Follow Me

Tuesday, February 25, 2020

Kalimat Pembuka Tulisan Fiksi

February 25, 2020 0 Comments
Bismillah.

Suara gemuruh petir bergerak diantara awan, menyebar melalui udara dan rintik kecil hujan, tanpa perlu membuka pintu kamar yang terkunci, suara itu masuk dan menggetarkan gendang telinga.

***

Bagaimana pembuka tulisan ini? Sudah seperti awal tulisan fiksi yang membosankan? Hehe. Dulu waktu SMA, aku diberitahu guru Bahasa Indonesiaku, bahwa cerpen yang bagus itu, bukan dimulai dengan gambaran cuara. Tapi seharusnya langsung sebuah gebrakan, kemudian baru menceritakan detail situasi setting dan karakter. Aku sampai saat ini, masih belum bisa membuat pembuka tulisan fiksi yang bagus hehe.

Kenapa bahas fiksi? Karena di grup 1m1c ada kabar gembira kerjasama dengan linetoday. Jadi yang setoran tulisan fiksi ke 1m1c bisa ada kesempatan masuk ke linetoday.



Begitu.. trus aku jadi bertanya-tanya, kapan lagi aku menulis fiksi? Terakhir... bulan januari, belum lama ternyata. Aku masih menulis fiksi memang, tapi bukan cerpen, hanya flash fiction. Bedanya apa, cerpen itu cerita pendek, artinya plotnya lengkap. Ada permulaan, konflik, dan antiklimaks atau penyelesaian. Flash fiction, fiksi superpendek, hanya sepotong scene, belum bisa dibilang cerita karena tidak lengkap. Kalau cerpen pembangunan karakternya penting, kalau flash fiction ga perlu. Bisa jadi karakternya tanpa nama. Bisa jadi hanya berisi dialog, atau monolog. Sekejap, lalu selesai.

Menulis ini, entah mengapa mengingatkanku pada sebuah buku. Buku unik yang disusun oleh Kartini F. Astuti? Ada yang familiar dengan nama ini? Hehe. Beberapa pekan yang lalu aku membaca sebagian isi "Rahasia agar Tak Dilupakan", takjub dengan konsep bukunya. Isinya story telling, mirip fiksi, tapi bukan fiksi. Dan gaya menceritakannya, dari sudut pandang orang kedua. Membaca buku itu, aku jadi bertanya-tanya, bisakah aku menerbitkan buku yang berisi kumpulan tulisan flash fiction-ku? Tapi bagaimana merajutnya agar terlihat menyatu? Hmm.. I think I need an editor. Mengumpulkan tulisan itu mudah, karena di sini sudah lebih dari 1000 post, memilahnya juga relatif mudah. Tapi merangkainya agar jadi satu buku dengan satu tema, atau beda tema tapi alurnya mengalir, itu beda urusan. Hehe. I need help, but I don't know how to ask for help. Ah, bukan tidak tahu. Tapi... hmm

Jadi curcol ya? Hehe. Anyway... mari menulis fiksi lagi. Bahannya sudah ada kan? Tinggal ditulis dalam sepotong cerita.

Semangat menulis~

Friday, February 21, 2020

It's Okay to Cry

February 21, 2020 0 Comments
Bismillah.



It's okay to cry. Karena tangis yang tidak dikeluarkan bisa jadi penyakit.

It's okay to cry. Nyatanya kita memang manusia, yang saat lahir juga menangis. Menangis adalah hal manusiawi.

It's okay to cry. Asal tidak berhenti di sini saja. Asal menangis pada tempat dan waktu yang tepat.

***

Tulisan di atas bisa jadi cuma kata-kata kosong.

Tapi bisa juga penghibur untuk orang-orang yang selalu berusaha tampak kuat dan bahagia, sampai lupa caranya menangis, lupa... bahwa ia juga boleh menangis.

Tapi bisa juga cuma kata-kata biasa, bagi orang yang menghabiskan malam dan siang dengan menangis. Tidak menyelesaikan masalah. Aku juga tahu, aku boleh menangis. Kata-kata itu... tidak merubah apapun, tidak menghibur, tidak juga menyelesaikan masalah.

***

Menulis tentang ini membuatku bertanya-tanya, apa kata-kata penghibur, comfort words yang paling berkesan dalam hidupmu? Diucapkan oleh siapa, dan pada saat apa?

Atau belum pernah ada yang membekas di harimu, tidak ada siapa-siapa yang menghiburmu, tidak ada yang mengucapkannya untukmu, tidak pula menuliskannya untukmu.

Tapi tahukah, bahwa kamu bisa menciptakannya sendiri? Your own comfort words. Untukmu dan dari dirimu sendiri.

Terdengar kurang romantis ya? Sedih karena merasa sendiri? Ya... kalau kata-kata penghibur diciptakan dirimu untuk dirimu sendiri memang begitu rasanya. Tapi... maukah kamu membuka matamu, menghapus jejak air di pipimu dan melangkah sedikit saja?

Kalau kamu mau, akan kuberitahu, bahwa ada yang mengirimkanmu kata-kata penghibur, ada yang menuliskannya untukmu.

Dengarkan baik-baik kalimatNya, baca pelan-pelan ayatNya... kamu akan menemukan banyak kalimat penghibur. Membaca dan menyimaknya akan membuat hatimu tenang. Lalu kamu akan sadar, bahwa tidak ada kalimat penghibur lain yang kamu butuhkan. Kalau kamu mengingat yang satu ini, kalau kamu sering-sering membaca yang satu ini... kamu tidak akan menunggu-nunggu manusia lain untuk mengucapkan atau menuliskan comfort words padamu. Kamu akan menyadari, bahwa cukup Allah, cukup ayat-ayatNya yang akan menghiburmu saat dunia terasa gelap dan menyesakkan, saat dirimu merasa lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa.

Sekarang, buka mushaf quran mu, lantunkan dan simak bacaannya. Semoga Allah menurunkan ketenangan dalam hatimu, semoga Allah memberikan petunjuk pada hatimu. Aamiin.


مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ وَمَن يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ يَهْدِ قَلْبَهُۥ ۚ وَٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمٌۭ

Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah; dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [Surat At-Taghabun (64) ayat 11]

First, know that it came by Allah permission. Wamayyu'mim billah yahdi qalbahu. And whoever would trully believe in Allah, then Allah will guide their heart. The heart would be at ease, no matter what the situation, this is the ayah man.. This is the ayah.

The ayah is, bad things will happen, but if you really believe in Allah, your heart will be fine, you're not gonna be unrest, you're not gonna be angry, or depress, or sad, or overwhelm, or crying constantly, you're not going to be like that. Your heart will become at ease.

Yes, in the beginning, we're human being, when something bad happens, the heart is rattle, we're angered, we are sadden, we are depressed, we are all of those things. But eventually, if you're really have iman in Allah, Allah will tape all of your heart, and you'll be fine. You'll be able to survived.

And without iman of Allah, that grief and that sadness, that pain will never go away and some people might even kill themself, because of something bad that happens. They might not even be able to live. They might be in a life long depression.

Allah is telling us in this ayah, that those who believe in Allah, Allah lets them move on with life. 
- Ustadz Nouman Ali Khan

Allahua'lam.

Tuesday, February 18, 2020

Perpecahan Ini

February 18, 2020 0 Comments
Bismillah.

#matrikulasi #nakindonesia


Materi matrikulasi nakindonesia yang terakhir, tentang perpecahan dalam islam. Ayatnya masih sama kaya kemarin, dari  Asy Syura ayat 14. Kalau kemarin kita melihat ayat tersebut tentang bagaimana Allah memotivasi Rasulullah untuk berdakwah. Kali ini, kita melihat ayat tersebut dan merefleksikannya dalam islam.

Ayat itu memang menceritakan bahwa ahli kitab (yahudi dan nasrani) yang mengalami perpecahan setelah mereka mendapatkan ilmu. Tapi ayat ini, juga mengingatkan kita agar tidak jatuh di kesalahan tersebut.

Bagaimana ilmu, yang seharusnya dapat memudahkan jalan kita mencari dunia dan akhirat bisa menjadi sumber perpecahan?

