Follow Me

Saturday, September 29, 2018

Fine, Not Fine, Fine,..

September 29, 2018 0 Comments
Bismillah.
#selftalk
-Muhasabah Diri-


Banyak saat, momen saat aku sendiri ragu dan tidak tahu kabar diri. Jangankan ditanya orang lain, bahkan aku sendiri yang bertanya pada diri... jawabannya.. fine but not okay. Not fine, but still okay. Mungkin karena ada bagian diri yang masih tidak baik. Ibarat sehat, tapi sebenarnya sedikit muncul tanda-tanda akan terkena flu. Atau iya, sehat, tapi hari itu tersandung dan meninggalkan lecet di kaki.

Tidak tahu, atau tidak yakin. Atau mungkin tahu, hanya ragu mengakui. Dan mungkin yakin, namun belum berani mengambil tindak lanjutnya. Lalu bodohnya, bukannya berusaha jujur, justru menetik satu persatu kelopak bunga dan main tebak-tebakkan. I'm fine, I'm not fine, fine, not fine, dst. Lalu cerobohnya, bukan melangkah agar jika baik terus baik, atau jika tidak baik bisa menjadi baik, justru berdiam diri. Hingga akhirnya benar-benar tidak baik. 

***

Jangan diam, dan berhenti. Bergeraklah, meski perpindahannya sedikit. Kalau tidak tahu, cari tahu. Kalau tidak yakin, usaha, agar keraguannya hilang. Kalau ragu mengakui, mungkin karena salah tempat, menulis ini tidak berarti apa-apa. Jujur pada diri itu bukan tentang apa yang terlihat, tapi tentang apa yang dirasakan. Jika masih tidak tahu, atau masih tidak yakin, bertanyalah... pada hati yang seharusnya bening dan memantulkan refleksi yang jujur. Jika tidak terlihat? Mungkin itu tandanya ia buram, tertutup dosa-dosa.

Boleh, dan mungkin dianjurkan, untuk berprasangka buruk pada diri. Asalkan tetap berbaik sangka padaNya. Jangan terbalik.

***

Nanti... saat tahu bahwa diri ini baik-baik saja, atau tidak baik-baik saja. Apapun jawabannya, belajarlah bersyukur. Temukan minimal satu hal, yang perlu kita syukuri. Satu. Minimal satu. 

Semoga dengan satu itu, Allah akan mengapresiasi itu.

....in syakartum wa aamantum wa kaanallaahu syaakiran 'aliimaa..

Allahua'lam.

Friday, September 28, 2018

Utak Atik Desain Lagi

September 28, 2018 0 Comments
Bismillah.

Sudah lama ga menghias blog ini dengan desain sederhana. Hari ini entah kenapa... ada "angin" yang menggerakkan hatiku main canva lagi. Desain di hp, tergantung dengan koneksi hehe. Masih amatir memang, tapi ingin mendokumentasikannya di sini.


Berniat mengaktifkan lagi fanpage Better Word for Better Life, pas diupdate covernya, kok.. ukuran layout cover facebook bawaan canva beda ya? Apa memang dimensi cover akun personal facebook dengan cover fanpage facebook beda? Entahlah, belum cek via laptop hehe.

Selanjutnya, yang ini udah disimpen lama, cuma ganti background hitam, trus salah satu warna daun yang tadinya putih jadi warna lain. Oh ya, sama ganti font tulisan dan ukuran.


Biar lengkap, aku desain cover baru buat facebook. Ini prosesnya paling lama karena bingung mau diisi tulisan apa, backgroundnya apa dll. Dijeda lama, dan baru dirampungkan beberapa menit yang lalu.


Ada beberapa desain lain juga, tapi bukan untuk pribadi, dan ga yakin di approve untuk publish.

***

Anyway, sekian dokumentasi desain amatir hari ini.

Semangat ^^

Thursday, September 27, 2018

It's Bitter, Life

September 27, 2018 0 Comments
Bismillah.
#fiksi


Dua orang perempuan memakai kerudung berwarna tosca. Yang satu kerudung langsungan, bahan kaos. Yang satunya lagi, pashmina.

Perempuan dengan kerudung langsungan menyeruput minuman di hadapannya.

"Pahit," ucapnya. Perempuan berkerudung pashmina mengalihkan pandangannya dari layar gadget yang sedari tadi berkelap-kelip membuat ia mengabaikan temannya.

"Pahit?", tanya perempuan itu heran, sembari memperbaiki kerudung pashminanya.

"Ya, Pahit, Mia". Jawaban Qiara tidak menghilangkan ekspresi heran di wajah Mia. Jelas-jelas, yang Qiara minum jus mangga, harusnya masam, atau terlalu manis. Ini pahit?

"Apa yang pahit?" tanya Mia, matanya melihat ke gadget yang notifikasinya masih memanggil-manggil fokusnya.

"Life", jawab Qiara singkat. Mia memutuskan mematikan gadgetnya supaya bisa fokus ke Qiara, sohib introvertnya, yang khas dengan jawaban pendeknya.

"Ada apa? Did something happen?" pertanyaan Mia dijawab dengan gelengan kepala Qiara. Mata Mia menatap sahabatnya, masih belum puas, ia tidak bisa menelan gelengan Qiara sebagai jawaban.

"Ga ada apa-apa. Cuma kerasa aja, kalau hidup itu pahit"

"Beneran?" tanya Mia, masih ragu. Qiara mengangguk, kemudian meminum lagi jusnya sampai tinggal satu senti dari dasar gelas.

"Qi, hidup itu nano-nano," ucap Mia, kemudian ia bersenandung lagu khas iklan permen "Manis asam asin, rame rasanya", membuat Qiara tersenyum.

"Tapi Mia..", Qiara menjeda kalimatnya, menghabiskan jusnya sampai terdengar bunyi seruput khas sedotan membuat mata Mia membelalak, kemudian melihat ke sekitar. Qiara malah menyengir kemudian berucap pendek, "Sorry, I'm thirsty".

"Jadi apa? Apa tapinya?" tanya Mia mengingatkan Qiara untuk melanjutkan kalimatnya. Mia takut, kalau Qiara memilih menelan lagi pikirannya seperti biasanya. Qiara memang sering dan hampir selalu begitu, kalimat pendek, satu dua kata, kemudian berhenti, membuat Mia terasa digantung karena rasa penasarannya. Ya, Mia banyak ingin tahu tentang apa-apa yang ada di otak Qiara, perasaannya, pikirannya, kegelisahannya.

"Aku lebih suka mengecap hidup yang pahit, ketimhang rasa lainnya." jelas Qiara. Mia masih menatap Qiara yang memutar-mutar sedotan di gelas jus yang kosong, hanya tersisa sedikit warna kuning oranye mangga.

"Sometimes sweetness, sourness and salty can still be addicted. Then I get addicted in this worldly life"

Mia meminum kopi di cangkirnya, kemudian menyatakan ketidaksetujuannya.

"Salah Qi.. rasa pahit juga bisa bikin nagih. Contohnya kopi hitam ini.."

Qiara tak mau kalah. Ia mulai menjelaskan bahwa yang membuat kopi adiktif itu bukan rasa pahitnya, tapi kafein di dalamnya.

Mia mendengus pelan, kalah. Qiara tersenyum melihat ekspresi sohibnya. Ia memutar-mutar lagi sedotan di gelas kosongnya.

