Follow Me

Thursday, September 28, 2023

But That's My Line...

September 28, 2023 0 Comments

Bismillah.

  

"Doain ya, Mba" ucapnya. Aku terdiam, menunggu lanjutan kalimatnya. Aku kira, ia sedang dalam proses ta'aruf, atau butuh doa spesifik apa, tapi ternyata...

"Aku lagi futur,"

Aku tersenyum tipis, getir. Ada suara kecil yang tidak keluar di lisan tapi menggema di hati. 'But that's my line.. I should be the one asking you to pray for me. I am still, after almost two months,...'

 

f u t u r

 

***

 

Jika aku menuliskan kata itu, kemudian memisahkan tiap hurufnya dengan spasi, aku tidak bisa tidak berpikir tentang kata lain di bahasa inggris, future, beda pelafalan memang.


Ada yang tidak familiar dengan diksi 'futur'? Aku.. aku dulu juga tidak tahu kata apa itu. Aku lupa persisnya kapan pertama kali aku mengenal kata itu, dan bagaimana kata itu kini sering menghias hariku. Seperti saat aku kuliah dulu, masa-masa aku aktif di organisasi islam, dan dikelilingi dengan banyak orang yang menggunakan kosakata bahasa arab. Futur, iqab, riyadhah, afwan, dll. Oh ya, tapi kalau di kampus dulu, tidak ada panggilan "akhi, ukhti", kalau dua kata itu, aku justru banyak memakainya saat di Rohis SMA. Saat di kampus, dua kata itu begitu kikuk untuk digunakan, kami hanya menggunakan sapaan khas daerah, Teh dan Kang. *ups, kenapa jadi malah nostalgia.


Balik ke kata futur. Futur, berasal dari bahasa Arab. Akar katanya fatara - yafturu - futuran, artinya menjadi lemah atau menjadi lunak. [1]

 

Adapun maknanya ada dua [2]:

1. Terputus setelah bersambung, terdiam setelah bergerak terus

2. Malas, lamban atau kendur setelah rajin bekerja


Adapun secara istilah, futur biasanya digunakan untuk menggambarkan "penyakit" yang sering menyerang sebagian ahli ibadah, para da'i, dan penuntut ilmu [3]. Termasuk, orang-orang yang baru hijrah, orang-orang yang sedang berjuang dan berjalan untuk mendekat pada Allah.


Nah, kalau udah kenal sama 'futur', sekarang mari cek bareng-bareng, apakah kita sedang terjangkiti penyakit tersebut? Jika iya, lalu bagaimana?


Kalau aku pribadi, masih mencari solusi. Salah satunya dengan menulis ini. Berharap dengan menulis, aku bisa membaca hal-hal terkait futur. 


Terakhir tentang futur, sebuah kutipan dari Ibnul Qayyim dalam buku Madarijus Salikin, tapi ini aku gak nyalin dari bukunya, nemu di salah satu web yang kubaca terkait futur.


Ibnul Qayyîm rahimahullah berkata, “Saat-saat futur bagi para salikin (orang-orang yang meniti jalan menuju Allah) adalah hal yang tak dapat terhindarkan. Barangsiapa yang futûrnya membawa ke arah murâqabah (merasa diawasi oleh Allah) dan senantiasa berlaku benar, tidak sampai mengeluarkannya dari ibadah-ibadah fardhu, dan tidak pula memasukkannya dalam perkara-perkara yang diharamkan, maka diharapkan ia akan kembali dalam kondisi yang lebih baik dari sebelumnya.” (Kitab Madrijus Salikin).

 

***

 

Sekian terkait futur. Lanjut ke sesi curhat. #eh

 

Ada yang masih ingat pembuka tulisan ini? Kejadian itu nyata kualami, di sebuah sore jingga, di waktu spesial, saat doa-doa diijabah. Ada yang mau nebak, kira-kira waktu apa?

 

Sebelum kejadian itu. Aku duduk disampingnya, aku teringat bagaimana tubuhnya miring ke arahku, untuk mendengar lebih jelas. Kemudian ia mengangguk seolah merasa relate, saat aku menjelaskan bahwa yang sulit itu, kalau badan sedang tidak fit, energi habis tidak tidak punya waktu untuk istirahat yang cukup. Saat itu, aku cuma berpikir, bahwa ia sedang sibuk-sibuknya, lelah dengan pekerjaannya, sebagai apoteker di sebuah rumah sakit swasta, di kota lain yang berjarak sekitar 1 jam dari Purwokerto. Saat itu, aku tidak tahu, kalau yang merasa lemah dan lelah itu, bukan hanya fisiknya, tapi juga spiritualnya.


