Follow Me

Tuesday, February 28, 2012

Belajar Dari Pengalaman

February 28, 2012 0 Comments
Belajar lah dari pengalaman
ia membekas
sisakan jejak hikmah

jika saja kau abaikan
merugi

Belajar lah dari pengalaman
tak harus milik diri
bisa jadi milik yang lain
yang hikmahnya terserak
menanti tuk dipetik

jika saja kau abaikan
sudikah kau kembali terjatuh
tersaruk, di tempat yang sama?

Thursday, February 23, 2012

Maka Cintai Ia

February 23, 2012 2 Comments
Bismillah..

-muhasabah untuk diri-



Sholat.. rukun islam kedua. Lima kali kewajiban kita tiap harinya.

Sholat menjadi beban tersendiri bagi sebagian orang, mereka merasa seolah memikul beban berton-ton saat kumandang adzan mengetuk gendang telinga. Enggan rasanya melangkahkan kaki untuk mengambil air wudhu dan sholat. Menunda menjadi pilihan, ada saja alasan untuk tidak sholat di awal waktu. Lalu ketika tanpa sengaja terlewat, ia hanya membatin sejenak 'ya allah, aku belum sholat'. Dan jika berlanjut, dilakukan berulang kali.. maka meninggalkan sholat akan menjadi hal biasa. Telinga mereka menuli atas jeritan hati.

Sebagian yang lain hanya menjadikan sholat sebagai formalitas, penggugur kewajiban. Maka sholatnya hanya asal sholat. Lebih suka sholat sendiri ketimbang berjamaah, baginya.. berjamaah itu buang-buang waktu. Maka jangan tanya berapa detik ia bertahan dalam ruku' dan sujudnya. Baginya asalkan sudah sholat maka sudah cukup, toh sudah memenuhi kewajiban.

Sholat.. seperti apa ia bagimu? Jangan keburu kau jawab.. coba renungkan dulu sejenak. Coba ingat-ingat lagi.. Bukankah hakikatnya, sebenarnya kita yang butuh sholat? Bukankah Allah tidak membutuhkan sholat kita? Sekalipun Allah memang menciptakan kita untuk menyembahNya, tanpa sholat dan ibadah kitapun.. Allah akan tetap menjadi Tuhan Semesta Alam. Itu mutlak. Tak dipengaruhi oleh apapun. Lailahaillallah.. Tidak Ada Tuhan Kecuali Allah..

Tidakkah kita menyadarinya? Bahwa kita yang membutuhkan solat, membutuhkan bersujud kepada Allah untuk menumpahkan keluh kesah kita, untuk mensyukuri limpahan nikmat dariNya, untuk menyejukkan hati yang lelah.

Bukankah hati kita terasa tenang saat kita menghadapNya? Bukankah basuhan air wudhu, ruku' dan sujud kita seolah menyingkirkan beban-beban pelik di dunia yang sementara ini?

Shalat adalah hubungan langsung antara manusia yang fana dengan kekuatan yang abadi. Ia adalah waktu yang telah dipilih untuk pertemuan setetes air yang terputus dengan sumber yang tak pernah kering.. Ia adalah kunci perbendaharaan yang mencukupi, memuaskan, dan melimpah. Ia adalah pembebasan dari batas-batas realita bumi yang kecil menuju realita alam raya. Ia adalah angin, embun, dan awan di siang hari bolong nan terik. Ia adalah sentuhan yang lembut pada hati yang letih dan payah. (Sayyid Quthb dalam Zhilal)

"Ia.. adalah sentuhan yang lembut pada hati yang letih dan payah". Maka cintai sholat, ia bukan beban yang membuat kita terbungkuk-bungkuk memikulnya, bukan pula sebuah peraturan formal yang tak memiliki arti lebih selain untuk dipatuhi. Maka cintai sholat, jangan hanya saat dunia terasa sempit dan menyesakkan dada.. tapi juga saat ia terlihat berkilauan indah. Maka ruku' dan sujudlah saat kau ingin meminta pertolongan, karena Allah lah sebaik-baik penolong. maka ruku' dan sujudlah saat kau ingin bersyukur, karena segala puji hanya milik Allah..

Wallahu 'alam..

