Follow Me

Thursday, April 30, 2020

Agar Membaca Mengubah Hidupmu

April 30, 2020 0 Comments

Nukilan Buku “Bagaimana Mencari Kawan dan Mempengaruhi Orang Lain|Dale Carnegie”
sumber gambar
Bismillah.
Berbeda dengan buku pada normalnya, yang setelah pengantar penerbit dan penulis, buku akan dilanjutkan dengan bab-bab isinya. Buku Dale Carnegie, yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1937, memberikan aturan main membaca buku tersebut.

1. Hasrat belajar dengan semangat tentang kemampuan hubungan antarmanusia

Kita, umat Islam, biasa menyebutnya niat. Segala sesuatu, akan tercapai tujuannya, tergantung niat yang dimiliki orang tersebut. Hadits yang mungkin sudah kita ingat, mereka yang hijrah karena harta, akan mendapat harta, yang hijrah karena wanita, akan mendapat wanita.
Buku ini mengingatkan kita, aturan pertama dalam membaca buku, adalah niat untuk belajar. Bukan untuk mengkritik/membuat nukilan tulisan seperti yang saya lakukan. V

2. Baca cepat untuk gambaran keseluruhan, lalu cermati tiap bab dengan seksama

Jika kamu pembaca cepat, kamu mungkin bisa menghabiskan buku kecil ini dalam satu dua hari. Namun bukan itu yang diinginkan penulis. Kita boleh membaca cepat, tapi juga diminta cermat seksama pada tiap bab.
Karena ketika kita terburu-buru menyelesaikan suatu buku, kita sering dengan mudah melupakan isinya. Ketika kita cermat, kita dipaksa untuk mengingat lebih lekat, dan memikirkan lebih dalam, untuk kemudian dilaksanakan dalam sehari-hari.

3. Sering berhenti untuk memikirkan apa yang Anda baca

Mungkin karena saya selalu ingin menghubungkan tulisan dengan ilmu agama. Membaca aturan ketiga, mengingatkan saya salah satu hak Al Quran, ditadabburi, ditafakkuri. Bukan sekedar membaca, seperti keledai yang membawa kitab banyak nan berat.
Bukan sekedar itu, kita diminta menggunakan pikiran kita, bertafakkur, menghubungkan ayat Quran dengan ayat di sekitar kita.
Mentadabburi, menengok kebelakang, apa hikmah/ilmu yang ingin disampaikan ayat ini. Bahkan meski hanya sebuah ayat yang artinya tidak kita ketahui, alif lam mim.

4. Silahkan corat coret buku ini

Kurang lebih, itu aturan keempat. Kita diajak memegang pensil, krayon atau stabilo, untuk menandai hal-hal yang menurut kita penting. Agar dalam proses membaca ulang, kita teringat akan catatan-catatan tambahan. Sekarang untuk menandai buku sudah banyak sekali cara, dari stabilo, post it note, dll.

5. Mengulang membaca buku tertentu, lagi, dan lagi.

Pengulangan akan membuat sebuah ide makin lekat. Sama, seperti Quran, yang disarankan untuk dikhatamkan minimal satu bulan sekali. Bukan cuma dibaca tentunya, tapi harus sesuai aturan sebelum-sebelumnya.

Semakin dibaca, semakin banyak yang bisa kita pelajari. Karena akan selalu ada hal yang terlewat, hikmat yang terloncati, atau pencerahan yang tiba-tiba muncul ketika membaca ulang suatu buku.

7. Amalkan..

Kurang lebih seperti itu yang dianjurkan. Sebuah buku, akan menjadi sekedar buku, jika dijadikan sekedar bacaan. Tapi sebuah buku, bisa mengubah hidupmu, ketika ilmu yang kau dapat, kau terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam buku ini, maksudnya adalah prinsip mengelola hubungan antarmanusia.
Menulis ini, mengingatkanku doa yang setiap sholat kita ulang. Agar kita dibimbing dan ditunjukkan jalan yang lurus, jalan apa? Jalan yang dilalui orang-orang yang diberi nikmat, bukan orang yang dimurkai, dan bukan orang yang tersesat. Mempraktikan apa ilmu yang kita miliki, adalah salah satu cara agar kita bukan termasuk mereka yang dimurkai. Mereka tahu, namun mereka tidak melaksanakannya.

7. Buat permainan punishment, jika Anda mengabaikan ilmu dari buku tersebut

Penulis memberi contoh punishment dalam bentuk uang. Kita deklarasi ke teman kita misalnya, agar kita selalu ramah, dan tidak mudah marah karena hal-hal kecil. Jika itu terjadi, kita dihukum harus memberikan 1 dolar ke teman tersebut.

8. Lakukan evaluasi setiap pekan

Penulis mengajak pembaca, untuk mengevaluasi pekanan kita, apakah ada kemajuan setelah membaca, atau ada kesalahan yang kita perbuat selama sepekan, serta diminta memikirkan peningkatan dan pelajaran untuk pekan-pekan berikutnya.

9. Selain punishment, buatlah reward

Berbeda dengan punishment, yang berupa membayar pinalti. Reward yang disarankan penulis buku adalah dengan mencatat keberhasilan kita. Jika kita sudah berhasil melaksanakan prinsip di buku ini, tulis tanggal, dan catat keberhasilan tersebut.
Berbicara tentang punishment dan reward, mengingatkanku pada neraka dan surga, yang bisa memotivasi kita menjadi hamba yang baik. Meski saran mencatat hanya ada di aturan terakhir, aku dibuat teringat, bahwa ada malaikat yang selalu mencatat amal kita, baik, maupun buruk. Yang besar maupun yang kecil.



Sebenernya, aturan membaca ini sebaiknya tidak hanya dilakukan saat membaca buku ini, tapi juga saat membaca buku-buku praktis lain, termasuk Al Quran. Sayangnya kita (terutama diriku), sering lupa. Bahwa membaca yang bisa mengubah hidup kita, bukan sekedar membaca.

Hidup kita bisa berubah dengan membaca, bila kita tidak sekedar membaca dengan mata, tapi juga dengan otak yang terus berfikir, hati yang terus instropeksi, dan kaki dan tangan yang begerak, kemauan berubah, kemauan mengamalkan apa yang kita pelajari.
Terakhir, aku juga masih belajar, agar membaca, bukan sekedar membaca. Agar sebuah buku, bisa mengubah hidup kita, menuju yang lebih baik tentunya. Menuju hidup yang diridhoi Allah.

Apa kabar kita dengan Al Quran? Kitabullah? Sudahkah kita bisa menerapkan aturan di atas, dalam membaca kalamullah?
Allahua’lam.
PS: Yang menulis, tidak lebih tahu dari yang membaca. Yang menulis, tidak lebih baik praktiknya dari yang membaca.

***

Keterangan: Tulisan ini sudah pernah di publish di akun Medium @isabellakirei

Feeling Unfair, But...

