Follow Me

Thursday, May 27, 2021

Menanti untuk Dieja

May 27, 2021 0 Comments
Bismillah.

Ada banyak kata yang menanti untuk dieja. Yang berputar di lintasan maya, tak tampak, tapi memenuhi kepala. Yang menelisik di sela-sela dinding hati, tak tampak, tapi mengetuk-ngetuk hati.

***

Belum sempat menulis panjang dan bernarasi, bercerita panjang tentang ini dan itu. Tapi sempat buka canva, memilih template yang menarik mata, menulis beberapa kata. Gagal download karena koneksi? Tidak masalah, aku cuma perlu memisahkan ibu jari dan telunjuk diatas layar. Efek zoom in terjadi, lalu mengambil tangkapan layar, crop yang dibutuhkan. Dan jadilah...

Buka aplikasi blogger, niatnya cuma posting desain saja. Tapi akhirnya menulis juga, satu, dua, tiga kalimat sok puitis.

Ah... Aku rindu menulis. Terutama di detik-detik ini, saat teko kata di kepala dan hati telah penuh sesak selama sebulan.

Ingin rasanya mengabaikan semua, lalu beregois ria bermain kata. Seperti saat ini?

Suara adzan menggema, memanggil-manggil untuk bergegas segera menemui-Nya.

Kamu, kamu Bella... Apa kabar shalatmu? Semoga bukan sekedar gerakan kilat tanpa makna. Semoga meski banyak kekurangan, masih meninggalkan jejak, masih menjadi pilar yang menjagamu agar tidak ambruk luluh lantak.

Hmmm.

La haula walaa quwwata illa billah.
La haula walaa quwwata illa billah.  

Allahu Akbar, Allahu Akbar
La ilaha illallah.

Allahua'lam.

Tuesday, May 25, 2021

Keberkahan Ilmu

May 25, 2021 0 Comments

Bismillah.


Sejak ikutan guidelight batch 3, lalu kemarin waktu diberi amanah mendampingi peserta guidelight batch 4, aku menemukan satu fakta. Betapa ilmu yang aku dapat malam itu di tahun 2012 masih mengalir deras manfaatnya hingga Ramadhan kemarin.


Aku lupa persisnya, dari siapa aku meniru untuk menggunakan aplikasi Microsoft OneNote. Tapi malam itu, entah mengapa aku memilih untuk membuka laptop dan mencatat materi di OneNote. Bukan di laptop ini, di laptop lama *tapi filenya kusalin sehingga masih bisa kubuka, layaknya membuka binder besar berisi begitu banyak catatan.


Tertulis di sana 3 Nopember 2012, 19.52 Materi Mabit Ashabul Quran yang diadakan Mata' Salman. Pematerinya Ustadz Suherman, S. Ag, Al-Hafizh



***

Kalau dipikir-pikir, mungkin itu salah satu nikmat terbesarku pernah berada di sana. Mendapatkan begitu banyak ilmu dan booster semangat untuk berquran. Meski dalam perjalanannya tidak mulus, bolak balik jatuh. hmmm.

Terakhir mendengar kajian dari beliau di masjid Darut Tauhid, malam itu diajakin sama teh Risma ke DT, ikut kajian sampe malem. Pulang lebih malam memang, membuat ibu khawatir memang, tapi saat itu, aku begitu butuh nasihat untuk bangkit dari jurang gelap. Waktu itu bahas surat Al Qamar, gak sampai selesai tapi, karena keburu ditelpon mamah untuk segera pulang. *jadi pengen cek diary, barangkali ada jejaknya untuk tahu tanggal pastinya. **18 Maret 2017

Beliau hafizhahullah adalah salah satu yang berjasa untuk menanamkan strong why, kenapa harus usaha ngafalin quran dan menjaga quran, meski setelah sekian tahun hasilnya masih segini, tapi gapapa, terus usaha, jangan menyerah.

Aku ingat betapa beliau begitu menjaga terkait foto. Bentuk penjagaan beliau. Bukan dalil atau fatwa, semacam prinsip pribadi beliau.

Semoga Allah menjaga dan melindungi beliau sekeluarga. Jadi teringat umi, istri beliau. Termasuk sedikit cerita ustadz yang dulu anti sama anak rohis, tapi qadarullah menikahnya sama anak rohis hehe. Ini diceritain di Mabit Ashabul Quran 2012 yang lalu. Ingatanku ga begitu kuat, tapi ga samar juga. Teringat juga kisah saat beliau kembali ke bandung *duluu waktu baru beres ngafal waktu masih muda, trus hafalannya hilang, trus ngulang menghafal lagi.

***

Untukmu bell.. sering baca-baca ulang ya catetan kajian malam itu. Aku tahu, ada begitu banyak distraksi. Tapi kamu harus tahu juga, manusia diberi kemampuan untuk menangkis distraksi itu. Doa, belajar manage prioritas dan waktu, berjamaah, doa lagi. Semangaaat!


Bismillah.

Allahua'lam.

Sunday, May 23, 2021

Enam Tahun

May 23, 2021 0 Comments

Bismillah.


Enam tahun beliau tidak memperbarui blognya. Tulisan terakhir april 2015. Sejujurnya aku juga tidak membaca tulisan itu, atau tulisan di tahun 2014. Memori terakhirku, aku membaca tulisan tahun 2013, berjudul kantor baru.

Enam tahun, dan kemarin, saat membuka daftar bacaan blog, aku melihat tiga tulisan judul baru. Tidak segera aku baca, karena malam sudah terlalu larut, aku hanya membuka tab-nya, kemudian menutup jendela browser. Rencanaku dalam hati, besok saat aku buka browser, aku akan membacanya. Biasanya memang tersimpan, jika kita close window berisi banyak tab.

Sore ini, qadarullah aku membacanya. Tiga tulisan baru, setelah judul, ada tanggal lain. Teteh menceritakan hal yang terjadi bulan Desember 2020. Berurutan.