Monday, February 20, 2012

Islam is Our Life Style

February 20, 2012 0 Comments
It's nice to know.. kalau ada peace walk pada tanggal 19 Februari lalu di bundaran HI.

Peace walk? Apaan tuh? -.- Well, let me tell you some. Peacewalk adalah sebuah aksi dalam rangka mempromosikan acara IMSS (International Muslim Student Summit) 2011. Selain untuk promosi, peacewalk bertujuan untuk kampanye gaya gidup Islam.

Ada banyak sekali kebaikan jika saja kita mau menerapkan islam dalam keseharian kita. Coba deh simak video #islamisourlifestyle ini.

Eit.. tapi jangan cuma ngangguk-ngangguk setuju. Sudahkan diterapkan? :) hayuuk.. jadikan islam sebagai gaya hidup kita. Awali hari dengan :
#1 wake up early
#2 brushing teeth
#3 take a wudlu
#4 shalat shubuh
#5 clean the body
#6 eat the healthy food
#7 morning exercise
See? What a nice morning we have.. kalau islam jadi lifestyle kita^^

People might don't know how beautiful islam is.. Mungkin karena itulah banyak yang phobia sama Islam. Even.. seorang muslim sendiri. Padahal.. kalau mau ditelisik lebih jeli, islam is beautiful.

Nah.. sebagai seorang muslim/muslimah yang baik.. yuk, sebarkan indahnya islam. Tell them through your life style.
Hingga suatu saat, mereka bertanya.. darimana kamu belajar gaya hidup seperti ini? Jawabannya hanya satu. Islam :)

Sunday, February 19, 2012

Deep Inside Your Heart

February 19, 2012 0 Comments

Iba, empati, dan simpati. Ijinkan aku sedikit membedakan ketiga kata tadi menurut pengetahuanku. Iba.. adalah salah satu bentuk empati, iba adalah rasa kasihan yang terbersit di hati. Sedangkan empati, adalah perasaan berkesan kepada seseorang bentuknya tidak selalu dalam bentuk iba. Dan jika empati hanya sekilas saja melintas di hati, maka simpati ia tidak sebentar saja memasuki ruang hati. Jejaknya lebih tegas.

Agaknya, semenjak hari itu. Aku jadi tersadar sendiri. Bahwa ada perbedaan mendasar antara iba, empati dan simpati, yang barangkali jarang kita sadari. Bukan tidak sadar dari kata-katanya (I know it’s rather difficult untuk membedakan ketiga kata di atas), tapi dari keseharian kita (how people behave to us).

“Kasian banget sih, belum laku.. ” adalah sebuah ungkapan iba atau empati atau juga simpati, tapi bisa juga ia tak berarti apapun, atau bahkan ia merupakan cemooh. Oke, lupakan persepsi terakhir (baca: persepsi bahwa kalimat tadi adalah cemooh). Tidak terlalu adil rasanya jika aku hanya mengikuti prasangka burukku terhadap si pemilik dialog.

I’m not talking about that dialogue.. itu hanya example. Yang ingin kubahas adalah, betapa tidak mudah untuk kita membedakan sikap seseorang terhadap kita.. ia iba, empati atau simpati pada kita?

Tak ada manusia yang tahu apa yang ada di hati orang lain. Karena pada dasarnya, tampak atau tidaknya perasaan orang lain itu adalah mutlak kontrol mereka. Kita bisa menyembunyikannya dari orang lain sesuka hati kita. (Terlepas dari, ada orang yang lihai menyembunyikan perasaannya dan ada orang sulit menyembunyikan perasaannya).

Tak ada manusia yang tahu, apakah iba, empati dan simpati yang ditunjukkan orang-orang kepada kita, benar-benar dari hati mereka. Ataukah hanya sebuah penghias bibir dan laku mereka. Tak sampai masuk ke hati, hanya basa-basi, formalitas, atau apapun sebutannya.

Bukan, aku tidak hendak membuat tulisan ini untuk memprovokasi agar kita selalu curiga pada orang lain. Bukan itu. Tapi untuk cerminan diri kita, bagaimana dengan kita? Apakah senyum, iba, empati dan simpati yang kita bagi sudah tulus dari hati kita?