"Mi.. can I order one more glass?" Mia mengangguk.

"Tapi minuman di sini mahal," ucap Qiara lirih.. Melihat Qiara ragu, Mia segera memanggil pelayan dan mengabaikan komentar Qiara tentang mahalnya minuman di kafe tersebut. Bagi Mia, itu tidak mahal, karena ia bisa mengobrol lebih lama dengan Qiara. Tidak mudah mendengarkan suara Qiara, ia lebih sering diam, dan sering tidak mau kalah dalam mengungkapkan opininya. Tapi justru sisi itu, yang membuat Mia senang bersahabat dengannya.

The End.

Lebah

September 27, 2018 0 Comments
Bismillah.

#bersihbersihdraft

Bee, lebah, hewan kecil dengan corak unik. Pekerjaannya mengumpulkan madu, madu yang nantinya banyak membawa manfaat untuk lebah-lebah lain, juga untuk manusia, juga untuk bunga-bunga atau pohon-pohon yang madunya diambil.


Lebah istimewa, karena Allah menyebutkannya dalam kalam-Nya. Ketika Allah menyebutkan salah satu makhluknya dalam Al Quran, artinya, ada banyak pelajaran yang diambil, seharusnya kita lebih teliti dan memikirkan lebih dalam lagi, mengapa lebah disebutkan dalam Al Quran.

***

Uniknya lagi, ada hadits juga yang menggambarkan bahwa mukmin itu seperti lebah. Pertanyaannya, pelajaran apa dari lebah yang bisa kita contoh?

Kebermanfaatan Yang Ada Darinya

Ada film kartun, lupa judulnya yang memberitahu atau menggambarkan bagaimana jika lebah tidak ada. Madu yang diproduksi oleh lebah, bantuan lebah dalam menyebarkan serbuk sari tanaman. Manfaat madu yang baik untuk manusia, bergizi, manis, obat bagi berbagai penyakit. Salah satunya penyakit lambung.

Sifatnya Yang Tidak Serakah

Serangga yang menghisap kebaikan dari bunga tanaman dan pohon itu.. tidak hanya lebah. Tapi, lebah berbeda dan unik. Kenapa? Karen lebah memiliki sifat tidak serakah. Ia hanya mengambil seperlunya, tidak berlebihan. Ia tidak mengambil dan merusak tanaman. Bahkan setelah mengambil madu, lebah membuat gerakan khusus, the bee dance kalau orang barat menyebutnya, untuk memberitahu teman-temannya letak bunga tersebut. Sehingga teman-temannya juga bisa mengambil manfaat dari bunga tersebut.

Patuh Pada Peran dan Pekerja Keras

Dalam kerajaan lebah, ada beberapa peran. Lebah pekerja yang keluar mencari makanan. Lebah ratu, yang akan melahirkan generasi baru *hehe bahasanya loh hehe. Juga lebah penjaga sarang, yang membangun tempat penyimpanan madu dan memastikan lebah ratu terpenuhi kebutuhan makannya.

***

Mungkin ada banyak pelajaran lain. Dan tulisan ini pasti banyak kesalahan karena kurang studi literatur. Tapi meski begitu, semoga intinya tetap sampai.

Agar kita membuka mata lebih lebar atas ciptaanNya, bahwa ada pelajaran yang bisa kita ambil dari hidup lebah. Juga.. agar kita berzikir dan memuji AsmaNya, betapa indah ciptaanNya, dan begitu banyak nikmat yang belum kita syukuri.

Allahua'lam.

Medium, Blog, dan Interaksi di Dalamnya

September 27, 2018 0 Comments
Bismillah.
#bersihbersihdraft #blogwalking

Beberapa hari yang lalu (selum tanggal 11 September 2017), saya blogwalking di Medium dan baca salah satu tulisan berbahasa indonesia di sana.
Wordpress mulai saya tinggalkan mulanya adalah karena saya tidak lagi banyak membuat catatan pribadi. Dan mulai beralih berusaha menulis sesuatu yang lebih bermanfaat untuk pembaca. Pada saat itulah saya merasa Wordpress sangat sulit untuk menarik perhatian pembaca karena ekosistem pembacanya tidak terkelompok. Sederhananya, engagement sangat rendah.

Berbeda halnya dengan Medium, saya melihat Medium bisa begitu dinamis dalam interaksi antara penulis dan pembaca. Tampilannya yang simpel dan beberapa fitur yang memudahkan orang untuk menulis rasanya jadi alasan mengapa Medium menjadi populer.
- Bagus D Ramadhan, Komunitas Blogger Medium
***

Saya sadar, dan setuju, menulis di blog itu interaksinya rendah. Kecuali, blog-nya seseorang yang sudah terkenal, biasanya komentar di blognya banyak. Tapi blog umumnya, sangat sedikit yang mau berinteraksi. Entah platform wordpress dan blogger yang tidak mendukung, atau karena mayoritas pengguna blog lebih suka membaca dan jadi silent reader.

Tapi ada dua tempat yang bisa menjadi blog dengan tingkat interaksi yang lebih tinggi, yaitu Tumblr dan Medium. Tumblr dengan fasilitas reblognya, meski tidak ada tempat berkomentar, tapi ada replies, ditambah lagi ada fasilitas messaging juga. Medium, ada banyak fasilitas interaksinya. Ada claps, yang dulunya heart. Fungsi claps berbeda dengan like, karena bisa dilakukan lebih dari sekali oleh satu akun. Ada juga komentar, ini standar ya. Ada bookmark. Ada highlight. Pas ngehighlight juga bisa dikomentari, jadi pas gitu, kalimat ini misal mau ditanyakan, jelas.

WordPress sebenarnya ada fungsi like, rating, dan komentar juga. Blogger? Ada sih,  gadget feedback, tapi baru itu saja. Oh ya, kalau blog, sebenarnya bisa diatur misal agar komentarnya tersambung dengan Facebook, itu bisa dilakukan untuk meningkatkan interaksi. Tapi memang perlu usaha lebih untuk belajar biar bisa nyambung komentar blog dengan facebook.

***

Tentang blog dan interaksi di dalamnya, aku pikir setiap orang punya preferensi masing-masing. Kalau aku.. justru memilih menulis di blog karena sepi hehe. Tidak ramai interaksi dengan orang lain. Kalau ingin banyak interaksi, kan bisa nulis di sosmed, entah itu Facebook, Line, Instagram, dll.

Kalau ingin menulis di blog yang tingkat interaksinya tinggi, bisa pilih Medium, Tumblr, Wattpad, dll. Kalau ingin banyak yang baca, bisa juga nulis di sosial media, micro blogging istilahnya.

Di mana pun, tetaplah menulis. Sesederhana apapun. Semangat menulis¡

Energi untuk Kerja Besar

September 27, 2018 0 Comments
Bismillah.
-Muhasabah Diri-

Semoga Allah menyibukkan kita dengan kegiatan yang produktif dan menjauhkan kita dari kegiatan yang sia-sia.


***

Sore ini, aku membuka buku tulis berisi catatan kutipan, banyak kalimat baik yang seolah baru aku baca. Rasanya ingin menyalin semuanya di sini.

