangsung.

"Evaluasi cuma sebentar kok," begitu ucap panitia

"Sebentar lagi masuk waktu magrib kak," jawab peserta.

Panitia menilik jam dan sadar akan hal tersebut. Ia memang tidak menganut agama Islam, tapi ia cukup tahu waktu-waktu shalat.

"Tapi kan kalian tidak boleh shalat di labtek ini", ucap panitia mengingatkan peserta aturan zona. Bahwa selama proses kaderisasi peserta tidak boleh berada di zona tertentu.

"Saya bisa shalat di mushola gedung sebelah"

Panitia akhirnya mengizinkan peserta tersebut. Mengingatkannya agar nanti kembali ke sebuah area untuk ikut evaluasi.

Segera setelah mendapat izin, peserta tersebut berlari ke arah gedung lain, ia tidak sadar sesuatu jatuh saat ia berlari. Ia belum tahu, kalau karena keberaniannya teman-temannya ikut berdiri. Hingga izin diberikan bukan hanya untuknya, tapi juga untuk semua peserta.

Keberanian itu menular. Saat ada ketidakadilan, bisa jadi banyak hati yang ingin berontak, satu saja, satu saja yang berdiri, maka yang lain akan ikut berdiri.

***

Masa-masa itu, begitu berat. Menuliskannya lagi membuat mataku berkaca-kaca. Saat keberanian kita diuji. Ingin rasanya hanya membenci dalam hati, dan pergi menyelamatkan diri sendiri. Tapi bukan itu pilihan yang tepat. Harus ada yang berani berdiri, menularkan keberanian pada jiwa-jiwa lain.


Pernahkah kamu melihat peristiwa seperti itu? Saat keberanian menular, satu orang berdiri, kemudian yang lain ikut berdiri juga? Pernahkah kamu bertemu sosok itu? Atau adakah sosok itu di dirimu?

Ini bukan hanya tentang hal-hal besar. Termasuk hal-hal kecil. Semua orang membuang sampah di sembarang tempat, tapi satu orang, bukan pemulung, bukan petugas kebersihan, memilih untuk memungut sampah di dekatnya, dan memasukkannya ke tempat sampah. Atau saat semua orang asik ngobrolin keburukan orang lain, lalu satu orang berani untuk berusaha mengubah topik, agar pertemuan itu tidak menjadi pesta makan bangkai saudara sendiri. Atau contoh-contoh lain, yang mungkin kamu tahu ceritanya dan aku tidak tahu.

Keberanian itu menular, pertanyaannya maukah kamu menjadi sosok yang pertama kali berdiri?

Keberanian itu datangnya dari hati, apa kabar hatimu? Kau tidak membiarkannya berkarat dan mengeras kan? Kita belum lama meninggalkan Ramadhan, jangan abaikan hatimu, rawat dan hidupkan dengan terus terhubung denganNya, lewat kalamNya, juga lewat doa-doa yang kita ufukkan.

Allahua'lam.

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi minamal satu cerita dalam satu minggu.

Tuesday, June 16, 2020

Menilik Lima Tahun yang Lalu

June 16, 2020 0 Comments
Bismillah.

*warning* cuma cerita tentang diri

Kemarin, karena sebuah ingatan dan pertanyaan yang terlintas di otak aku menilik lima tahun yang lalu. Bukan dengan melihat blog ini, tapi blog lain. Dari sana aku melihat betapa terdistorsinya memoriku. Satu tahun itu, berisi tiga ratus lebih hari, tentu tidak semuanya sama kan? Tahun itu memang tahun pertama aku jatuh, dugaku, sebelum akhirnya aku menghilang dari peredaran. Tapi tahun itu juga, aku menuliskan beberapa tulisan yang aku tidak menyangka akan kutuliskan.

Menilik lima tahun yang lalu, dengan kaca mata yang lebih jelas membuatku memetakan lagi. Bahwa tahun itu Allah ingin menguji imanku, apakah iman tersebut benar, atau hanya perkataan kosong. Dengan ujian itu Allah ingin mengajarkanku tadharu', Allah ingin menguatkan lagi imanku. Tapi tahun itu, aku gagal, aku jatuh kemudian menjauh. Kemudian mencoba untuk bangkit dan mendekat, kemudian jatuh lagi, lagi, lagi. Dan atas rahmatNya, aku bisa sampai di sini. Aku masih melihat diriku lebih buruk dari diriku di masa SMA, atau awal kuliah. Tapi di sisi lain, aku melihat diriku banyak belajar pula dari pengalaman jatuh dan gagal berkali-kali.