Berawal dari sini... (2 Desember 2020) Kisah Ibu (3 Desember 2020) dan yang terakhir Akhirnya Corona Sampai di Beranda Rumah Kami (4 Desember 2020).

Berbagai perasaan berkecamuk, kejadiannya Desember tahun lalu, tapi karena tidak pandai menjalin silaturahim, kabar itu baru kubaca hari ini. Kalau lebih cepat tahu, mungkin doa lebih cepat diufukkan. Sekarang aku hanya bisa segera mengirimkan tulisan pendek di kolom komentar.

Aku... seharusnya bisa melakukan lebih dari itu kan? Mencari kontaknya di grup, menyapa langsung.

Semoga kabar teteh dan keluarga sehat semua. Terima kasih sudah menulis lagi. Kalau bukan karena tulisan itu, mungkin aku tidak pernah tahu. Maaf, karena masih perlu banyak belajar agar terus menyambung silaturahim.


***


Terakhir, untuk siapapun yang membaca ini. Semoga bisa menjadi pengingat. Belajarlah dari kesalahanku, dan sambunglah silaturahim.

Untuk siapapun yang membaca ini, ayo menulis lagi di blog. Sesederhana apapun. Tidak ada yang tahu, barangkali ada yang menunggu ingin membacanya.

Allahua'lam.



Wednesday, May 19, 2021

Healing is not Linear

May 19, 2021 0 Comments
Bismillah.

A little reminder for me, and for all of people in the phase of healing.

"It is okay to be affected by something you thought you had healed from. Healing is not linear. Be gentle with yourself."

***

Satu lagi, kutipan buku berbeda, dari novel Reem-nya Mba Sinta Yudisia. Masih nyambung sama healing.

"Dingin menembus pori-pori, dingin yang menenangkan sukma. Setiap kata terucap sejak takbir berkumandang, Al-Fatihah, rukuk, sujud adalah jalan cinta.

Dalam sujudnya yang lama, pada sujud terakhir Kasim menambahkan hamdalah dan shalawat Nabi. Menambahkan sayyidul istighfar.

Kelapangan hati akan membawa kejernihan pikiran dan mengobati semua sesak yang menghimpit. Shalat yang dilakukannya di malam gelap, bacaan Quran yang mengiringi, tepat seperti yang diucapkan Rumi,

Luka hati, adalah sebuah tempat cahaya merambat masuk."

***

Penutup. Pesan untukku: sering-sering ketemu dan ngobrol sama Yang Maha Menyembuhkan. (:

S-e-m-a-n-g-K-A-!

Allahua'alam.

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Tuesday, May 18, 2021

Jangan Buang Bekal dari Ramadan Kemarin

May 18, 2021 0 Comments

Bismillah.

#blogwalking


Kamu udah berlatih, udah dapet sekian skill baru. Periode latihannya sudah selesai, kamu bergembira membawa sertifikat tanda selamat. Tasmu dipenuhi bekal untuk menjalani 11 bulan ke depan. Bekal itu... meski agak berat, tapi begitu berguna. Masa mau dibuang? Gak kan ya? Gak kan...?


Selama ini, aku juga suka bertanya-tanya, bagaimana agar kebiasaan baik di bulan Ramadan bisa awet. Gimana biar ga terjun bebas, jatuh lagi, seolah amnesia akan skill yang dipelajari selama Ramadan. Nah.. qadarullah, aku baca ini nih. *udah lama banget gak nulis blogwalking.


Ide tindak lanjut pasca pelatihan adalah memilih 1-3 perilaku baru yang sudah terbentuk selama Ramadhan lalu:

  1. Pertahankan. Jadikan sebagai kebiasaan baru.
  2. Tingkatkan. Baik kuantitas (jumlah atau frekeuensi) dan kualitasnya.
  3. Perluas konteksnya. Mempertahankan perilaku dalam bentuk yang sedikit berbeda atau dalam konteks yang berbeda.

- Darmawan Aji, dalam tulisan "Agar Dampak Ramadhan Bertahan Lama" 


***


Silahkan di klik ya judul tulisan di kutipan, untuk baca lengkapnya.

Pesanku untuk diri, "jangan buang bekal dari Ramadan kemarin ya..."


Sunday, May 16, 2021

New from iPusnas

May 16, 2021 0 Comments
Bismillah.

Kemarin cari-cari buku baru yang bisa dibaca di iPusnas. Qadarullah nemu buku ini.

Yang unik, pas aku pinjam, download dan baca, formatnya beda gitu.

Kita bisa pilih font, warna background tulisan. Daftar isinya bisa di klik-klik gitu.

Dan yang terpenting, ada sistem highlight, sama share quotes.

Jadi deh, gak perlu salin ke buku, trus ketik ulang hehe.

***

Berikut dua kutipan dari buku "Boleh Dogn Salah" karya Irfan AmaLee.

#1

Syaikh Athaillah, “Ada kalanya kamu melakukan kesalahan dan kadang-kadang kesalahan itu menyampaikan kamu ke tujuan. Dosa yang menyisakan rasa hina dan rendah, lebih baik daripada ketaatan yang menyisakan keangkuhan dan kesombongan.”

#2

Orang sukses dan orang gagal menjalani hidup yang itu-itu juga. Tapi, mereka memandang hidup dengan paradigma yang berbeda. Mungkin, kisah tukang batu ini bisa sedikit menjelaskan paradigma.

Ada dua orang tukang bangunan yang sedang terlibat dalam pembangunan masjid. Tukang bangunan pertama ditanya tentang pekerjaannya. Dia menjawab bahwa dia sedang membangun masjid. Tetapi, tukang batu kedua punya jawaban yang berbeda, “Saya sedang membangun peradaban.”