Salah satu kutipan yang menarik mata dan hatiku adalah tentang energi dan masalah dari buku Serial Cinta, Anis Matta. Meski di sana dibahas dalam frame rumah tangga, tapi sebenarnya bisa berlaku untuk hal umum dan general.
"Jadi, kaidahnya sederhana: kalau energi kita tidak digunakan untuk kerja-kerja besar, maka perhatian kita segera tercurah pada masalah-masalah kecil. Karena mereka yang punya agenda besar dalam hidup, maka mereka tidak membiarkan energi mereka terkuras oleh pertengkaran-pertengkaran kecil, kecuali untuk semacam "pelepasan emosi" yang wajar untuk kesehatan mental." - Anis Matta
***

Pesanku, untukku... jangan habiskan energi untuk masalah-masalah kecil ya. Ingat lagi tujuan dan visi yang lebih besar.  Jangan sampai salah fokus, salah prioritas, lalu menyesal di akhir. Belajar lagi, untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Batu-batu kecil itu akan selalu hadir dalam kehidupan. Masalah-masalah kecil. Noise yang membuat kita lupa suara mana yang seharusnya fokus kita dengarkan.

Buka mata lebih lebar, see the big picture. Pilih batu pijakan yang searah dengan visi dan lakukan kerja-kerja besar.

Distraksinya akan selalu ada. Begitulah dunia, penuh ujian di sana sini. Pintar-pintarlah memilah dan memilih, berjalan, berjinjit hati-hati, agar energi dan waktu kita tidak habis di hal-hal kecil itu. 

Wallahu'alam.

Sunday, September 23, 2018

Melihatmu Duduk Menatap Layar

September 23, 2018 0 Comments
Bismillah.


Berulangkali, entah lewat bahasa verbal maupun nonverbal kudengar dan kulihat ketidaksukaannya melihatku duduk menatap layar. Entah itu laptop, atau hp. Aku paham, meski biasanya saat disindir, aku lebih suka menghindar dan masuk ke kamar. Tapi sebenarnya aku paham. Karena aku sama.. tidak suka juga melihat anak-anak kecil yang terpaku di depan layar, entah layar hp, layar tv maupun layar komputer. Lebih menyenangkan melihat mereka bergerak dan bermain. Atau membaca buku membolak balik halaman, atau melakukan hal lain selain menatap layar.

Saat melihatmu duduk menatap layar, aku tidak tahu persis apa yang kamu lakukan. Apakah kamu sedang berselancar scrolling sosmed, penasaran pada sepotong kotak kehidupan orang lain. Apakah kamu sedang membaca e-book, mencerna informasi di setiap pixel. Aapakah kamu sedang bermain game, atau menonton film. Atau mungkin sedang menulis, mengerjakan tugas. Ketidaktahuan itu yang membuatku tidak suka. Terkadang prasangka hadir saja, seolah saat kamu menatap layar, waktu terbuang sia-sia. Kalau dulu ada istilah berpangku tangan karena tidak melakukan apa-apa. Kini justru menatap layar, rawan menjadi aktivitas yang tidak produktif dan menyita waktu. 

Sesekali saat aku disindir, ditegur,... aku terluka. Seolah ingin menjelaskan padanya, bahwa aku tidak selalu menatap layar menyia-nyiakan waktu mudaku. Rasanya ingin menjawal dan memberitahu, bahwa banyak aktivitas produktif yang kulakukan meski aku hanya tampak menatap layar saja. Tapi sebagian diriku tahu... aku tidak berhak sok terluka. Karena aku paham, mengapa ia menyikapiku begitu setiap aku terlihat begitu lama berdiam memandangi layar. Toh ada benarnya, bahwa ada begitu banyak distraksi dan bisa jadi memang 80% aku menatap layar aku tidak produktif.

***

Aku bukan generasi milineal, yang sudah mengenal dan familiar dengan layar sejak balita. Aku baru mengenalnya saat duduk di bangku menengah pertama. Jujur, aku tidak bisa membayangkan bagaimana nanti aku harus bersikap jika aku berulangkali melihat anak-anak yang lebih muda dariku duduk menatap layar. Mungkin aku juga akan tidak suka, dan mengekspresikannya baik dalam bahasa verbal maupun non verbal. 

Aku bukan generasi milineal, yang sudah terbiasa menatap layar lama-lama sejak masih balita. Aku yang sudah jauh lebih tua, dan seharusnya bisa paham kapan harus meletakkannya dan kapan harus menggunakannya saja... masih sering lalai, dan terdistraksi. Layar itu.. seolah terus menarikku untuk menatapnya. Kelengkapan fungsi yang dimilikinya seolah menawarkan efektivitas dan efisiensi. Tanpa sadar aku memandanginya terlalu lama, mencicipi sisi gelapnya. 

Bagaimana dengan anak-anak yang lebih muda dariku. Pasti mereka lebih kesulitan lagi menghadapi distraksi layar ini. Harus ada yang mengajak mereka bergerak dan meninggalkan layar. Harus ada yang mengingatkan mereka, seperti aku butuh diingatkan. 

***

Melihatmu duduk menatap layar...
Melihatku duduk menatap layar....
Melihatnya duduk menatap layar... 

Lalu tulisan ini hadir, mencoba merajut ide. Tentang interaksi kita dengan layar. Entah itu hp, tv atau komputer. 

Semoga Allah menolong kita, agar kita tidak menjadi lalai karena terlalu lama menatap layar. Aamiin.

Allahua'lam. 

Keharusan yang Diabaikan

September 23, 2018 0 Comments
Bismillah.

Tanpa terasa hampir tiga hari tidak menulis di sini. *Ini prolognya kaya mau nulis diary aja hehe.

Tadi pagi, mungkin karena lama ga nulis, berbagai ide muncul dan sedikit di bangun di otak. Entah, apakah bisa dieja dalam kata dan jadi tulisan. Usaha dulu hehe. Tulisan ini cuma sesi pemanasan saja. Untukku.


***

Ada banyak hal yang harus dikerjakan, yang harus diprioritaskan, tapi terkadang kita lebih suka menunda dan melaksanakan yang nyaman, ringan dan enak saja. Lupa, bahwa jika keharusan diabaikan akan menuai luka. Entah itu penyesalan, atau konsekuensi lainnya. 

Mari melangkah, gerakkan jari, dan otakmu untuk merangkai kata, semoga berbuah tulisan yang bisa memberatkan kantong amal baik. Aamiin. 

Semangat ~

Friday, September 21, 2018

Circle

September 21, 2018 0 Comments
Bismillah.

Jujur, aku takut untuk memulai lagi.

Tapi jika berkata rindu lalu tidak melangkah, apa berarti rindu itu dusta?

Pertanyaan, latar belakang, perbedaan... seharusnya menguap saja. Fokus saja, pada ilmu yang harus dicari, berharap nanti Allah pertemukan dengan hati yang sama-sama ingin memperbaiki diri.

Belum melangkah padahal, baru sebuah janji akan hadir, pekan depan. Tapi ini saja, sudah membuat otakku overthinking.

Nanti.. nanti saja pikirkan lagi, jika sudah satu langkah, dan ada yang mengganjal. Sekarang, perbanyak saja berbaik sangka pada takdir yang masih Allah rahasiakan.

Allahua'lam.

Thursday, September 20, 2018

XYouthGen

September 20, 2018 0 Comments
Bismillah.