Aku sering menyebut masa-masa berat itu sebagai masa saat aku kehilangan diriku, I lost myself, I don't remember who I am. Masa tersebut, masa gelap, ibarat jatuh ke jurang dan tidak tahu cara mendaki tebing yang tinggi. Aku tahu penyebabnya, dari mana aku mulai salah berbelok dan tergelincir. Aku kehilangan diriku, karena aku melupakan apa yang tidak seharusnya dilupakan.

Menilik lima tahun yang lalu membuatku bersyukur akan nikmat yang aku rasakan tahun ini. Ramadhan tahun ini yang berbeda, mungkin akan lebih banyak kuceritakan di masa depan, ketimbang Ramadhan tahun 2015. Karena aku menjalani Ramadhan di rumah, bersama mamah, papah, dan adikku. Merasakan nikmatnya shalat tarawih berjamaah berempat. Pengingat untuk tilawah yang tidak diucapkan, cukup dengan mendengar suara tilawah adik, atau ayah, atau ibu. Banyak yang bilang umurku sudah seharusnya menikah, tapi aku bersyukur ramadhan kemarin aku masih belum bertemu jodohku. Ramadhan seperti kemarin mungkin tidak akan pernah terulang.

***

Terakhir, ini bukan tentangku sih. Tapi ini termasuk yang kutemukan saat menilik lima tahun yang lalu. Qadarullah, karena menilik lima tahun yang lalu, aku jadi membaca nama inisial di desain-desain quotes, periople* ya, lengkap dengan tanda bintang diakhir. Memoriku memutar ulang tentangnya, yang sudah berpulang memasuki fase kehidupan barzakh, yang juga sementara seperti kehidupan di dunia. Kami tidak dekat padahal, awal hanya bertemu secara online, lalu ia S2 di ITB, seingatku mendaftar putri gading, pernah latihan bersama kah? Aku lupa.. Tapi aku masih ingat,.. di tahun yang sama keponakan keduaku dilahirkan, di tahun itu juga ia melahirkan anak keduanya. Aku ingat ia menuliskan pengalaman vbac-nya di instagramnya, kemudian beberapa bulan atau pekan, berita lelayu itu hadir. Dan kemarin, aku melihat jejak-jejak karyanya, goresan amal shalihnya. Sederhana, tapi berkesan. Aku jadi merindukannya. Aku jadi teringat kematian karena mengingatnya. Semoga amal shalihnya diterima, semoga dua bocah yang dilahirkannya menjadi anak-anak shalih, yang doanya terus mengalir padanya. Aamiin.

Penutup. Ini beneran terakhir V*

Menulis ini mengingatkanku pentingnya menilik masa lalu, untuk belajar dan mengambil pelajaran, serta untuk mensyukuri nikmat yang takterhitung dariNya. Jika ada yang membaca sampai kalimat ini, maukah kamu menuliskan juga pelajaran dan hikmah saat kau menilik lima tahun yang lalu di hidupmu? Tidak perlu di blog, cukup di notes hp, atau di sebuah kertas HVS. Kau tidak perlu membagikannya pada siapapun. Aku hanya ingin ada orang lain yang juga merasakan manisnya menilik masa lalu, dan mengambil pelajaran serta muhasabah darinya. Aku juga ingin mengajak orang lain bersyukur, atas nikmat dariNya lima tahun yang lalu, yang barangkali baru bisa diapresiasi tahun ini. Karena sebelumnya kita tidak mengerti, tapi tahun ini Allah mengajarkan kita arti dan maknanya.

Allahua'lam.


Beberapa Hal

June 16, 2020 0 Comments
Bismillah.

Ada beberapa hal yang ingin kutulis.

- Tentang rasa sebal dan kesal, karena entah mengapa tidak bisa membalas komentar di blog ini. Padahal ada dua komentar dari Anna. Aku ingin menuliskan rasa terima kasih sekaligus perasan kaget dan senang karena Anna menyempatkan mampir ke sini.

- tentang endurance level low. Beberapa hari kemarin, aku dibuat berkaca tentang endurance level diriku yang low. Bagaimana sedikit ketidaknyamanan, sedikit kesulitan, rasa sakit yang mungkin tidak pantas disebut sakit, mengundang keluh. Entah rasa manja, atau ingin diperhatikan, padahal cuma sedikit, tapi ingin mengadu dan memberitahu orang tua. Padahal aku bukan anak kecil lagi, tapi beberapa hari ini aku melihat diriku tak ada bedanya dengan anak kecil. Tentang Al Ma'arij, sepertinya aku masih berputar-putar di ayat tersebut, padahal ingin hati segera naik level ke ayat-ayat 'Ibadurrahman. TT

- Tentang "notice me" yang tadinya mau jadi tulisan fiksi, tapi malah akhirnya diambil judulnya untuk tulisan lain yang bener-bener beda isinya. Padahal sebelumnya menghindari, tapi entah mengapa ingin menulis tentang itu. Bagaimana keberadaannya mirip bunga liar. Tanpa ditanam tubuh saja, berbunga, kuncup, mekar, kemudian layu, lalu berbunga lagi. Lalu tanpa peringatan menghilang dan berganti dengan bunga liar lain.