Sejujurnya aku begitu malu, saat ia memintaku mendoakannya. Ingin rasanya balik bersuara, harusnya itu aku yang bilang. But that's my line, itu harusnya dialogku. Harusnya aku yang meminta ia mendoakanku. Karena kalau mau jujur, aku pun sedang tidak baik-baik saja. Aku, sudah terlalu lama bersembunyi dibalik kata futur, terlalu nyaman dengan hal-hal mubah, beberapa kali terpeleset, kemudian merasakan akibatnya saat tangan begitu berat membuka Al Quran. Saat lisan, begitu kaku, mengeja kalam-Nya.


Tapi curhat di sini, mengejanya, tidak akan mengubah apapun bukan? Hanya sebuah keluhan, jika aku tetap diam dan terputus. Jika aku tetap lemah dan lunak. Jadi mari berdoa, agar tulisan ini tidak berhenti di tulisan. Semoga Allah mengobati setiap penyakit dalam hati kita. Semoga Allah membantu kita keluar dari futur ini. Semoga menjadi lebih baik, lagi dan lagi. Semoga dimudahkan untuk bisa kembali pada-Nya dalam keadaan terbaik, berharap mati syahid, meski untuk bisa syahid, ada perjuangan yang harus dilakukan. Bukan sekedar angan kosong, atau omongan tanpa makna. Semoga diejawantahkan dalam amal, yang tidak mengapa sedikit asalkan istiqomah. Rabbi habli hukman wa alhiqni bishshalihin. Aamiin.

 

Wallahua'lam bishowab.

 

***


Keterangan:

[1] https://web.facebook.com/hasanalbannacom/posts/futur-kata-berasal-dari-bahasa-arab-yang-akar-katanya-adalah-fatara-yafturu-futu/464318260298643/

[2] https://dillatheexplorer.com/2014/03/21/futur/

[3] https://muslimah.or.id/9485-penyakit-itu-bernama-futur.html

[4]

Monday, September 25, 2023

Lost Letter (?)

September 25, 2023 0 Comments

Bismillah.


I remember feeling tired to answer letter without question back to me. And after some rest time, and I'm ready to tell them my story, without them asking, I can't find her letter.


It's a letter from a friend in other continent. I remember asking about love to her. I'm curious how it is, in her age--she's still young btw.


I try to remember her name, try to sort my inbox in Slowly. And can't find it. Does she deactive her account? No.. I think, we can still see letter even if one of them deactive their account. Does she change her id? I scroll through my inbox once again, this time focusing on the place under name, to find a country name in Africa. But I can't find it.


Then, I remember I copy one of my letter to her, and post it in my anonym Medium account. I open, and found 4 Sept. Do I unintentionally delete/remove her letter? Thankfully I go to setting and found that I can see previous removed user.

 

"There you are!"


***


I'm glad that I found that lost letter, and finally writing a reply to it.


Sometimes we're just tired and want to stop for a while. But it doesn't mean that we want to quit.

 

I hope I remember to be careful. Sometimes we didn't want to remove people from our life. But how we act, choice we choose, might be the reason, we cut people from our life. intentionally or not.


I suddenly remember, how sometimes, I can't choose a good sentence and it might offend other person.

I suddenly remember, how sometimes I ignore people's chat, just because I'm too dizzy thinking about myself.


I hope I could be a better person in communication. Voice or written. Aamiin.


Wallahua'lam.

Saturday, September 16, 2023

Emosi yang Mengaburkan Memori

September 16, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

Aku lupa persisnya dimana, tapi yang jelas aku mendengar kalimat serupa judul postingan ini. Sederhana tapi cukup untuk membuatku berpikir. Emosi yang mengaburkan memori. Kalimat itu membuatku menilik ulang tahun-tahun saat aku sendiri tidak bisa mengingat jelas apa saja yang terjadi di sana. Seolah emosi kuat yang menenggelamkan, menyeleksi memori sehingga yang muncul hanya sebagian saja. Memori-memori yang tidak bisa disebut indah, tapi aku tidak hendak menyebutnya buruk juga. Karena toh dari hal-hal tersebut aku tersadar dan menjadi aku yang saat ini.

 

Mungkin, itulah mengapa penting untuk memiliki hati yang bersih. Bersih dari kabut emosi. Saat hati bersih, otak kita bisa lebih jernih mengingat apa yanag terjadi. Kita jadi bisa mengambil pelajaran lebih mudah. Kita bisa melanjutkan hidup lebih ringan.


***


Untuk siapapun, yang masih dihantui memori tertentu.