#blogwalking

Hari ini qadarullah saya buka tumblr, scrolling.. sepi hehe. Mungkin sudah banyak yang hijrah ke tempat lain, entah itu wordpress, medium, atau milih nulis di instagram saja. Lalu kutemukan sebuah ajakan nulis dari XYouthGen (Extraordinary Youth Generation), temanya hijrah, edisi Muharram, cerita tentang perjalanan hijrah, waktu submit tulisannya sampai oktober tgl berapa gitu. Bentar ini screenshootnya.. 

Di desainnya ada link wordpressnya XYouthGen langsung aja aku blogwalking, baca sekilas. Sebenarnya bukan yang pertama sih baca tumblr XYouthGen tapi sebelumnya ga pernah menyengaja berkunjung. Cuma baca karena muncul di dashboard tumblr saja. Di WordPressnya ada banyak tulisan, salah satunya cerita tentang perjalanan XYouthGen, yang sudah satu tahun. Yang pergi dan tidak bisa aktif lagi bekontribusi, yang bertahan dan ingin melanjutkan. Beberapa tulisan project menulis tematik yang pernah diadakan XYouthGen, surat cinta kalau ga salah. Aku bacanya sekilas-sekilas. 

Lalu aku.. jadi ingin ikutan, tapi bingung sendiri, kisah hijrah mana yang ingin kuceritakan? Trus.. kalaupun ikut, pasti niatnya nulis sendiri saja, tanpa benar-benar mengikuti syarat. Ga post di tumblr, ga tag akun XYouthGen, dll.

*trus jadi ingin curhat* hehehe. Tentang entah sejak kapan, aku lebih nyaman nulis sendiri. Kalau ada semacam project nulis, atau lomba nulis, ikutan aja, tapi ga bener-bener di submit. Ah. Payah. 

Balik ke XYouthGen. Aku salut sama komunitas nulis XYouthGen, bagaimana mengemas tema dan mengajak muda mudi untuk menulis. Selalu mennyenangkan membaca tulisan orang lain, karena dari kisah yang mungkin 'biasa' justru bisa diambil hikmahnya untuk banyak orang. 

Apakah aku beneran mau ikutan Muharram Special Project-nya XYouthGen itu masih misteri hehe. Niat in syaa Allah sudah ada. Tinggal dibulatkan jadi tekad dan diwujudkan dalam laku. 

Anyway, thumbs up for XYouthGen. Tetap semangat menulis dan mengajak ubtuk menulis~

Bapak Tua dan Dua Karung Rumputnya

September 20, 2018 0 Comments
Bismillah.

Bapak itu... tubuhnya kecil dan kurus. Terutama kakinya, yang basah dan berhias tanah basah dan daun daun rumput. Ia meminta izin padaku untuk melewati lantai keramik, berulangkali minta maaf karena akan ada jejak tanah basah. Ia tidak beralas kaki. Kujawab mboten nopo-nopo. Tapi ia masih terus mengungkapkan ketidaknyamanannya harus menyisakan jejak coklat basah di keramik dingin berwarna krem. 

Sekitar dua puluh menit yang lalu, sebelum hujan deras membasahi bumi tempatku berpijak, ia ada disana, di tanah sebelah timur yang dipenuhi pohon dan rerumputan. Ia mengisi dua karung putih dengan rumput. Ayahku yang mengajaknya mengobrol, aku hanya melihat dari jauh tanpa tahu apa yang sedang dibincangkan. Kemudian hujan deras mengguyur, membuatku berpindah posisi agar tidak terkena cipratan air pecahan saat hujan bertemu atap yang melingkupi tempat ini. 

Hujan membawa udara dingin, membuat ayahku menghampiriku menanyakan handuk merah bekas yang biasa digunakan sebagai lap. Kemudian Ayahku mencari gelas, dan membuat kopi. Entah mengapa tidak menyuruhku membuatnya. Mungkin karena aku sering tidak pas menakar bubuk kopi dan butiran gula, serta volume air untuk menciptakan rasa yang nikmat.

Kembali ke bapak tua, yang kaos dan celananya terlihat basah. Kakinya yang tidak mengenakan sandal dan terlihat sangat kecil menopang tubuhnya. Ia membawa dua karung berisi rumput, empat kali melewatiku. Lalu ia berdiri dibawah pohon kecil entah menanti apa. Aku bertanya - tanya sambil mengamatinya yang masih berdiri disebelah dua karung berisi rumput. Dengan apa ia akan membawa dua karung tersebut. Apa dengan becak, atau gerobak sampah? Atau..... 

Sampai sebuah bis kecil lewat dan berhenti di depannya. Warnanya biru tua, dan aku tidak tahu kemana bis itu biasa pergi. Aku masih memperhatikan bapak itu, menaikkan karung putih, yang diatasnya menyembul warna hijau segar rumput. Satu per satu. Supirnya menunggu sampai bapak itu selesai meletakkan kedua karungnya, kemudian bis itu pergi ke arah barat. Jalanan di depanku berganti pemandangan mobil dan motor. Hujan masih rintik-rintik, tapi tidak sederas dua puluh menit yang lalu. Sesekali motor menepi ke pohon kecil, kemudian sang pengendara mengeluarkan jas hujan dan memakainya. Sesekali, anak-anak sekolahan lewat dengan payung atau jaket di atas kepalanya. Dan aku.... mencoba menarasikannya di sini, dalam tulisan.

***

Hikmah apa yang hendak Allah titipkan? Hikmah yang harus aku temukan dari hal itu?


Allahua'lam.

Rabbi Habli Hukma

September 20, 2018 0 Comments
Bismillah. 

رَبِّ هَبْ لِى حُكْمًۭا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّـٰلِحِينَ
(Ibrahim berdoa): "Ya Tuhanku, berikanlah kepadaku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang saleh,

Hadiahkan kepadaku hikmah. Membaca terjemahannya saja memang sering tidak cukup. Perlu mendengar penjelasan lebih tentang ayat quran.

Dari transkrip ceramah Ustadz Nouman Ali Khan waktu berkunjung ke Istiqlal, aku diingatkan lagi tentang doa ini. Baca urutan doanya, kondisi Ibrahim saat berdoa, dan penjelasan lainnya di blog nakindonesia. 

Makna dari doa.. supaya dihadiahkan hikmah adalah, meminta Allah memudahkan dan menguatkan kita untuk melaksanakan kebenaran dan ilmu yang kita ketahui. Karena nyatanya, tidak mudah, bahkan sulit untuk mengamalkan semua hal yang kita tahu itu benar dan baik untuk kita. Tidak selalu ringan, memenuhi ketetapan Allah, mematuhi perintahNya dan menghindari laranganNya.

Seperti saat kita tersulut emosi, kita tahu kita harus menelannya, bahkan tidak menampakkannya meski hanya lewat desahan nafas atau bungkamnya mulut kita. Tidak mudah berat. 

Atau seperti saat, adzan berkumandang, dan rasanya berat untuk bangun dari tidur pulas kita. Rasanya ingin menuntaskan tidur kita meski hanya lima menit. Padahal kita tahu, seharusnya kita segera membaca doa bangun tidur, mengambil wudhu dan shalat sunnah agar jeratan setan bisa tuntas putus.