Walaupun dua-duanya sama-sama melakukan tugas sebagai kuli bangunan, jawaban tukang batu kedua memberikan gambaran paradigma yang berbeda. Tukang batu pertama memandang pekerjaannya hanya sebagai tukang batu biasa, sedangkan tukang batu kedua menganggap bahwa dirinya nggak hanya sedang membuat sebuah bangunan, tapi juga menjadi bagian penting dari sebuah pembangunan peradaban. Dia tahu, bangunan yang sedang dia buat, nantinya pasti akan berguna bagi banyak orang.

Paradigma itu penting banget. Salah paradigma bisa membuat semua langkah dalam hidup kita ikutan salah.

***

Baru baca halaman awal. Gak tahu kalau di buku aslinya halaman berapa. Soalnya format yang baru ini, penomerannya beda gitu. Agak susah jelasinnya.

Dan karena nomer halamannya gak jelas, aku jadinya tiap habis baca, nyatetnya judul sub-bab yang besok/next time mau aku baca.

Kaya gini ⏬
Boleh Dogn Salah/Kelirumologi
Boleh Dogn Salah/Debut Kriminal

***

Selain buku ini, aku juga pinjem satu buku lain. Yang nanti aku ceritain di lain waktu hehe.

Aku juga nyobain fitur antri pinjam pas nemu buku yang laris dipinjem semua copy-annya. Gatau nanti kalau misal udah available otomatis masuk ke buku folder buku yang dipinjam, atau cuma dikasih notif kalau bukunya udah available.

***

Udah sih, mau cerita itu aja. (:

Semangat membaca semuanya^^ sempatin baca ya, meski sebentar, dan sedikit. Beda, beda bangeet kalau kita cuma mengkonsumsi informasi di sosmed, atau kalau kita berusaha membiasakan baca buku.

Bye~

Allahua'lam.

***

PS: sebenarnya malu ketahuan pinjem buku terbitan DAR! Mizan, secara buku dari DAR! Mizan diperuntukkan untuk remaja. Tapi jujur pas liat logo khas penerbitnya jadi nostalgia pas jaman SMP rajin ke perpus baca buku dari penerbit itu.

Friday, May 14, 2021

She's...

May 14, 2021 0 Comments
Bismillah.



Aku pernah datang bedah bukunya. Berinteraksi dengan penulisnya, yang berkomentar aku harus beli karena karakter utama di novel tersebut namanya juga Bella.

Aku pikir ia sudah sembuh. Novel yang diangkat dari kisah nyata tersebut... Aku pikir perjuangannya dengan kanker sudah selesai. Tapi ternyata...

She remind me.. Apa yang akan kutinggalkan, yang bisa terus mengalir pahalanya, jika kelak aku dipanggil menghadap-Nya.

***

Keterangan: draft 2019. aku kira dipublish akan sama kaya tanggal buat draftnya, ternyata.. hm.. pengingat mungkin agar aku lebih serius nulis. TT

SelfD #9: What are my strength?

May 14, 2021 0 Comments

Bismillah.

#selfdiscovery

Sebelum menjawab pertanyaan... sebenarnya aku malu, masa seri self-discovery gak beres-beres ditulis. Udah dari bulan November 2020. Semoga bisa dikebut, beres Mei 2021. Ayooo semangat diisi blognya Bell!

***

Dulu... pernah wawancara organisasi/kepanitiaan, kalau ditanya apa kekuatanku, jawaban pertamaku biasanya "I'm easy-going". Di beberapa tempat dan waktu, aku memang sering membangun branding sebagai orang yang kaku, keras, galak, serius. But when it comes to joining a community, atau kepanitiaan *ini parah banget sih kenapa ganti-ganti mulu bahasanya wkwkwk. Paragraf ini dihidden aja kali ya. Tulis ulang dengan lebih baik. *ok sir!

1. Easy going

Ini biasanya jadi jawabanku dulu, kalau ditanya kekuatanku. Dan jawaban ini juga yang terlintas pertama kali di otakku. I'm an easy going person. Mudah untukku berkomunikasi dengan orang baru, bekerja sama, dll. *kenapa kalau dijabarkan jadi berasa aneh ya hehe. Tapi intinya itu, easy going.


Ada beberapa situasi, tempat, waktu dimana aku lebih suka membangun branding sebagai sosok yang kaku, keras, galak, pendiam. That's my defense wall actually. Tapi kalaupun suatu saat kau menemukanku seperti itu, kau cuma perlu "membuka pintu" komunikasi lebih dulu, "mengetuk pintu". Nanti perlahan kau akan melihat bahwa dinding itu memang cuma dinding saja.


2. Menulis

Ini kekuatan kedua, yang sudah menjadi bagian hidupku. Ini dulu... jawabanku, saat wawancara lanjut di asrama atau gak. Di mataku, saudari-saudariku selalu lebih baik. Jadi lidahku kelu, saat ditanya dalam hal apa aku lebih baik daripada mereka.


Baca juga: Jika Dibandingkan dengan Mereka


Tapi karena kondisinya aku harus menjawab, maka jawabanku, menulis. Aku punya kekuatan dengan menulis. Bukan karena aku lebih handal merangkai kata. Kelebihan dan kekuatanku di menulis, semata karena aku begitu sering melakukannya.


3. A Learner

Aku suka belajar hal baru. Yang satu ini aku baru menyadari setelah ikutan talent maping via temali dulu (startup-nya Teh Tristi yang sekarang rebranding jadi hidup @hidupmedia). Waktu itu dijelasin sih, bisa jadii... bisa jadii yang membuat aku bertahan lama di sana, adalah karena aku suka belajar hal baru.


Semoga, semoga kekuatan ini beneran kujaga ya. Biar rajin baca, rajin memperbaiki diri juga. Let me paste a quote here,


Ini mungkin dan terbuka. Kita bisa mempelajarinya. Alasannya sederhana. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda, "Ilmu itu diperoleh dengan belajar. Kesabaran diperoleh dengan belajar menjadi sabar. Kesantunan diperoleh dengan belajar menjadi santun." Ini menjelaskan bahwa di samping karakter-karakter bawaan yang melekat dalam diri kita sebagai warisan genetik. Semua karakter lain bisa kita peroleh dengan mempelajari dan mengimplementasikannya dalam kehidupan kita.