 

Untuk siapapun, yang merasa kesulitan mengingat-ingat hal-hal baik pada suatu waktu dalam hidupmu.

 

Barangkali yang perlu kita lakukan, adalah memetakan dan membersihkan emosi kita terlebih dahulu. Jika ada yang tersumbat di sana, mungkin itu yang membuat kita sulit melihat dan mengingat.

 

Jika sulit, dan tidak tahu harus memulai dari mana. Jangan takut dan malu untuk minta bantuan. Tidak mengapa datang dan melakukan konseling. Juga jangan pernah merasa begitu jauh, sampai enggan untuk berdoa dan bersimpuh pada-Nya.


Oh ya, coba biasakan menulis dan mencatat, barangkali itu bisa menjadi alat yang membantumu untuk mengingat kembali, memori yang dikaburkan oleh emosi. Karena itu yang lagi dan lagi kutemukan, setiap membaca tulisan-tulisan lama di blog ini. It's easy to label a certain time as a dark era. But if we're careful enough to remember, we'll find that even in that dark era, we'll find many light moment (bukan ringan, tapi cahaya hehe). It might not shine bright, but it glows in the dark. Waiting for us, to take the lesson from it. Maaf tiba-tiba pindah bahasa. My bad habit, kalau tiba-tiba bicara hal-hal personal.


Mari menulis, mari mencatat. Semoga suatu hari, kita bisa tersenyum dan menertawakan lagi tulisan lama kita. Semoga saat kita membaca lagi, kita akan bersyukur dan berterima kasih, pada diri di masa lalu yang menyempatkan menulis meski menulis itu tidak selalu mudah.


Wallahua'lam.

Friday, September 15, 2023

SelfD #18: What am I thankful for?

September 15, 2023 0 Comments

Bismillah.

#SelfDiscovery

 

I'm thankful, for every sense Allah gave me. The five sense + not the kind of sixth sense people define. But also heart. I hope I have "a healthy heart", that can see, hear and feel. And that can choose good instead of bad, despite all of the difficulties surround it.


I'm thankful, for the best plan from Allah. Without His help, I might still be drowning, deep in the darkness. But He surround me with good people. My parents, my siblings, my spouse, my friends, and all the good writer out there, who might never know, that I read and learn so much from what they write.


I'm thankful, for the chance to live. Still. As I still breath a free oxigen today. I know, how much I don't deserve it, if I count my rebel, and sins, and lack, and all the negative things within me. But this chance to live remind me, that His Door always open 7x24. So, what's holding you back? Can you just throw that away, so He can give you things that are far more better.

 

I'm thankful, for a good program out there that become my support system to be a better me. Recently I just join one of them, and I think it really helps me to connect with His words. I hope I can be consistent and focus on implementing it, instead of just do it to finish. @hiduplahbersamaquran (for muslimah only)
 

I'm thankful, for this blog. A comfortable place where I can write out my feeling and my mind. A place where I can see what I write in the past, and still learning those lesson. It means also, thank you for my TIK teacher, who teach me to made a blog, back then when I was a junior high school student. Thank you also, for anyone who somehow stumble upon this blog, and read one or two post. Hopefully this doesn't waste your time~

 

***


I think, if we really want to write all the things that we are thankful for, there will be too many. And it still is much less than what Allah gives us.


I hope Allah make us among people who are always grateful. Cause living without gratitude in our heart is a sad life. All we see is black, and negative, and I've been there for quite time. I suffer a lot TT So I don't want anyone to feel that.


Last but not least, let me just rewrite those quote that become a spark for me to learn to think positive again.


Ketika kita mengubah sikap mental kita kepada Allah, dari tidak mau tahu menjadi peduli, dari berburuk sangka menjadi ber-husnuzhzhan, dan dari ragu menjadi yakin padaNya, saat itulah Allah akan menunjukkan jalan-Nya kepada kita.
- Ustadz Salim Akhukum Fillah
 
 
Should I translate this quote? So that this post is full english? ^^ No, I think I can't translate it well... I try but,.. aku hidden aja deh hehe

When we change our frame of mind attitude to Allah, from "don't want to know" to "pay attention/care", from "prejudice" to husnuzhzhan, from "doubt" to "assure/believe", that is when Allah will show the way to us.

 
Wallahua'lam.

Tuesday, September 12, 2023

E-book yang Selesai Kubaca Tahun 2022 (part 2)

September 12, 2023 0 Comments

Bismillah.


 

Rekap dan cerita sedikit tentang e-book di iPusnas yang selesai aku baca di tahun 2022, part 2.