- Tentang orang lain. Sebenarnya ini ga bener-benar orang lain sih. Karena masih ada hubungan saudara. Tentang adik-adik laki-laki ibu. Ramadhan lalu aku melihat kembali bagaimana manisnya melihat hubungan ibuku dengan keduanya. Aku dapat melihat jelas bagaimana mereka tumbuh dan besar dalam kondisi sulit, dan itu mengeratkan ikatan persaudaraan. Aku dapat melihat bagaimana kasih sayang Mbah, didikan Mbah terwujud dalam laku. Masa pandemi, masa yang sulit, dan dua adik laki-laki yang saat kecil diurus diurus kakak-kakak perempuannya, kini menjadi tongkat yang membantu untuk berjalan dan berdiri tegak. Cekatan memberi bantuan, tanpa pamrih, atas dasar cinta yang tertanam dan melekat kuat di hati. Membuatku berdoa, semoga begitu pula kelak hubungan kakak-adik diantara kami, dan seterusnya, sampai keturunan kami, meski yang baru punya anak cuma mba iya hehe.

- tentang kamu?
Hahaha. Just kidding. Ga ada yang begituan. Kalau pun ada gak bakal ditulis di sini. Lagian, apa yang mau ditulis? I know nothing about him. I have nothing to write about him. Here especially.

***

Ada beberapa hal yang ingin ditulis.

Lumayan banyak sebenarnya? Tapi menjadikannya utuh dalam satu tulisan.. perlu energi dan waktu lebih.

Sementara aku gabung dulu aja semuanya di sini. Ada hal lain yang harus dikerjakan selain menulis.

Have a good morning~
Have a nice day^^
Start your day with a smile and a grateful heart. J

Sunday, June 14, 2020

Apakah Lupa Sebuah Kesalahan?

June 14, 2020 1 Comments
Bismillah.




Pekan ini #1m1c temanya tentang lupa. Ada beberapa ide sebenarnya, seperti 3 hal yang tidak boleh dilupakan dalam hidup, tapi.. ternyata sulit milih tiga. Baru nemu dua, tapi rasanya salah hehe. Lalu aku memikirkan gagasan lain terkait lupa yang bisa ditulis, dan judul ini lah yang terlintas di kepalaku.

Apa lupa sebuah kesalahan? Bagaimana menurutmu apakah lupa sebuah kesalahan?

Tahun 2012, aku pernah menulis tentang lupa, bahwa lupa itu pilihan, takdir, dan kemampuan. Dan jawaban dari pertanyaan di judul menurutku ada kaitannya sama ini.

Baca juga: Melupakan

Sekilas, kita akan menjawab tidak, bagaimana mungkin lupa adalah kesalahan? Kan lupa adalah hal manusiawi?

Tapi coba bayangkan. Misal kamu dan temanmu janjian untuk olahraga bersama tiap hari Ahad. Suatu hari temanmu tidak datang, padahal sudah ditunggu-tunggu 2 jam lebih, kamu selesai lari, masih kamu tunggu. Mungkin temanmu lupa, begitu bathinmu kemudian menelpon atau chat temanmu, dan benar prediksimu. Ini satu kali, bisa dimaklumi. Ini bagian lupa adalah takdir, bahwa manusiawi kita bisa lupa. Mungkin kita terlalu sibuk dan banyak urusan, sehingga kita lupa pada janji yang pernah kita buat. Tapi bagaimana jika kesalahan ini diulang berkali-kali? Bukankah itu menjadi sebuah kesalahan? Mengapa? Karena melupakan bisa juga pilihan. Saat terjadi berulang terus menerus, artinya, ada yang salah. Mungkin hal tersebut tidak terlalu penting bagi kita sampai kita melupakannya. Iya memang, manusiawi, kita bisa lupa berkali-kali, tapi apakah masih bukan kesalahan jika kita pun tidak berusaha untuk mengingat? Padahal melupakan juga sebuah pilihan?

Sampai di sini, apakah jawabanmu berubah? Atau masih sama? Tentang melupakan sebagai sebuah kesalahan?