- Anis Matta, dalam buku Serial Cinta


4. Empati

Bahas tentang talent mapping, aku jadi inget kekuatan ini. Waktu itu kalau ga salah ini nomer dua. Kekuatan untuk berempati, untuk mencoba mengerti dan mengenakan sepatu orang lain. Kekuatan ini yang ingin aku bangun di tulisan-tulisanku.


Sejujurnya, aku masih agak ragu sama kekuatan ini. Meski berkali-kali di konfirmasi oleh orang lain, bahwa mereka merasa nyaman bercerita padaku, dan bahkan ada yang mengira aku jurusan psikologi hehe. Thanks for the compliment but.. I have my own label i used to tell myself. Ini gak boleh ditiru ya.


Dulu... saat "menghilang dari peredaran", saat "gelap dan jatuh ke jurang", aku merasa dan melihat diriku sebagai sosok yang sangat egois, self-centered, tidak peduli pada orang lain dan sekitar. And that's the opposite of empathy, that's antipathy, right?


Sekarang, aku paham sih, aku punya kekuatan empati. Dan aku... sedang berusaha menghapus label-label buruk yang kusematkan sendiri pada diri. Butuh proses. Saat itu aku terlalu lama membiarkan diriku overthinking, jadi deh begitu jadinya.


Kamu, atau siapapun yang ga sengaja baca ini... semoga gak pernah ngalamin kaya aku. Kalau mulai overthinking, negative thinking tentang diri... segera berpindah, bergerak, melompat, lari kalau perlu. ^^ lakukan banyak cara untuk mengusirnya. Istighfar, baca quran. Ngobrol sama temen, nulis kalimat afirmasi positif. Baca buku terkait hal tersebut, baca banyak blog orang lain. Nulis, nulis dan petakan pikiranmu. Kalau perlu, bisa juga ke psikolog. It helps. Ah ya, yang satu ini jangan lupa, berdoa dan shalat. Dua hal itu yang pelan tapi pasti ngebimbing aku untuk tahu caranya keluar dari jeratan overthinking dan negative thinking. I ask His help, cause I'm helpless and lost.


5. Terakhir, biar ganjil. Ada yang mau bantu isi? Hehe

Tegas. Ini lebih ke cara komunikasi sih.

Kalau aku punya prinsip, aku berusaha untuk pegang erat prinsip itu. Mudah untukku untuk bilang tidak, atau bilang ya. Aku juga sering jadi pengingat kalau misal forum keluar dari topik utama. Sisi tegas dan serius ini yang membantuku membangun dinding galak, kaku dan keras. Tiga kata itu memang kesannya negatif, tapi sebenarnya, aku merasa gak masalah dikenal begitu. Pernah juga malah puas saat ada testimoni begitu, aku merasa berhasil membangun dinding defense.


Terakhir, kalau kamu, what are your strength?


***




Taqabbal Ya Kariim

May 14, 2021 0 Comments

Bismillah.

30 hari penuh berkah dan ampunan telah berlalu.

30 hari berlatih menguatkan hati agar menang dari hawa nafsu telah dilaksanakan.

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442H.

Taqabballallahu minna wa minkum.

Semoga amal kita ibadah kita di bulan Ramadan diterima. Semoga Allah menganugrahkan kita keistiqomahan di jalan-Nya.

Sedoyo lepat nyuwun ngapunten.

- Isabella Kirei

Monday, May 10, 2021

I'll Sent Her a Long Letter

May 10, 2021 0 Comments
Bismillah.

#fiksi

"Aku ingin jatuh hati lagi, pada orang yang baru", ucap seseorang sembari menatap layar hp dengan goresan pendek di bagian kanan atas.

Telinganya tersumbat earphone, mungkin ia sedang mengobrol dengan sahabatnya via telpon. Sampai lupa ini tempat umum. Aku yang duduk di belakangnya mau tidak mau ikut mendengarkan.

Aku mencoba fokus pada pekerjaanku di laptop, tapi sebagai seorang yang audio, dan menyukai fiksi, tiba-tiba aku ingin menuliskan percakapan imaji jika yang diajak bicara adalah aku.

Kamu cuma perlu membuka hati, dan melihat sekitar. Pasti ada yang bisa sosok yang menarik hatimu. Jatuh cinta itu memang sering tanpa rencana. Tapi bisa juga direncanakan.

"Justru itu, karena aku ingin segera berhenti jadi pengagum rahasia seseorang."

Keningku berkerut, sudah lama sekali aku tidak mendengar istilah itu.

Hei! Kamu kan laki-laki, move on dari fase tersebut adalah dengan menghilangkan kata "rahasia"-nya. Melangkah maju, kemudian ditolak. Lalu melanjutkan perjalanan. Atau jika mujur, mungkin diterima. Lalu tersenyum puas.

Ia terkekeh pelan, sepertinya tawa sarkasme. Entah nasihat, komentar atau canda apa yang ia dengar dari sebelah sana. Satu dua, mungkin sampai lima detik, kemudian hening.

Mungkin tawa itu berubah jadi tangis, entahlah. Aku sudah tidak peduli. Kugeledah tasku, mencari earphone, memutuskan untuk fokus bekerja saja.

Belum sempat kusumbat telingaku,

"I'll sent her a long letter. As a goodbye message."

Tanganku terhenti di udara, dekat telinga. He has a british accent. Sepersekian detik aku sempat ragu ingin mendengarkan lagi, atau tidak.

"I know she always check her email."

Itu kalimat terakhir yang kudengar saat aku menutup laptop, kemudian memilih untuk berpindah meja.