Baca juga: Part 1 
 

3. Max Havelar - Multatuli

 
 

 
Buku ini pertama kubaca tahun 2021. Saat bergabung di komunitas The Lady Book, ada yang sharing tentang buku ini. Lalu Agustus tahun itu, aku ingin "merayakan" 17 Agustus dengan cara berbeda. Salah satunya dengan membaca buku yang terkait kemerdekaan. Aku ingat buku ini sudah terkenal dan sering disebut saat pelajaran di sekolah. Multatuli, Douwes Dekker, bukan nama yang asing kan buat kamu?

Alhamdulillah nemu bukunya di iPusnas, baca di sana, dari 15 Agustus 2021 sampai 6 Februari 2022, hari ke enam aku ikut challange 66HariBacaBuku @menjadi.arketipe.
 
Bagi orang lain, diantara berbagai kisah dari buku ini (penjual kopi, kisah hidup havelaar, dll), kisah antara Saijah dan Adinda yang paling melekat, buktinya sampai dijadikan ilustrasi cover. Tapi bagiku, aku tidak bisa melupakan satu kisah pendek tentang Upik Keteh dan seorang belanda. She's so young. Dipilih dan terpaksa harus menemani seorang belanda, yang lagi agak risau/galau dan butuh temen ngobrol di sebuah kapal. Kisahnya hanya sepotong, tidak pernah selesai. Tapi seorang N (MBTI ehm). Pikiranku melayang dan membayangkan kejadiannya, dari sudut pandang berbeda. *baca lengkap ceritanya di buku aja ya.. bab 11 atau 12.

Aku banyak banget catet kutipan dari buku ini, karena waktu itu e-book ini dipublish di iPusnas dalam format unik yang memudahkan kita untuk copas kutipan/highlight dari bukunya.

Beberapa kutipan yang kucatat:

“Bencana kelaparan? Bencana kelaparan di Jawa yang kaya dan subur?”—Ya, pembaca, beberapa tahun silam ada distrik-distrik yang kehilangan penduduk akibat kelaparan; para ibu menjual anak mereka untuk mendapat makanan, para ibu menyantap anak mereka sendiri.

Namun, kemudian negara penguasa ikut campur. Di ruang-ruang parlemen Belanda diutarakan keluhan-keluhan, lalu gubernur yang menjabat harus memberi perintah bahwa “perpanjangan dari apa yang disebut sebagai pasar Eropa tidak boleh lagi digenjot sampai mengakibatkan bencana kelaparan”.

“Oh! Parlemen yang baik hati!”

Kalimat ini kutulis dengan penuh kepahitan—menurutmu siapa yang bisa menjelaskan hal-hal semacam itu tanpa disertai kepahitan?

Juga ini,

Apa yang ada dalam pikiran para pejabat itu mengenai pengetahuan Havelaar bahwa begitu banyak orang telah meninggalkan Lebak dengan kepahitan dalam hati mereka? Bahwa Havelaar tahu tentang keluarga-keluarga yang telah pindah ke wilayah-wilayah tetangga untuk menghindari kemiskinan yang merajalela di sini, dan bahwa ada begitu banyak penduduk Banten di antara gerombolan yang memberontak terhadap pemerintah Belanda? Apa maksud Havelaar? Apa yang ditujunya? Kepada siapa pertanyaan-pertanyaan itu diajukan?

#daribuku *Max Havelar* - Multatuli, Penerbit Qanita

Juga ini..

Dia menjadi batu dan tidak bergerak ketika matahari bersinar ataupun ketika hujan turun.

Lalu, datanglah seorang lelaki yang membawa beliung, pahat tajam, serta palu besar, dan memecah batu.

Batu itu pun berkata, ‘Apa ini? Lelaki itu lebih berkuasa daripadaku, dan memecah batu dari dadaku.’ Dan, dia merasa tidak puas.

Dia berteriak, ‘Aku lebih lemah daripadanya, aku ingin menjadi lelaki itu.’

Lalu, turunlah malaikat dari surga, dan berkata, ‘Terjadilah seperti yang kau katakan.’

Dan, dia menjadi pemecah batu. Dia memecah batu dengan kerja keras dan dia bekerja keras untuk upah yang kecil. Dia merasa puas.”

“Bagus sekali,” ujar Duclari, “tapi kini kau masih berutang bukti bahwa si ‘Upik’ kecil ini tak ternilai.”

