Follow Me

Tuesday, August 29, 2023

Ambruk Di Hari Kedua

August 29, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

*warning* abstrak, curcol

 

Abaikan judul yang hiperbol. Abaikan juga tulisan ini, hanya akan berisi curhat saja. Ini, salah satu alasan kenapa aku memilih untuk "lari" dan "sembunyi" lagi.


***


Saat ketentuannya kubaca, dan salah satu syaratnya wajib menerbitkan di sana, sebagian hatiku berontak. Aku, meski masih jemariku masih belum banyak menulis untuk projek buku solo, tapi angan-anganku sudah melayang jauh. Aku sudah memikirkan target penerbit juga. Mulai dari cari yang sevisi, cari yang buku terbitannya bagus-bagus, juga yang desainnya bagus, termasuk juga, yang harga jualnya murah. Ada beberapa tempat dan pertimbangan. Jadi ego itu muncul, karena syarat itu.


Tapi pemikiran itu aku usir, belum aja coba. Dan benarlah, hari kedua, aku sudah ambruk. Hari ketiga, tidak mau mengakui kegagalan, dan malah memilih untuk lari dan sembunyi. >< I haven't learn, and I hate that.


I stuck writing the second topic/subtopic. Kalau aku baca tulisan hari pertamaku, dari sudut pandang pembaca, dan peserta kelas, aku melihatnya dalam bentuk buku esai personal atau novel non fiksi. Tapi saat menulis yang kedua, tiba-tiba gaya bahasaku berubah seolah ini buku motivasi. It's the same problem I have actually. I haven't found the right form that I want for my first draft.

 

Sulit untuk menuliskan buku ini.. rasanya aku ingin asal saja, mengambil tulisan dari blog ini, mengeditnya, dan mencoba merangkainya, tanpa benar-benar memilih tema yang seragam. Tapi.. bukan itu kan yang aku inginkan? Hmm


Let's think for a moment, and do more action. Instead of just run or hide, please face it and fix it! Didn't you want to finish one this year?


Barangkali ada yang baca sampai akhir dan nyesel bacanya. Let me share a quote. Hopefuly this help you to forgive me for wasting your time reading this post.

 

Aku tersenyum-senyum saja. Dia tidak tahu bagaimana penderitaanku seperti setrikaan mondar-mandir ke kos Bang Togar dan mengurut dada melihat tulisanku berkali-kali dicoretnya dengan spidol merah. Tapi melihat tulisanku sekarang terpampang di majalah kampus, semua rasa capek dan kesal rasanya terbayar lunas. Benar seperti kata Imam Syafi'i, "Berlelah-lelahlah, manisnya hidup terasa setelah lelah berjuang."

#daribuku "Ranah 3 Warna" - A. Fuadi


Terakhir, semoga Allah memudahkan dan memberkahi setiap dan semua urusan kita. Aamiin. Semangat menulis^^


Allahua'lam.

Fail Again

August 29, 2023 0 Comments

Bismillah.


Gagal lagi. Melawan "diri". Gagal untuk fokus dan konsisten pada langkah yang seharusnya dilakukan. Aku... masih memilih untuk lari dan sembunyi. Aku... masih memilih untuk menutup mata dan tenggelam.

 

*** 


Rasanya baru kemarin aku menulis "Meski Semuanya Berantakan", tapi aku masih di sini. Kini tanpa kata 'meski'.


Rasa ingin putus asa dan menyerah menyelubungi, aku memilih tidur dengan excuse, itu yang diinginkannya. Tapi malam ini berbeda, kali ini Allah memberikanku kesempatan waktu untuk memilih bangun, semoga bukan untuk kemudian tidur lagi. Tapi benar-benar bangun dan membereskan satu persatu perkara yang beberapa hari ini kutinggal sembunyi dan lari.