Allah menyebutkan dalam ayat tersebut dengan frase baghyam bainahum. Ilmu yang kita ketahui seharusnya ingin kita bagikan karena kita ingin memberi manfaat kepada orang lain. Tapi bagaimana jika ilmu digunakan untuk mendominasi/menguasai orang lain? Rasa arogan dan ego yang meliputi ilmu akan membuat perpecahan. Sedikit saja perbedaan lalu yang terjadi adalah saling menyalahkan, serta mempengaruhi banyak orang agar tidak mendengarkan/mengikuti pihak yang berbeda pendapat dengan kita.

Perbedaan yang hadir setelah datangnya ilmu harus disikapi dengan benar supaya tidak terjadi perpecahan. Seperti yang dicontohkan para ulama, diawali dengan mendoakan, mengucapkan rahimahullah, dibawakan dengan rasa hormat, dan diakhiri dengan Allahua'lam, bahwa Allah Maha Tahu.

Perbedaan jangan dijadikan bensin untuk berdebat dan memperolok satu sama lain hingga terjadi perpecahan. Majelis ilmu yang seharusnya membawa rasa sejuk di hati orang-orang yang datang, jangan sampai justru memicu kebencian antara sesama muslim.

Perpecahan ini... siapa yang akan mendapatkan dampaknya? Anak-anak muda. Masih di ayat yang sama Allah berfirman,

وَإِنَّ الَّذِينَ أُورِثُوا الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ...
....Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu.


Para pemuda yang baru memulai belajar islam, kemudian berhadapan dengan realita perpecahan, pertengkaran, dan perbedaan. Semua itu membuat mereka ragu dan bimbang dalam melangkah. Akhirnya banyak yang mundur dan memilih aktivitas lain daripada mengaji dan mendalami ilmu agama. Mereka memilih bermain game, atau nongkrong bareng teman, atau menonton film. Karena setiap mereka ke masjid, yang mereka lihat orang-orang dewasa yang saling bertengkar dan saling menyalahkan orang lain. Jangan belajar dengan ustadz A, itu sesat. Jangan duduk bersama kelompok B, mereka kafir. dll.

Those who inherited book after them, Allah didn't say utul kitab "they were given the book", innal mu'minin ba'dahum, no, not the believer after them. Innalladzina uritsul kitaba mim ba'dihim, those who were given the book in inheritance after them. Meaning, they got it from their father, from their mother, they got the religion because they were born in muslim family. They were born in community which is engaged in disagreement. What happen to this kids, this next generation of muslim? 
Lafi syakkim minhu murib. First of all they have no confident in their faith. Lafi syak. Syak is a kind of doubt that takes the confidence away from you. You're not sure about something. And then murib is a kind of doubt that keeps you from going forward. So every time there's an issue of halal and haram, the right or wrong according to the dictate of the deen, they're not so sure if that's the thing they're supposed to do. The next generation is in doubt about the religion all together, because the generation before was too busy fighting. 
-Nouman Ali Khan
***

Mendengarkan materi kali ini mengingatkanku perjalanan awal belajar islam. Bagaimana aku sendiri bahkan pernah mengalami semacam 'islamofobia'. Ya, islam sih, tapi pernah jadi takut untuk belajar islam, karena perpecahan yang ada. Pertengkaran yang aku lihat, perbedaan dan sikap menyalahkan, seolah aku harus memilih salah satu dari sekian banyak 'kelompok islam'. Aku gak tahu yang mana yang benar, tapi perpecahan yang ada membuatku mundur dan takut. Kalau sebelumnya, aku baca apa pun buku selama itu masuk genre islam untuk belajar islam. Saat itu aku memilih ga baca, karena takut terpengaruh dengan pemikiran islam yang sesat.

Aku teringat saat suatu siang menangis dan bertanya pada teman, bagaimana bisa tahu kebenaran islam? Saat setiap kelompok berpecah dan meyakinkan bahwa mereka benar dan yang lain salah?

Kalau aku tidak berada di lingkungan yang baik, kalau aku tidak bertemu dengan orang-orang yang memiliki ilmu namun tidak tenggelam dalam perpecahan, mungkin aku termasuk yang disebutkan dalam ayat tersebut lafi syakkim minhu murib.

Alhamdulillah, setelah ketemu orang-orang yang baik, dan diberitahu mindset yang benar dalam belajar islam, langkah belajar islam jadi jauh lebih ringan. Karena fokusnya bukan lagi pada siapa yang salah. Tapi fokusnya belajar mencari kebenaran, jangan terbawa arus perpecahan, belajar dari mana saja sembari berdoa agar Allah menunjukkan pada kita jalan yang benar.

***

Terakhir, semoga Allah memberikan kita hidayahNya, agar kita membagi cahayaNya, ilmu tentang islam yang sedikit kita ketahui dengan cara yang benar, agar tidak terjadi perpecahan. Semoga al quran dan sunnah menjadi pemersatu umat islam sebagaimana tujuan aslinya, dan bukan menjadi sumber perpecahan karena terkontaminasi ego dan arogansi manusia.

Allahua'lam.



Sunday, February 16, 2020

Menjadi Perempuan

February 16, 2020 0 Comments
Bismillah.


Awal bulan Februari, tema yang dipilih #1m1c adalah bekerja. Sembari memikirkan topik bekerja, aku teringat sebuah kutipan yang kubaca di dashboard tumblr.

Being a woman in today’s world must be hard. So much is expected of you and everyone is on your case. Doomed if you work, and doomed if you stay home. Told how to dress, and it’s never good enough. It must be really tough! Remember, Allah created you perfectly and if you work on perfecting your relationship with Him, there lies your happiness. — Muhammad Ibn Faqih
Kutipan tersebut menyebutkan bahwa menjadi perempuan hari ini tidak mudah. Ada banyak ekspektasi yang membebani, baik itu ekspektasi diri sendiri maupun ekspektasi dari orang-orang sekitar. Seolah-olah perempuan yang bekerja salah, begitupun perempuan yang di rumah saja. Perempuan menjadi pasar utama dunia mode, dunia make up, seolah kita harus pakai ini dan ini, harus tampil seperti itu dan itu. Tidak mudah. Sangat sulit bahkan.

Menjadi perempuan itu.. seperti itu. Aku mendengar sendiri dari beberapa teman. Perasaan tidak pernah cukup, karena tuntutan yang sangat besar dari berbagai arah.

Kalau bukan karena Allah, mungkin menjadi perempuan terdengar begitu menyedihkan.

Allah memberitahu kita, tentang istimewanya perempuan, lewat ajaran islam untuk memuliakan ibu tiga kali sebelum ayah.

Allah juga menghibur kita dengan firmanNya, bahwa kecantikan itu sudah Allah berikan sejak kita lahir,

وَصَوَّرَكُمْ فَأَحْسَنَ صُوَرَكُمْ

dengan ayat tersebut, Allah lepaskan kita dari tekanan 'definisi kecantikan' yang digemakan media.

Allah juga yang memberitahu kita cara berpakaian yang agung, sehingga kita tidak terbawa arus fashion yang makin hari makin banyak bentuk modelnya.

Menjadi perempuan, memang tidak mudah. Tapi menjadi perempuan, artinya kita menerima takdir yang Allah tulis. Menjadi perempuan, artinya kita menjalankan peran penting. Bahwa dari rahim kita, dari tangan-tangan kita, kita bisa membentuk peradaban yang baik.

Maka jika dunia dan seisinya membuat dadamu sempit, maka jika semua manusia bahkan orang-orang tersayang membuat air matamu mengalir, ingatlah.. bahwa ada Allah yang menguatkan kita. Bahwa setiap kesulitan akan Allah ubah menjadi kemudahan jika kita mendekat pada-Nya.

Jadikan setiap ayat-Nya penerang di hari-hari gelap. Jadikan setiap rakaat shalat menjadi rehat di kesibukan hari.

Allahua'lam.

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Si Baper vs Si Cuek

February 16, 2020 0 Comments
Bismillah.

Kalau diklasifikasikan, tentang sikap orang-orang yang single tentang topik pernikahan, bisa dibilang ada dua kelompok. Tiga sih sebenernya. Kelompok baper, cuek, dan netral.