“Tidak, aku tidak berjanji untuk membuktikan hal itu. Aku hanya ingin menceritakan kepada kalian bagaimana aku bisa mengenalnya. Ketika sudah selesai dengan ceritaku, aku bertanya, ‘Dan kau, Upik, apa yang kau pilih seandainya malaikat dari surga datang untuk bertanya kepadamu; apa yang kau inginkan?’”

“Pak, saya akan memintanya untuk membawa saya bersamanya ke surga.”
 
Dan tentu saja. Kutipan terbaik ada di akhir buku, saat penulis tiba-tiba menutup novelnya dengan sebuah surat terbuka.

Karena kepada Andalah buku ini saya persembahkan, wahai WILLIAM KETIGA, Raja, Adipati, Pangeran... lebih dari sekedar Pangeran, Adipati, dan Raja... KAISAR dari Kerajaan INSULINDE, yang menakjubkan, yang melingkari khatulistiwa bak untaian zamrud!

Saya bertanya kepada ANDA! Apakah memang kehendak KEKAISARAN Anda sehingga orang-orang seperti Havelaar harus diciprati lumpur oleh orang-orang seperti Slijmering dan Droogstoppel; dan lebih dari tiga puluh juta RAKYAT Anda nun jauh di sana harus diperlakukan dengan buruk dan mengalami pemerasan atas nama ANDA?

What a closing remark, isn't it? Max Havelaar mungkin jauh dari novel yang bagus. Tapi kadang, kita melihat buku bukan cuma dari cara kepenulisannya, tapi juga dari after effect buku tersebut diterbitkan dan ditulis. Bagaimana politik balas budi dibuat setelah itu. Bagaimana beberapa pemuda terpilih disekolahkan di Belanda. Dan dari pemuda-pemuda yang terdidik itu, lahirlah pribadi-pribadi hebat yang mengubah sejarah Indonesia. Wallahua'lam.

 

4. Sognando Palestina - Randa Ghazy

 

 
Ramadan tahun 2021, Masjid Al Aqsa yang sedang penuh jamaah untuk itikaf diserang. Ghirah umat islam diuji, apakah masih ada rasa cinta pada ummat, yang seharusnya seperti satu tubuh. Bahwa saat jari terluka, bukankah seharusnya mata menangis? Saat itu aku mengikuti sebuah seminar yang diadakan KBM App, salah satu yang mengisi Helvy Tiana Rosa. Sedikit detail dan screen shoot acara seminar tersebut bisa dicek di sini.
 
Lewat beliau aku diingatkan, bahwa salah satu cara membantu adalah menulis tentang Palestina. Tapi untuk bisa menulis tentangnya, kita harus banyak membaca buku tentang Palestina juga. Ini adalah salah satu buku di iPusnas tentang palestina yang kubaca. Beberapa buku lain: Novel Reem, Kun Fa Yakun! Menembus Palestina, Antologi Puisi Palestina, Parade Heroik Pembebasan, dan The Aqsa. Sejak itu, belum baca buku tentang palestina lagi. Hm. Harus diagendakan, ada rekomendasi?
 
 
Buku ini ditulis oleh remaja berusia 15 tahun di Eropa, kemudian diterjemahkan ke berbagai bahasa. Jika di usia segitu, ia bisa menuliskan buku ini, dan membuat banyak orang membuka mata akan apa yang terjadi di belahan bumi lain, yang beritanya mungkin diracik seolah yang terjadi di sana bukan apa-apa. Bagaimana dengan kita? Apakah kita mau diam saja, dan tak mengambil peran, meski hanya sedikit?
 
Jujur, berat menuliskan pertanyaan-pertanyaan tadi. Karena aku sendiri masih jauh dari mengambil peran. Tapi bagaimana mau mengambil peran, kalau kita tidak menumbuhkan niat dalam hati?

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang selesai dengan diri sendiri, sehingga bisa mengambil peran, meski kecil untuk melihat ke masalah yang lebih besar di luar diri kita.

Semoga Allah melindungi saudara kita di Palestina, dan di setiap tempat di bumi. Aamiin.

Beberapa kutipan yang kucatat dari buku Sognando Palestina:

"Israel tidak pernah menginginkan perdamaian, tapi menginginkan menguasai semua tanah dan mengusir rakyat palestina dari rumahnya, tak peduli meski harus mengobrankan ribuan bahkan jutaan nyawa tak bersalah. Tidak semua orang yahudi setuju dengan apa yang terjadi di palestina, tapi hampir semua negara membuta dan membiarkan penjajahan terus terjadi. Rakyat Palestina kehilangan banyak hal, hampir semua, kecuali iman. Dan dari iman itu keberanian hadir untuk berjihad. Jihad, yang justru dijadikan senjata oleh media untuk mengubah fakta, tentang siapa yang korban dan siapa yang penjahat."