April 30, 2020 1 Comments
Bismillah.

Sebagian hatiku merasa tidak adil. Siapa yang rela dikira A, padahal tidak A. Satu kali, aku bisa merasionalisasikannya, membuat berbagai kalimat penenang, agar tidak melebih-lebihkan keadaan, agar emosi tidak naik. Dua kali, aku dibuat bertanya-tanya.

Am I deserve this? But... even though I deserve it, it still hurts.

***

Tapi sebuah kejadian bukan hadir tanpa sebab kan? Satu kali, bisa saja aku berhenti di menangis, dan mengatakan hal-hal negatif di kepala. Tidak bisa berkata apa-apa. Tidak bisa mengungkapkan rasa sakit yang naik dari dada ke tenggorokan. Menangis dalam diam, kemudian pura-pura baik-baik saja.

Tapi sebuah kejadian bukan hadir tanpa sebab kan? Dua kali, dua hari berturut-turut. Artinya Allah ingin aku belajar darinya. Bahwa tentang ini, aku harusnya bisa menuliskannya, misal... entah agar rasa sakitnya tidak terpendam untuk kemudian menjadi bom waktu. Atau mungkin tentang ini, Allah ingin aku mengambil kesimpulan yang tepat, ketimbang bermain adu tinju dengan pikiran negatif yang tidak berhenti melancarkan serangannya.

Aku harus belajar, berkomunikasi, aku harusnya bisa mengatakan pada orang lain, bahwa apa yang mereka sangka salah. Bukan malah biru sendiri, sembari mengingat quotes tentang prasangka. Bahwa prasangka itu ...


Aku harus belajar, bahwa aku harus berubah menjadi lebih baik dari hari ke hari. Bukan supaya orang lain tidak salah berprasangka. Tapi untuk diriku sendiri. Untuk kebaikanku sendiri. Let's spent time more wisely Bell..

***

Tentang menangis. It actually feel refreshing. It's been a while since I cry that much. Meski pemicunya menyakitkan, tapi menangisnya melegakan, in syaa Allah. Alhamdulillah, Allah menciptakan manusia untuk bisa menangis, baik itu saat ada debu yang masuk ke mata, maupun saat ada duri yang masuk ke hati.

Tentang menangis. Ada hal lain yang seharusnya menjadi pemicu utamanya. Untuk yang ini, harus dilatih.

Shaleh Al-Murri mengatakan, "Sesungguhnya menangis itu ada pemicunya, yaitu memikirkan dosa. Apabila hati sudah larut maka melelehlah air mata. Apabila hal itu tidak mampu menembus hati maka ajaklah untuk membayangkan huru hara kiamat sehingga hati meresponsnya.. Kalau tidak mampu juga maka bayangkanlah ketika jasad dibolak balik di atas api neraka. Kemudian beliau berteriak histeris lalu pingsan, dan suara tangisan para jamaah terdengar dari segala penjuru masjid" (Shifatus Shafwah: 3/247)
- dari buku Tarbiyah Ruhiyah ala Tabi'in, Asyraf Hasan Thabal 
Masih dari buku yang sama,

"Sudah berapa banyak mata yang kering dari air mata dan menjadi tandus sementara kita tidak melatihnya untuk menangis"

Allahua'lam.

Tuesday, April 28, 2020

Mengeja Ulang Makna Ujian

April 28, 2020 0 Comments


sumber ilustrasi dari sini

Hakim pernah berpesan kepada anaknya, “Anakku, janganlah gelisah ketika mendapat musibah. Emas itu disepuh dengan api, dan orang mukmin itu disepuh dengan ujian-ujian.”



Doamu kepada Rabb-mu adalah juga merupakan ibadah. Lebih dari itu, doa adalah ketaatan yang paling agung melebihi hanya sebatas terpenuhinya permintaan. Setiap tali akan putus, kecuali tali-Nya. Setiap pintu akan retak, kecuali pintu-Nya. Dia adalah dekat, mendengar, mengabulkan.

***

Keterangan: Tulisan ini sebelumnya sudah pernah di publish di akun medium @isabellakirei

Monday, April 27, 2020

Tulisan Lama di Medium

April 27, 2020 0 Comments
Bismillah.

#gakpenting

Karena nulis tulisan Membaca Rasa, aku jadi mencari-cari tulisanku tentang tadharu'. Aku ingat pernah menuliskannya, tapi aku ubek-ubek blog ini ga nemu

.

Baru kemudian aku ingat, mungkin ada di medium-ku, karena itu tulisan nukil buku. Dan dulu, pas awal-awal kenal istilah nukilbuku aku cuma nulis di medium channel buatan teh Tristi. Sebelum akhirnya nulis di blog sendiri karena lebih nyaman.

Dari situ, aku tahu salah satu kelemahan Medium. Bahwa di medium sulit untuk membaca tulisan lama. Beda sama di blog yang jelas-jelas ada arsipnya. Kalau di medium harus scroll, trus lama ngecek loadingnya. Seolah-oleh udah mentok di akhir page, padahal masih ada tulisan lama lainnya.

Karena alasan itu pula, aku mau post ulang tulisanku di medium yang awal-awal. Berbeda dengan tulisan medium yang sekarang, yang memang hasil import dari blog ini dan blog akardaunranting. Tulisan yang dulu beneran nulis di medium, gak pakai fasilitas import stories.

***

Oh ya, meski ada kelemahannya. Medium punya banyak kelebihan juga kok. **ceritanya biar ga kaya ngomongin keburukan medium di belakang wkwkwk, harus objektif dua sisi.

Kelebihannya apa aja? Baca bareng yuk, dua tulisan teratas hasil blogging dengan keyword "kelebihan medium dibanding platform blog lain", hehe

5 Alasan Mengapa Medium adalah Platform Blog yang Ideal, Komunitas Blogger M

7 Alasan Mengapa Saya Suka Blogging di Medium - Putu Hadi Purnama Jati

Sekian, bye~

QJ Ramadhan #2: Iri Hati; Pencuri Kebahagiaan

April 27, 2020 0 Comments
Bismillah.
#quranjurnal


وَلَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۢ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًۭا

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [Surat An-Nisa (4) ayat 32]

***

Merasa hidup tidak bahagia? Rasanya, setiap hari ada saja yang kurang, ada saja yang membuat sedih, kesal, kecewa dan ingin mengeluh. Bisa jadi, alasan kita saat ini sering tidak bahagia, karena kita berteman dengan pencuri kebahagiaan, atau lebih parah lagi, kita hidup bersamanya. Namanya, iri hati, pekerjaannya mencuri kebahagiaan. Hobinya berangan-angan terhadap apa yang tidak dimiliki diri, namun dimiliki orang lain.