Motivasiku, mungkin bukan sebuah visi besar yang tertanam kuat akarnya. Semoga sesederhana, tidak ingin berakhir dalam kondisi seperti ini, membuatku memulai lagi memaksakan kaki dan tanganku untuk  berjalan dan memanjat. It's been almost 8 years, I thought I was already out of this ravine. I'm still there, not really coming out of it.


Mungkin ini kegagalan yang entah berapa kali. Tapi aku tidak boleh lupa, ini juga kesempatan dan pintu yang Allah bukakan, entah untuk keberapa kalinya. Dan aku, harus bersyukur atas hal tersebut. La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadz dzalimin.

Saturday, August 26, 2023

Meski Semua Tampak Berantakan

August 26, 2023 0 Comments

Bismillah.

-Muhasabah Diri-

 

Prolog gak penting. Tadinya postingan ini ingin kuberi judul "Though Everything Seems Messed Up". Entah sejak kapan, tapi aku sering, membuat judul bahasa inggris, hanya untuk menemukan tulisan isinya full bahasa indonesia. Pernah juga sebaliknya, judul bahasa indonesia, kemudian di dalamnya malah menulis bahasa inggris. Jujur, aku ingin belajar nulis bahasa indonesia full. Bukan campuran kaya bahasa jaksel gini. Tapi tidak mudah membuat tulisan full bahasa indonesia yang apik, kalau aku sendiri masih belum banyak membaca buku semacam itu. Karena bacaan mempengaruhi gaya menulis kita. *I'll just hide this.

 

Anyway, mari mulai saja. Ini sebuah kontemplasi setelah hampir sebulan mengalami fase panik dan stress melihat angka 30.


***


Alhamdulillah, diberi kesempatan hidup sampai hitungan usia ini. Tapi jujur, reaksi pertamaku bukan rasa syukur, tapi berbagai perasaan kompleks yang menyatu padu. Mulai dari takut, kecewa, tertekan, marah, ingin lari, dll. Akibatnya, banyak hal yang terbengkalai, sampai hari ini. Semua seolah berantakan.

 

Jujur, aku takut melihat diriku saat ini, yang sangat jauh dari standar baik diriku. Kecewa, atas betapa aku belum benar-benar belajar, dari sekian banyak ujian yang Allah sajikan agar membimbingku menjadi lebih baik. Tertekan, karena memikirkan harapan dan pikiran orang lain tentangku yang usianya tidak mencerminkan pribadiku. Marah pada diri karena aku tahu persis bahwa pihak yang salah adalah diri. Tidak ada orang lain, atau situasi, atau excuse yang bisa kujadikan kambing hitam. Dan meski semua perasaan itu hadir mengepungku, aku masih saja memilih jalan keluar yang salah: lari kepada hal lain selain Allah.

(sumber gambar)

 

Semua terlihat berantak, ya memang begitu. Tapi... aku tidak boleh menyerah dan memilih hidup berantakan kan? Bukankah kesempatan hidup, adalah nikmat yang begitu besar? Allah masih memberikan kita kesempatan untuk kembali pada-Nya, kesempatan untuk "menggarap ladang dunia", berharap bisa memanennya nanti di akhirat.


Jadi, meski semua tampak berantakan. Mari usir sejenak semua perasaan negatif di otak dan mulai membereskannya satu persatu.


1. Tenangkan dan bersihkan dulu hati

Caranya dengan terhubung dengan Allah, dzikir, shalat, quran. Lakukan semua hal yang kamu mampu untuk kembali dan memilih berlari pada Allah.


2. Coba cari ujung kemrawutan-nya

Seperti benang kusut, atau kabel yang saling terkait. Cara mengurainya adalah menemukan ujungnya dulu. Sisi mana, yang bisa kita perbaiki lebih dahulu. Jangan kalah oleh rasa stress sebelum benar-benar melakukan kerja. Ketakutan dan kekhawatiran adalah teman/musuh hidup yang selalu ada di sisi. Abaikan sejenak, dan fokus pada langkah kaki kecilmu dan kerja tanganmu.