....
 

"Mengapa kalian menembak kerumunan orang? Tentara itu terbahak lalu berkata, Aku hanya menjalankan perintah."

 

...

 

"Dia hanya ingin hidup damai, dia tidak menginginkan bangsa Palestina menaklukan dunia, atau menginginkan negara Palestina memperluas wilayahnya. Dia hanya menginginkan sebuah negara Palestina, tetapi apa yang dia dapat? Sebuah peluru yang bersarang tepat di urat nadi, dua puluh tiga ulang tahun, empat yang terakhir dilalui dengan kesunyian. Itulah perang, yang terkutuk, perang... Ahmad tersungkur."

 

...

 

"Pada akhirnya hiburan utama bagi rakyat Palestina yang tanahnya dijajah, dan mayoritas negara internasional tutup mata akan hal tersebut, adalah fokus pada kebahagiaan di akhirat. Karena dunia ini tidak adil. Tapi di akhirat, setiap kezhaliman Israel dihitung dan pasti akan dibalas. Kita (umat muslim) mungkin lupa tentang penderitaan dan perjuangan Palestina, tapi Allah tidak pernah lupa."


***
 

Sekian part 2 e-book yang selesai aku baca di iPusnas tahun 2022. In syaa Allah part 3 ada buku non-fiksi "Kitab Cinta dan Patah Hati", "Rasulullah Sang Pendidik", dan Dreaming Big.

Semoga setelah seri ini. Aku juga bisa share ebook yang selesai dibaca tahun 2023. Sejauh ini baru 2 *facepalm. >< Aaa..

Doakan semoga part 3nya gak terlalu lama ditulisnya hehe.

Semangat membaca semuanya~ Semangat sharing juga, barangkali sesederhana membagikan kutipan, atau foto halaman buku yang kau baca, bisa membuat orang lain tertarik juga untuk membaca lagi. It's hard to read, in this visual audio short content era. But it's not impossible. Jadi, mari niatkan dan mulai halaman pertamamu! Bye 5!

Allahua'lam.


***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

Monday, September 11, 2023

Katumbiri

September 11, 2023 0 Comments
Bismillah.

Perhaps because it is night.. I'm getting emotional after reading a glimpse of story from Katumbiri's life.

***

Mari lanjutkan dalam bahasa Indonesia hehe

Sudah sekitar 5 bulan sejak aku membaca buku Jejak Kenangan karya temen-temen ITBMotherhood.

Aku masih belum selesai bacanya, karena banyak jeda, dan disambi baca buku lain juga. I am a snail reader. ✌️

Anyway, jadi.. pas awal-awal baca, aku gak terlalu kaget saat menemukan seorang sahabat menulis salah satu tulisan untuk buku Antologi tersebut. Seorang sahabat yang blognya berjudul Katumbiri. Sebuah diksi, yang aku sendiri sampai sekarang tidak tahu apa artinya, apakah itu sebuah akronim atau apa. Maybe I'll ask her what does it means, if I really really curious. Tapi untuk saat ini, aku merasa cukup menjadikan kata tersebut sebagai memori unik tentangnya.

30 Agustus yang lalu, saat aku menginjak halaman 86, aku dibuat terkejut... karena kutemukan lagi namanya dibawah judul tulisan. She writes more than one!

Tapi meski terkejut dan penasaran, aku memilih untuk menunda membaca, sampai hari ini.

I'm glad I read it now.. though I still hope I could know her story a little bit earlier from her own.

Berikut kutipan tulisannya, yang kucatat:

"Ia masih berjuang dan akan terus berjuang, hingga takdir Allah yang menghentikan. Ia menyadari bahwa tugas manusia memang "hanya" untuk beribadah. Memastikan bahwa pada setiap episode yang sudah Allah rancangkan, kita mampu meraup sebanyak-banyak kebaikan, tentu dalam kerangka penghambaan. Hasil akhir bukanlah ranah manusia karena tidak akan ada hisab padanya." -AR

#daribuku *Jejak Kenangan* (Mamah Gajah Bercerita) - ITB Motherhood, Stiletto

***

Semoga Allah memberkahi hidupnya, melindungi keluarganya. Semoga suatu saat nanti bisa berkesempatan silaturahim dan bertukar senyum secara langsung. Aamiin.

Friday, September 8, 2023

Lelah Bertanya

September 08, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

Di saat kebanyakan orang lelah ditanya, dan malas untuk menjawab. Terutama, pertanyaan-pertanyaan getir, yang bisa jadi di awali dengan "kapan", atau "mengapa", atau pertanyaan apapun yang membuatmu lelah hati dan jiwa untuk ditanya.