Ayat An Nisaa ayat 32 berbicara tentang salah satu penyakit hati, yang bisa membuat hidup kita tidak bahagia. Allah menurunkan ayat ini, setelah salah seorang sahabiyah bertanya kepada Rasululllah tentang perbedaan laki-laki dan perempuan. Ia ingin juga pergi berjihad dan meraih syahid. Namun ia bukan laki-laki yang diwajibkan berjihad. Lalu dengan ayat ini, Allah menjawab perasaan yang mengusik hati manusia, saat melihat ada hal yang tidak kita miliki, namun orang diberikan karunia tersebut.

Sebuah ayat, yang seharusnya juga menjawab perasaan kita, yang terkadang merasa risih saat melihat karunia yang didapatkan orang lain, entah itu tentang studi, pasangan, keluarga, harta, bahkan juga tentang amal orang lain.

Asbabun nuzul ayat ini mengingatkan perasaan saya saat masih belum menerima fitrah perempuan yang setiap bulan harus kedatangan tamu. Terutama, saat kondisi iman butuh asupan, ingin shalat, tapi tidak boleh. Momen-momen itu selalu jadi momen curhat ke ibu, terutama saat pertama kali merantau. Kesibukan mahasiswa baru, homesick, membuat kondisi badan stress, datang bulan menjadi tidak teratur. Emosi mudah meluap-luap karena efek hormon. Rasanya sakit, iman yang rasanya anjlok, pokoknya tidak karuan. Tapi suara ibu diujung telpon berulang menghibur saya. Bahwa hal itu sudah fitrah, bahwa Allah Maha Adil, Allah tidak pernah menginginkan hambaNya keburukan.

Sampai perlahan saya mulai belajar menerima fitrah, bahwa Allah memang melebihkan perempuan dalam hal berbeda, seperti Allah melebihkan laki-laki. Jika jihadnya laki-laki adalah pergi berperang di medan perang, perempuan punya medan jihadnya tersendiri. Perempuan "berjihad" dirumahnya dengan ketaatan kepada suami, atau kepada orangtua (jika ia belum menikah), juga saat ia berjuang melahirkan anak, yang juga bisa mengantarkannya pada mati syahid.

Seperti Allah memberikan karunia berbeda pada laki-laki dan perempuan, begitu pula secara individu. Setiap orang memiliki keunikan tersendiri, jalan hidupnya, rezekinya, potensi dan bakatnya. Dan perbedaan itu bukan diciptakan untuk mengisi hati dengan perasaan iri. Bukan. Allah sudah berfirman, wala tatamannau. Ketika Allah melarang kita akan sesuatu, artinya ada kemudharatan yang dibawa hal tersebut. Iri hati dapat menjadikan kita kufur nikmat, hidup kita pun menjadi tidak bahagia, karena kita sibuk berandai-andai dan menyalahkan keadaan.

Allah memberikan kelebihan karunia atas satu sama lain, salah satunya agar kita berusaha dan berdoa.

Allah Maha Adil, saat kita bekerja, dan berusaha untuk mendapatkan sesuatu, tidak akan menyia-nyiakan usaha kita. Hasilnya memang Allah yang menentukan, namun apapun yang kita dapatkan, in syaa Allah yang terbaik untuk kita. Ilmu kita terbatas, sedangkan Allah tahu apa yang lebih baik untuk kita, baik untuk dunia dan akhirat kita.

Allah juga dekat, dan Maha Mendengar. Bukan perasaan iri yang harus kita pupuk saat melihat kelebihan orang lain. Melainkan berdoa, dan meminta padaNya. Sesungguhnya Allah menyukai bila hambaNya meminta padaNya. Saat kita berdoa dan meminta padaNya, kita merendahkan diri di hadapanNya. Kita memohon agar hati kita tidak terjangkit iri hati. Kita juga mengakui bahwa kita manusia yang memiliki banyak keinginan. Dan sedikit usaha kita, mungkin tidak akan mengantarkan kita pada hasil, kalau bukan atas pertolongannya.

Ramadhan adalah bulan yang tepat untuk menilik hati dan membersihkannya dari kotoran iri. Ramadhan juga bulan yang sangat istimewa untuk berdoa. Karena tepat setelah ayat tentang Ramadhan, Allah berfirman bahwa IA dekat, dan IA mengabulkan doa orang-orang yang berdoa.

Ya Allah, jika hatiku mati, maka hidupkanlah kembali. Jika hatiku dipenuhi penyakit hati (iri, hasad, ujub, dll) makan sembuhkanlah hatiku. Ya Mujibul Du'a, kabulkanlah doa-doa kami, baik berupa keinginan-keinginan kecil maupun cita-cita besar yang terlihat terlalu tinggi untuk diwujudkan. Engkau Maha Mengetahui, maka berikanlah yang terbaik untuk dunia akhirat hamba. Ampuni dosa-dosaku, dan lindungi hamba dari panasnya api neraka. Aamiin.

Allahua'lam.

***

7 Mei 2019 | 2 Ramadhan 1440H

#quranjournal #refleksiramadhan #betterword

***

Keterangan : Tulisan Ramadhan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.

Membaca Rasa

April 27, 2020 0 Comments
Bismillah.

Membaca rasa, begitu judul tajuk tulisan itu. Tulisan yang membuatku menggerakkan jemariku ke blog ini. Setelah dua hari tidak menulis baik dimana pun.

***


Membaca rasa adalah tulisan Rendy Saputra di akun facebooknya, tulisan tersebut kemudian 'berjalan' memasuki dua grup whatsappku. Yang mau baca tulisannya bisa cek di sini. Isinya ajakan untuk membaca rasa,

Pertama kegelisahan, lalu kebingungan, meningkat menjadi kegusaran, lalu masuk pada tekanan, hingga berujung pada kemarahan, Dan bayangkan jika ada jutaan orang lapar dan marah. Marah atas ketidakpedulian sesama. Marah atas rasa ketidak adilan yang mendera. Marah atas kelaparan yang seharusnya tidak terjadi. 
Sebelum kemarahan ini menjadi kolektif dan tidak bisa kita perbaiki lagi, alangkah baiknya kita semua mulai peduli ke sesama. Saudaraku yang masih ada cash, masih bisa bikin dapur umum, masih bisa ngasih makan gratis, mari jaga perut sesama. Minimal saudara kita bisa makan. Minimal saudara kita gak kelaparan. Minimal saudara kita ngerti kalo mau kenyang harus kemana. 
Mari membaca rasa. Rasa yang ada di hati saudara kita.
- URS (Ustadz Rendy Saputra) 
Aku membaca tulisan tersebut, beserta komentar dan respon dari teman-teman di grup, di dua grup yang berbeda.

Tulisannya dikemas dalam story telling, membangkitkan empati dan membuat kita 'bangun', sadar bahwa kita tidak boleh berhenti hanya memikirkan diri sendiri. Bahwa ada orang lain yang berhak mendapatkan bantuan kita. Atau, jika pun tidak bisa berbuat apa-apa, minimal kita seharusnya berdoa untuk mereka.

***

Saat membaca tulisan tersebut, aku teringat beberapa hal.