3. Bersabar tapi tetap tegas pada diri

Bersabar pada diri, saat satu dua kali menemukan benturan, halangan, salah langkah. Bersabar, yang benar. Bukan kemudian melakukan justifikasi dan memilih berada di zona nyaman, memilih malas ketimbang menyelesaikan satu demi satu masalah di hadapan kita.


4. Jika lelah, istirahatlah sembari menilik kembali tujuan/niat dalam hati

Istirahat itu boleh, bahkan perlu. Tapi bukan istirahat yang melalaikan, sampai kita lupa kalau perjalanan kita masih panjang. Istirahat, tapi sembari melihat kembali niat dalam hati. Barangkali kita lelah, karena kita lupa hal tersebut. Dan lupa tersebut, membuat kita menghabiskan energi untuk hal, yang sebenarnya bisa kita kesampingkan.


***


Semua mungkin masih tampak berantakan. Tapi jangan terburu-buru mengeluh, jangan terlalu cepat menyerah. Saat Allah masih memberikan kita kesempatan hidup, artinya masih ada kesempatan untuk kita membereskannya satu per satu. Jika terlalu berat dikerjakan sendiri, jangan ragu untuk meminta bantuan. Jika tidak tahu siapa yang mau capek-capek membantu kita, mungkin kita perlu mengingatkan diri lagi. Bahwa sebelum bertanya pada manusia, ada Allah yang selalu membuka pintu, menunggu kita untuk bercerita dan meminta bantuan-Nya.


Terakhir. Semoga Allah memudahkan dan memberikan berkah untuk setiap dan semua urusan kita. Aamiin.


Wallahua'lam.


***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Sunday, August 20, 2023

Frozen Tumblr

August 20, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

Maaf atas ke randoman judulnya. Bukan, ini bukan postingan tentang tumblr yang dipakai untuk menyimpan es.


Cuma mau cerita tentang akun tumblr-ku yang jarang dibuka, sekalinya dibuka, cuma buat scroll, dan kadang, reblog tulisan/gambar dari akun lain. So I called it frozen Tumblr hehe.


***


Beberapa hari yang lalu, aku buka tumblr, tapi anehnya, dashboard-ku kaya gak jalan gitu. Isinya monoton gitu. Padahal perasaan aku udah follow banyak akun tumblr. Entah algoritmanya, atau emang akun-akun yang aku follow banyak yang gak aktif.


Trus, as usual. Kalau udah kaya gitu, aku langsung chat ke bot tumblr. Minta rekomendasi post sama akun tumblr.


Trus, iseng posting. Trus hari ini, aku bertekad untuk ngaktifin tumblr lagi. Tapi bukan untuk tulisan baru sih. Fungsinya mau aku buat kaya twitter. Perpanjangan tangan aja, buat share tulisan dari blog ini/tumblr.

 


 


Barusan, yang pertama aku share. Cek ke twitter profil. Dan nemu, tulisan 1m1c pertama, yang membuatku ngaktifin twitter lagi. Tentang Belajar Menerima Pemberian.

 

***

 

Oh ya, tampilan tumblr sekarang agak beda. Menunya ditaruh di tab sebelah kiri. Trus ada fasilitas badge baru. Aku baru dapet 100 post gitu, tapi badgenya jelek wkwkwk. Masa gambar gigi, kalau ditaruh di profil asa gimana, hehe.

 

Anyway.. dimanapun blogmu, blogspot, tumblr, medium, bahkan kalau kamu mikro blog di instagram, tetaplah menulis. Jangan terdistraksi jumlah viewer, like, atau komen. Fokus pada konten aja. Semoga lewat menulis di blog, kamu jadi bisa melihat bagaimana dirimu tumbuh, menjadi lebih baik, in syaa Allah. Aamiin.


Kalau punya blog yang sudah beku, atau tertutup debu. Jangan ragu untuk melelehkannya kembali, membersihkannya, dan menggunakannya lagi. Tapi kalau mau coba buat akun baru di platform beda, boleh juga! Yang penting, kamu bisa menulis lagi. Selamat menulis!