Dulu... aku mengira lupa adalah tabiat manusia, kalaupun lupa adalah kesalahan, itu kesalahan kecil. Tapi semenjak aku membaca sebuah tulisan, perspektifku jadi berubah.[1]

Tulisan itu menjelaskan tentang salah satu ayat di quran yang mengajarkan kita doa. Doa, agar kita tidak dihukum jika kita lupa. Mengapa Allah mengajarkan doa ini pada kita? Ternyata... tabiat manusia yang lupa ini, bisa menjadi kesalahan dan masalah besar untuk kita sendiri. Apalagi kalau yang kita lupakan adalah hal yang sangat penting, seperti melupakan jati diri kita sebagai seorang hamba, lupa kalau semua perbuatan kita saat hidup akan dipertanggung jawabkan.

“Laa tu-aakhidznaa in nasiinaa aw akh-tha’naa.” Jangan hukum kami jika kami lupa. 
Bagaimana orang bisa lupa? Kapan seorang anak muda bisa lupa salat? Kalo dia nonton film. Dia nonton, filmnya bagus, Maghrib datang, lalu Maghrib pergi. “Oh, aku belum salat Maghrib. Yaa, sudah Isya. Yaa, aku lupa.” 
Kamu lupa ketika kamu sibuk sama hal-hal yang kurang penting, dan kamu malah tinggalkan sesuatu yang lebih penting. 
Kamu harus berupaya di hidup kamu, untuk tidak membolehkan hal-hal penting di hidupmu menjadi terlupakan. Ini butuh perencanaan (planning), ini juga butuh upaya (effort). Tidak akan terjadi secara otomatis. 
Kita minta sama Allah, “Robbanaa laa tu-aakhidznaa in nasiina aw akh-tha’naa.” Perhatikan kata-katanya. Jika menggunakan kata bentuk lampau (past tense), itu berarti, lupa dan melakukan kesalahan itu dilakukan cuma sekali, di waktu lampau, bukan terus-menerus lupa dan terus-menerus melakukan kesalahan. 
Doa ini mengandung sumpah atau janji, “Ya Allah aku akan mengupayakan yang terbaik supaya aku tidak lupa, dan aku akan mengupayakan yang terbaik supaya aku tidak bikin kesalahan.” Tapi akankah terjadi, lupa dan bikin kesalahan? Ya, itu akan terjadi. Tapi itu tidak terjadi dengan direncanakan. Itu tidak terjadi dengan disengaja.
- Heru Wibowo, dalam tulisan Ayat yang Dijemput di Singgasana-Nya
***

Jadi apakah lupa sebuah kesalahan? Jawabannya ya, jika yang kita lupakan adalah hal penting. Jawabannya ya, jika kita tidak berusaha sama sekali untuk mengingat hal penting tersebut. 

Dan jika lupa adalah kesalahan, seperti kesalahan yang lain, akan ada penyesalan yang kita rasakan, apalagi kalau kita tahu hal yang kita lupakan itu penting. Sebaliknya, jika kita merasa sesuatu itu tidak penting, maka saat melupakannya, kita tidak akan menyesal. Itulah mengapa kita harus tahu, hal-hal apa yang harus diingat dan tidak dilupakan dalam hidup.

Terakhir, yang ini bonus. Di awal aku bercerita niatan menulis tentang tiga hal yang tidak boleh dilupakan dalam hidup. Aku ingin menuliskannya di sini, untukmu yang sudah baca sampai akhir. Tiga hal ini, hanya tiga dari hal penting lain yang tidak boleh dilupakan. Bisa jadi juga aku tidak tepat memilih tiga. Jadi apa bel tiga hal itu?

1. Jati dirimu, siapa kita, bagaimana sifat dan karakter kita, keunikan kita. Termasuk bahwa kita seorang hamba, yang diberikan syakilah atau kemampuan unik untuk menjalankan misi kita di bumi, menjadi khalifah, eh, khilafah.

2. Bahwa hidup itu anugrah. Setiap nafas, setiap detik, adalah anugrah yang harus disyukuri. Seberat apapun beban yang kita pikul, segelap apapun hari yang kita lalui, ingatlah bahwa hidup adalah anugrah.

3. Bahwa kamu berharga dan dicintai. Bukan cuma oleh manusia lain, tapi yang terpenting oleh Rabb yang menciptakanmu. Yang terakhir ini bisa membuatmu bertahan dan tersenyum sembari menjalani hidup, hidup yang diisi dengan ujian silih berganti. Karena saat kita tahu bahwa kita berharga dan dicintai Allah, itu cukup untuk membuat hatimu tenang meski dirimu diliputi awan gelap yang mengundang resah, takut, dan perasaan negatif lain.

Sekian. Allahua'lam.

Terimakasih sudah membaca ~

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi minamal satu cerita dalam satu minggu.

Thursday, June 11, 2020

Capek Banget

June 11, 2020 0 Comments
Bismillah.