Pertama, tentang sebuah tulisan yang masuk untuk agenda MFA2020 NAKIndonesia. Tentang bendaharawan terbaik sepanjang masa, yang mampu mengatasi masa paceklik 7 tahun. Ya, hitungannya bukan lagi bulan, tapi tahun. Pengennya langsung share aja tulisan itu, tapi ada urutannya, nanti kalau sudah dipublish aku kasih linknya ke sini.

Kedua, tentang tadharu'. Karena ada yang memberi respon bahwa kesulitan besar adalah sarana pembuktian dan pemisahan yang mana orang-orang yang beriman, sekaligus sebagai pembersih doa. Kemudian mencantumkan link video berjudul Purification is Painful. Karena respon itu, aku teringat tulisan di buku Yasmin Mogahed tentang tadharu'. Bahwa tujuan dari penderitaan adalah untuk mencapai tadharu'.

Bayangkan diri Anda berada di tengah-tengah lautan. Bayangkan bahwa badai besar datang dan gelombang yang sebesar gunung mengepung Anda.
Sekarang bayangkan, Anda berpaling kepada Allah pada saat itu dan meminta bantuan-Nya. Apakah Anda merasakan keadaan membutuhkan, takjub, bergantung sealigus rendah hati? Itulah tadharu’. 
— Yasmin Mogahed, dalam bukunya Reclaim Your Heart (Rebut Kembali Hatimu)


Ketiga, tentang apa yang bisa kita lakukan. Ini sebenernya juga keinget dari salah satu bab di buku Revive Your Heart, Nouman Ali Khan. Judul babnya Money Matter. Penjelasan tentang ayat 26 surat Al Isra. Lewat penjelasan di buku ini kita diberitahu urutannya, bagaimana seharusnya kita melihat pada keluarga terdekat dulu. Dari keluarga kita, ada gak, yang ekonominya terdampak banyak setelah adanya COVID. Yang kehilangan mata pencahariannya. Baru kemudian melihat ke sekitar, tetangga kita.

Allah is telling us: actually if they are close to you, and Allah gave them that relationship to you- wa ulu al-arham ba'duhum awla bi ba'din fi Kitab Allah (al-Ahzab 33:6)--the people that are connected by the womb of a mother; maybe you're connected by your mother or your father, these are connections of the womb. If you have that connection then you have to consider each and every one of them. If they're in need--whether you like them or not, whether you had a fight with them of not--if they deserve your help then you have to give it to them. And Allah here in this incredible ayah did not say: wa ati dha al-qurba and then after that amwalak or malak; He said, haqqahu--give him what he deserves. Give him his right.
- Nouman Ali Khan, dalam buku Revive Your Heart. 
...
The mentality has to permeate, has to be internalized by the Muslims, that for our close relatives, the ones that need help, that's actually their money. What we have in our pocket is actually their money. It's in our account, we login and see it in our account, but it's actually not ours; It's his right--haqqahu--according to Allah.
- Nouman Ali Khan, dalam buku Revive Your Heart.
Kempat, **ada lagi?

Jadi setelah mikirin tiga itu, aku mikir gini... yang pertama sama kedua itu tentang bagaimana keimanan dan ilmu kita akan Allah dan Al Quran bisa membuat kita bertahan di situasi seburuk apapun. Karena kita tahu bahwa Allah akan memberikan kelapangan setelah kesempitan. Seperti di surat Yusuf, bahwa setelah tujuh tahun paceklik,

ثُمَّ يَأْتِى مِنۢ بَعْدِ ذَٰلِكَ عَامٌۭ فِيهِ يُغَاثُ ٱلنَّاسُ وَفِيهِ يَعْصِرُونَ

Kemudian setelah itu akan datang tahun yang padanya manusia diberi hujan (dengan cukup) dan dimasa itu mereka memeras anggur". [Surat Yusuf (12) ayat 49]

Yang pertama sama kedua itu tentang bagaimana keimanan dan ilmu kita akan Allah dan Al Quran bisa membuat kita bertahan di situasi seburuk apapun. Bahwa setiap penderitaan yang dialami dalam hidup kita, sebenarnya bentuk kita belajar untuk tadharu' serta bentuk penyucian terhadap dosa-dosa kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang lulus dalam ujian ini, termasuk orang-orang yang beriman. Meski prosesnya seberat proses memurnikan emas.

Karena itulah, kita juga punya kewajiban mengingatkan sesama tentang hal ini. Agar jangan sampai kita tenggelam dalam buruk sangka, kecemasan, ketakutan dan emosi negatif lain.

Selain tentu kita juga harus membaca rasa, dan berbagi atas rezeki orang lain, yang Allah titipkan di dompet kita.

***

Satu lagi, ini bulan Ramadhan kan? Yuk banyakin doa. Sungguh berdoa di bulan ini berbeda dengan berdoa di bulan lain. Allah menggunakan kata ajaba dan bukan istijaba. Pertanyaannya, mau kah kita berdoa? Setiap waktu sahur, saat kita bisa 'dengan mudah' menyantap sesendok nasi, sedangkan ada orang lain yang hanya bisa meneguk air putih, untuk sahur dan buka puasa.

Allahua'lam. Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik. Kalau ada banyak salah di tulisan ini, mohon dikoreksi.

Friday, April 24, 2020

Apa Doanya?

April 24, 2020 0 Comments
Bismillah.

Tulisan serial #tentang orang lain. Kali ini aku ingin bercerita tentang salah satu guru yang kutemui saat tinggal di lantai empat gedung sayap selatan Salman.

***

Jadi ada beberapa dosen/alumni ITB yang sering mengisi pembinaan bagi anak-anak asrama Salman, mayoritas sudah bapak-bapak, tapi untuk mengakrabkan kami diberitahu untuk menggunakan sapaan "Mas" ketimbang "Pak". Seperti Pak Syarif yang membuat ventilator salman, kami biasa memanggil beliau Mas Syarif.

Tahun kedua aku tinggal di Asrama, ada alumni ITB baru yang sering terlibat dalam membina anak-anak asrama salman, beliau selain lulusan ITB juga lulusan gontor. Aku ingat kelas-kelas bahasa Arab yang diajarkan beliau. Berbeda dengan tahun sebelumnya, pembinaan bahasa arab dengan beliau diadakan malam hari, setelah magrib kalau tidak salah ingat.

Aku tidak terlalu mengenal pribadi beliau, seperti asal daerah beliau, dulu jurusan apa, anaknya berapa dll. Tapi ada satu momen yang membuatku ingin menuliskan tentang beliau.

Sore itu, aku sedang tidak ada kegiatan di kampus. Aku mendapat kabar bahwa ada kajian sirah yang diisi oleh beliau. Sebenarnya kajian ini merupakan program pembinaannya asrama lain (NF), tapi mungkin karena letaknya di salman, atau alasan lain, intinya anak-anak asrama salman juga diundang untuk hadir. Aku sebenarnya tidak terlalu ingat detail undangannya. Siapa yang memberitahuku, dengan siapa aku hadir agenda tersebut. Aku cuma ingat, aku hadir di acara tersebut.