Wednesday, August 16, 2023

Wondering...

August 16, 2023 0 Comments
Bismillah.

Halo! Sudah lama rasanya tidak menulis lewat aplikasi ini.

Qadarullah wa masyaa Allah, ada sedikit kendala di laptop. Kendala itu membuatku bertanya-tanya.. wondering.. pesan apa yang ingin Allah sampaikan lewat kejadian ini? Pelajaran apa yang harus aku ambil? Pilihan dan keputusan apa, yang harus kulakukan?

Pertanyaan demi pertanyaan mengalir terus di otak. Dan tentu saja, tidak cuma pertanyaan. Tapi juga prasangka dan bisikan was-was.

Apakah ini pertanda bahwa aku harus sejenak berhenti menulis? Apakah saat ini aku lebih baik diam dan memperbaiki diri, sebelum lebih banyak mengumbar kata, yang justru bisa jadi pemberat bagi timbangan yang tidak kuinginkan?

Pertanyaan demi pertanyaan mengalir terus di otak. Dan tentu saja, tidak cuma pertanyaan. Tapi juga prasangka dan bisikan was-was. Tapi... Aku juga tidak mau terjebak di dalamnya. Bukankah aku sudah melalui masa-masa berat itu, saat menjauh dari prasangka begitu sulit. Saat semua hal seolah melukaiku, padahal tidak ada yang berniat melukai.

Maka meski aku masih bertanya-tanya. Masih melihat gelombang prasangka berdatangan. Aku tidak mau berdiam diri dan membiarkannya menenggelamkan ku. Aku memilih menulis di sini. Mencoba menangkis dan bergerak menjauh.

Bukan, bukan. Allah tidak menyuruhmu berhenti menulis. Allah hendak mengingatkanku lagi, bahwa ditengah keterbatasan, masih ada peluang untuk beramal. Bukankah aku masih bisa menulis melalui aplikasi ini di hp?

Bukan. Bukan. Allah tidak ingin kamu malah mengambil keputusan dan pilihan yang salah. Menjadikan kendala sebagai excuse untuk berbalik dan mundur. Allah hanya sedang mengujimu. Seberapa besar kesungguhanmu untuk tetap menulis. Apakah mimpi hanya sebuah mimpi. Angan di siang bolong? Atau itu memang sebuah cita, yang meski nyalanya saat ini kecil, ia masih ada menerangi ruang yang begitu gelap di sudut sana.

***

Dalam hidup kita, akan ada banyak hal semisal ini, serupa ini, semacam ini. Saat sebuah batu Allah letakkan di jalan kita. Saat selembar pintu tertutup di hadapan kita. Pertanyaannya dibentangkan untukmu, untuk kita. Kini, saatnya kita menjawab. Bukan jawaban impulsif, tapi jawaban sepenuh hati, dengan pikiran jernih dan jiwa lapang. Tidak mengapa jika ada keraguan, tidak mengapa kalau kita bingung. Layaknya anak kecil yang melihat lembaran kertas quiz dadakan. Saat bingung, kita boleh bertanya padanya. Saat merasa tersesat, kita boleh meminta petunjuknya. Begitulah hidup, seperti juga kematian, keduanya ujian. Dan jangan ragu untuk mendekat pada-Nya, sejauh apapun dirimu saat ini dari-Nya. Cause Allah always near, and He listen to anyone who's calling out to Him.

Wa idzaa sa-alaka 'ibaadii 'annii
Fa innii qariib
Ujiibuu da'wataddaa'i idzaa da'aanii

Falyastajiibuuli.. Wal yu'minuubii..

*I forget the rest. Let's just open the Qur'an and put the text here.

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. [Surat Al-Baqarah (2) ayat 186]

Semoga Allah memudahkan semua urusan kita.

Semoga saat kita menemui benturan, kendala, tantangan, dan dinding tinggi dalam hidup kita, kita tidak ragu untuk bertanya dan bersandar pada-Nya.