 

Ya, di saat kebanyakan orang lelah ditanya, anehnya aku merasa lelah bertanya.

 

***

 

Ini cerita pengalamanku menggunakan aplikasi Slowly.

 

Satu-satunya penpal yang bertukar surat di Slowly dalam bahasa Indonesia adalah seorang mahasiswi di Sulawesi. Saat aku bertanya, apakah pengalaman unik, atau surat yang berkesan selama menggunakan Slowly, ia menjawab begini..


"Kalau Surat yg unik, kayaknya rata-rata sama ajah kak. Perkenalan diri dan cerita seputar keseharian masing-masing ajah. Hanya ajah, sejauh ini kak Bella adalah slah satu orang yang masih bertahan kirim peran Sama saya. Makasih kak Bella😄. Soalnya yg lain udh pada ngilang😅. Mungkin mereka sangat sibuk.😁"

 

Membaca balasannya, aku mengutarakan opini jujurku.


Jadi sekarang, selain aku, gak ada yang masih sering surat-suratan? Mungkin yang lain bingung mau bales apa lagi ke Rahmi. Soalnya Rahmi cuma bales aja, tapi gak tanya balik hehe.. Kalau aku orangnya memang suka tanya dan dengerin/baca, jadi aku bisa tetep lanjutin nulis surat. Asalkan aku ngerasa nyaman sama orangnya.

 

Waktu itu 13 Juli 2023. Masih awal-awal aku menggunakan aplikasi Slowly. Tentu.. aku masih belum lelah untuk bertanya. Terlebih, aku memang orangnya suka penasaran dan menggali kisah dari orang lain.


***


Tapi 28 Agustus yang lalu, saat aku membaca salah satu surat, dari penpal lain di benua Afrika sana.. jujur, aku kecewa. Dan rasa lelah itu hadir saja.


Ia memang masih berbaik hati untuk menjawab pertanyaanku di surat sebelumnya, tapi cuma itu saja. Selesai. Tidak ada pertanyaan balik, atau feedback. Aku menghela nafas pelan. Mengumpulkan energi untuk bertanya lagi, membuka kembali topik baru, yang mungkin bisa menjadi percakapan menarik.


6 September, balasan dengan format yang sama. Jawaban saja, tanpa pertanyaan. Aku kali ini terdiam lebih lama. Mungkin nanti.. kalau sudah terkumpul energinya, sudah "memakai jas" ekstrovert, aku akan membalas suratnya, bercerita tentangku meski ia tidak bertanya. Atau tidak bercerita, tapi bertanya lagi, dan lagi.


***


Kenapa lelah bertanya? Kenapa ingin ditanya?

 

Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di kepalaku, aku.. ingin mengeja dan memetakan perasaanku. Aku ingin mengenal diriku, lewat kejadian ini.


Jawaban yang kudapatkan. Karena yang aku cari, bukan percakapan searah. Kalau cuma percakapan searah, mending juga nulis di sini. Lebih asik bermonolog dengan diri, sembari berimajinasi ada sosok yang membaca blog ini, entah siapa dan dimana. Aku tak perlu berpikir keras dan mencari tahu, topik apa yang menarik menurut orang tersebut, aku tidak perlu berpusing ria merangkai kata agar kalimat bahasa inggrisku yang terbatas bisa dimengerti.

 

Karena jika menulis untuk diri, aku bisa bertanya, dan juga menjawab. Aku bertanya, tapi juga ditanya. Aku menjawab, tapi aku juga membaca jawaban. Terutama untuk orang sepertiku, yang terbiasa menulis jurnal harian, terbiasa bermonolog dan menarasikan pikiran, perasaan dan imajinasi. Karena jika menulis di sini, aku bisa memilih topik apapun yang kusuka. Serandom apapun, seabstrak apapun. Aku bisa mengerti meski aku menuliskannya dalam sandi-sandi tersirat. Tak ada kata bosan. Karena aku tahu persis, pembaca setia blog ini, bukan si A, atau K, atau U. Tapi aku. 


Kenapa lelah bertanya? Kenapa ingin ditanya? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di kepalaku, aku.. ingin mengeja dan memetakan perasaanku. Aku ingin mengenal diriku, lewat kejadian ini.