Acaranya diadakan di back office salman lantai dua. Gedung kayu lantai dua, tapi berbeda area dengan sekretariat unit. Seingatku peserta yang hadir kurang dari 10 orang. Karena kajiannya tentang sirah, aku tidak banyak mencatat, lebih banyak menyimak.

Kajiannya belum selesai, tapi suara adzan magrib berkumandang, membuat beliau dan para peserta diam dan menyimak adzan. Nah... di bagian setelah ini, hal yang membekas erat di ingatanku.

Adzan sudah selesai, beliau bertanya pada para peserta, "Apa doa setelah adzan?"

Aku ingat aku menjawab dengan suara lirih, lafal doa yang pernah kuhafal karena sering tayang di TV waktu masih kecil. Ya.. TV jaman dulu lebih syar'i kayanya, nayangin adzan di waktu shalat dan doa setelah adzan. ^^


Kalau doa yang kuhafal dari TV, biasanya diakhiri dengan kalimat "innaka la tuflihul mi'ad". Begitu pula aku biasanya membacanya. Tapi qadarullah belum lama sebelum sore itu, aku juga mengetahui bahwa kalimat tambahan di belakang itu tidak ada di hadits. Jadi sore itu, aku hanya membacanya sampai kata "wa 'adtah".

Aku tidak begitu mengingat siapa saja yang ikut menjawab pertanyaan beliau tentang doa setelah adzan. Apakah cuma aku, atau ada orang lain juga. Ingatanku tidak meng-cover hal itu. Tapi aku ingat beliau bertanya, seolah padaku, "Sudah?" Seolah beliau bertanya padaku, itu saja? Cuma sampai situ?

Aku mengangguk saat itu. Kemudian beliau memberikan tambahan pelajaran di luar pelajaran sirah yang menjadi agenda sore itu.

Bahwa menambahkan kalimat "innaka la tuflihul mi'ad" pada doa setelah adzan juga diperbolehkan.


***

Momen itulah yang mendorongku untuk menulis tentang beliau di sini. Dari beliau aku belajar, bahwa benar, kita harus berhati-hati dalam berbicara tentang hadits, jangan sampai ditambah/dikurangi, karena ada ancaman mengerikan terkait berbohong atas nama Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam. Tapi untuk doa, sifatnya lebih personal. Doa yang sesuai hadits kita berikan secara literal, tidak boleh dikurangi atau ditambahkan. Tapi dalam pelaksanaannya kita bisa menggunakan doa lain asalkan masih doa yang baik, karena doa adalah komunikasi kita dengan Allah.

Seperti sebelum makan, kalau di hadits, hanya Bismillah. Tapi bukan berarti kita tidak boleh berdoa, "Allahumma bariklana fi ma razaqtana wa qina 'adzabannar" setiap akan makan. Seperti itu.

Ini juga berlaku pada doa berbuka puasa. Ada yang lafalnya "dzahabat doma'u", ada juga yang "allahumma laka shumtu". Kita boleh berdoa berbuka puasa menggunakan salah satunya atau keduanya, yang penting kita tidak menyandarkan lafal doa yang bukan dari rasulullah bahwa itu dari hadits.

*btw ini pagi-pagi, ramadhan hari pertama udah tentang doa mau makan dan berbuka. Wkwk. Ada yang jam segini sudah lapar? Hehe

Allahua'lam.

***

PS: Mohon koreksi ya kalau pemahaman saya salah. Sebenarnya aku cuma ingat bahwa beliau mengatakan kalau ditambahkan kalimat "innaka la tuflihul mi'ad" juga boleh. Selebihnya pemahaman dari saya saja. Oh ya, buat yang penasaran beliau itu siapa, bisa googling "buku ibadah dengan harta", beliau penulis buku tersebut.

PPS: Ini tambahan ga penting, in syaa Allah di hide. Tentang back office salman lantai 2, memoriku di sana ada tiga. Pertama yang aku ceritakan di sini, kajian sirah yang diakhiri dengan pelajaran tambahan tentang doa setelah adzan. Kedua, rapat !nspira, bahas tema majalah kedua, yang ga pernah terbit. Ketiga, wawancara lanjut di asrama atau tidak, ditanya, apa kelebihanku dibanding temen-temen astri yang lain, juga tentang IP yang turun, disuruh nulis nominalnya. wkwkwk. nominal? Emangnya uang hehe. Di lantai dua, selain ruang rapat itu, ada juga ruangan penitipan anak, lupa tapi namanya apa. RISKA?

QJ Ramadhan #1: Takwa; Tujuan Puasa

April 24, 2020 0 Comments
Bismillah.

#quranjurnal





يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

أَيَّامًۭا مَّعْدُودَٰتٍۢ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍۢ فَعِدَّةٌۭ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌۭ طَعَامُ مِسْكِينٍۢ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًۭا فَهُوَ خَيْرٌۭ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

(QS Al Baqarah ayat 183-184)

***

Bismillah.

Syariat puasa diperintahkan kepada kaum sebelum kita, dengan tujuan yang sama, agar ketakwaan meningkat. Kaum sebelumnya gagal mencapai tujuan dari puasa, kini giliran kita diperintahkan untuk berpuasa untuk mencapai tujuan yang sama, taqwa. Perlu kita garisbawahi tujuan puasa, jangan sampai kita berpuasa hanya menggenapkan hari dan mendapatkan lapar dan haus saja.

Takwa itu apa? Beberapa menerjemahkan takwa sebagai takut kepada Allah.

Menurut Ustadz Nouman takwa juga berarti perlindungan.

Taqwa comes from the word wiqaya. Wiqaya actually means protection. Taqwa is similiar to ittiqa, to seek protection, to try to protect yourself. 

Perlindungan dari apa? Perlindungan dari godaan setan.

Ibarat menjadi polisi atau tentara perlu training dan latihan, puasa adalah bentuk penjagaan kita, untuk berlatih agar bisa bertahan dari serangan setan.

Bulan Ramadhan di-setting sedemikian rupa agar kita bisa berlatih memperkuat kemampuan hati kita.  Saat kita berpuasa tubuh kita melemah, syahwat kita pun demikian. Saat kita puasa, hati berlatih untuk mengatur anggota badan. Bahwa meski tenggorokan haus, hati memegang kuasa untuk menyuruhnya tidak minum, hingga adzan magrib, waktu berbuka. Dan ini bukan hanya sekedar tentang lapar dan haus, tapi juga kegiatan lain yang tidak bermanfaat atau justru berbahaya bagi iman kita. Saat lisan kita ingin ghibah, atau membicarakan orang lain, hati kita berlatih untuk mengingatkannya, dan menahannya. Bahwa ini bulan suci Ramadhan, harusnya kita isi dengan amalan agar mendapat pahala berlipat dan ampunan. Hati kita juga yang berlatih memberikan instruksi agar segera ke masjid saat adzan berkumandang.