***

Langit sudah sedikit oranye, saat dokumen kerjaanku selesai dan kukirim. Kupandangi meja, ada dua gelas yang sudah kosong, dan satu piring kecil dengan remah-remah sandwich.

Aku berjalan ringan sembari memikirkan nasi hangat di rumah untuk disantap. Pikiran tersebut buyar saat tanpa sengaja mataku beradu dengan sosok yang tadi tanpa sengaja kudengarkan percakapan telponnya. Aku segera menunduk, mempercepat langkah untuk menggapai pintu kaca. Klik, baru kubuka sedikit, aku terhenti lagi.

"Permisi" ucap seseorang dari belakang, memintaku tidak menghalangi jalan. Kugeser badanku menjauhi pintu. Pemilik suara itu lewat, kupandangi punggungnya menjauh. Satu, dua... Mungkin hingga lima detik sebelum akhirnya aku memukul dahiku pelan agar sadar dengan apa yang sudah kuperbuat.

Kuhampiri meja terdekat, kubuka laptop sembari menggumam kesal pada diri.

Kubuka email, sebuah balasan masuk dari atasanku.

"Ini cerpen di halaman terakhir, lanjutannya gimana? Wkwkwk"

The End.



I Make It Okay, I Miss...

May 10, 2021 0 Comments
Bismillah.

Sejak awal Ramadan. Entah mengapa bertemu berbagai hal yang membuatku merindukan kelas. Sejujurnya malu mengakuinya, kusimpan saja, bahkan ga aku ceritakan di diary. **akhirnya ditulis juga di sini malah hehe.

Aku ingat berkali-kali rindu tersebut menjelma jadi mimpi-mimpi.

Mimpi berada di kelas, ada ujian, dan aku bahkan tidak tahu hari itu jadwalnya ujian. Akhirnya hanya bisa menatap kertas soal tanpa menjawab satu pun.

Mimpi berada di kelas, quiz atau games bareng asisten dosen. Meski agak kikuk, aku berusaha mengikuti. Ikut tersenyum bersama teman-teman di kelas yang tak berwajah. *kadang mimpi begitu kan hehe.

Mimpi berada di kelas, lagi dan lagi. Entah yang keberapa kali. Tidak kucatat. Beberapa segera aku lupa detailnya. Aku hanya ingat settingnya: kelas, hanya itu.

***

Aku bertanya-tanya, apa kabar mahasiswa mahasiswi, yang karena pandemi harus ikut kelas online, zoom lagi, atau youtube, atau tugas-tugas yang harus dikumpulkan online. Tidak merasakan nano-nano rasanya setengah berlari mencari ruangan kelas, atau terpaksa duduk di depan, atau terkantuk, atau mengobrol dengan teman karena dosen belum hadir, dan segala hal lain yang cuma bisa dilaksanakan saat di kelas, kelas yang mengharuskan kehadiran fisik.

Sejujurnya, masih berat mengakuinya. But I make it okay. I miss it. Aku hanya merindukannya. Titik.

***

Katanya titik Bel? Hehe ✌

Terakhir, rasa rindu itu tidak pernh cukup dieja dengan kata. Nanti... Jika diberi kesempatan, ingin rasanya curi-curi kesempatan, sit in di kelas, kelas manapun asalkan bisa dijamin tidak ketahuan. ^^

Allahua'lam.

Dosa - Taubat - Dosa - Taubat

May 10, 2021 0 Comments

Bismillah.


Hanya ingin menyimpan video ini di sini, sebuah pengingat terutama untuk diri. Bahwa Allah menyukai mereka yang bertaubat berkali-kali. Which means, they might be fall and fall and fall again in the darkness pit of sins, but they don't give up on themselves. They try and struggle to get up and walk towards him. Bertaubat, lagi dan lagi.


Pengingat juga untuk tidak "main-main" dengan fakta ini. Bukan berarti lantas jadi menyengaja merasa aman berada di area abu-abu, berjalan di tepi jurang yang jelas-jelas licin. Kalau quotesnya Ustaz Salim A. Fillah, dalam buku JCPP[1]


"Di jalan cinta para pejuang, menolak kemungkaran terdahulukan daripada mengambil kemaslahatan. Di sini, menutup pintu-pintu kerusakan menjadi tradisi. Di sini, kehati-hatian adalah pakaian. Karena kita sedang meniti jalan yang semak di tepiannya bisa menyemburkan asap tanpa api. Jalan cinta para pejuang."


Hanya ingin menyimpan video ini di sini, sebuah pengingat terutama untuk diri. Bahwa yang bisa mencintai dan memaafkan orang yang berungkali salah, minta maaf, eh salah lagi, minta maaf lagi, itu cuma Allah. Karena kalau manusia, mereka pasti cape, mereka ga mungkin bisa mencintai dengan cinta yang sama. Hati manusia ibarat kertas, kalau udah diremas, susah untuk lurus lari. Tintanya udah terlanjur tertoreh. Susah untuk dihapus. Memang fitrah manusia begitu. Maka meski semua orang mungkin berpaling darimu, karena kesalahan-kesalahanmu, *iya kamu bell! Jangan lupa bahwa ada Allah satu-satunya tempat kembali, satu-satunya Dzat yang seharusnya menjadi tujuanmu belari, meminta maaf dan ampunan.


Terakhir, semoga ga cuma ditulis dan disimpan, tapi masuk ke hati, kemudian kuncup, berbunga dalam amal dan akhlak. Jangan menunda taubat, manusia memang akan banyak dosa, maka dari itu perbanyak taubat juga. Banyakin istighfar, banyakin mengiba dan memohon maaf padaNya. Terutama... terutama, mumpung masih Ramadan. Tinggal beberapa hari memang. Jangan mau kalah sama distraksi, maksimalkan usaha dan doa. Semoga Allah menerima amal kita yang jauh dari sempurna.


Allahumma innaka afuwwun, tuhibbul afwa fa'fuanna.