***

Tidak cukup minta Allah menghadiahkan hikmah, tapi kita juga perlu meminta agar dikelilingi orang-orang shalih. Karena Islam adalah agama yang mengerti fitrah manusia sebagai mahluk sosial, juga fitrah manusia yang pelupa. 

wa alhiqni bisholihin

masukanlah aku ke dalam golongan orang-orang shalih. Sehingga saat sedang futur ada yang menyemanngati kita. Bahkan mungkin bukan lewat nasihat yang keluar dari lisan atau tulisan. Cukup berinteraksi dengan mereka, saat mereka menjabat tangan dan mengucapkan salam, dari melihat mereka, bisa mengingatkan kita kepada Allah lagi.

***

Terakhir, mumpung musim hujan. Banyakin doa.. salah satunya doa yang Ibrahim panjatkan, yang Allah abadikan di Quran. 

Rabbi habli hukma wa alhiqni bisholihin. Aamiin.


Allahua'lam. 


Berkeringat

September 20, 2018 0 Comments
Bismillah.


Sesekali, olahraga, atau bersih-bersih dan biarkan badanku berkeringat. Mungkin karena selama ini rutinitas tidak terlalu menguras tenaga, apalagi sampai membuat berkeringat... Sekalinya mencicipi lagi rasanya berkeringat, rasanya menyenangkan. Aku mungkin tidak hafal nama hormon yang dikeluarkan saat kita berkeringat, tapi aku tahu bahwa olahraga, bersih-bersih, bekerja yang sampai membuat berkeringat itu baik untuk kita. Beda.. kalau kita berkeringat karena kepanasan. Sensasinya beda. Apalagi sekarang musim hujan. Jika tak menyengaja, akan minim sekali untuk berkeringat. 

***

Hanya ingin menulis itu. Tapi meski terkesan remeh, entah mengapa yang aku rasakan berbeda. Alhamdulillah.

Tiba-tiba jadi ingat cerita Ayah. Hari yang dilalui dengan bekerja sampai berkeringat itu, jauh lebih menyegarkan badan ketimbang satu hari libur dan istirahat.

Satu hal kecil ini, mungkin sebuah pengingat dari Allah agar aku mengagendakan olahraga. Apalagi, sekarang tidak seperti dulu yang setiap hari pasti berjalan kemana-mana. Semoga tidak hanya rencana. J

Allahua'lam.


Tuesday, September 18, 2018

Ia yang Datang dan Dia yang Pergi

September 18, 2018 0 Comments
Bismillah.

Dalam hidup kita, akan ada orang-orang baru yang datang. Begitu pula, ada juga orang-orang lama yang pergi. Semua Allah rencanakan dan pasti ada hikmah dibalik kedatangan dan kepergiannya. Dan di sini.. meski baru sekitar 8 hari, izinkan aku mencoba merangkai hikmahnya. Atau mungkin aku hanya hendak menceritakannya di sini.

Yang Pergi

Sabtu, 8 September 2018 entah mengapa aku merasa ia akan pergi saat ia menolak dan memberitahu, bahwa pekan itu, ditambah esok hari adalah ia memilih pulang tanpa membawa apa-apa. Meski perasaan bahwa ia akan pergi jauh hinggap di otak, kucoba singkirkan, takut kalau itu hanya prasangka buruk. Hari esoknya, lewat orang lain, kudengar senin (10/9) ia tidak akan datang karena satu hal. Selasa, ia masih memberi kabar, bukan padaku tentu saja, pada orang lain, bahwa ia tidak datang lagi. Kemudian saat rabu ia masih tidak datang, orang lain bertanya padanya, ia berencana pergi dua bulan. Entah atas alasan apa, aku... tidak perlu tahu. Aku cuma berdoa dalam hati, jika ia memang tidak datang dan akan pergi, semoga itu yang terbaik.

Yang Datang

Senin 10 September 2018 ia datang menaiki kereta api. Aku tak sempat menyambutnya lama-lama karena saat ia tiba, aku ada agenda lain yang harus dihadiri. Ia pendatang yang introvert. Tidak suka diperhatikan meski kehadirannya menarik perhatian banyak orang. Ia lebih memilih diam dan bersembunyi saat banyak orang, kemudian berubah menjadi cerewet, lincah dan banyak tingkah saat ia dengan orang yang sudah dikenalnya.


***

Yang Datang Maupun yang Pergi

Uniknya bersamaan, seolah memang sudah diatur begitu. Ibarat antrian panjang, saat yang satu sudah selesai, antrian berikutnya masuk. Tidak ada kekosongan, bergulir satu demi satu. Keduanya, kepergian dia, dan kedatangan ia.. dua-duanya membawa perubahan di hariku. Rutinitasku sedikit berubah, meski tidak seluruhnya. Aku hanya bisa berdoa, semoga perubahan yang baik. Karena meski ada yang datang dan ada yang pergi, selalu ada peluang, aku tetap geming dan memilih lembam.

***

Yang pergi datang kembali?

Ya... kemungkinannya ada. Karena kata orang lain, waktunya dua bulan. Allahua'lam. Jika memang yang pergi nanti, datang kembali, aku berharap aku bisa memanfaatkan kepergiannya untuk memperbaiki diri. Karena jujur, aku merasa terlalu childish pada ia yang pergi, banyak salah, perlu mendewasa dan belajar bijak menyikapi kedatangannya. Mumpung ia sedang pergi... mumpung aku tak lagi harus melukai diri dengan prasangka terhadapnya, semoga waktu ini aku gunakan untuk memperbaiki diri. Agar berhenting playing victim role. Dan belajar lagi... memperbaiki iman dan amal, agar bebuah akhlak baik.

Yang datang akan pergi?

Ya... kemungkinannya, jelas ada. Karena memang alasan ia datang bukan untuk menetap. Hanya sementara di sini menyelesaikan yang harus tuntas. Jika memang yang datang akan pergi, semoga waktu dan momen ini aku manfaatkan untuk dekat dengannya, mengambil banyak hikmah dari hal-hal kecil yang ia lakukan. Memperhatikan bagaimana ia mulai membuka hati, dan seolah sifat introvertnya memudar. Bukan hilang padahal, hanya saja, setiap hari ia merasa lebih nyaman padaku, sehingga ia mulai nyaman menjadi dirinya sendiri. Tanpa perlu banyak diam dan banyak bersembunyi. Mungkin darinya, aku perlu belajar juga, untuk lebih mengenal diri, untuk tahu kapan harus berhenti diam dan bersembunyi. Semoga kehadiran ia di sini.. meski mungkin nanti akan pergi... bisa membuatku lebih baik. Belajar untuk tidak banyak menghabiskan waktu untuk hal yang sia-sia. Lebih baik berdekatan dengannya, sebelum ia pergi.

***


In another case...

Kalau tulisan ini, tentang dia yang pergi, dan aku dengan ringan hati melepasnya. Juga tentang ia yang datang, dan aku dengan besar hati menerimanya. Bagaimana dengan kasus lain... yang dia pergi namun berat untukku mengakui ia sudah pergi. Bagaimana dengan kasus lain... yang ia datang, tapi sulit untukku menerima kehadirannya.
Semoga... saat itu, Allah membimbingku agar belajar, melepaskan yang pergi, dan menerima yang datang. Sembari terus berdoa, semoga ini yang terbaik untukku, dunia dan akhirat.

Satu lagi...