Karena di ujian ini, bersandar pada kemampuan diri adalah pilihan yang bodoh.

Karena Allah yang menetapkan sedangkan kita tidak menetapkan.

Karena Allah yang Maha Mengetahui sedangkan kita tidak mengetahui.

Dan Allah, Maha Mengetahui hal-hal ghaib.

Pengetahuan apa yang tidak bisa kita jamah sama sekali. Seperti masa depan.

Jadi jangan malu meminta pertolongan-Nya. Dan ingatkan dirimu, untuk selalu berbaik sangka pada-Nya. Karena Allah selalu menginginkan kebaikan untukmu. Selalu.

Wallahua'lam bishowab.



Tuesday, August 15, 2023

It's Been More Than 10 Years, Yet I Still...

August 15, 2023 0 Comments

Bismillah.

-Muhasabah Diri-

I didn't realize time move so fast, while I waste most of it TT Allahummaghfirli.. 


Today I finish that series of post in my instagram @betterword_kirei. I already have that in mind, that I would choose that book, read again to find quote, and make content from it.


My mind filled with fears. That I become someone whom Allah hates. How can I forget? That ayah...


Some voice in me wanting me to just stop writing. Cause I'm afraid, I can only write, but still stumbling and failing to make it true with my own hand and feet. 


But if I stop writing, that memories come. How bad I can be. How worse I can be if I stop writing.


If the intention is bent, all of it... all of this writing will be useless. And I don't want it to be that way.


I know me so well.. how it is cleary dark. That's why I try to reach out for some light. That's why I hope.. this little tiny thing I write, can become a little dot, something that will become good that never cut even though death might be coming soon.


It feels like, it will come soon. Yet I still distracted, and not do more works and pack more good stuff for the next life.


Those fear I feel, how can that become motivation. And not something that urge me to runaway and turn myself blind.


those fear, i wish it is fear that made me closer to Allah.

 

***


About the title. I talk to someone on slowly, it made me realize how many years have been passed. It's been more than 10 years since I graduate from high school. Yet I still... here I am. Finding not the best version of me.


It's been more than 10 years, and all I see is mistakes, sins, and failure. But also Allah's rahmah.

 

Laa haula walaa quwwata illa billah.

 

Sungguh, kalau bukan karena kekuatan dari Allah. Aku tidak akan bisa menulis di sini, atau membuat konten di sana, atau merekam audio podcast baru. Atau bermimpi.. masih bermimpi menulis buku, meski aku tahu betapa hina diri ini.

 

Terakhir, doa, doa yang kini sudah jaraang kubaca.


sumber gambar

Wallahua'lam.

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

Sumber https://rumaysho.com/11790-dzikir-dan-doa-dengan-ya-hayyu-ya-qayyum.html
7

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan [artinya: Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya].”



Sumber https://rumaysho.com/11790-dzikir-dan-doa-dengan-ya-hayyu-ya-qayyum.html
3

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan [artinya: Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya].”



Sumber https://rumaysho.com/11790-dzikir-dan-doa-dengan-ya-hayyu-ya-qayyum.html

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَأَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ أَبَدًا

Ya hayyu ya qoyyum bi rahmatika astaghiits, wa ash-lihlii sya’nii kullahu wa laa takilnii ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan [artinya: Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata tanpa mendapat pertolongan dari-Mu selamanya].”



Sumber https://rumaysho.com/11790-dzikir-dan-doa-dengan-ya-hayyu-ya-qayyum.html

Saturday, August 12, 2023

Clearly Dark

August 12, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

#abstract

 

I saw it clearly, with mind. But never with heart. It is clearly dark, and I am desprately need the light.


I don't want to be a dreaming, who's busy sleeping while staying awake.


I don't want to destroy myself more. By becoming worse than donkey who walk arrogant just because the thick book on its back.


I am afraid of this clearly dark reflection I see in front of me.


And as I always do... the first impulse reaction is, I want to runaway. From that clearly dark shadow, knowing I would never runaway from it. Cause, how in the earth could someone runaway from his own shadow?