Allahumma innaka afuwwun karim, tuhibbul afwa fa'fuanna.

Allahumma innaka afuwwun, tuhibbul afwa fa'fuanna.


***


[1] Jalan Cinta Para Pejuang, ProU Media. **yes I love this book so much <3 nyatet banyak banget quotes, karena dulu bukunya pinjem hehe. Jazakillah khairan Aulia Azmi Masna.

Friday, May 7, 2021

Jumat Mubarak

May 07, 2021 0 Comments
Membaca sebuah kutipan yang rasanya sesatu banget.

Dari buku "Dengan Nama-MU Aku Hidup" karya Amru Khalid,

"Apabila Anda berbuat zalim. Anda akan menerima hukuman. Lantara hukuman itu, Anda menderita, lalu Anda menghadap Allah subhanahu wata'ala dan kemudian Dia mengubah penderitaan itu menjadi nikmat yang membawa berkah."

***

Menengok ke belakang, kezhaliman diri, sesuatu yang mungkin sebagai hukuman, dan kini.. bagaimana hal tersebut menjadi nikmat yang membawa berkah. In syaa Allah.

Aku... Saat ini masih perlu banyak belajar, masih perlu banyak menghadap pada-Nya. Aku... Masih sangat perlu menjaga hati agar selalu mengingat nanti akan bertemu dengan-Nya setelah kematian.

Aku... Masih suka naik turun, tapi alhamdulillah di jumat yang penuh berkah ini. Allah ingin mengingatkanku, bahwa yang sudah terjadi adalah nikmat yang perlu disyukuri.

Alhamdulillah, alhamdulillah 'ala kulli hal 💕

***

Oh ya, kutipan di atas masuk ke bagian penjelasan tentang asma Al Jabbar.

Jadi banyak yang mengira Al Jabbar itu semakna dengan Al Muntaqim (Yang Maha Memberi Balasan) atau Al Qahhar (Yang Maha Menundukkan) atau asma yang mengandung makna hukuman terhadap orang-orang zalim, atau pembalasan bagi orang yang sewenang-wenang.

Padahal makna Al Jabbar adalah Yang Maha Mencukupi. Asmaul Husna untuk hamba-hamba yang berduka, yang menderita, yang tertindas, terhina dan menderita nestapa dalam hidup.

Al Jabbar maknanya Dia Yang Memulihkan penderitaan hamba-Nya. Asal kata Al Jabbar, jabirah adalah alat atau ramuan yang dipergunakan untuk memulihkan orang yang patah tulang.

***

Terakhir, semoga kita tidak lupa untuk mengenal dan belajar tentang nama-namaNya. 🌼🌼



Tuesday, May 4, 2021

Membaca Buku Tentang Palestina

May 04, 2021 0 Comments
Bismillah.

Barusan ngisi laporan arketipe, jadi nulis sedikit review tentang buku yang selesai aku baca bulan April lalu.

***

Identitas Buku

Judul : Parade Heroik Pembebas Palestina
Penulis : Nur Jannah Hulwani
Penerbit : Gema Insani
Tahun Terbit : 2019

Review Buku

Setelah membaca Novel Reem, dan mencicip sedikit tentang Palestina. Buku ini memberikan segelas air untuk mengobati kehausan akan informasi terkait palestina.

Membaca tiap lembarnya membuatku teringat Ramadan tahun 2018 yang lalu. Mengapa saat itu, hampir tiap tarawih, imam menyempatkan qunut di tiap witir. Mendoakan para pejuang di palestina.

Buku ini merupakan kumpulan tulisan di facebook penulis terkait Great Return March (Aksi Kepulangan Akbar) yang dilakukan bangsa Palestina untuk meminta kembali haknya, atas tanah yang dirampas dan dijajah.

Ada beberapa nama-nama syuhada dan syahidah, serta penjelasan tentangnya dipaparkan. Razzan Najjar salah satunya.

Di akhir buku, kita diingatkan untuk ambil bagian dalam perjuangan bangsa palestina. Minimal, minimal lewat doa. Dan juga dengan menyebarkan info terkait kondisi palestina, atau mungkin yang sekarang dikenal dengan gerakan #baikberisik.

***

Beberapa kutipan yang kusalin dari buku tersebut,

"Zionis Israel bisa menghancurkan infrastruktur dan memadamkan listrik kami. Namun demi Allah, mereka tidak akan pernah bisa menghancurkan serta memadamkan semangat dan tekad kami untuk terus berjuang sampai kemerdekaan yang dirampas bisa kembali ke tangan kami."

***

Khalil, pemuda berusia 22 tahun, yang tim Adara Relief Internasional temukan sedang melakukan pengobatan di rumah sakit Turki. Khalil telah melakukan 37 kali operasi karena luka menganga di kakinya yang terkena tembalan sniper tentara Israel telah membusuk.

Ketika Khalil ditanya, "Kalau kakimu sudaj kembali bisa berjalan, apa hal pertama yang ingin kamu lakukan?"

Dengan spontan, Khalil menjawab, "Demi Allah, saya akan ikut aksi kembali dan berdiri di tempat saya ditembak saat itu."

***

Kutipan terakhir, ini tentang Haitsam Jamal, usianya baru 15 tahun. Ia syahid di aksi damai kepulangan akbar, di 10 hari terakhir ramadan, tepatnya 18 Juni 2018.

"Selamat jalan syuhada junior. Ia telah menjemput kesyahidan dalam keadaan dirinya sedang berpuasa pada bulan yang Allah muliakan. Kesyahidannya terjadi pada sepuluh terakhir Ramadhan. Ia telah bersahur bersama keluarga dan berbuka bersama Allah SWT."

***

Terakhir, buku tentang palestina yang mana yang ingin kau rekomendasikan untuk aku baca?

Monday, May 3, 2021

A Feedback

May 03, 2021 0 Comments

Bismillah.