Ini tidak selalu tentang manusia, tapi bisa jadi hal lain yang tidak hidup. Apa? Hehe. Kesempatan yang pergi, dan situasi unik yang hadir. Selalu ada, meski bukan manusia, yang pergi dan datang. Seperti masa muda yang pergi, dan masa tua yang datang. Atau kesehatan yang pergi, dan sakit yang datang. Semacam itu, aku sendiri bingung mau memberi contoh apa lagi.

Terakhir, saat ada yang pergi dan ada yang datang, satu hal yang harus kita ingat. Bahwa kita tidak tahu, banyak tidak tahu... apakah yang pergi lebih baik dari pada yang datang atau sebaliknya. Maka saat kita tidak tahu, mendekatlah pada Yang Maha Mengetahui. Bertanya padaNya, minta bimbinganNya. Semoga Allah memberkahi hari-hari kita. Aamiin.

Allahua'lam.

Sunday, September 16, 2018

Trik PDKT Sama Anak Kecil

September 16, 2018 0 Comments
Bismillah.


Berdasarkan pengalaman, berinteraksi dengan keponakan yang nempel terus sama uminya.

Ajak main dan bercanda

Anak kecil suka diajak main. Mungkin awalnya ia hanya melihat curiga padamu. Tapi kalau kita sudah bisa menarik perhatiannya, lebih mudah untuk mendekat. Permainan kecil, semacam ciluk ba, atau coret-coret bareng di kertas bekas. 

Pura-pura tidak peduli


Kalau diajak main ia justru histeris dan makin nempel dengan ibunya, mungkin yang harus dilakukan justru sebaliknya. Pura-pura saja tidak peduli, jangan diliatin terus. Bersikap seolah ia tak ada. Nanti tanpa sadar anak kecil itu yang memperhatikan kamu, dengan tatapannya, mencerna informasi tentang kita. Mulai dari wajah kita, suara kita, apa yang kita lakukan dll. 

Ajak mengobrol dan bercerita


Ia tahu sedang diajak bicara. Bahkan mungkin mengerti setiap ucapan kita. Ceritakan tentang pus, kucing yang sering ke rumah minta makan, atau tentang barang-barang unik yang baru ia lihat. Nama benda itu, warnanya, fungsinya, dll.

Ceritakan juga kisah yang kamu ketahui, yang sederhana. Bacakan buku keras-keras, ada istilahnya deh di parenting, cuma aku lupa. Aku bahkan pernah membacakan isi buku Mizanul Muslim pada anak kecil, dan ia anteng menyimak, meski ibunya tidur.

Gendong, ajak jalan-jalan


Awalnya mungkin menangis karena mesti jauh dari ibunya. Namun saat tahu akan jalan-jalan tangisnya reda. Berat memang, tapi anggap saja olahraga untuk otot tangan yang lebih kuat. Kalau cape sesekali duduk, tapi pastikan ada hal yang bisa menarik perhatiannya mencegah ia menangis.

***

Sementara baru itu trik yang aku pakai untuk PDKT dengan anak kecil yang super lengket dengan uminya. Baru mau jalan-jalan sendiri kalau rumah sepi dan cuma ada ia dan uminya. Mungkin karena terbiasa di Bima dirumah hanya bertiga. Perhatian banyak dari orang sekitar membuatnya mudah merengek dan menangis. 

Padahal ia biasa bolak-balik Bima-jawa. Kalau kata kakakku, ia biasa saja kalau ditempat ramai, asalkan semua orang sibuk sendiri-sendiri, dan ia bukan pusat perhatian.

It will takes time to get closer to children.. Nda papa.. J

Allahua'lam.

Saturday, September 15, 2018

Cerita Hari

September 15, 2018 0 Comments
Bismillah.
#SensiMe

Ia mungkin tidak tahu, dan tidak perlu tahu. Bahwa beberapa kalimatnya membuatku tidak nyaman. Aku tahu, ia tidak bermaksud buruk. Tapi aku.. jujur tidak bisa menyembunyikan perasaan tidak nyamanku. Maka izinkan kutulis di sini. 

***

Ya, aku biasa menulis cerita hari. Ketimbang membuat artikel, yang tidak terkait tentang diri dan tidak di sisipi curhat, aku lebih nyaman menulis cerita hari. Karena selama perjalananku menulis, aku menemukan hikmah dan pelajaran di kesederhanaan. Cerita hari yang biasa, berulang, bahkan mungkin terdengar klise... di sana ada hikmah yang bisa diambil. Kecil mungkin, tidak dipenuhi muatan informasi hasil studi A, B, C. Kecil mungkin, dan memang terkadang lebih banyak cerita hari daripada tulisan tentang hikmahnya. Tapi hal kecil itu membantuku. Cerita hari ini, baik yang kutulis atau yang orang lain tulis, di mataku istimewa. 

***

Ada istilah 'sampah' yang digunakan orang untuk tulisan cerita hari. Jujur aku tidak nyaman pada istilah itu. Benar memang, cerita itu dituang karena otak kita penuh. Tapi cerita hari, meski sederhana tidak sekotor sampah, pun bukan berarti hanya tumpukan 'hal' yang tidak berguna. Aku juga paham mengapa ia menyebutnya sampah, karena cerita hari, tidak selalu positif, seringkali hanya ungkapan hal-hal negatif yang melintas di otak, dan perasaan negatif yang menyesakkan dada. Tapi menuliskannya, bukankah membantu kita? Saat menulisnya, kita seolah menjejerkan potongan puzzle yang tadinya bertumpuk. Pelan kita mulai melihatnya dari sudut pandang lain. Lalu kita jadi bisa merangkainya. 

***

Aku tahu, ia tidak sedang memandang kerdil cerita hari. Ia hanya sedang berusaha menulis yang bukan cerita hari. Maka saat melihat tulisanku, yang mayoritas isinya cerita hari, ia jadi bertanya... memang biasa menulis itu? Pernah nulis yang bukan cerita hari?

Sebenarnya, pertanyaan itu muatannya normal, bukan negatif. Tapi mungkin aku yang terlalu sensitif, merasa di sindir. Karena memang benar, sudah lama aku tidak menulis di luar cerita hari. Menulis, yang membutuhkan banyak baca dan cari referensi untuk membuatnya kaya informasi. Menulis... yang banyak orang bisa mengambil manfaat. 

Ya, aku saja yang terlalu sensitif. Karena memang aku sendiri kesulitan, membuat tulisan tanpa kata 'aku' di dalamnya. Masih harus belajar.

Allahua'lam.

Alias

September 15, 2018 0 Comments
Bismillah.

I don't know why,.. but rather than using my own name, I love to use alias instead. Nama-nama alias, yang terbaru akardaunranting. Entah karena minder dengan kualitas tulisan, atau memang ini sisi introvert. Aku lebih nyaman sembunyi di balik nama alias. Aku tahu kemampuanku, aku tahu kelemahanku. Aku... selalu lebih nyaman begini.


***

Menulis ini selalu mengingatkanku sebuah momen di masa lalu. Saat aku pertama kali diberi tugas untuk menjadi sosok dibalik layar. Reaksi orang sekitar. Yang memilih untuk tidak confirm karena sosok yang dibalik layar ga jelas. Pertanyaannya. Saat itu aku sensi dan sebel sendiri. Sekarang mengingatnya, hal itu justru jadi tempatku latihan. Karena setelahnya, jika aku menemui situasi yang mirip.. Aku jadi tidak mengedepankan emosi, berusaha biasa saja. Karena sudah pernah.