***


I'm glad while writing here, an ayah came to my mind. It is still clearly dark. It is better than the situation you read in that ayah, where darkness upon darkness upon darkness, yet as His Rahmah, there's still a glimpse of hope, even in the worst of dark that people see.


And another story we all know, but often forget its lesson. How Nabi Yunus 'alaihi salam faces those darkness he once shallowed in.


Laa ilaaha illa Anta, subhanaka inni kuntu minazh-zhalimin.


Wallahua'lam.

Friday, August 11, 2023

Tanggung Jawab yang Terlupa

August 11, 2023 0 Comments
#muhasabahdiri

Bismillah.

 

Untuk Tuhan, Bangsa dan...

 

Sudah lama aku tidak mengingat kombinasi kata ini. Dulu pertama kali menggunakannya, biasanya untuk mendoakan anak yang baru lahir. Semoga menjadi anak shalih yang bermanfaat untuk agama, bangsa dan tanah air. Eh, tapi itu yang pertama agama ya, bukan tuhan. Lalu kedua, saat ikrar itu diserukan lantang saat acara ospek, oskm .. dulu pas di tahunku namanya prokm.


Lalu hari ini, aku membacanya, dari sebuah buku. Buku yang mengingatkanku agar berhenti menjadi egois dan berubah menjadi pribadi yang lebih hebat. Buku yang di dalamnya mengandung jiwa penyemangat bagi siapapun yang membacanya. Beberapa kali membaca paragraf di dalamnya, aku seolah masuk ke lorong waktu dan merasakan semangat kemerdekaan begitu dekat. Karena begitulah sudut pandang penulis, yang hidup dan menjadi saksi masa-masa tersebut.


Kali ini, pas banget momentumnya. Bulan Agustus, bulan kemerdekaan. Beliau lewat bukunya bertanya padaku, dan pada setiap rakyat Indonesia:


"Tanyailah hati sendiri. Adakah hati rasa cinta kepada Tuhan, tanah air, bangsa, kewajiban dan kemuliaan hidup?

Jika ada, dengan penuh rasa tanggung jawab, pikullah kewajiban itu dan dakilah gunung kehidupan.

Tentu di tengah jalan akan ada yang menghambat. Apabila engkau dapat mengatasi halangan yang pertama, halangan kedua bukanlah halangan yang pertama lagi. Akhirnya, engkau akan sampai di puncak dan pada hakikatnya halangan itulah yang menolong engkau naik ke puncak."

- Buya Hamka, dalam buku "Pribadi Hebat"


***


Di dunia yang arus derasnya membuat kita makin individualis. Saat kita merasa, tanggung jawab kita, hanya tentang diri, lalu keluarga kita. Buku ini mengingatkanku, ada tanggung jawab berat yang sering lupa, tanggung jawab sebagai seorang masyarakat, seorang warga negara, dan tentu tanggung jawab sebagai hamba Allah.


Pertanyaan selanjutnya... apa yang sudah kita diri lakukan untuk Allah, selain dari dengan terpaksa menjalani kewajiban asal-asalan? Sudahkah kita memikirkan, how am I going to serve Allah?


Baca juga: Allah-centric

atau Tonton ulang: How Am I Going to Serve Allah?


Pertanyaan selanjutnya... bagaimana dengan tanggung jawabmu sebagai warga negara? Pernahkah kamu memikirkan peranmu, kontribusimu --sekecil apapun itu-- untuk tanah air dan bangsa? Atau kamu masih mau berkilah kemudian sembunyi dalam tempurung, tenggelam dalam distraksi, pura-pura sibuk menyelesaikan urusan diri, yang tidak selesai karena waktumu dihabiskan untuk hal yang sia-sia.. hmm TT


Semoga Allah memudahkan kita untuk selesai dengan diri sendiri. Agar tidak berhenti sebelum benar-benar berlari mengejar amalan yang kelak akan menjadi bekal di akhirat kelak. Bukankah sebaik-baiknya manusia, adalah yang bermanfaat bagi manusia?