Siang ini, install aplikasi formApps *yang begini harusnya di skip, tapi gapapa ya, lagi ingin cerita. Karena sedang di luar, ga buka laptop, tapi ngerasa butuh untuk buat google form untuk evaluasi 'sesuatu'. Harusnya minta feedback evaluasinya di awal pekan kemarin. Tapi qadarullah keskip, jadi harus dilakukan hari ini. It's better late than never, isn't it?

Dan setelah disebar, salah satu feedback yang masuk adalah ini... dan pas baca rasanya, sesuatu...


Reaksi pertama: mengakui. iyaaa. aku emang masih kurang di sini..

Reaksi kedua: *egonya muncul* tapi kan... konsep "di sini" aku memang harus lebih banyak diam dan mendengarkan. Agar yang lain saja yang lebih banyak berbicara.

Reaksi ketiga: ini pas banget nih, buat bahas nulis di blog. hehe.

***

I actually feeling really grateful *forgives me for the broken grammar. Let me just wrote in english, cause it's getting personal.

I felt grateful, cause she noticed me, how I tend to close any chance to talk about myself. Even if I speak, I usually making it more abstract. I know it's one of my weakness. It takes time for me to really open up. To comfortable talking more and let people know me, or let them come into my life. 

I think it's one of my bad habit. I have that concept a long time ago. Back then, I felt betrayed by a -many- friend. So I make my own wall, my own border. But... the sad part is, sometimes I feel frustated at myself. Why can't I open up to the closed one? To my family, or my closed friend. It becomes a habit, to just tell them the good side, the happy news. I'd rather write down my own feeling, or my thoughts in a diary, or in this blogs.

It's not that I don't trust them, or I want to make a gap between me and them. It's just me. It's my bad. I have a difficulties in this issue, and I need to work on it.

***

Semoga nanti, setelah Ramadan, ada waktu dimana yang lain bisa bertanya, dan aku akan dengan senang hati menjawab. Karena tanpa pertanyaan, aku hampir selalu lebih memilih untuk menjadi sosok yang misterius. Sejak dulu memang begitu. Lalu ada sesuatu, dan terlebih saat ini.

Mungkin, mungkin itu juga.. bisa jadi alasan tambahan, mengapa aku tidak suka bicara tentang diri. Aku terlalu takut untuk membuka kartu tentang diriku. Ada yang ingin kusembunyikan, sebuah retakan yang belum kurekatkan dengan emas. Aku terlalu takut, jika mereka melihat sisi gelap itu, will they see me as I am? Or will they just see the mistakes, and forgets who I am. Hmm.. and who in this worlds would want to be labeled by their mistakes? No one. Neither do I.

***

Terakhir, meski anonim, sepertinya aku bisa menebak siapa yang menulisnya. Dan pada penulis feedback tersebut, aku ingin menjawab,

Aamiin. Kamu juga, wa anti fajazakillahu khayran. ^^



Aku dan Menulis di Ramadan 1442H

May 03, 2021 0 Comments
Bismillah.

Ramadan ini, seperti biasa saya posting tulisan tahun lalu, dan cuma satu dong wkwkwk. Yang judulnya "Terlambat Memulai". Tahun lalu cuma nulis 1tulisan di facebook khusus Ramadan.

Tulisan lama tahun 2016 aku tulis ulang, jadiin konten di ig @betterword_kirei

Mediumku aku hidupin lagi, import beberapa tulisan berlabel buku dari blog ini. Desainnya juga aku ubah dikit. Cuma nambahin header. Oh ya, alamatnya juga berubah secara otomatis. Kan dulu medium.com/@isabellakirei ==> sekarang jadi isabellakirei.medium.com

Jadi inget alamat tumblr. Cuma dua itu yang alamatnya isabellakirei berarti. Medium dan tumblr. Sisanya macem-macem. Keinget blog akardaunranting yang gak keurus hiks.

Ramadan ini, belum nulis MFA >< udah coba nulis, baru bagian awal, belum sampai ayatnya, atau penjelasannya. Baru pembuka. Mohon doanya..

Ramadan ini alhamdulillah produktif. Ikutan kegiatan guidelight, bantu jualan di pasar, aktif di ig, baca buku. Diajakin startup temen jg, bukan bukan bagian IT. Bantu ngonsep event-nya. Belum launching. Spoiler :: tentang literasi

Dibanding tahun lalu, in syaa Allah Ramadan tahun ini lebih baik. Semoga awet sampai ba'da Ramadan nanti. Jujur takuut, belum siap berpisah, tapi udah 10hari terakhir aja.

Di blog ini sebenernya aku nurun nulisnya. Padahal biasanya tiap tahun, archive bulan Ramadan, selalu tiba-tiba naik hehe. Gatau deh ini April kuantitasnya cuma 13 aja, bahkan lebih sedikit dari Maret. Bulan Mei bisakah mencapai kepala 2?

Bismillah. Perbanyak usaha, kurangi distraksi. Semoga bisa lebih semangat nulis. 🌼🌼

Saturday, May 1, 2021

Good Words

May 01, 2021 0 Comments
Bismillah.

Selalu sukaa sama bagaimana kata-kata yang baik memberikan warna di hari.

Kalimat harapan sebagai bentuk doa. Dari nomer yang belum aku save di kontak.

***

Terimakasih atas doanya.
Semoga sehaat juga raga, ruhiyah dan mental.

Memasuki 10 hari terakhir Ramadan, mari perbanyak doa. Doa pendek, pengingat bahwa bulan Ramadan buka cuma bulan Quran, tapi juga bulan penuh ampunan. Month of forgiveness.

Allahumma innaka afuwwun, tuhibbul afwa fa'fuanna.

Allahumma innaka afuwwun, tuhibbul afwa fa'fuanna.

Allahumma innaka afuwwun, tuhibbul afwa fa'fuanna.

Aamiin.