Yang pertama kelompok yang sangat sensitif sama topik pernikahan. Semua hal bisa jadi pemicu galau dan merasa sedih karena ia belum juga dapet pasangan hidup/

Yang kedua kelompok yang cuek, tidak menghindari, tapi seringkali kalau bahas topik pernikahan bawaannya datar. Mungkin memang belum kepikiran untuk segera menikah, atau memang sibuk sendiri dengan urusan lain.

Yang ketiga, diantara dua kelompok itu. Seimbang. Ga baper banget, tapi juga ga cuek banget.

Aku pribadi berharap masuk kelompok yang ketiga, tapi lebih sering merasa ada di kelompok kedua. Orang di sekitar yang panas dan sering ngingetin topik pernikahan, karena di mata mereka aku terlalu cuek, terlalu santai. Kalau dengerin suara orang-orang sekitar, aku seringnya mikir gini, kan mereka ga tahu apa yang ada di hatiku, jadi wajar kalau mereka ngira aku cuek. Waktu itu, aku masih mikir, aku berada di kelompok yang netral. Sampai, akhirnya beberapa hal menyadarkanku, bahwa aku ternyata selama ini termasuk yang cuek, dan harus dikurangin cueknya.

Pertama, saat disuruh daftar SPN. Aku santai aja daftar, trus ngikutin sekian kali pertemuan di dalamnya. Dari situ, jadi nyadar, wah, ternyata memang penting ya pelajaran di SPN, biar ga terlalu cuek. Biar inget lagi penting dan urgennya menikah. Biar menikah itu, ga cuma dipandang sebagai salah satu fase dalam hidup, tapi sebagai jalan ibadah.

Kedua, waktu baca buku antologi tentang ibu. Judulnya, "Jangan Lukai Ibumu" yang nulis Pipit Senja, dkk. Isinya kumpulan tulisan pengalaman menjadi ibu, ada juga tulisan beberapa laki-laki terkait ibu, ada yang nyeritain tentang ibunya, juga ada yang nyeritain kisah istrinya. Dari situ aku jadi sadar, ternyata aku yang udah usia segini masih belum apa-apa.

Aku teringat pertanyaan kakakku, "Udah pernah belum kamu nangis dalam doa?" Kakakku setelah tanya itu bercerita dulu, waktu beliau belum menikah, dan bagaimana kesungguhannya ingin menikah diwujudkan dalam doa.

Aku malu. Memang belum pernah. Aku terlalu egois, aku masih memikirkan diriku sendiri saja. Aku berpikir, bahwa bisa jadi aku mati sebelum menikah, dan bagiku itu tidak mengapa asalkan aku mati dalam keadaan khusnul khotimah. Tapi pemikiran itu pun, masih belum terwujud dalam keseharianku.

Aku malu. Aku memang pernah mendengar penjelasan doa Nabi Ibrahim 'alaihi salam dan doanya. Doa yang begitu mulia, hingga kita diberi 'hadiah' kelahiran Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wasalam. Aku lupa.. aku tidak memaknai doa itu, sebagai bentuk keimanannya. Bahwa ia tidak egois memikirkan islam untuk dirinya saja. Tapi ia menginginkan manusia lain, juga diberikan keindahan iman dan islam.

Ditambah lagi, kemarin matrikulasi nakindonesia ada yang bahas tentang 'ibadurrahman, dan golongan terakhir yang disebutkan termasuk ibadurrahman... mereka yang berdoa, rabbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqina imama.

Aku takut. Jangan-jangan selama ini aku cuek karena berada di zona nyaman. Aku takut. Nikmat waktu luang, nikmat masa muda, bukankah akan dipertanyakan tanggung jawabnya? Do I waste it all struggling with distraction, without a clear goal in mind?

***

Untukku, let's not ignore this topic. Aku tidak memintamu untuk selalu berkutat di topik itu sampai menjadi kelompok yang pertama. Mari berjuang untuk naik tingkat. Jangan cuma berjuang untuk bisa survive. Buka matamu, dan berjuanglah untuk tujuan yang lebih tinggi, keluar dari area egoisme pribadi. Bukankah dalam islam, tidak ada istilah selamat sendiri?

Allahummaj'alna minalladzina amanu wa 'amilusholihati watawasaubil haq watawasaubis shabr. Aamiin.

Allahua'lam.

Monday, February 10, 2020

Falidzalika Fad'u

February 10, 2020 0 Comments
Bismillah.

#matrikulasinakid #nakindonesia

Bagian dari materi matrikulasi 6, when muslim work together. Tadinya mau buat resume seperti biasa, juga milih quotes dan buat desainnya di canva. Tapi masih belum mood. Jadi deh, nulis ini.

Ini bagian akhir dari lecture-nya. Oh ya, udah ada subtitle-nya, bisa langsung ditonton di sini.


Jadi ustadz Nouman ceritain tentang bagaimana Allah memotivasi Rasulullah untuk berdakwah. Diambil dari surat Asy-Syura ayat 13-15.

Kalau sekilas kalau kita baca, isi ayatnya, terkesan kaya demotivasi. Tapi ternyata... setelah denger penjelasannya, jadi paham, speechless, Allah's words choice, Allah's sentence is always the best.

Allah berfirman,

كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ ۚ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ...

Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada (agama)-Nya orang yang kembali (kepada-Nya).

Kita semua tahu bagaimana kalimat-kalimat demotivasi mempengaruhi kita. Kata-kata pematah semangat, pandangan rendah dan celaan pada diri kita, bagaimana itu semua bisa menghancurkan motivasi kita, memberatkan pundak kita hingga kita ragu untuk melanjutkan langkah.

Rasulullah sudah dikelilingi dengan hal tersebut dari berbagai pihak terkait dakwah yang dilakukan beliau shalallahu 'alaihi wasalam.

Tapi tentu berbeda, jika kalimat tersebut diberikan oleh Allah langsung. Allah yang mengatakannya. Bahwa akan sulit untuk orang-orang musyrik menerima islam, berat bagi musyrikin untuk menerima dakwah yang dilakukan Rasulullah.

Satu masalah besar di hadapan Rasulullah.

Lalu Rasulullah melihat objek dakwah lain selain musyrikin, yaitu ahli kitab, baik dari yahudi maupun nasrani. Tapi apa penjelasan lanjutan dari Allah, dalam surat Asy Syura ayat 14

...وَمَا تَفَرَّقُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ

Dan mereka (ahli kitab) tidak berpecah belah, kecuali setelah datang pada mereka ilmu pengetahuan, karena kedengkian di antara mereka.


Ahli kitab memang berilmu, seharusnya lebih mudah untuk menerima islam, karena mereka sudah tahu akan datang nabi terakhir. Tapi Allah menyajikan masalah besar kedua, bahwa justru ilmu tersebut yang membuat ahli kitab berpecah belah. Di ayat lain Allah menyebutkan bahwa bahwa orang-orang berilmu di kalangan ahli kitab menjual ayat-ayat Allah. Ilmu yang dimiliki segelintir orang dikomersialkan, masing-masing berpecah belah karena berebut 'pasar dakwah'.

Dua masalah sudah terkumpul. Bukankah dua fakta dan realita tersebut saja sudah cukup membuat kita pesimis? Tapi ingatkah kita, bagaimana Rasulullah setelah dakwahnya ke Thaif ditolak begitu keras? Jika mereka tidak menerima islam, barangkali anak keturunan mereka mau menerima islam.

Tapi lanjutan dari ayat 14.

وَإِنَّ الَّذِينَ أُورِثُوا الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ...

Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu.


Masalah ketiga, yang seolah meruntuhkan motivasi untuk berdakwah. Bahkan keturunan mereka, dalam keraguan. Iman mereka juga goyah, dalam keraguan.

Tiga masalah berlapis, yang kalau kita berhenti membaca di ayat 14, kita mungkin bisa salah mengambil kesimpulan.

Mari baca lanjutan firman Allah, Asy Syura ayat 15, yang juga merupakan judul tulisan ini..