Akhir Ramadhan yang lalu aku terhubung dengan teman lama. Berawal dari teringat tentangnya saat mengobrol dengan kawan yang lain, aku kemudian memberanikan diri menyapa. Biasa... pertanyaan retoris itu.

"Apa kabar? Sehat?"

Lalu lanjut dengan tanya domisili dan kesibukan. Aku bertanya dia menjawab, dia bertanya aku bercerita. Lalu percakapan terhenti. Salahku juga, cerita tentang kesibukan aja, ga balik tanya lagi.

Idul Fitri, aku mengirim ucapan padanya. Sekaligus minta maaf. Minta maaf rasanya aku menjawab terlalu serius akan pertanyaan candaannya. Ya, selain tanya tentang kesibukan dia juga tanya tentang "kapan married" disertai "wkwkwk". Aku takut aku salah merespon, dan itu yang membuatnya enggan melanjutkan percakapan.

Satu pekan berlalu, sudah bulan Juni, ia tiba-tiba chat. Bukan.. bukan jawaban ucapan idul fitri. Tapi sebuah curahan hati yang kurindukan.

"Bella"
"Lagi capek banget"
"Huhuu", lengkap dengan emoticon menangis.

Pesan itu baru kubaca 1 jam setelahnya, belasan menit sebelum pukul 10 malam.

"Pengen bisa tepuk pundak jarak jauh"
"Puk puk.."
"Kalau cape, artinya sudah waktunya istirahat. Berhenti sejenak, tarik nafas..", tanpa emoticon.

Ia membalas beberapa kata lain. Juga ungkapan ingin bercerita.

"Kangen cerita2"

But I missed the timing, I replied only 1 hour later. Jujur, aku saat ini bertanya-tanya, kalau saat itu aku langsung menjawab, mungkinkah aku sudah membaca ceritanya? Tapi karena itu sudah terlewat, "tintanya sudah kering", artinya memang begitu takdirnya. Qadarullah, memang bukan saat itu waktu yang tepat untuknya bercerita dan untukku menyimak. Bisa jadi juga aku bukan orang yang tepat yang bisa memahami dan empati pada ceritanya.

***

Hari ini, Juni sudah memasuki hari ke sebelas. Aku mencoba memaknai kembali momen tersebut. Kalimat curhatnya, bahwa ia "capek banget".


Beberapa hari ini, lewat beberapa kejadian, Allah seolah ingin mengajarkanku apa makna dibalik perkataan "capek banget" seorang perempuan yang bekerja, entah itu bekerja di rumah atau bekerja di kantor.

Dari sebuah radio misalnya, aku tidak paham siapa pembicaranya. Tapi salah satu kalimat yang diucapkan via radio adalah tentang perempuan yang fitrahnya lemah lembut. Jadi saat ada beban terlalu berat yang ia pikul, sering kali ia jadi mengeras, tiba-tiba begitu sensitif, entah itu disalurkan lewat tangis atau amarah.

Kalau rasa lelah dan cape itu cuma di fisik, mungkin solusinya lebih mudah. Tapi nyatanya, saat seseorang, baik laki-laki maupun perempuan berkata, "capek banget", frase itu juga terkadang mencakup kelelahan psikis/jiwa. Energi fisik mungkin bisa di refill dengan tidur cukup, minum suplemen, dll. Tapi psikis/jiwa kita masih lelah, ga bisa diisi ulang energinya pakai charger fisik. Seperti tubuh kita yang butuh sofa untuk bersandar, psikis/jiwa kita juga  membutuhkan itu. Seperti paru-paru kita yang butuh untuk menghirup nafas, begitu juga psikis kita.

Dan salah satu hal yang bisa membuat psikis/jiwa kita bernafas adalah dengan bercerita, mengetahui bahwa ada yang mau mendengarkan kita, mengetahui bahwa ada yang mengerti kita. Dan hal yang membuat psikis/jiwa kita bisa bersandar adalah mengetahui bahwa ada yang menolong kita, menguatkan kita, memberikan kita kemudahan.

Me time, menurutku juga bisa jadi tempat psikis kita beristirahat dari lelah dan capek. Sejenak istirahat dari beban yang menggayut dan kesibukan yang menyesakkan. Sejenak mengambil jarak dan waktu untuk melakukan hal-hal yang kita sukai, yang mengerjakannya mengeluarkan energi, tapi uniknya juga mengisi energi, Untuk yang ini tiap orang berbeda-beda. Ada yang dengan olahraga, membaca, menggambar, atau menulis sepertiku.