Lebih lagi, jika kita bertanya pada diri.. sudahkah sholat kita, puasa kita, tilawah kita.. ditujukan kepada Allah? Apakah mereka (sholat, puasa, tilawah, sedekah, dll) bukan kita lakukan sekedar ucap dibibir? Bukan sekedar penghias laku? Demi terkesan alim di mata manusia?

Orang-orang mungkin tidak tahu apa yang ada di hati kita, tapi Allah Maha Tahu.

dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; Sesungguhnya Dia Maha mengetahui segala isi hati. Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al Mulk [67] : 13-14)


Naudzubillah.. Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang berbangga diri, melakukan ibadah demi mengharap selain Allah. Ya Rahiim., jaga lah hati kami dari ujub diri dan penyakit-penyakit hati lain yang membuat hati ini lemah. Sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Membolak-balik hati manusia. Wallahu 'Alam.

Tuesday, February 14, 2012

Pengalaman Pertama -Unforgettable One-

February 14, 2012 0 Comments



“Kasian banget sih, belum laku.. ” ucap seseorang saat melihat danus-an ku belum habis.  Aku mendengar pernyataan itu, hanya tersenyum kecut. Mencoba tegar. Ralat. Lebih tepatnya mencoba meredam rasa tersinggung karena kalimat yang diucapkannya. Dengan suara lirih, aku menghibur hatiku “maklum.. baru pertama kali nge-danus”. Tentu saja, si orang yang mengasihani aku tadi tidak mendengarnya.

Paragraf di atas, menggambarkan sedikit cuplikan kejadian hari pertama (semoga saja bukan yang terakhir) aku nge-danus. Nge-danus? Kata kerja apaan tuh? Hehe J well, let me tell you some.

Danus merupakan singkatan dari dana dan usaha, aku sendiri merasa aneh mendengar kata danus saat pertama di ITB. Karena sebelumnya aku lebih akrab dengan kata usdan (usaha dana) ketimbang danus (dana dan usaha). Meski ada pembalikan posisi kata, mereka (baca: kata danus dan usdan) memiliki arti yang sama. Intinya : usaha yang dilakukan untuk menghimpun dana untuk kegiatan, organisasi, kepanitiaan tertentu.

Merasa tidak berbakat berdagang, dan bukan pula seorang yang bisa koar-koar (baca : teriak-teriak) demi menjajakan dagangan, aku selalu menolak ketika ada yang menawariku untuk nge-danus. Tapi, tidak selamanya situasi mendukung keputusanku itu (keputusan untuk tidak nge-danus).

Singkat cerita, karena satu dua hal.. aku tergerak untuk membantu nge-danus untuk Gamas ITB (baca: paguyuban mahasiswa ITB dari Banyumas) demi terselenggarakannya LC (Learning Camp) dan ET (Edu Trust).

Hari itu, Selasa (7/2) ada banyak sekali hal yang kudapat dari pengalaman pertama nge-danus. Salah satu yang ekstrim menurutku adalah kejadian yang ada di paragraf pertama tulisan ini. J Dikasihani tanpa babibu. Diucapkan di depanku, oleh orang yang tidak bisa dikatakan mengenalku.

Maybe, it is true that i’m not good in nge-danus. But afterall, walaupun nyisa 8 buah pisang aroma.. aku merasa happy. Aku tahu, aku melakukan ini untuk sesuatu yang kuyakini benar.

Satu lagi aliby, bahwa i’m not good.. but not bad also. Karena setidaknya, aku tak menyerah sampai kuliah hari itu berakhir (pukul 17.40). Setidaknya, aku berusaha menawarkan daganganku ke orang-orang yang kukenal dan bukan laki-laki. Hehe J

I’m not sure.. akankah minggu ini aku nge-danus lagi? Mampukah kutebalkan muka ku lagi, setelah kejadian paragraf pertama di atas? Entahlah. Semoga Allah menetapkan hatiku untuk memutuskan yang terbaik.

Wednesday, February 8, 2012

Cinta itu Merah, Pink atau Coklat?

February 08, 2012 4 Comments

Bismillahirrahmanirrahim..