Selain itu, puasa yang baik seharusnya meningkatkan awareness kita, bahwa Allah dekat, Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Saat tidak ada orang, kita bisa saja mencuri-curi makan atau minum. Namun kita tidak melakukannya karena kita sadar bahwa Allah itu dekat, selalu dekat.

When you know someone is near, you act differently. When you know the police officer is near, you act differently. When you know your boss is near, you act differently. When you know the teacher is near, you act differently. When you know your mother is there, you talk differently to your friends. When your realize Allah is near, you will become different forever. Cause He's always near. - Nouman Ali Khan

Ayat 184 menjelaskan syariat puasa hanya beberapa hari (ayyamam ma'dudat). Selain itu Allah juga memaklumkan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, dengan cara menggantinya di hari yang lain. Bahkan yang tidak berpuasa karena tidak mampu secara fisik (lansia) dapat mengganti dengan membayar fidyah (memberi makan orang miskin). Ayat ini menggambarkan bahwa Allah tidak menginginkan kesukaran untuk kita. Allah mengerti kita sebagai manusia memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan.

Dua ayat ini, mengingatkan saya agar mengecek ulang kualitas puasa, apakah masih sekedar menahan haus dan lapar, atau sudah bisa dijadikan cara agar tercapai takwa, serta meningkatnya perasaan diawasi olehNya. Kalau puasa sekedar menahan haus dan lapar, anak kecil juga bisa. Tapi kita berharap, puasa dapat meningkatkan ketakwaan kita.

Semoga Allah memudahkan kita menjalani ibadah di bulan Ramadhan, semoga amal ibadah kita diterima, pahala berlipat dapat kita kantungi dan ampunan-Nya membersihkan dosa-dosa kita. Semoga kelak, saat Ramadhan berakhir, kita termasuk orang-orang yang mendapatkan takwa. Aamiin.

Allahua'lam bishowab.

***

6 Mei 2019 | 1 Ramadhan 1440H

#quranjournal #refleksiramadhan  #betterword

***

Keterangan : Tulisan Ramadhan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.

Quran Jurnal

April 24, 2020 0 Comments
Bismillah.

#quranjurnal

Marhaban ya Ramadhan. Alhamdulillah, alhamdulillah, masih diberi kesempatan menyicip manisnya bulan Quran.

Seperti tahun kemarin, tahun ini saya juga akan repost tulisan ramadhan tahun lalu dari facebook khusus ramadhanku. Dan tulisan ini semacam prolognya.

Tahun lalu, aku pertama kenalan sama quran journal. Jadi quran jurnal ini semacam salah satu bentuk aktivitas agar membaca quran bukan cuma lafalnya saja, tapi ada belajar tafsir/maknanya, tadabbur atau ambil refleksi dari ayat tertentu, juga membuat doa dari ayat tertentu.




Dari 30 day challange, cuma bisa nyelesaiin 8, trus 2 lagi tambahan di bulan syawal dan rajab. Sempat ikutan QJ Challange yang Hajj juga, di blog ini.


Sebenarnya ini penting banget sih. Cuma harus telaten. Karena prosesnya bukan cuma nulis, tapi harus baca/nyimak penjelasan ayatnya dulu.

Rajab-Ramadhan ini ada QJ Challange juga sebenarnya, cuma aku ga ikutan. Ramadhan ini juga, ada rencana produktif nulis tapi bukan dengan ikutan challange QJ. Yang ini harusnya di hide aja ya hehe.

***

Selamat menjalani hari-hari di bulan Ramadhan. Semoga rencana dan target dapat terlaksana. Aamiin.


Wednesday, April 22, 2020

Bikin Animasi di Canva

April 22, 2020 0 Comments
Bismillah.

#curcol #gakpenting

Mau curcol aja hehe. Jadi karena tadi nyalin catetan kajian dari buku hijau kecil, jadi nyalin puisi yang kutulis di bagian belakang. Awalnya nyalin ke blog magicofrain. Done.


Trus gatau kenapa pengen post ke ig. Akhirnya buka canva, ada pilihan desain animated, untuk buat gif gitu. Pilih deh salah satu template, edit edit... Pilih foto rumah, karena niatnya puisi itu untuk yg ga mudik, atau yang nungguin anak/cucu mudik tapi ternyata batal.

Selesai, download, 18 detik, 3 slide, tapi yang terakhir sebentar banget. Pengen save as jpg/png. Tapi lagi "belum bisa" pegang laptop.

Mau upload di ig betterword_kirei, tapi. Kaya merusak tampilan keseluruhan, harus post 3 sekaligus kayanya. Akhirnya publish di ig pribadi.

Trus... Seasonal extrovertku belum puas. Jadi deh nulis di sini. Curhat ga penting hehe.

Upload di blog ini via browser chrome di hp, trus nyadar kl ada dua file. Dari canva sm ig. Warnanya berubah. Hmm..


Versi canva

Days Before Ramadhan

April 22, 2020 0 Comments
Bismillah.



Ahad, 6 Mei 2018 |@Acara ODOJ, Masjid Istiqlal | Ustadz Oemar Mita

***

Bulan Ramadhan adalah prime time untuk memohon ampun.

Waktu atau timing itu berpengaruh. Berbeda, orang yang istighfar jam 1 siang dan orang yang istighfar jam 1 malam.

Ramadhan, secara bahasa, saat matahari terik. Allah membakar kemaksiatan.

Bulan Ramadhan, pahala amalan dilipat gandakan.

Biasanya pahala suatu amal itu detail di luar bulan Ramadhan.

Tapi... saking besarnya pahala amal di bulan Ramadhan, Allah tidak mendetailkannya.

4 hal yang harus dipersiapkan sebelum Ramadhan:

❤️ Cek iman kita

Pastikan bebas dari kesyirikan dan kemunafikan.

Karena Ramadhan bukan hanya tentang fiqh, namun juga tentang tauhid dan akidah.

Semoga hati kita ga terjangkit kemunafikan TT

❤️ Memperbanyak istighfar dan taubat

❤️ Memperbanyak doa

❤️ Quran - perbanyak interaksi

***

Catatan kajian 2 tahun yang lalu, sebelum Ramadhan. Seadanya, banyak kurangnya.

Allahua'lam.

Jiwa yang Merindu

April 22, 2020 0 Comments
Bismillah.


Seseorang menuliskan, bahwa ia rindu, tapi tidak tahu pada siapa. Membaca kalimatnya membuatku teringat sebuah kutipan dari buku biografi Umar bin Abdul Aziz, di Bab Terakhir, dengan sub-heading bertajuk "Jiwa yang Merindu".