فَلِذَٰلِكَ فَادْعُ ۖ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ ۖ وَقُلْ آمَنْتُ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنْ كِتَابٍ ۖ وَأُمِرْتُ لِأَعْدِلَ بَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ رَبُّنَا وَرَبُّكُمْ ۖ لَنَا أَعْمَالُنَا وَلَكُمْ أَعْمَالُكُمْ ۖ لَا حُجَّةَ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ ۖ اللَّهُ يَجْمَعُ بَيْنَنَا ۖ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ

Maka karena itu serulah (mereka kepada agama ini) dan tetaplah sebagai mana diperintahkan kepadamu dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka dan katakanlah: "Aku beriman kepada semua Kitab yang diturunkan Allah dan aku diperintahkan supaya berlaku adil diantara kamu. Allah-lah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami dan bagi kamu amal-amal kamu. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu, Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kembali (kita)".


Apa yang Allah perintahkan pada Rasulullah? Falidzalika fad'u, maka karena itu serulah, undanglah, berdakwahlah.

Justru karena masalahnya begitu besar, tiga dan berlapis. Justru karena orang-orang musyrik berat merima islam, justru karena ahli kitab berpecah belah karena ilmu yang dimiliki, dan justru karena keturunan mereka dalam keraguan. Justru karena itu semua Allah memilih Rasulullah, insan terbaik untuk menyampaikan dan mengajak manusia kepada islam. Justru karena itu semua Allah memilih Rasulullah sebagai nabi terakhir, untuk umat manusia sampai akhir zaman nanti. Karena hanya Rasulullah yang dapat mengajarkan kita ayat-Nya, bukan cuma bacaannya, tapi juga pengamalannya dalam teladannya shalallahu 'alaihi wasalam. 

Allah knows exactly the right word, the right step to motivate Rasulullah. Falidzalika fad'u.

***

Bagaimana kaitan ayat tersebut dengan kita? Apakah kita bisa menggunakan ayat tersebut untuk menaikkan motivasi kita dalam berdakwah?

Aku salin penjelasan dari ustadz Nouman ya,
Allah says, yes, there are huge problems. But you, Allah decided you and I will be alive in 2012 around all of these problems, and every generation of muslim Allah raises, did every generation of muslim see a problem around them? Yes. And Allah raises the generation of muslim that He knows is qualified to solve those problems. Because of those problems, you and I are exist. Because those problems have to be solved, you and I have been given air to breath. That's why you here. Falidzalika fad'u. And stand firm, don't buckle cause you see problem. wastaqim kama umirt. Stand firm as you've been commanded-Nouman Ali Khan
Masih ada lanjutannya sih panjang, yang penasaran bisa klik di sini.

Intinya, bagi yang masih diberi umur di tahun 2020, dan diberi hidayah iman dan islam, meskipun kita sekarang punya banyak sekali masalah... ingat selalu bahwa Allah tahu bahwa sebenarnya kita mampu menyelesaikan masalah tersebut. Kita punya potensi untuk menyelesaikan masalah yang ada di sekitar kita.

Falidzalika fad'u. Jadi segera bangun dari tidur kita. Ayo naik tingkat, hidup kita ga cuma struggle to survive, let's struggle for something bigger. Cek bakat dan potensi diri kita, pikirkan dan pilih di bagian mana kita mau berjuang dalam iqomatuddin. Sekecil apapun kontribusi kita, dan meski hasilnya mungkin ga akan kita lihat saat kita hidup. Tapi Allah menghitungnya, setiap amal, bahkan yang sekecil atom-pun akan dibalas.

Terakhir, semangaat!!!

Allahua'lam.

***

Keterangan: teks ayat dan terjemahan diambil dari web tafsirq.com

Saturday, February 8, 2020

Ingin Menulis Ini, Ingin Menulis Itu

February 08, 2020 0 Comments
Bismillah.

#random

Ada banyak yang ingin aku tulis di blog, selain yang wajib, seperti resume materi matrikulasi yang keenam.

Tema yang diusung 1minggu1cerita bulan ini "bekerja", dan aku teringat sebuah quotes yang belum lama di dashboard tumblr. Quotesnya bahasa inggris. Intinya ngasih tahu bahwa jadi perempuan saat ini itu serba salah, kerja di luar dikataan, di rumah aja juga begitu, diatur-atur cara berpakaian, dll. Pengennya sebelum nulis tentang pemikiranku tentang tema bekerja nyantumin quotes itu. Tapi kucari di dashboard tumblr ga nemu. Krn waktu itu cuma nge-like. waaaah jadi inget, kan di tumblr ada fasilitas buat cek ulang postingan yg pernah kita like.. dan nemu yeaah~ alhamdulillah.

Ini

Being a woman in today’s world must be hard. So much is expected of you and everyone is on your case. Doomed if you work, and doomed if you stay home. Told how to dress, and it’s never good enough. It must be really tough! Remember, Allah created you perfectly and if you work on perfecting your relationship with Him, there lies your happiness.
— Muhammad Ibn Faqih

Sebenarnya ragu sih mau nulis apa tentang topik itu. mungkin lebih banyak curhat dan ngasih tahu kondisiku saat ini hehhe. tapi bisa jadi jg ga jadi nulis. karena karena.. gak mau bercerita banyak tentang diri. yang mencintai ga perlu, yang membenci apa lagi. wkwkwk.

Pengen nulis juga, tentang optimasi dan diriku wkwkwk. lagi-lagi cerita diri sih. jadi kan kemarin sempat jadi CP acara Youth Community, tentang Optimasi Instagram. Aku dateng, ikut dengerin. Trus keinget waktu dijelasin tentang optimasi web, di selasar GSG yang sebrangnya dapur salman. trus betapa aku harusnya ..harusnya sih peduli dan praktekin tentang optimasi. Tapi ternyata meski aku paham dan harusnya bisa praktek, aku ga ada motivasi buat praktek. Bagiku, nulis itu nulis aja. Buat ig juga buat ig aja. Let it be natural follower hehe. Tapi kan ya, dakwah juga biar bisa nyebar ke banyak orang harus pakai optimasi, kalau mau bisnis juga, dakwah itu bisnis juga, jual beli dengan Allah. Dari situ, aku jadi ambil kesimpulan, kl aku lebih pantes jadi pembuat konten/tulisan. Yang ngurus SEO, dan optimasi IG itu harus orang lain. Karena sungguh aku kaya ga cocok sama optimasi hehe.

Itu udah dua topik. Trus.. pengen nulis juga tentang satu catatan kajian yang akhir-akhir ini aku baca berulang-ulang. Gatau kenapa. *sebenernya tahu sih, cuma males jelasin aja. Tentang iqomatudin, dan potensi diri, ini ada kaitannya sama materi matrikulasi nakid.

Pengen juga nulis tentang pentingnya SPN dan buku-buku terkait 'pernikahan', untuk orang yang terlalu cuek masalah itu. Bukan berarti ga pernah mikirin itu. Tapi kan memang ada dua atau tiga pembagian deh kl urusannya sama itu. ada yang super duper semangat, dan fokus utamanya ke situ, bahkan cenderung sering galau karena topik itu. ada juga yang terlalu cuek, entah karena ada fokus lain atau karena terdistraksi dan ga sadar bahwa memang harus concern tentang itu.

terakhir, pengen nulis tentang nikmat sehat dan nikmat sakit. bahwa semua itu bisa ditulis kalau kita diberikan kesehatan. juga bahwa dengan sakit, jadi lebih pasrah ke Allah. jadi banyak dzikir setiap ngilunya terasa, atau perihnya merintih. juga tentang bagaimana diri kadang masih bandel bahkan saat sakit. sakit, harusnya mendekat padaNya, memohon ampunan atas dosa. Bukan malah menghabiskan waktu sia-sia. dengan kesehatan yang masih diberikan. hmmm.

sekian.

Memarahi Diri

February 08, 2020 0 Comments
Bismillah.

#buku

Nukil Buku "Tarbiyah Ruhiyah ala Tabi'in | Asyraf Hasan Thabal"


***

Memarahi diri. Bukan marah dalam rangka membenci diri. Bukan mencaci dalam rangka merendahkan diri dan menganggap diri tidak punya arti. Bukan itu...

Tapi marah yang diniatkan untuk mendidik diri. Agar tidak lalai dan terbuai nafsu. Tapi mencaci agar diri ingat dosa, dan segera bertaubat.