Sebuah pertanyaan unik, apakah cinta itu merah? Pink? Atau coklat? Dengan lugu, seorang bocah menjawab, “Cinta itu coklat”. Mengapa? Tanyaku padanya, lalu berceritalah ia.. tentang apa yang dilihatnya di televisi : cinta yang diungkapkan lewat sebatang coklat.



Yup. It’s February. Cinta dan coklat, menjadi sebuah paket istimewa di bulan ini. 14 Februari, hari Valentine alias hari Kasih Sayang, begitu yang kebanyakan orang tahu. Coklat, bunga, dan kata-kata cinta bertebaran di hari itu. Mereka mengungkapkan dan merayakan cinta pada hari tersebut.

Dan kita pun latah, mengikut saja pada kebiasaan orang barat. Tanpa (mau) tahu asal-usul hari Valentine. Kita ikut saja, membeli coklat dan memberikannya kepada orang-orang terkasih. Tanpa tahu, 14 Februari adalah hari terbunuhnya seorang Pendeta Nasrani (Saint Valentine) yang dihukum mati oleh Romawi karena berhasil menjadikan 1 keluarga memeluk agama Nasrani.

Padahal kita tidak beragama Nasrani, kita seorang muslim. Yang telah Allah peringatkan lewat firmanNya :
“dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS. Al Isra : 36)
Masihkah terbesit keinginan untuk merayakan hari Valentine?
“Barang siapa yang meniru atau mengikuti suatu kaum (agama) maka dia termasuk kaum (agama) itu” (Al Hadist)
Wallahu a'lam bishowab. :)


#sebuah artikel mini untuk lembar cinta roket stei -annisa-

Tuesday, February 7, 2012

Sebuah Asa, Cita dan Mimpi

February 07, 2012 0 Comments
Bismillahirrahmanirrahim..



Ada banyak hal yang ingin kutulis. Sekedar kata. Tapi bukan sekedar makna. Dan kemampuan ku yang terbatas ini. Semoga Allah masih memperkenankan aku untuk terus belajar, dan tak lelah. Hingga kelak, tulisan ini tidak lagi sekedar kata, yang maknanya sulit tuk dicerna. Tapi menjadi rangkaian kata, yang fonemnya bernyanyi, berbisik-bisik, atau berteriak lantang. Tapi satu hal yang sama, dendang nyanyian lewat tulisan ini.. desau suara yang berbisik lewat urai kata, dan teriakan lantang tanpa perlu banyak tanda seru ini : mengajak untuk menuju Allah. Mengajak kembali kepada Sang Khaliq, yang acap kali kita lupakan keberadaanNya dan aturan-aturanNya.

Targetku tahun ini, aku bisa menerbitkan minimal 1 buku. :) Berat memang.. mengingat kemampuan menulis dan ilmuku yang masih belum bisa dikatakan cukup. Tapi satu hal yang aku yakini, selama tekad baik ini masih tertanam lillahi ta'ala, selama ikhtiar dan doa kita intensifkan, tak pernah berhenti berharap kepadaNya.. Insya Allah.. :) Insya Allah akan ada manis yang dikecap. Akan ada buah yang di petik.



"Sebuah karya akan memicu inspirasi. Teruslah berkarya. Jika kamu berhasil, teruslah berkarya. Jika kamu gagal, teruslah berkarya. Jika kamu tertarik, teruslah berkarya. Jika kamu bosan, teruslah berkarya.” –Michael Crichton, penulis novel Andromeda Starin dan Jurassic Park—

 "Semoga Allah bangkitkan kebaikan dan kekuatan, melalui setiap kata yang mengalir dari ujung jari kita. Sungguh sebuah buku dapat mengubah jiwa manusia dan nasib dunia.." -Mohammad Fauzil Adhim-

**Aamiin Ya Rabb..**

Sunday, February 5, 2012

Ke-tidakpeduli-an ku

February 05, 2012 0 Comments

Bismillahirrahmanirrahim..

ITB Fair? Wajib dateng?



Sebuah acara besar di awal Februari ini, digelar cukup meriah di ITB. Yup. Acara 2 tahun sekali yang dikenal dengan nama ITB Fair ini mengundang perhatian masyarakat dan massa kampus. Selain acara pameran ITB, ada banyak sekali rangkaian acara yang digelar selama 3 hari.