Membuat nama alias itu bagiku mirip membuat nama untuk karakter fiksi. Atau membuat domain untuk blog baru. Menyenangkan. Maknanya tidak perlu dalam, kadang.. cuma pilihan hati saja. Seperti Sweet Violetta, yang kini banyak yang tidak kenal. Tapi nama itu tercatat, sebagai salah satu sumber traffic ke blog ini. Lalu Better Word, lalu Akar Daun Ranting, Magic of Rain, dan mungkin akan ada yang lain.

Kalau kita menggunakan alias, orang akan fokus pada tulisan kita, ketimbang pada sosok kita. Selain itu, menggunakan nama asli akan membuat tulisan sebagai cermin diri. Padahal.. tidak mudah untuk menjadi sebaik yang kita tulis. Karena justru menulis, adalah cara untuk mengingatkan diri. Nasihat untuk diri. Karena aku pun, masih jatuh bangun dalam mengamalkan yang aku tulis. Baik itu tentang nasihat sabar dan syukur, maupun hal-hal lain.

***

Menulis ini aku jadi teringat.. aku baru tahu nama lengkap Ibnu Qayyim Al Jauziyah belum lama, dari catatan kaki buku Sirah 'Aisyah. Lalu mendengar juga nama asli Abu Ayyub Al Anshari, saat kajian Bulughul Maram membahas hadits tentang mendiamkan saudara tidak boleh lebih dari tiga hari.

Terlepas dari penggunaan nama alias atau tidak, satu hal yang pasti. Allah Maha Mengetahui, yang tampak maupun yang tersembunyi, bahkan yang lebih tersembunyi daripada rahasia. Allah tahu persis, siapa yang menulis. Allah juga tahu persis, apa niat dibalik sebuah tulisan. Dan Allah akan membalasnya, sesuai dengan niat dan tulisan tersebut.

***

Terakhir, semoga Allah memudahkan kita untuk menulis, menulis yang menjadi amal baik, yang pahalanya mengalir. Semoga Allah bantu kita menjaga kelurusan niat kita, baik dalam menulis, maupun amal ibadah lainnya, terutama shalat. Aamiin.

Allahua'lam. 

Wednesday, September 12, 2018

Mengapa Butuh Forum Diskusi Buku?

September 12, 2018 0 Comments
Bismillah.


Ada yang tahu forum untuk diskusi buku? Aku masih rindu sama konsep proker Majelis Buku-nya Aksara. Dimana tiap pekan ada yang sharing buku yang dibaca.

Mengapa aku butuh forum diskusi buku?

Pertama, aku masih belajar untuk suka baca buku. Butuh pengingat, selain dari komunitas gen al fihri.

Kedua, aku pembaca yang lambat. Satu buku selesainya lama, dan itupun tidak berarti setelah selesai aku benar-benar paham isinya. Jadi butuh sharing dari orang lain tentang buku yang dibacanya

Ketiga, buku yang aku baca itu homogen. Setipe, setema, jarang yang keluar dari selera bacaku. Mungkin karena bukan kutu buku, jadi begitu pemilih. Jika bahasa yang digunakan sebuah buku terlalu berat, biasanya aku menyerah dan memilih tidak membaca. Selain itu, aku menghindari buku fiksi, meski aku tahu fiksi juga baguus. Makanya, butuh forum diskusi buku. Biar aku tetap bisa mendapat insight-insight dari pembaca buku-buku fiksi.

Keempat, agar bisa tahu judul-judul buku yang recommended.

***

Silahkan komentar ya... barangkali ada yang tahu forum diskusi buku. Atau dimana gitu.. yang sering ngadain bedah buku online.

Terakhir, ingin menuliskan lagi.. kangen aksara. Ga bisa bantu banyak, bukan anggota atau alumnus yang baik juga. Tapi semoga berkah unitnya, yang daftar jadi anggota banyak yang aktif, prokernya jalan, dan menghidupkan lagi semangat literasi. Literasi yang mencakup membaca, menulis dan berdiskusi. Karena sejarah, dimulai dari aksara. J

Menulis Buku dan Keterlibatan Allah Di Dalamnya

September 12, 2018 0 Comments
Bismillah.

Setelah grup telegram 8PM super duper sepi.. *mau nulis mati suri gak tega hehe. Aku nemu channel telegram baru, judulnya Indonesia Menulis. Adminnya Tendi Murti. Channel ini diinisiasi oleh KMO. Tujuannya untuk dibalik batunya.. untuk promosi acara Jumpa Penulis Nasional hehe. Sering diiklanin gitu. Semacam promosi lembut.. Banyak materi, jadi seneng aja follow channelnya. Bisa klik di http://T.me/MenulisIndonesia

***

Jadi kemarin, atau kemarinnya lagi ada materi gitu.. trus agak jleb sama pembukaanya. Jadi ingin mencatatnya di sini. Semoga bisa jadi pengingat dan muhasabah untuk diri.


Sebenarnya yang membuat lebih malu itu.. kalau inget, bahwa bukan cuma doa, tapi ikhtiar juga belum optimal, masih di garis bawah. Trus kebanyakan mikir, apa boleh pilih alternatif lain selain buku? Hehe.

***

Anyway.. semangat menulis. Sering-sering tengok niat, seimbangkan doa dan ikhtiar. Bismillah..

Allahua'lam.

Saturday, September 8, 2018

Terapi untuk Iman yang Lemah

September 08, 2018 0 Comments
Bismillah.
#nukilbuku

Diambil dari Buku Mizanul Muslim disusun oleh Abu Ammar dan Abu Fatiah Al Adnani terbitan Cordova Mediatama. Buku ini jilid pertama, isinya terbagi 11 bab. Ada Mizanul Ilmu yang isinya pengertian, klasifikasi, keutamaan ilmu, ciri-ciri penuntut ilmu, dll. Bab selanjutnya ada Mizanul Akidah, Mizanut Tauhid, Mizanul Islam, Mizanul Iman, Mizanul Ibadah, Mizanul Akhlak wal Adab, dst.. Aku baru baca sampai akhlak dan adab.

Sedangkan judul tulisan ini merupakan salah satu bagian dari Bab Mizanul Iman. Dalam akidah islam, iman itu naik turun, bisa menguat dan melemah. Jujur.. Meski membaca buku ini, kemudian lapor ke Generasi Al Fihri jumlah lembar yang dibaca, tidak menjamin bahwa imanku baik-baik saja.

Baca juga: Agar Masuk ke Hati

Dan tulisan ini, kutujukan pada diriku. Imanmu bisa lemah, tapi bukan berarti itu garis akhir. Kita bisa berusaha agar iman kita naik lagi, meski kondisi hati sedang mengeras dan sakit. Perlu usaha, dan berikut ini beberapa terapi untuk iman yang lemah.



Membaca, mendengar, dan merenungi makna Al Qur'an


Al Quran telah Allah jadikan sebagai cahaya, petunjuk, obat dan rahmat bagi hamba-hambaNya yang beriman. Saat iman kita lemah, dan hati kita sakit, berinteraksi dengan Al Quran bisa menjadi terapi. Membacanya lafalnya, terjemahannya, penjelasan tentangnya. Mendengarkan Al Quran, penjelasannya, maknanya, tafsirnya. Juga mentadabburinya, memikirkan dan merenungi maknanya.