"Hati yang lembut akan selalu berusaha mengoreksi setiap langkah dalam perjalanannya menuju Allah, dan akan terus mengekang nafsu. Dan adapun nafsu yang cenderung berbuat buruk enggan untuk tunduk dengan mudah. Oleh karena itu, harus selalu dicari cara untuk mendidiknya. Tidak ada pilihan lain selain harus dimarahi dan dicela kadang kala." - Asyraf Hasan Thabal, dalam buku Tarbiyah Ruhiyah ala Tabi'in

Hal lain yang harus diperhatikan adalah frekuensinya. Tidak selalu harus dimarahi. Ada kalanya kita harus melembut kepada diri. Tapi ada kalanya juga harus tegas dan marah.

Yang sering kita temui, justru kita terlalu membiarkan nafsu, dan lupa untuk mendidiknya.

"... Sementara itu, kita tidak merasa berdosa karena kita telah lalai dari mentarbiyah nafsu kita. Kita membiarkannya sehingga dia melonjak, memerintah dan melarang tanpa ada pedoman dan tidak ada yang meluruskan." - Asyraf Hasan Thabal, dalam buku Tarbiyah Ruhiyah ala Tabi'in

Diceritakan dalam buku tersebut,

Aun bin Abdillah pernah berkata, "Wahai nafsu, celaka kamu! Tidakkah kamu sadar dengan apa yang kamu perbuat? Kalau sakit kamu menyesal, tetapi kalau sehat kamu berbuat dosa. Mengapa kalau miskin kamu bersedih, sedangkan kalau kaya kamu berbuat kerusakan, kenapa? Apabila sedang bersemangat engkau zuhud, namun kenapa ketika diseru kamu malas-malasan? Aku melihatmu berhasrat sebelum mengerjakan, namun kenapa kamu tidak mengerjakan setelah hasratmu hilang? Wahai nafsu, celaka kamu! Kenapa kamu menyelisihi perintah? Kamu berkata tentang dunia dengan perkataan para ahli zuhud, namun berbuat seperti perbuatan orang yang cinta dunia, celaka kamu!"

Buku tersebut memang berisi cara yang dilakukan para tabi'in rahimahullah mendidik diri, mentarbiyah nafsu. Dan sembari membaca contoh-contoh tersebut, kadang terlintas pikiran, tapi kan... mereka generasi terbaik setelah para shahabat radhiyallahu anhum?

Saudaraku, mulai sekarang, mari kita segera bersikap kepada nafsu kita. Jangan meniru kebanyakan orang hari ini sehingga tergolong orang-orang yang dungu dan lalai terhadap pendidikan nafsu. Waspadalah, jangan sampai nafsu membisikkan kepada kita bahwa mereka, para tabi'in adalah orang-orang kuat yang tidak mampu untuk diikuti. Akan tetapi, katakan kepadanya sebagaimana perkataan Abu Muslim Al Khaulani, "Apakah para sahabat Muhammad shalallahu 'alaihi wasalam mengira bahwa hanya mereka yang pantas berebut tanpa kita. Tidak demi Allah, kamu akan turut berebut bersama mereka sampai mereka tahu bahwa mereka meninggalkan para lelaki."
Terakhir, semoga kita diberikan hidayah, ilmu, dan semangat untuk mendidik dan membina nafsu. Mengerjakannya memang melelahkan dan tidak mudah, namun kita berharap semoga kelelahan itu Allah ganti dengan jannah-Nya. Seperti janji-Nya dalam surat An-Naziat.


وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِۦ وَنَهَى ٱلنَّفْسَ عَنِ ٱلْهَوَىٰ

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya,

فَإِنَّ ٱلْجَنَّةَ هِىَ ٱلْمَأْوَىٰ

maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).
[Surat An-Nazi'at (79) ayat 40 dan 41]

Allahua'lam.

Monday, February 3, 2020

'Ibadurrahman

February 03, 2020 0 Comments
Bismillah.

#matrikulasinakid #nakindonesia

Ada tiga surat, yang isinya memberitahu kita kualifikasi manusia yang baik. Ketiganya beda level. Dari yang standar, di surat Al Ma'arij. Lalu setingkat di atasnya, di surat Al Furqan. Dan yang tertinggi, di surat Al Mu'minun.

Nah, materi ke 5 ini membahas tentang 'ibadurrahman, yang ada di surat Al Furqan. Ada yang sudah pernah baca/denger? 


Untuk yang belum, cek video di atas ya, sudah ada subtitle indonesianya. Yang sudah pernah, let's refresh our memory again.


Frase 'Ibadurrahman


Sebelum bahas siapa saja yang termasuk kelompok 'ibadurrahman, ustadz Nouman membahas frase 'ibadurrahman yang istimewa.

Bahasa arabnya hamba adalah 'abd, bentuk jamaknya ada dua 'abid dan 'ibad. Bedanya apa?

'Abid diperuntukkan untuk seluruh hambaNya, baik yang beriman maupun yang tidak beriman. Seperti dalam surat Fushilat,


مَّنْ عَمِلَ صَـٰلِحًۭا فَلِنَفْسِهِۦ ۖ وَمَنْ أَسَآءَ فَعَلَيْهَا ۗ وَمَا رَبُّكَ بِظَلَّـٰمٍۢ لِّلْعَبِيدِ

Barangsiapa yang mengerjakan amal yang saleh maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka (dosanya) untuk dirinya sendiri; dan sekali-kali tidaklah Rabb-mu menganiaya hamba-hamba-Nya. [Surat Fusshilat (41) ayat 46]

Sedangkan 'ibad, itu untuk hamba-hambaNya yang spesial.

Spesial? Hm... aku bukan dong? Eits jangan depressed dulu, jangan pesimis dulu. Karena nanti ada penjelasannya juga. Meskipun spesial, tapi Allah tetap membuka banyak pintu yang lebar, agar kita bisa termasuk golongan 'ibadurrahman.

Lanjut bahas frase 'ibadurrahman. Allah menggunakan nama Ar rahman, meski ada banyak nama Allah yang lain.

Rahman artinya Yang Memberikan kasih sayang extremely dan immediately. Kasih sayang-Nya ekstrim, begitu besar dan banyak, serta.. segera diberikan.

Siapa yang tidak mau menjadi orang-orang yang diberikan rahmat besar dan segera oleh-Nya?

Incomplete Sentence


Sebelum masuk ke deskripsi siapa saja yang termasuk 'ibadurrahman. Ada satu hal yang perlu kita tahu. Jadi... kata ustadz Nouman kalau dilihat secara seluruhan, ternyata deskripsi-deskripsi yang disebutkan itu ibarat kalimat majemuk bagian subjeknya. Mubtada ceunah hehe. Jadi kaya kalimat yang belum sempurna, yang membuat kita penasaran dengan ending-nya.

Contohnya gini, ada pengumuman di sekolah:

"Kepada siswa-siswa kesayangan sekolah, yang ranking 5 besar di kelasnya, dan yang tidak pernah terlambat, dan yang kalau ketemu guru selalu salim, dan yang..."

Kebayang ga? Hehe. Pilihan grammar yang Allah gunakan, mubtada, selain membuat kita penasaran, trus siapa lagi? trus mereka kenapa? Selain itu, posisi grammar ini membuka pintu lebar. Jadi Allah tidak hanya sedang memberi tahu kita satu kelompok dengan 10 deskripsi. Tapi Allah memberi tahu kita 10 kelompok dengan 10 deskripsi.

Beda dengan Al Ashr. Penjelasan pengecualian orang-orang merugi itu bukan mubtada, tapi khabar. Jadi kata 'dan' maknanya mengharuskan keempat ciri tersebut harus semuanya ada di orang tersebut. Baru orang itu termasuk yang selamat dari kerugian.

*mohon koreksinya ya kalau saya salah ^^

Who Are They?



1. Orang-orang yang rendah hati


Humble, down to earth, gak arogan. Tahunya dari mana? Kan rendah hati itu bisa juga 'topeng'.

Allah kasih ujian tanda kelulusannya, yaitu yang kalau ketemu orang jahil dan orang tersebut ngajak debat, marah-marah, dan ngerendahin kita, maka kita dengan tenang menanggapinya.

Ada beberapa kata bahasa arab yang perlu dicatat, agar kita bisa memaknai ayatnya lebih tepat.