Saya, seorang mahasiswa TPB ITB. Seharusnya seperti kebanyakan yang lain, saya excited dan ingin melihat acara ini, mengingat sebelumnya saya belum pernah menghadiri acara ITB fair. I know it sounds weird, but I am not. I am not that excited.

Kebetulan, pada saat yang bersamaan juga ada kegiatan Muktamar Madani yang diadakan oleh Gamais dalam rangka LPJ kepengurusan sebelumnya dan pelantikan kepengurusan setelahnya. (Can you catch the flow? J Wait, bisa jadi kamu salah tebak.)

Seperti dugaan panitia Muktamar Madani, yang hadir sedikit. ITB Fair, memang sebuah acara yang lebih besar dibanding kegiatan reorganisasi. Acara Muktamar Madani yang 3 hari 2 malam sepi.. teramat sepi untuk sebuah organisasi sebesar Gamais menurutku. Apalagi yang menginap, akhwat.. jumlahnya bisa dihitung dengan jari.

I’m not gonna tell you, tentang ITB Fair dan Muktamar Madani which one is better.. or which one is more useful for us. No i don’t want to. Aku cuma tergelitik ketika di sebuah forum khusus 2011, seorang ikhwan protes kepada kepala gamais yang baru –dengan sopan tentunya-, “kenapa acara ini bersamaan dengan ITB Fair sih Kak?” begitu kurang kata si fulan. Dan peserta yang lain pun riuh.. Ada banyak yang manggut-manggut setuju.

Mendengar pernyataan tadi, Kakak Kepala Gamais yang baru itu mengiyakan. Dengan santai ia menyampaikan ketidakpasan pemilihan waktu, dan alasan mengapa Muktamar Madani yang rencananya diselenggarakan minggu lalu (27/2-29/2) bisa mundur menjadi minggu ini (3/2-4/2).

Masih belum puas, ikhwan tadi  melontarkan alasan keinginannya melihat-lihat ITB Fair . Ia berpendapat, ia ingin melihat ITB Fair karena belum pernah melihatnya, mengingat ini tahun pertamanya di ITB. Masih dengan senyum di bibir, ia menjawab tentang waktu kosong di acara Muktamar Madani yang bisa dimanfaatkan untuk melihat ITB Fair yaitu antara sholat magrib dan isya. “Atau, setelah Muktamar Madani selesai saja. Kan acaranya selesai sekitar waktu dzuhur,” tambahnya memberi alternatif lain. Dari jawaban yang diberikan, ia seolah mengerti akan gejolak juniornya, dan tidak ingin kejadian ini membuat mereka jadi enggan mengikuti acara-acara gamais.

What about me? Kalau ada yang bertanya tentangku (haha J Sepertinya sih tidak ada). Aneh memang, aku sendiri heran. Diriku, hatiku tidak condong untuk melihat ITB Fair walaupun ini tahun pertamaku. Di saat yang lain ramai mendaftar Gema Inspirasi (sebuah acara talkshow dengan banyak pembicara inspirator), salah satu rangkaian acara ITB Fair aku hanya diam saja. Menggeleng. Dan merasa tak tertarik. Saat mendengar pernyataan protes dari si fulan di atas, aku hanya membatin dalam hati ‘memangnya wajib ya nonton ITB Fair?’.

Tidak. Jangan pikir aku terlalu zuhud terhadap dunia. Aku tidak merasa aku begitu. Ada keheranan di sini, aku hanya tidak peduli. Tidak peduli. Sebuah sifat yang akhir-akhir ini sedang akut menjangkitiku. Aku tidak peduli. Padahal jelas-jelas aku seorang mahasiswa ITB, tingkat pertama pula. ‘Apa kata mereka?’ Sebagian hatiku menentang keras sikap ku itu. ‘Masa anak ITB nggak dateng ITB Fair?’.

Hari terakhir ITB Fair, hari terakhir Mukatamar Madani juga. Setelah mengikuti rangkaian acara Muktamar Madani sejak Jum’at (3/2) hingga Ahad (5/2), aku justru meminta izin untuk tidak mengikuti acara puncak, pelantikan BPH dan Staf Gamais 2012. Ada sebuah rapat kepanitiaan yang harus kuhadiri. Dengan sedikit ragu, aku melangkah membelah ITB melalui sisi barat. Dari Masjid Salman, menuju sekretariat kepanitian yang berada di dekat gerbang belakang ITB. Aku bertanya pada diri ‘don’t you wanna feel this excitement around you?’. Dua kali aku melewati replika maskot ITB Fair 2012 aku membatin dalam hati, ‘lucu sekali.. wish i could have a photo with them’.