***

Tentang bercerita dan tempat bersandar. Idealnya memang ada support sistem, entah itu kawan, saudara, atau keluarga. Tapi kalau misal... kita merasa sulit menemukannya. Coba ingat-ingat bahwa Rasulullah menjadikan shalat sebagai istirahat, untuk jiwa dan raga. Lima kali, kenapa lima kali, karena Allah tahu kita membutuhkan untuk selalu terhubung denganNya.

Orang lain mungkin tidak tahu bahwa dalam bungkam kamu lelah dan begitu capek. Orang lain mungkin tidak pernah melihat apalagi mendengar tangisan sunyimu. Tapi Allah selalu bersamamu.. Allah mendengarmu. Allah melihatmu. Allah mengetahui isi hatimu. Allah tahu makna setiap bulir air mata yang jatuh. Bahkan makna selapis kaca di matamu yang menguap dan tidak jadi menjelma menjadi embun hangat di pipimu. Allah tahu.

Coba katakan dan nyatakan dengan jujur, "Ya Allah, aku capek banget"

Lebih bagus lagi kalau dilanjut dengan dzikir, "La haula wala quwwata illa billah"

Atau dengan doa, "Robbana la tuhammilna ma la thoqotalanabih, wa'fuanna waghfirlana warhamna anta maulana fanshurna..."

Semoga setiap capek, lelah dan letihmu dihapus olehNya, diganti dengan rasa manis bersandar dan bergantung hanya padaNya. Semoga setiap kesedihan, kekhawatiran, dan rasa sakit yang kita alami menjadi penggugur dosa kita. Aamiin.

"Tiada seorang mu'min yang ditimpa oleh lelah atau penyakit, atau risau fikiran atau sedih hati, sampaipun jika terkena duri, melainkan semua penderitaan itu akan dijadikan penebus dosanya oleh Allah." (HR Bukhari-Muslim)

Allahua'lam.

***

PS: Teruntuk seolah ukhti yang menjadi inspirasi tulisan ini, semoga jika bukan padaku, kau bisa bercerita pada orang lain yang lebih pandai mendengarkan dan mengerti. Tapi meski begitu, aku masih menunggu 'ping' darimu, agar bisa bertukar sapa lewat suara. Aku rindu mendengar suara khasmu.

Sunday, June 7, 2020

Writer, Author atau Content Creator?

June 07, 2020 1 Comments
Bismillah.


Beberapa waktu yang lalu saya blogwalking dan membaca tentang tiga istilah itu, beserta definisinya. Sejak itu, saya jadi bertanya, yang manakah saya? Apakah saya ingin menjadi ketiganya? Atau hanya salah satunya?

Beberapa waktu belakangan, saya merenung akan makna dari istilah penulis di dunia digital dan konvensional. Writer, author, dan content creator.

Content creator itu seperti youtuber, vlogger, designer, dan peran lain yang memang berfokus pada create content. Bentuknya beragam. Tidak hanya tulisan. Bisa juga visual dan video.

Writer, ya mereka yang menulis Sesederhana itu. Writer biasanya “menulis ulang” karena adanya permintaan. Pada bagian tertentu, content creator dan writer beririsan. Tapi tidak selalu sama. Penulis yang punya feed dengan sedemikian rapi, boleh dikatakan content creator.

Author lebih bebas. Menulis berdasarkan imajinasi. Bisa jadi fiksi, bisa jadi nonfiksi. Memiliki gagasan tersendiri dan ingin menyampaikannya ke dunia. 
- Rezky Firmansyah, dalam tulisan Saya Bosan Menulis, Tapi ...

***

Sudah lebih dari 10 tahun saya menulis di blog ini, artinya minimal saya sudah menjadi seorang writer. Kalau diartikan writer sebagai penulis memang rasanya berat. Kata "penulis" seolah sempit maknanya hanya untuk mereka yang sudah menerbitkan buku dan diakui kualitas tulisannya. Tapi writer di sini maknanya lebih luas. Seperti blog ini yang sudah berisi lebih 1500 tulisan, siapa yang menulisnya? I can say I'm a writer in this blog at least. Dan makna writer lebih luas lagi, kalau kamu sering menuliskan pemikiranmu di sosial media, entah itu facebook atau instagram, menurut saya, kamu juga seorang writer.

Selanjutnya tentang content creator, ini mungkin langkah selanjutnya yang ingin saya lakukan. Blog ini adalah zona nyaman saya, tapi kita tidak boleh berhenti di zona nyaman kan? Saya ingin meningkatkan level, menjadi content creator. Langkah kecilnya lewat buat instagram blog. Mungkin yang biasa nulis di instagram akan menyernyitkan dahi heran, karena tiap orang beda-beda. Ada yang mulai jadi content creator di instagram dulu, baru kemudian buat web, podcast, youtube, dll. Kalau saya, berawal dari sini, baru kemudian ke instagram.