***

Ia (Umar bin Abdul Aziz) berkata,

"Sungguh, aku memiliki jiwa yang mencintai kerinduan. Tiap kali mencintai sesuatu, aku akan merindukan sesuatu yang di atasnya lagi, dan sungguh Allah subhanahu wata'ala telah Melihatku sedangkan aku di Madinah waktu itu sebagai seorang pemuda di antara para pemuda lain. Lalu jiwaku merindukan ilmu dunia Arab maka aku pun memenuhi keperluanku. Kemudian jiwaku merindukan Fathimah binti 'Abdul Malik maka aku memperistrinya. Selain itu, ketika aku merindukan kepemimpinan maka aku berhasil menguasai dunia dan merindukan kekhilafahan yang tidak ada sesuatu pun yang lebih tinggi daripadanya. Akhirnya, jiwaku pun merindukan apa yang di hadapan Allah di akhirat."

***

Kerinduan yang memenuhi jiwa Umar rahimahullah melahirkan amal, sehingga Allah memberikan padanya penawar rindu tersebut. Kemudian ia memenuhi jiwanya lagi dengan kerinduan lain yang lebih tinggi. Lagi, dan lagi. Sampai akhirnya ia menemukan kerinduan terakhir yang mengisi tiap relung jiwanya. Kerinduan akan akhirat, rindu pada apa yang di hadapan Allah di akhirat. Dan yang terakhir ini, juga terlahir dalam amal, kemudian Allah memberikan penawarnya, lagi. Sebuah kematian, penawar yang pahit, tapi ampuh. Karena kematian adalah gerbang menuju kehidupan yang hakiki.

Lalu aku bertanya-tanya. Bagaimana dengan kita? Kerinduan terhadap apa yang ada di jiwa kita? Bisa jadi kita juga merindukan kedekatan dengan Allah, jiwa kita terlahir dalam fitrah, merindukan Rabbnya. Adakah kita abai pada rasa rindu tersebut? Meletakkannya di laci paling bawah, tertutup dan terkubur oleh tumpukan-tumpukan rindu lain yang nilainya maya dan semu.

Lalu aku menulis ini, seolah ingin menjawab kalimatnya, namun bukan untuk dibaca orang lain. Kutulis ini, sebagai pengingat diri, agar tidak lupa, ada kerinduan yang harus kita pupuk, yang penawarnya akan pasti hadir. Lebih pasti dari kehidupan itu sendiri.

Aku menulis ini, untuk mengingatkan diri. Bahwa benar, kita boleh merindukan siapa pun, atau apapun, itu manusiawi. Seperti Umar yang rindu pada ilmu dunia Arab, juga fathimah binti Abdul Malik, juga kekhilafahan. Kamu pun boleh rindu. Tapi jadikan rindu itu merekah dalam amal dan doa, agar diberikan penawarnya oleh Allah, kemudian... Semoga di "akhir cerita" jiwa kita dipenuhi kerinduan padaNya, pada akhirat, pada apa yang di hadapan Allah di akhirat, dan kita menghadap padaNya dalam keadaan terbaik. Aamiin.

Allahua'lam.

Bertemu (Lagi)

April 22, 2020 0 Comments
Bismillah.

-Muhasabah Diri-

Aku harap aku bertemu lagi, dengan Ramadhan.

Dua tahun yang lalu sebelum Ramadhan aku mencatat sebuah kajian, dijelaskan pentingnya timing. Bahwa istighfar pada jam 1 siang berbeda dengan istighfar jam 1 malam. Begitupun doa di bulan ini, berbeda dengan doa di bulan Ramadhan.

***

Aku mengatakan aku ingin bertemu lagi, dengan Ramadhan.

Aku ucapkan aku sedang mempersiapkan diri. Tapi apa yang penting bukan pada suara atau tulisan. Apa kabar amal dan laku diri? Sudahkah benar-benar bersiap untuk bertemu?

Kau tahu? Orang yang banyak menulis, dan melantunkan bait-bait sajak, rawan untuk jatuh di lembah dusta.

Kau? Bukan yang termasuk di dalamnya kan?

Saturday, April 11, 2020

Another Nukil Buku

April 11, 2020 0 Comments
Bismillah.

#nukilbuku #buku

Nukil Buku "Umar bin Abdul Aziz" - 'Abdul 'Aziz Sayyid Al-Ahli

***

dari bukalapak

Buku terbitan Samara bersampul biru ini kutemukan di lemari kaca, entah siapa yang beli, kemungkinan adik/kakak. Meski belum selesai dibaca, saya ingin berbagi beberapa kutipan dari buku ini.

Wasiat Sang Ayah

Saat hendak "pulang" menemui Rabbnya, 'Abdul 'Aziz mengumpulkan anak-anaknya (salah satunya Umar bin Abdul Aziz) untuk berwasiat.
"Betakwalah kamu kepada Allah, dan aturlah masalah keuanganmu dengan baik. Karena sesungguhnya tidak ada harta bagi orang yang tidak mengatur keuangannya dengan baik. Bergaullah dengan lemah lembut. Karena orang yang tidak lemar lembut pasti tidak akan bisa hidup. Perangilah hawa nafsu syahwatmu. Karena sesungguhnya orang yang tidak bisa mengalahkan hawa nafsunya adalah orang yang tidak berakal."
Kutipan pertama ini saya ambil karena story telling-nya kuat, membuatku membayangkan bagaimana perasaan pendengar, bagaimana saat mendengar ayah berwasiat. Pesan pertamanya, bertakwalah kepada Allah. Pesan yang paling penting. Mengingatkanku pada wasiat yang dicatat Allah dalam Al Quran. Bahwa wasiat itu... ga kaya di film/sinetron, bukan tentang pembagian harta, tapi yang penting dan harus disampaikan adalah tentang tauhid, perintah untuk tidak menyekutukan Allah, perintah takwa.

Padahal Prasangka...

Ini bukan perkataan Umar, atau orang yang hidup di sekitarnya. Ini tulisan penulis biografinya. Aku lupa persisnya dimana kalimat ini ditulis. Tapi topik prasangka dan isi kalimat ini mendorongku menyalinnya.

"Padahal prasangka itu lebih menyakitkan daripada tusukan, lebih jelek daripada semua akibat dan cacian yang paling keji."

Kalimat tersebut seolah merangkum perasaanku tentang prasangka. Betapa kita harus berhati-hati dalam berprasangka. Dan bagaimana prasangka orang lain bisa melukai kita, sama seperti prasangka kita bisa melukai orang lain. Keinget pesan cinta-Nya, agar menjauhi kebanyakan prasangka.

Khutbah Setelah Dibaiat Menjadi Khalifah

"...Aku berwasiat agar kalian bertakwa kepada Allah. Karena sesungguhnya takwa kepada Allah adalah ganti segala sesuatu, dan tidaklah ada keterbelakangan dari takwa kepada Allah. Beramallah kalian untuk akhiratnya, niscaya Allah akan mencukupkan urusan dunianya. Berbuat baiklah kalian dalam kesendirian, niscaya Allah Yang Mahamulia akan memperbaiki urusan terang-terangan kalian. Perbanyaklah mengingat mati. Persiapkanlah bekal untuknya sebelum kematian menghampiri kalian...."
Khutbah... ada yang kangen dengerin khutbah ga? Aku yang ga ikut jumatan aja, kangen.. apalagi yang tiap pekan bener-bener nyiapin diri untuk shalat jumat dan dengerin khutbah.