Friday, February 3, 2012

Melangkah di Jalan Ini

February 03, 2012 0 Comments

“Aku sudah bertekad untuk melangkah di jalan ini
Mencoba raih asa yang berkobar di jiwa
Sudah kupelajari teori-teori tentangnya
Agar ditengah jalan nanti, aku tak tersandung dan jatuh
Tidak juga mundur dan berbalik

Hati-hati kutiti jalan ini,
Namun apa daya kakiku terantuk dan hampir terjatuh
meringis kesakitan.. sambil terus meyakinkan hatiku
‘jalan ini memang terjal’

Lalu untuk kesekian kalinya aku tersandung
Tersungkur, jatuh dan merasa sendiri
‘Heii.. tak adakah yang mau membantuku bangkit?’
Tanyaku kesepian, dalam jatuhku dalam tangisku

Lagi. Ia memberiku kekuatan tuk kembali meniti jalan ini

Lalu aku kembali berjumpa di persimpangan."

#ditulis.. beberapa waktu yg lalu, dialami lagi : baru-baru ini.

Wednesday, February 1, 2012

Jangan Jadikan Hal Ini Wajar

February 01, 2012 2 Comments
Bismillahirrahmanirrahim

**sebuah renungan diri, semoga bisa bermanfaat**

"insya Allah nggak ada," jawab seseorang ketika aku mengajukan pertanyaan kepada kelasku. Refleks, aku menoleh mencari sumber suara itu. Dan jujur saja, aku terkaget ketika mengidentifikasi bahwa suara tadi dimiliki oleh seorang non-muslim.

Atau lain lagi, tanggapan temanku saat kujawab tanyanya dengan kata "Insya Allah dateng". Serta merta kemudian ia berseru, "jangan insya Allah, insya Allah lah.. yang pasti". Dan aku pun hanya bisa tersenyum kecut, dan menanggapi pernyataannya dengan sanggahan bahwa Insya Allahku tidak seperti Insya Allah yang kebanyakan orang nyatakan. Ia muslim, dan begitulah tanggapannya ketika mendengar kata Insya Allah.

Kawan, tidakkah kau ikut menyernyitkan dahi dan heran atas fenomena di atas? Tidakkah ada yang mengusik hatimu? Ataukah kejadian di atas sudah menjadi pemandangan sehari-hari, hingga kau   menganggapnya sebuah hal yang biasa-biasa saja. Sebuah kenyataan yang tak perlu kau renungi   keberadaannya. Coba, ketuk lagi hatimu pada kenyataan ini! Kenyataan, bahwa sering kali seorang non-muslim mengucapkan kalimat-kalimat yang menjadi identitas muslim. Kenyataan bahwa betapa banyak muslim yang enggan atau bahkan menyepelekan kalimat-kalimat tersebut. Tidakkah hati ini terusik?

Alhamdulillah, Insya Allah, Astaghfirullah, Allahuakbar, dan masih banyak kalimat-kalimat lain yang indah di  dengar dan di ucap. Kalimat yang seharusnya menjadi sebuah identitas seorang muslim. Kini? Tidakkah kita malu, pada mereka yang non-muslim namun lebih sering mengucap kata-kata di atas? Mereka.. yang bisa jadi hanya latah, atau memang mengerti artinya dan tahu kebaikan yang ada di kata-kata tadi. Mereka tidak merasa malu mengucapkan kata-kata tersebut dalam kesehariannya. Kita? Sudahkah kita yang muslim, mengimplikasikan kata-kata tersebut dalam keseharian kita? Sehingga ketika berjanji kita mengucapkan Insya Allah, ketika terantuk batu dan hampir jatuh kita mengucap Astaghfirullah, dan ketika bersua dengan teman dan saudara kita mengucap Assalamu'alaikum. Sudahkah?

Wallahu'alam..