Menjadi writer maupun content creator sama-sama membutuhkan kreatifitas, tapi ada perbedaan skill yang harus dimiliki. Kalau writer hanya menulis, content creator membutuhkan skill untuk desain misalnya, atau public speaking, belum editing video. Bisa sih, kita meminta bantuan orang lain untuk mengisi kebutuhan skill tersebut, tapi buat saya pribadi justru disitu tantangannya, sambil ngisi instagram, sambil ngelatih desain ala kadarnya, dengan bantuan aplikasi desain. Saya juga merasa harus belajar optimasi instagram. Jujur masih agak kikuk harus menulis caption, memilih hastag *biasanya saya sering melewati ini, padahal fungsi hastag sangat penting.

Selanjutnya tentang author. Buat saya, ini yang masih terlihat jauh. Kalau Rezky membedakan author dan writer dengan penggunaan imajinasi dan gagasan yang ingin disampaikan. Buat saya, author berkaitan dengan buku. Yang sudah baca blog ini sejak lama mungkin sudah bosan dengan curhatan saya yang katanya ingin menerbitkan buku tapi sampai sekarang belum tercapai. Saya juga gemas sendiri, karena dari 1500-an tulisan di blog ini, harusnya bisa diramu dan dikemas jadi minimal 1 buku. Tapi sekarang, saya memiliki persepsi berbeda. Daripada ngejar harus terbit tahun berapa, saya ingin menikmati proses menulis lagi, saya ingin membangun brand penulis lewat instagram, sambil pelan-pelan memilah dan menyortir tulisan di blog ini. Saya juga ingin menghancurkan dulu mental block saya, sembari mengobati luka yang membuat saya enggan maju melangkah, beberapa tahun ini. I'll soon become an author. In syaa Allah.

***

Sekian tentang saya dan ketiga istilah tersebut. Bagaimana denganmu? Apakah sudah menjadi ketiganya, atau ingin menjadi salah satunya? Saya juga ingin mendengar ceritamu. Tuliskan dan share linknya di komentar, dengan senang hati saya akan berkunjung dan membacanya.

Terakhir, semangat pagi! Semoga harimu produktif dan bermakna. Aamiin.

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi minamal satu cerita dalam satu minggu.

PS: ga jadi disubmit ke 1m1c, karena ternyata pekan ini ada temanya.

Saturday, June 6, 2020

Notice Me

June 06, 2020 1 Comments
Bismillah.



"Bug", sebuah suara membuat kita menoleh. Seperti suara pukulan, atau sesuatu yang terjatuh. Sesuatu yang membuat kita bangkit dari duduk dan menengok, darimana asal suara itu, ada apa?

***

Beberapa waktu yang lalu aku sempat bertanya-tanya sendiri, mengapa ayat-ayat terakhir di surat At Tahrim menggunakan kata dharaba sebelum memberikan permisalan. Soalnya setahuku dharaba itu artinya memukul. Aku inget soalnya, humornya ustadz Nouman waktu bilang, orang yang islamophobic bisa makin phobia kalau masuk kelas bahasa arab dan denger kalau yang kalimat yang diajarkan itu dharaba sama qatala.

Pertanyaan tentang penggunaan dharaba untuk permisalan itu mengendap saja, ga aku cari jawabannya. Sampai ada diskusi tentang perumpamaan dalam Quran di grup Whatsapp NAKID yang baru. Diskusinya tentang bagaimana Allah sering menggunakan perumpamaan, apa perumpamaan favorit di quran, juga tentang apa hikmah Allah ngasih banyak perumpamaan.

Dari situ, Pak Heru [1] jadi share tulisan dari buku Revive Your Heart yang aku sendiri bahkan ga inget, itu ada di bab berapa atau bahasan tentang ayat mana.

Perumpamaan dari Allah bukan sekedar perumpamaan. Di Revive Your Heart ❤️ dinyatakan: 
Not even saying: aʿṭihim mithāl—give them an example. Rather, He says: wa-ḍrib lahum mathalan. What does that mean? Ḍaraba in Arabic means ‘to strike’, and this figure of speech is used in Arabic when you say something that is going to have an impact 
Tidak sekadar contoh. Tapi contoh yang memengaruhi. Selanjutnya, ada yang menarik: Ustaz Nouman memberi perumpamaan tentang perumpamaan itu sendiri: 
You know when something hits something; it causes a noise, it creates a disruption and everybody’s attention goes that way. If you’re sitting in your office, quietly working and you hear a crash outside . You’re going to look out the window promptly because something hit something else and immediately the noise gets your attention. You’re going to sleep at home and you hear something fall in the kitchen; immediately you think what’s going on over there? Let me go and check what’s happening. The striking of something is actually a cause of attention— khudh al-intibāh minhum— take their attention; grab their attention when you give the example. 
- sharing dari Pak Heru dalam diskusi perumpamaan di quran 

Dari situ pertanyaan yang tadinya mengendap terjawab. Rasanya kaya ingin ber-Oh dan mengangguk-angguk pelan. It's all make sense now. Saat Allah menggunakan perumpamaan, artinya itu sesuatu yang akan memberi impact, perhatian kita jadi tersita. Ayat tersebut bukan cuma berkata "notice me", tapi lebih dari itu, kita diminta juga untuk memikirkan dan mentadabburinya.