Pertama kata idza, artinya pasti terjadi. Akan ada saat kita akan diuji, apakah kita bisa termasuk deskripsi yang pertama ini.

Kedua kata jahil, jahil di sini kebalikan dari aql. Jadi jahil bukan cuma mencakup orang yang bodoh. Termasuk di dalamnya orang yang berkata tanpa dipikir. Kalau terlintas kata-kata buruk, cercaan, celaan bahkan sumpah serapah, mereka langsung mengatakannya tanpa mikir. Ustadz Nouman kasih contoh misal di jalan raya, trus terjadi sesuatu, ada yang turun marah-marah dan bahkan sampai ngomong kata kasar ke kita. Itu salah satu contoh wa idza khatabahumul jahilun

Ketiga kata salam, salam di sini, bukan cuma berarti kita mengucapkan salam, ketika berhadapan dengan orang jahil. Ini juga berarti berbicara dengan tenang, damai (peacefully), tidak menyakiti dan juga tidak membuat orang lain marah.

"You have to calm down when you deal with people. You'll meet all kind of people, all kinds of temperament."

Ciri pertama ini, seharusnya kelak menjadi pengingat diri kita. Saat kita dihadapkan dengan situasi berat yang mendesak kita untuk terbawa emosi. Tapi keinginan kita untuk termasuk dalam golongan 'ibadurrahman, membuat kita menenangkan diri sendiri dan memilih untuk "berkata salaman". Entah yang kita hadapi bos kita yang super galak, atau pasangan kita, anak kita, murid kita, atau bahkan orang asing yang tiba-tiba melampiaskan kenegatifan dalam dirinya pada kita.

2. Orang-orang yang mendirikan qiyamul lail

Mereka yang malamnya diisi dengan sujud dan berdiri.

Yang menarik, mengapa ciri ini disebutkan nomor dua? Padahal biasanya kalau kita menyebut seseorang sangat dekat dengan Allah, pasti orang tersebut rajin tahajud. Tapi ayat ini memberitahu kita bahwa hal pertama yang menunjukkan kedekatan seseorang dengan Allah, bukan tahajud, tapi seseorang yang rendah hati dan mampu mengendalikan emosinya.

3. Orang-orang yang memohon agar dilindungi dari api neraka

Ada orang-orang yang dicintai Allah hanya karena mereka selalu memohon agar dilindungi dari api neraka. Mereka paham bahwa hukuman masuk neraka tidak sangat berat.

Sebagai orang yang beriman, normal kalau kita tidak ingin masuk neraka. Tapi... ada saja orang-orang yang meremehkan neraka seperti yang dilakukan Bani Israil. Mereka mengira bisa mengatasi hukuman neraka, kalau itu sementara. "Toh, nanti masuk surga karena masih islam". Na'udzubillah. Semoga Allah melindungi kita dari mentalitas tersebut.

'Ibadurrahman tidak ingin berurusan dengan neraka, baik itu sementara, atau selamanya. Bahkan meski hanya satu detik. Karena mereka paham betapa lemah dirinya, dan betapa dahsyat siksa di neraka.

Allah mendeskripsikan dalam Surat Anbiya ayat 46, ada orang yang bahkan belum masuk neraka, ia baru mencicipi nafha, 'udara dingin' api neraka. Mereka bahkan tidak merasakan lafha, 'udara panas' api neraka.

وَلَئِن مَّسَّتْهُمْ نَفْحَةٌۭ مِّنْ عَذَابِ رَبِّكَ لَيَقُولُنَّ يَـٰوَيْلَنَآ إِنَّا كُنَّا ظَـٰلِمِينَ

Dan sesungguhnya, jika mereka ditimpa sedikit saja dari azab Tuhan-mu, pastilah mereka berkata: "Aduhai, celakalah kami, bahwasanya kami adalah orang yang menganiaya diri sendiri". [Surat Al-Anbiya (21) ayat 46]

"Nafha is used, you know when you close the door and some hot air comes in, as you close the door, the air that comes in or out, that's called nafha.
Allah said, those people will taste a nafha, air, not even inside Jahannam, where? Outside. They haven't even gone in yet. And they didn't taste fire, they taste lava, they didn't eat anything, they're just exposed to air, and not even hot air. Which kind of air? Cold air, nafha. And it touched them barely, massathum." -Nouman Ali Khan

Mereka berkata, "Ya wailana". Bahkan 'udara dingin' tersebut membuatnya merasa begitu celaka, seolah-olah ia merasa mendapatkan hukuman terberat di neraka.

Seorang muslim seharusnya paham itu, bahwa ia tidak menginginkan jahannam baik itu sebentar ataupun lama. Dan pemahaman tersebut yang mengantarkannya untuk selalu berdoa memohon perlindungan Allah, serta selalu hati-hati dalam setiap perilaku dan apa yang akan dikerjakannya.

4. Orang-orang yang membelanjakan uangnya dengan bijak 

Tidak boros dan tidak pelit. Mereka bertanggung jawab terhadap pengeluarannya. Tidak asal membeli sesuatu atau berhutang hanya karena tuntutan gaya hidup, atau supaya terlihat keren.

"Quran is teaching us, that when you spend money, don't spend money that's not in your pocket. Don't take a loan, don't be addicted to your credit card. Don't be like that. Spend within your means, spend within your budget." -Nouman Ali Khan
Saat kita memiliki uang berlebih, bukan berarti kita selalu menghabiskannya untuk diri kita. Kita bisa menggunakan uang itu untuk orang-orang yang lebih membutuhkan.
"Your money can do other good things, instead of just buying yourself things." -Nouman Ali Khan

5. Orang-orang yang tidak menyekutukan Allah, tidak membunuh dan tidak berzina

Penjelasan tentang ini sayang banget kalau ga denger langsung. Kalau mau denger langsung bisa cek di sini.

Ada situasi dimana orang akan merasa sulit untuk tidak melakukan ketiganya. Mungkin karena lingkungannya, keluarga dan tempat ia tinggal tidak ada yang menyembah Allah. Negara/daerah konflik dimana pembunuhan seolah menjadi 'hal yang wajar'. Juga pintu zina yang terbuka lebar, lebih mudah untuk mendekati zina dengan pacaran daripada jadi jomblo fi sabilillah. Tapi meski kondisi dan lingkungannya sangat sulit, mereka tetap mempertahankan imannya. Tidak menyekutukan Allah, tidak membunuh dan tidak berzina.

Lalu bagaimana dengan orang-orang yang masuk ke jurang dosa ketiganya? Mereka yang sudah sangat jauh dari Allah. Apa berarti hidup mereka 'selesai'? Ayat berikutnya Allah membuka pintu kembali untuk mereka.

Mereka yang berdosa melakukan ketiganya, kemudian bertaubat. Bukan cuma taubat, tapi beriman (lagi) dan sungguh-sungguh dalam mengerjakan amal shalih. Bukan cuma 'amilu shalihan. Ada penekanan dengan tambahan kata 'amalan'. Wa 'amilu 'amalan shalihan. 

Seorang muslim yang tahu bahwa menyekutukan Allah, membunuh dan berzina itu dosa tapi tetap melakukannya, akan diberi hukuman dua kali lipat. Tapi mereka yang mau bertaubat, Allah akan ubah dosa mereka menjadi kebaikan.

This is arrahman, Allah is telling us, the people who are furthest from Allah,...... the people furthest from Allah, the people who lost their iman, the people who do shirk, the people who killed another person -innocent person-, the people who commit zina. They are furthest from Allah. And Allah said, "Even if they are so far away from me, they turn back towards me, I will forget all of their crimes and I will convert their crime into good deeds for them on judgment day. Subhanallah"
"I will make them 'ibadurrahman to me, cause they come back. They were so far away and they still come back to me." That's what Allah wants. 

6. Orang-orang yang menghindari 'zuur'


Zuur means false testimony, it also means company that are useless, doesn't have benefit, it's bathil.

Dan mereka menghindarinya dengan cara yang terhormat. Saat dihadapkan pada situasi atau orang-orang yang melakukan hal buruk atau tidak bermanfaat, ia bisa pergi dengan cara yang pintar. Tidak dengan cara mempermalukan mereka.