Tidak mudah, tapi usahakan selalu ada interaksi dengan Al Quran setiap hari, baik itu di dalam shalat, dengan pelan membaca dan memaknai Al Fathihah di setiap rakaatnya, maupun di luar shalat. Di luar shalat bisa dengan membaca quran, mendengaran quran, maupun mengulang hafalan. Ya, hafalan, bahkan suratan pendek, seperti Qulhu, surat Al Ikhlas. Atau surat al ashr. Mungkin kita belum begitu paham maknanya, belum membaca tafsirnya, tapi coba ulangi hafalan surat pendek itu pelan, kemudian berdoalah dalam hati, semoga surat pendek yang sudah kita hafal itu bisa menjadi langkah pertama untuk kembali mengeratkan interaksi kita dengan Al Quran.

Memahami dan merenungi hakikat asma' dan sifat Allah

Memahami dan merenungi hakikat asma' dan sifat Allah, memikirkan makna-maknanya dan menguatkan perasaan di dalam hati sehingga dapat mempengaruhi anggota tubuh yang lain. Pemahaman yang benar terhadap asma' dan sifat Allah akan menjadikan seorang muslim yakin dan sadar akan keagungan dan kebesaran kekuasaan Allah. Ia akan taat dan takut bermaksiat kepada-Nya, karena ia yakin akan janji dan ancamanNya.
- Abu Ammar dan Abu Fatiah Al Adnani, Mizanul Muslim
Ini penting sekali untuk dilakukan. Seringkali, saat iman kita lemah, sebenarnya kita belum tahu atau belum memikirkan lagi hakikat asma' dan sifat Allah. Pemahaman kita tentang Arrahman dan Arrahim dangkal, juga tentang Maliki yaumiddin. Kita perlu mencari ilmu dan mendengarkan penjelasan tentang asma' dan sifat Allah. Saat kita tahu, bahwa sifat Ar Rahman Allah, yang telah menyelamatkan kita dari berbagai kepelikan yang tidak terbayang. Bahkan saat kita memiliki masalah, sebenarnya Allah tetap Ar Rahman, karena Allah menghindarkan kita dari masalah yang jauh lebih besar dari yang kita hadapi saat ini. Saat kita tahu makna Malikiyaumiddin, kita jadi tidak bermudah untuk menyalahgunakan asma Ar Rahman. Allah mungkin tidak segera membuat mata kita buta.. Meski mata kita sering kita gunakan untuk maksiat. Tapi Allah Malikiyaumiddin, penguasa hari pembalasan. Setiap amal kita, yang baik maupun yang buruk tercatat, semua... yang kecil maupun yang besar. Saat hari itu datang, dan pasti akan terjadi, kita akan diminta pertanggungjawaban atas perbuatan kita. [1]

Allah Al Lathif, Maha Lembut. Biasanya Al Lathif bersebelahan dengan Al Rizq. Karena cara Allah memberikan rizki kepada kita begitu lembut, sampai kita sering tidak menyadarinya. Nasi yang kita makan tadi siang, sudah Allah siapkan tiga bulan sebelumnya, lewat petani yang menanam bibitnya, kemudian panen, dijual kepasar, sampai beras tersebut dimasak dan siap di santap. Garam yang ada di sayuran yang kita makan, disiapkan jauh-jauh hari juga. Begitu lembut Allah mengantar rizki kepada kita, sehingga kita sering lupa. [2]

Mencari Ilmu Syar'i dan Mengikuti Majelis Dzikir (Pengajian dan Kajian Ilmu)

Mencari ilmu syar'i yang dapat memunculkan rasa takut kepada Allah dan menambah keimanan dalam hatinya. Allah berfirman, "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya hanyalah orang-orang yang berilmu." (QS Fathir [35] : 28)
- Abu Ammar dan Abu Fatiah Al Adnani, Mizanul Muslim
Teknologi yang bisa memudahkan kita mencari ilmu syar'i baik dari e-book buku islami, maupun audio atau video kajian. Bisa memilih yang mudah dijangkau meski tidak harus berpergian. Tapi kalau mau lebih mantep lagi, paksa diri untuk hadir di kajian offline. Datang ke masjid terdekat yang mengadakan kajian, duduk dan nikmati, rasakan suasana positif masjid. Semoga dengan hadir di majelis ilmu bisa mengatasi lemahnya iman kita.
Ini (menghadiri majelis dzikir) dapat menambah keimanan disebabkan beberapa hal yang ditimbulkan oleh majelis ini, seperti dzikrullah yang dapat menentramkan hati, datangnya rahmat, turunnya ketenangan, para malaikat datang mengelilingi orang-orang yang berdzikir dan Allah membanggakan mereka yang hadir dalam majelis tersebut di hadapan para malaikat.
- Abu Ammar dan Abu Fatiah Al Adnani, Mizanul Muslim
Memperbanyak amal shalih               
Dan ini merupakan terapi yang paling mujarab dalam menjaga kestabilan iman seseorang
Iman turun ketika kita bermaksiat, dan naik ketika kita melakukan amal shalih. Rasulullah juga menyebutkan bahwa amal baik akan menghapus amal buruk. Meski tidak mudah, paksakan diri, dari hal kecil seperti beristighfar atau amal shalih lain.

***

Selanjutnya akan ditulis poin-poinnya aja ya.. Masih dari buku Mizanul Muslim.
  • Variasi, yaitu mengerjakan berbagai macam ibadah
  • Merasa khawatir terhadap su'ul khatimah (mati dalam keadaan bermaksiat dan tidak beriman)
  • Banyak dzikrul maut (mengingat kematian)
  • Melakukan ziarah kubur dan menengok orang-orang yang sakit untuk mengingat alam akhirat
  • Senantiasa mentadabburi ayat-ayat yang berkaitan dengan fenomena alam
  • Selalu bermunajat kepada Allah dan bertawakkal kepadaNya dalam segala urusan
  • Tidak banyak berangan-angan dalam urusan dunia
  • Senantiasa memikirkan kerendahan dunia dan isinya, sehingga tidak tergoda oleh rayuannya
  • Mengagungkan perkara-perkara yang terhormat di sisi Allah (hurumatillah)
  • Memiliki al-wala' (sikap mencintai, membantu, menolong dan mendukung) dan al bara' (sikap membenci, memusuhi dan memutuskan hubungan) yang benar
  • Bersikap tawadhu' (rendah hati) dan menjauhkan diri dari sikap sombong
  • Banyak melakukan amalan-amalan hati, seperti mencintai Allah, takut kepadaNya, berharap kepadaNya, berbaik sangka dengan semua keputusanNya, ridha terhadap qadha' dan qadarNya, bersyukur atas segala nikmatNya, taubat kepadaNya, dll
  • Senantiasa mengintrospeksi diri
  • Berdoa kepada Allah agar dikuatkan keimanan yang ada dalam hatinya.
Allahua'lam.

***

PS:
[1] Dari salah satu khutbah jumat Ustadz Nouman Ali Khan, link menyusul
[2] Dari audio kajian Darusy Syabab oleh Kang Rendy, ga janji bisa dapet linknya