Ceritanya ga sampai di sini. Beberapa minggu berlalu. Pada suatu hari jumat, aku pas baca Al Kahfi. Meski udah pernah baca terjemahnya, kadang tuh, kalau baca tetep aja ga bisa full fokus ke isi ayatnya. Apalagi ayat yang sering dibaca. Tapi... karena pengetahuan kata dharaba ini, pas aku baca ayat wadrib lahum matsalan.. aku jadi berhenti sejenak. As if I can feel it's impact. Habis baca ayatnya, aku baca sekilas tentang perumpamaan 2 pemilik kebun. Trus trus.. saat aku merasa udah selesai impactnya, ternyata Allah masih pengen aku berhenti dan memikirkan lagi, dengan perumpamaan lain setelah kisah 2 pemilik kebun, yang lagi, pakai kata dharaba.

وَٱضْرِبْ لَهُم مَّثَلَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا كَمَآءٍ أَنزَلْنَـٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ فَٱخْتَلَطَ بِهِۦ نَبَاتُ ٱلْأَرْضِ فَأَصْبَحَ هَشِيمًۭا تَذْرُوهُ ٱلرِّيَـٰحُ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ مُّقْتَدِرًا

Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah, Maha Kuasa atas segala sesuatu. [Surat Al-Kahfi (18) ayat 45]
**terjemahan versi web Lafzi

Semoga kita termasuk orang-orang yang memahami perumpamaan kehidupan dunia, dan pemahaman itu tercermin dari keseharian kita, prioritas kita, pilihan-pilihan kita. Aamiin

TT Allahummaghfighri. Rabbana la tu-akidzna innasiina au akhtha'na.. 

***

Terakhir, lewat pengalaman ini, selain belajar tentang penggunaan dharaba sebelum perumpamaan, aku juga diingetin lagi tentang pentingnya belajar bahasa arab.

Kalau satu kosa kata saja, bisa membuat kita membaca dan mendengar suatu ayat dengan perspektif berbeda, apalagi kalau kita paham nahwu, sharaf, balaghah, dll. 

Jadi inget salah satu insight materi pertama matrikulasi batch #3 NAKID, bahwa kita ga bisa bahas arab itu ga dosa. Pertanyaannya: sekarang, setelah tahu pentingnya bahasa arab untuk memahami quran, apa kita mau belajar? Melangkah, meski sedikit demi sedikit? [2]

Mari ucapkan bismillah, lalu melangkah. In syaa Allah mudah. Allah sudah menjanjikannya, tinggal kita mau ga menjemput janji tersebut. 

Terakhir, Ramadhan memang sudah berlalu. Tapi semoga semangat untuk bermesraan dengan quran masih ada di hati. Semoga hari-hari kita selalu dibersamai Al Quran, bukan di waktu-waktu sisa, tapi kita meluangkan waktu untuk quran. Aamiin. 

Allahua'lam. 

***

Keterangan:

[1] Pak Heru adalah salah satu anggota Komunitas NAK Indonesia yang sering banget nulis insight dan penjelasan dari bayyinah tv, diolah dengan gaya bercerita dan khas kepenulisannya. Tulisan-tulisannya bisa dibaca di web nakindonesia.com Jujur, aku sering mikir, gimana biar bisa nulis sebanyak itu tentang quran, seolah memang kajian tentang quran udah jadi konsumsi harian, jadi kaya ngalir aja nulisnya. Padahal ya, aku ga tahu behind the scene-nya, pasti butuh usaha, ngeluangin waktu. Sembari menulis keterangan ini ada satu tulisan dari beliau yang saya rekomendasikan, tentang ayat-ayat terakhir surat Al Mulk.

baca ya.. di https://nakindonesia.com/2019/05/20/neraka-yang-hilang-tadabbur-tiga-ayat-terakhir-al-mulk/

[2] Di channel Free Quran Education ada course "Understand Quran and Salah the Easy Way", aku br nonton bagian awal, belum smpai yg ke 10. Itu bisa jadi jalan kita belajar bahasa arab, nonton 1 video tiap hari.