Kenapa kita memilih menghindari 'zuur'? Karena kita tahu bahwa dosa besar berawal dari dosa kecil, dari langkah-langkah kecil. Maka saat kita dihadapkan dengan orang-orang yang melakukan hal buruk atau haram, kita dihadapkan pada kegiatan yang tidak bermanfaat, kita menghindarinya. Jika kita bisa, kita memang seharusnya mengajak orang lain untuk tidak melakukan hal buruk tersebut. Namun jika kita tidak bisa, kita menjauh, menjaga jarak untuk menjaga diri dan iman kita.

One thing you should do is trying to get them out of it, and if you can't, you should distance yourself. Save yourself. You're not going to go save them, you'll get messed up with them.

7. Orang-orang yang tidak berpaling, tidak menuli dan tidak membuta dari ayat-ayat Allah


Saat ada hal-hal yang mengingatkan kita kepada Allah, entah itu bentuknya kajian di masjid, atau video islam di youtube, tulisan tentang ayat quran di IG, mereka tidak mengabaikan pengingat tersebut. Tidak hanya mereka membaca/mendengarkannya, tapi mereka bertekad dan berusaha untuk mengamalkannya.

You listen to a podcast, you listen to an MP3, you listen to a youtube video, you listen to  a dars like this sitting over here, and when you walk out of it, you said, "I will not forget this lesson, these are lessons for my life. This isn't just a speech on a program, this is not just a program. This reminding myself of the ayat of my Rabb, what He told me to do, so I have to become one of this people."

8. Orang-orang yang berdoa "Rabbana hablana min azwajina....


وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَٰجِنَا وَذُرِّيَّـٰتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍۢ وَٱجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. [Surat Al-Furqan (25) ayat 74]

Doa meminta diberikan hadiah tak terduga, agar pasangan dan anak keturunan kita sebagai qurrota a'yun. Yang dengan melihat mereka, mata kita jadi menangis karena bahagia. Karena keimanan mereka, karena amal shalih yang mereka lakukan.

Doa ini menunjukkan bahwa mereka peduli pada keluarganya, mereka memikirkan keluarganya, dan doa ini, artinya mereka berusaha agar menjadikan keluarganya bukan cuma selamat dari api neraka, tapi juga agar dapat menjadi imam bagi orang-orang yang bertakwa.

The crisis of the ummah is not economic, is not politic, is not education, is not corruption, that is not the crisis of the ummah. The crisis of the ummah is that the family unit is being destroyed. People don't know how to raise kids anymore. People don't know what it means to be parent anymore. Husbands don't know what it means to be husband anymore. Wife doesn't know what it means to be wife anymore. Children don't know what it means to be children anymore. That is being destroyed by the modern context we live in. And when we learn this du'a, we learn that one of the thing that will protect us, will save us, save our ummah, is that we protect our family, we protect that unit. - Nouman Ali Khan

The Complete Sentence


Masih ingat kan, kalau penjelasan deskripsi orang-orang yang termasuk 'ibadurrahman itu cuma mubtada, belum ada khabar-nya. Masih incomplete sentence. Kalimat majemuknya, baru bagian subjeknya. Trus lanjutan apa? Predikat dan keterangannya apa?

Allah berfirman,

أُو۟لَـٰٓئِكَ يُجْزَوْنَ ٱلْغُرْفَةَ بِمَا صَبَرُوا۟ وَيُلَقَّوْنَ فِيهَا تَحِيَّةًۭ وَسَلَـٰمًا

Mereka itulah orang yang dibalasi dengan martabat yang tinggi (dalam surga) karena kesabaran mereka dan mereka disambut dengan penghormatan dan ucapan selamat di dalamnya, [Surat Al-Furqan (25) ayat 75]

خَـٰلِدِينَ فِيهَا ۚ حَسُنَتْ مُسْتَقَرًّۭا وَمُقَامًۭا

mereka kekal di dalamnya. Surga itu sebaik-baik tempat menetap dan tempat kediaman. [Surat Al-Furqan (25) ayat 76]


Allah akan memberikan balasan berupa surga level atas, karena kesabaran mereka. Ustadz Nouman menjelaskan bahwa kesabaran di sini berarti, mereka menjadikan kualifikasi tersebut sebagai gaya hidup/habit, konsisten dijaga dalam kesehariannya. 

All of these qualities requires what? Sabr. What is sabr means, sabr does not just mean patients, it means constancy. - Nouman Ali Khan

Hasunat mustaqarraw wa muqama. Surga itu sebaik-baik tempat untuk menetap sementara dan selamanya. Kenapa disebutkan mustaqarra, padahal bisa saja hanya menggunakan kata muqama? Ustadz Nouman menjelaskan ini berarti ada kemungkinan orang-orang tersebut bisa naik level ke surga yang lebih tinggi.

This home you have in jannah, as awesome as it is, might be temporary cause Allah is about to upgrade you.
***

Terakhir, aku tutup resume kali ini dengan quotes dari ustadz Nouman.

I share this ayat because I want to encourage you and your family to be 'ibadurrahman. Allah did not tell us "you have to do all of this", He said, "at least do one of this, give me one of this so I have a reason to call you 'ibadurrahman". Give Allah a reason to be called 'ibadurrahman. Give Allah a reason.
He is so loving and kind, that instead of setting high requirement, He lowers the requirement. He keep, "Oh you can do that one? How about this one? How about this one?" Subhanallah. There's so many He gaves us.
May Allah azza wajall truly make us 'ibadurrahman.

Aamiin.

Allahua'lam. 

Sunday, February 2, 2020

4 Cara (Salah) Menghindari Perdebatan

February 02, 2020 0 Comments
Bismillah.

#buku

Nukil Buku "Psikologi Suami - Istri" | DR. Thariq Kamal An-Nu`aimi

***

Dalam komunikasi dan diskusi wajar jika kita akan menemui perbedaan pendapat yang bisa memicu adanya perdebatan. Karena perdebatan itu ibarat masuk ke ring pertandingan, tidak jarang pihak yang berdebat sengaja ataupun tidak sengaja saling melukai. Biasanya, supaya ada beberapa hal yang dilakukan orang untuk menghindari perdebatan. Sayangnya empat cara ini adalah cara yang salah. Cara satu dan dua biasa dilakukan oleh pihak laki-laki, sedangkan cara tiga dan empat biasa dilakukan oleh pihak perempuan.

Cara Pertama: Bertengkar


Tujuannya sebenarnya untuk mengintimadasi. Biar tidak perlu ada perdebatan. Caranya dengan bersuara keras, intonasi dan cara bicara yang menyerang, mencerca, dan mengkritik, serta berusaha menunjukkan bahwa pihak yang lain salah dan lalai. Cara ini biasanya memperburuk hubungan, dan merusak kepercayaan.

"Apabila cara tersebut berulang-ulang dilakukan laki-laki maka akibatnya bukanlah kepercayaan menjadi kuat, tetapi justru akan merusaknya. Bila keadaannya sudah demikian, maka dengan terpaksa perempuan akan mengalami tekanan perasaan dan tidak mau berdiskusi dengan laki-laki yang memiliki tabiat emosional tersebut."
...

"Pada saat yang pendek ini perasaan cinta dan kasih sayang tidak lagi memiliki tempat, posisinya digantikan oleh kemarahan, emosi, serangan dan membela diri."

Cara Kedua: Mendiam



Agar tidak perlu berdebat, kemudian masing-masing memilih diam. Ibarat perang dingin, tidak ada yang membuka suara dan jalan komunikasi. Akibatnya permasalahan tetap saja menggantung.


"Diam di sini adalah upaya laki-laki untuk mengumpat dan tidak mau menghadapi kenyataan, karena takut memunculkan api peperangan dan krisis keadaan. Laki-laki akan berhenti bicara secara total atau tidak mau membicarakan permasalahan apa pun, baik yang berkaitan dengan permasalahan yang diperdebatkannya atau yang lainnya. Berhentinya bicara tersebut disertai dengan perasaan jengkel dan kesal."
Diam disini bukan cuma berakibat pada heningnya komunikasi, tapi juga interaksi antara dua pihak, kalau dalam buku ini antara suami dan istri.