Terlambat Memulai

May 01, 2021 0 Comments

 Bismillah.



Bulan Ramadhan sudah melewati batas pertengahan, bahkan sudah mau memasuki sepertiga terakhir. Sejak awal, aku memiliki keinginan produktif menulis di bulan Ramadhan. Entah itu berbagi refleksi hari, atau menyalin catatan pelajaran tentang islam atau tentang quran. Tapi rencana itu tergilas oleh sifat menunda, dan kondisi hati yang tidak baik.


Ada yang pernah dengar teori teko dalam hal menulis? Bahwa apa yang keluar dari teko, adalah apa yang diisikan ke dalam teko. Yang kita tulis, adalah apa yang ada dalam otak kita, pikiran kita, hati kita. Maka saat 18 hari di awal Ramadhan "tidak bisa" menulis, aku jadi sadar, beberapa bulan sebelumnya aku belum mengisi teko dengan apapun. Setelah sadar, aku pun mulai mengisi tekonya. Dan hari ini, meski isinya masih sedikit, aku ingin memulai menulis. Tidak apa-apa terlambat memulai, begitu kata hatiku, pada diriku sendiri.


***


Pernahkah merasa terlambat memulai? Jika iya, dalam hal apa?


Ada sebuah doa yang dalam surat Al Kahfi yang membuatku semangat untuk memulai, meski mungkin terlambat. Terutama saat merasa terlambat untuk melakukan amalan shalih, atau terlambat mengisi Ramadhan dengan aktivitas produktif, atau terlambat belajar agama.


وَلَا تَقُولَنَّ لِشَا۟ىْءٍ إِنِّى فَاعِلٌۭ ذَٰلِكَ غَدًا


Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan terhadap sesuatu: "Aku pasti melakukan itu besok pagi, [Surat Al-Kahfi (18) ayat 23]


إِلَّآ أَن يَشَآءَ ٱللَّهُ ۚ وَٱذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَىٰٓ أَن يَهْدِيَنِ رَبِّى لِأَقْرَبَ مِنْ هَـٰذَا رَشَدًۭا


kecuali (dengan mengatakan): "Insya Allah". Dan ingatlah kepada Tuhanmu apabila engkau lupa dan katakanlah: "Mudah-mudahan Tuhanku akan memberiku petunjuk kepada yang lebih dekat (kebenarannya) daripada ini". [Surat Al-Kahfi (18) ayat 24]


Doa ini adalah doa yang diajarkan Allah saat kita berencana akan melakukan sesuatu besok, atau bulan depan, atau Ramadhan ini, tapi lupa tidak mengucapkan in syaa Allah. Doanya adalah "asaa ayyahdiyani robbii li aqroba min hadzaa rosyadaa".


Aku denger penjelasan dari ustadz Nouman di video ini (https://youtu.be/7hmi5ck5ph8). Pertama tentang penggunaan kata "li", bukan "ila". Artinya, kita minta diberi petunjuk sekaligus dianterin sampai ke tujuan. Misal kita cari alamat, tanya ke orang lain, bisa jadi orang lain cuma ngasih petunjuk sebagian, nanti dari situ kita tanya lagi ke orang lain. Tapi doa ini artinya, kita minta petunjuk hingga sampai tujuan.


Terus yang kedua, kita minta petunjuk untuk lebih dekat dari ini, "li aqroba min hadzaa rosyadaa". Min hadza rosyada, artinya minta petunjuk lebih dekat dari ini. "Dari ini" adalah kondisi kita sekarang.


Maksudnya apa?


Allah mengajarkan kita lewat doa ini, bahwa Allah tidak menuntut kesempurnaan. Allah tidak menuntut kita untuk kilat tiba-tiba nyampe, tiba-tiba dekat sama Allah seperti halnya para sahabat Rasulullah. Allah meminta kita untuk terus mendekat, selangkah demi selangkah, gapapa, yang penting kita terus berusaha untuk mendekat ke Allah. Lebih dekat daripada posisi kita saat ini.


Seringkali saat kita melihat sekitar, kita merasa minder. Ada yang hafalan qurannya sudah banyak, qiyamul lailnya tiap malam, shaum sunnahnya rutin, bahasa arabnya, kitab yang dibacanya. Itu membuat kita ragu, bagaimana dengan kita, yang masih segini-gini aja? Tanpa sadar kita jadi membandingkan diri kita dengan orang lain, bukan malah sibuk melangkah, kita justru sibuk overthinking membandingkan diri dengan orang lain. Padahal Allah tidak akan membandingkan kita dengan orang lain.


Allah is not going to put you next to someone else and compare. He doesn't even want you to compare yourself to others in dunya, forget akhirah. Not even in dunya. La tatamannau maa fadhdholallahu bihi ba'dhokum 'ala ba'dh (QS An-Nisa [4] ayat 32) Don't wish for what other people have, what Allah has given some preference over others. Don't do that to yourself. --Nouman Ali Khan


Lewat doa ini, kita belajar bahwa tidak ada kata terlambat memulai, selama kita mau memperbaiki diri hari ke hari. Pintu taubat selalu terbuka, selama nyawa belum ditenggorokan, dan matahari belum terbit dari barat. Terutama di bulan Ramadhan ini, hari yang sudah berlalu, kita tidak bisa mengubahnya. Tapi kita masih diberi kesempatan hidup hari ini. Maka perbaiki diri kita. Bismillah, ucapkan nama-Nya, dan memulailah.


Semoga Allah memberkahi hari-hari Ramadhan kita. Semoga semangat kita tetap terjaga, semoga kita termasuk orang-orang yang mencari malam lailatul qadr. Semoga dosa-dosa kita diampuni olehNya. Aamiin.


Allahua'lam bishowab.


12 Mei 2020 | 19 Ramadhan 1441H


#betterword #refleksiramadhan #doa 


***

Keterangan : tulisan ini pernah di publikasi di Facebook khusus Ramadan.