Rabbana dzalamna anfusana waillam taghfirlana wa tarhamna lanakunanna minal khasirin.


قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَـٰسِرِينَ

Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. [Surat Al-A'raf (7) ayat 23]

 

Wallahua'alam.


***


PS: Pengen dimasukkin ke 1m1c, sengaja pilih judul ini, supaya masuk tema "terlupa". tapi beraat TT. Let me just put it here for myself. It is indeed for myself to read.

Monday, August 7, 2023

More Difficult

August 07, 2023 0 Comments

Bismillah.

#muhasabahdiri #tadabbur

 

Ilmunya, pengetahuannya, aku mungkin sudah tahu. Bahwa penantian yang ini jauh lebih sulit. Itulah mengapa kisah tentang masa menunggu ini, dan doa terkait ini dicantumkan di Quran. Sebagai pengingat. 

 

Ilmunya, pengetahuannya, aku mungkin sudah tahu. Bahwa penantian yang ini jauh lebih sulit. Tapi mengamalkan ilmu tersebut.. ternyata butuh lebih banyak usaha dan doa.


I can't imagine how shock it is, when she heard the news from the angel. Ia tidak langsung percaya dengan apa yang didengarnya, sehingga ia menepuk wajahnya. Persis, seperti teori, yang entah dimulai sejak kapan, bahwa cara untuk mengetahui kita sedang mimpi, atau ini benar kenyataan adalah dengan menepuk wajah, atau mencubit wajah. Karena saat mimpi, kita tidak merasa sakit.


I can't imagine how much sabr should she have, waiting for that long long time, before the good news come. Kita mungkin sudah terlalu sering mentadabburi kisah Bunda Hajar, dan bagaimana iman beliau salamun 'alaiha, membuat beliau taat dan tidak berkomentar saat ditinggalkan Nabi Ibrahim di tempat antah berantah, padang pasir, di suatu tempat di antara bukit Safa dan Marwa.

 

Tapi sudahkah kita sesekali mentadabburi kisah Bunda Sarah? Ujian keimanannya bukan cuma saat menunggu. Tapi juga saat ia ridha dan meminta Nabi Ibrahim menikah dengan Bunda Hajar. Atau saat ia diuji dengan rasa cemburu.


Bagaimana keimanan dan kesabaran Bunda Sarah, dibalas Allah dengan skenario terbaik. Dari rahimnya, lahirlah Nabi Ishaq, yang dari Nabi Ishaq, lahir begitu banyak nabi dan rasul.


Her name, might not appear in Quran. But Allah capture that scene, that day when she heard the good news. Why? Because Allah wants us to learn a lesson or two from that story.


Hal ataka haditsu dhoifi ibrahimal mukramin? (QS Adz-Dzariyat ayat 24) *lanjut baca di quran ya.. sampai ayat 30 


فَأَقْبَلَتِ ٱمْرَأَتُهُۥ فِى صَرَّةٍۢ فَصَكَّتْ وَجْهَهَا وَقَالَتْ عَجُوزٌ عَقِيمٌۭ
 
Kemudian isterinya datang memekik lalu menepuk mukanya sendiri
seraya berkata: "(Aku adalah) seorang perempuan tua yang mandul".
 
 
قَالُوا۟ كَذَٰلِكِ قَالَ رَبُّكِ ۖ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْحَكِيمُ ٱلْعَلِيمُ
Mereka berkata: "Demikianlah Tuhanmu memfirmankan"
Sesungguhnya Dialah yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.
 
 
Terakhir, semoga Allah memudahkan kita untuk selalu mengambil hikmah dan pelajaran dari Al Quran. Huda, yang membuat hati kita makin tunduk. Semoga Allah memudahkan kita untuk mengamalkan setiap pelajaran tersebut. Rabbi habli hukmaw wa alhiqni bish-shalihin. Aamiin.
 
Wallahua'lam bishowab.