Kita mungkin sering banget denger khutbah yang mengingatkan kita untuk bertakwa. ittaqillah. Kadang disampaikan dalam bahasa arab, jadi ga selalu nyampe pesannya, terutama untuk aku yang masih belum bisa bahasa arab. Baca teks khutbah, kemungkinan pasti ga tahan... tapi feel-nya beda, kalau baca isi khutbah dalam sebuah cerita. Apalagi ini bukan khutbah biasa, tapi khutbah setelah Umar bin Abdul Aziz dibaiat menjadi khalifah. Betapa berat amanah itu... semua orang menunggu untuk menyimak. Aku, yang membaca pun, seolah ikut menunggu. Dan khutbah itu, pengingat takwa (lagi) dan lagi, menjadi terasa berbeda.

Kalau cuma baca dari blog ini, tentu beda rasanya. Disarankan baca langsung dari bukunya! ^^

***

Sekian nukil buku kali ini, semoga apa yang dibaca masuk ke hati dan diwujudkan dalam amal. Semoga membaca biografi orang-orang shalih bisa membuat kita sadar, kemana kita harus mengambil teladan, saat sekarang, ribuat informasi membuat kita kehilangan fokus karena terlalu banyak membaca stories orang-orang ketimbang stories orang-orang shalih terdahulu. Bukankah doa kita begitu? Ingin diberi petunjuk jalan yang lurus, seperti jalan orang-orang yang telah diberi nikmat?

Allahua'lam. 


empat kutipan pertama yang disalin dari buku Umar bin Abdul Aziz

Thursday, April 9, 2020

The Girl Across My Room

April 09, 2020 0 Comments
Bismillah.


Aku mengenalnya, saat pindah kamar ke lantai 1. Kamarnya berada tepat di sebrang kamarku. Hanya terpisah jalan kecil selebar pintu kosan, satu meter mungkin.

Aku tidak banyak mengingat identitasnya, yang aku tahu ia mahasiswi tingkat 3, jurusan atau fakultasnya aku lupa, namanya juga lupa. Meski banyak tidak ingat, aku ingin menuliskan tentangnya.

Ia tipe yang suka belanja online. Aku saat itu lebih sering di kamar kosan, dan letak kamarku yang di lantai satu, persis dekat pintu, membuatku sering bertemu pengantar paket. Satu pekan bisa sampai dua paket untuknya. Biasanya setelah memberikan tanda terima, paket tersebut aku letakkan di atas kulkas, di sana semacam kotak surat kosan kami.

Pernah suatu hari, aku hendak mengambil minuman di kulkas dan sebuah post card dengan tulisan asing menarik mataku. Aku tidak membaca keseluruhan isinya, tapi aku sempat melihat nama penerimanya, dan diperuntukkan untuk penghuni depan kamarku. Sepertinya dari temannya yang kuliah di luar negri, jepang kalau tidak salah lihat.

Hal pertama yang kuingat tentangnya sebenarnya bukan tentang paket. Tapi suara khas alarm shubuhnya. Suaranya begitu keras dan berulang, sampai tanpa sadar aku menghafalnya. Kami pernah bertukar canda tentang ini, saat sahur bersama di bulan Ramadhan. Ibu kosan sering berbaik hati memberi kami sahur gratis. Terutama saat pertengahan dan akhir ramadhan saat penghuni kosan banyak yang sudah pulang. Anak-anak di lantai 3 juga dipanggil agar turun dan ikut sahur di lantai 1.

Berbeda dengan kamarku, yang hampir selalu tertutup. Kalau ia di kosan, ia sering membuka pintu kamarnya. Mungkin agar sirkulasi udaranya lebih baik. Atau mungkin, itu menggambarkan kondisi kepribadiannya yang terbuka. Kamarnya rapi dan bersih. Pernah aku berkunjung dan duduk di kamarnya, satu atau dua jam saat mendengarkan wejangan dari bapak kos. Aku ingat, pekan itu pekan UTS, jam sudah makin malam, bapak kos terlihat masih bersemangat bicara tentang banyak hal. Sampai akhirnya aku memberanikan diri untuk menghentikan sesi ceramah malam itu. Aku memang sudah tidak ada UTS, tapi berbeda dengannya. Aku bisa membayangkan ia mungkin seharusnya sudah membaca beberapa ppt untuk UTS esok hari.

***

Saat hendak menulis tulisan seri tentang orang lain, aku memikirkan beberapa orang. Alasanku bercerita tentangnya, adalah karena ada satu percakapan dengannya yang membuatku menyadari hal penting. Tadinya momen tersebut hendak kujadikan tulisan fiksi.

Ia bertanya padaku, "Teteh S2? Atau...?" Semacam itu. Aku lupa redaksi persisnya. Saat itu kondisiku sudah membaik, aku bisa menjawab dengan tenang pertanyaan tersebut. Aku menggeleng dan memberitahukan status studiku. Ia hanya ber-oh ria.

Percakapan singkat yang membuatku sadar. Sebelumnya, aku pernah terjebak pada ketakutanku sendiri, akan pandangan orang lain. Karena saat itu aku belum lulus, padahal teman-teman seangkatanku sudah mulai kerja. Saat itu aku takut pada prasangka orang lain tentangku. Otakku terus mengundang ribuan prasangka buruk. Tapi kalimat itu, yang mengalir dari bibirnya yang tersenyum membuatku sadar. Bahwa Allah begitu mencintai hambaNya. Bahwa Allah menghias begitu indah rupa dan image-ku di mata orang-orang. Padahal aku hanya seorang hamba yang hina dan bersalah. 

Kalimatnya, membuatku menyadari, bahwa apa yang dilihat orang lain padaku, bisa jadi selalu lebih baik daripada kenyataan diriku. Karena mereka tidak tahu apa apa tentang sisi gelap bulan yang Allah tutupi dengan indah.

***

Mahasiswi itu... aku mungkin tidak mengenal banyak tentangnya. Tapi menuliskan ini membuatku ingin berdoa untuknya. Semoga hati dan pikirannya selalu dihiasi dengan prasangka baik pada orang lain, dan juga terutama pada Allah. Semoga ia tidak pernah terjebak dalam ruwetnya overthinking. Semoga ia tahu, bahwa setiap ia memiliki kesalahan, selalu ada jalan untuk memperbaikinya. Ia cuma perlu bertaubat, kembali padaNya, dan bertanya dalam doa-doa kecil, kemana ia harus melangkah agar bisa menjadi lebih baik. Semoga harinya selalu dinaungi keberkahan dariNya. Aamiin.

Allahua'lam.