"Cara mereka bersikap terhadap pasangannya dan cara untuk memperoleh apa yang diinginkan adalah dengan menyiksa pihak pasangan. Yaitu berhenti memberikan cinta. Pasangan tersebut senantiasa diam seperti mati dan beku, mereka menyakiti teman hidupnya dengan cara menutup cinta yang sebenarnya menjadi hak teman hidupnya."

Saat sikap diam ini dipilih, memang, perdebatan tidak terjadi. Seolah ada ketenangan. Tapi sebenarnya ketenangan tersebut semu dan sementara.

"Permasalahan-permasalahan yang tidak selesai dibicarakan dan tidak sempurna pemecahannya nantinya akan terlihat dampaknya, akan berpengaruh dan melemahkan hubungan perkawinannya."

Cara Ketiga: Berpura-pura


"Cara ini biasanya dipakai oleh perempuan. Agar terhindar dari rasa sakit hati dan penderitaan karena terjadi suatu permasalahan dan perdebatan, perempuan berusaha berpura-pura bahwa segalanya berjalan seperti biasa dan tidak ada permasalahan atau sesuatu yang menyesakkan. Perempuan tersenyum dengan dibuat-buat dan menunjukkan kebahagiaan kepada orang-orang di sekitarnya."
"Yang akan terjadi setelah waktu berjalan adalah munculnya perasaan jenuh dan bosan pada perempuan. Ia akan merasa bahwa dirinya yang selalu memberi yang diinginkan laki-laki, sementara balasannya ia tidak memperoleh apa-apa. Kejenuhan ini menghilangkan perasaan cinta pada perempuan, ia tidak dapat merasakan dan juga tidak dapat memberikan cinta. Sehingga kehidupannya hanya sebagai rutinitas yang tidak memiliki rasa."
"Ketika berpura-pura, baik laki-laki maupun perempuan, takut menampakkan dan berinteraksi dengan perasaannya yang sesungguhnya. Mereka lebih senang melupakan kenyataan yang menyedihkan tersebut dan berusaha berpura-pura bahwa segalanya baik-baik saja. Apabila salah satu ditanya tentang keadaannya maka jawabannya selalu "semua baik-baik saja, berjalan seperti biasa"."
 Ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Kalau laki-laki mengatakan "semua baik-baik saja", sebenarnya dalam hati ia yakin bahwa ia bisa menanganinya sendirian, dan juga tahu apa yang ia harus dilakukan.
"Berbeda dengan perempuan, ketika ia menggunakan jawaban tersebut hal itu menunjukkan ia ingin menghindari perdebatan, pertengkaran dan permasalahan yang akan timbul."
...
"Perempuan terkadang berusaha agar dirinya menerima, bahwa semuanya benar-benar baik dan berjalan seperti biasa, meskipun sebenarnya tidak demikian. Ketika perempuan berusaha memberikan pengorbanan dan menyembunyikan keinginan dan kebutuhan pokok dan kasih sayangnya karena ia takut terjadi permasalahan, tindakan ini berbahaya bagi kesehatan jiwa dan fisik perempuan."

Cara Keempat: Menyerah


Daripada harus debat berlarut-larut, akhirnya memilih menyerah. Tapi pilihan menyerah ini seringkali justru membawa permasalahan yang lebih besar.

Seseorang yang terus menerus menyerah, menutupi dan menyembunyikan dirinya, mengabaikan keinginan dan kebutuhannya untuk membahagiakan orang lain membawa dampak negatif pada jiwa dan dirinya. Ia akan menjadi mudah kesal dan sedih tanpa tahu alasan atau penyebabnya.

Buku ini mencontohkan kasus suami istri yang sudah dua puluh tahun bersama, sang suami sangat mencintai istrinya, dan melakukan banyak hal untuk istrinya namun ia merasa bahwa sang istri sering merasa kesal tanpa sebab yang jelas. Psikolog yang menangani kasus tersebut mengobrol dengan masing-masing secara terpisah dan menemukan jawaban dari permasalahan mereka.

"Rahasia dari kekesalan dan kesedihan tersebut mungkin karena selama dua puluh tahun tersebut ia selalu menyembunyikan perasaan jiwa, diri dan kebutuhannya, karena takut terjadi permasalahan. Dalam waktu dua puluh tahun tersebut ia selalu mengiyakan segala yang diinginkan dan dikatakan suaminya. Selama tahun-tahun tersebut ia tidak pernah ingin menyuarakan perasaan dan keinginannya yang sebenarnya, jiwanya mengendap dan diletakkan di balik persetujuan dan pengabulan keinginan laki-laki. Namun harga dari semua itu sangatlah mahal, di mana perempuan jadi menderita, jiwanya hilang dan perasaannya mati."

***

Trus, kalau ga boleh pakai cara-cara diatas, kita harus gimana?

Kewajiban kita adalah tidak melarikan diri dari kenyataan dan tidak mempergunakan cara-cara seperti di atas untuk menangani keadaan. Kita harus mengidentifikasi permasalahan, memilah dengan baik, baru menanganinya. Kita harus mencari tahu cara-cara bicara yang benar ketika merasakan diskusi telah berubah arah menuju perdebatan. Yaitu berhenti dengan cara yang dapat diterima akal, yang dapat membantu kita untuk tenang dan istirahat, yang memungkinkan kita untuk kembali berdiskusi dengan jiwa yang lebih baik dari sebelumnya, dengan harapan sampai ke pemecahan yang baik sesuai dengan keinginan dan menjadi kesenangan semua.

Terkadang perlu ada jeda, agar debat yang tidak sehat dapat dihindari. Terkadang kita perlu sejenak memberi jarak, agar kita bisa memilah dan memilih kata dan nada yang hendak disampaikan, agar tidak ada yang tersakiti sekalipun ada perbedaan pendapat yang perlu didiskusikan.

Satu lagi, tentang komunikasi dengan manusia, yang juga merupakan buah dari komunikasi kita dengan Allah. Pastikan kualitas hubungan kita dengan Allah baik, agar hubungan kita dengan makhluk-Nya juga baik-baik saja.

Allahua'lam.

***

PS: Akhirnya bisa ditulis juga, setelah tiga bulan sejak postingan sebelumnya.

Saturday, February 1, 2020

Teman Baca

February 01, 2020 0 Comments
Bismillah.

*selftalk



Aku tahu, membaca itu aktivitas menyendiri. Tapi kekurangan dan keterbatasan yang aku punya membuatku merasakan kebutuhan untuk cari "teman baca".

Temen yang bisa ngingetin aku, hari ini udah baca buku belum? Temen yang jadi tempat curhat kalau aku males baca. Temen yang bisa diajak diskusi tentang buku yang aku baca. Tanpa ada perasaan 'takut' terkesan sombong. Simply talk a lot about books because we love, or at least try to love reading books.

Jadi, aku mencarinya.. Kali ini bukan komunitas yang aku cari, tapi personal.

Secara komunitas Gen Al Fihri udh sepi, IMLA juga, bukabuku aku ga gabung grupnya, trus follow bbbbookclub ngerasa bukan member krn belum jadi buibu hehe.

Dan kayanya sih, udah nemu sosok yang bisa diajakin jadi temen baca. Tinggal gimana aku membuka percakapan, dan mengungkapkan maksud dan tujuan hehe. And I find it really difficult. Should I dm her ig? Or contact via facebook? Or... Should I looked for her whatsapp number?

I still don't know. Masih ragu. Takut ditolak trus krik krik hehe.

***

Oh ya beberapa hari yang lalu, tepatnya Senin, ada yang memberitahuku bahwa sebenarnya orang yang ambivert itu ga ada. Yang ada itu, orang introvert atau ekstrovert yang sudah bisa 'menguasai' dirinya. Jadi kalaupun harus berhadapan dengan situasi yang membuatnya harus keluar dari sisi introvertnya atau ekstrovertnya, ia bisa mengatasinya.

Si ekstrovert bisa juga menyendiri dan diam. Pun si introvert juga bisa bertemu banyak orang dan banyak berbicara.

Trus apa hubungannya ini sama teman baca? Ada.

Just want to ensure myself, whether it's extrovert or introvert don't use it as an excuse.

Ucapkan bismillah dan lakukan. Say hello, ask about books, and tell her that you'd love to have a discussion with her once in a while about books. Ok?