 

Jawaban yang kudapatkan. Karena aku tipe yang tidak bercerita jika tidak ditanya. Normalnya aku tidak akan memulai percakapan, sebelum orang lain yang bertanya. Bahkan jika ditanya, ada momen saat aku tetap enggan menjawab dan memilih untuk mengganti topik dengan bertanya hal lain. Jadi, jika ini kuteruskan. Jika aku terus bertanya tanpa pernah ditanya. Aku mungkin akan memilih berhenti bertanya. Karena rasa ingin tahuku terhadap orang lain itu terbatas. I should have expressing this feeling to my penpal though. If I really want to quit sending letter to them. Cause they won't know what's in my mind and in my heart if I never tell them.


Kenapa lelah bertanya? Kenapa ingin ditanya? Pertanyaan-pertanyaan itu muncul di kepalaku, aku.. ingin mengeja dan memetakan perasaanku. Aku ingin mengenal diriku, lewat kejadian ini.


Jawaban yang kudapatkan. Karena aku ingin bercerita juga, tapi aku tidak ingin bercerita tanpa ditanya. Dan aku terlalu takut untuk bercerita tanpa ditanya. Sudah lama, aku tidak tahu caranya untuk terbuka dan bercerita pada orang lain. Aku terlalu nyaman bercerita pada diary. Pun aku tahu persis tentang betapa tidak pentingnya bercerita tentang diri, pada mereka yang tidak perlu tahu. Bahkan pada yang menyayangi kita pun, kadang kali tidak perlu. 


***


Jika lelah bertanya, dan ingin ditanya.. lalu?

 

Solusi dari perasaan lelah itu, ada beberapa.

 

Yang pertama, seperti rasa lelah lainnya, kamu cuma perlu istirahat. Mari istirahat dulu bertanya pada orang lain.

 

Yang kedua, jangan tunggu ditanya. Kamu boleh menjawab meski tidak ditanya dulu. Kamu boleh bercerita meski tidak ditanya dulu. Kamu selalu bisa melakukannya di sini, atau pada orang-orang yang merindukan ceritamu. Allah, your parent, your spouse, your siblings. Allah menghadirkan mereka di hidupmu, karena banyak alasan. Salah satunya, agar kamu "punya banyak" telinga yang siap untuk mendengarkan jawaban dan ceritamu.


Yang ketiga, seperti tulisanmu yang lalu, tentang "semua orang ingin didengarkan", kamu bisa menulis, atau membaca. Menulislah, tanpa memikirkan sudut pandang pembaca. Membaca, baca Quran, baca buku.. Allah mengajarkan Adam ism, Ar-Rahman mengajarkan kita Al Quran... kemampuan literasi manusia itu, rahmat dari-Nya. Manfaatkan kemampuan itu.


Terakhir, untuk siapapun... Mari jangan ragu untuk bertanya dan menjawab. Diam itu baik. Tapi ada kalanya, kita perlu bersuara dan jujur, pada diri dan Allah terutama. Jangan simpan dan tekan semuanya dalam diri. Sungguh, manusia memiliki teko yang terbatas. Yang jika terus menerus diisi dan tidak pernah dikeluarkan, ia bisa luber dan meledak. Jadi sebelum itu terjadi, mari menulis lagi. Mari membaca lagi..


S e m a n g a t !

Monday, September 4, 2023

Memulai dari Mana

September 04, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

Akan ada masa saat kita lupa atau memang benar-benar tidak tahu, harus memulai dari mana. Seolah berdiri di ruangan gelap, tanpa cahaya. Kita tahu harus keluar dari ruangan itu, berharap menemukan setitik cahaya. Tapi kita tidak tahu harus mulai dari mana. Yang kau temui hanya keraguan dan rasa takut. Yang kau temui hanya perasaan ingin menyerah dan nyaman berdiam diri.

 

Semoga di saat-saat itu, kau mau memberanikan kembali mendekat ke pintu yang selalu terbuka pagi dan malam. Berjalan meski lambat, ke arah jalan sukar, yang mengantarkan kita ke kebenaran.

 

Setiap orang, diuji dengan soal yang berbeda. Karena ia yang tahu betul, kemampuan yang tersembunyi dalam diri kita. Jadi melangkahlah dulu, mulai dari hal kecil yang mungkin terkesan sepele. Buka dulu lembarannya, baca dulu meski satu dua huruf. Kau akan menemukan ketenangan itu hadir. Dan matamu mungkin akan basah, saat kemudian menyadari betapa besar kasih sayang-Nya padamu.


***


Manusiawi untuk salah jalan. Manusiawi untuk jatuh. Manusiawi untuk berdosa. Manusiawi untuk bodoh dan tidak tahu harus berbuat apa dan memulai dari mana. Akui kekurangan dan kesalahanmu. Kemudian melangkahlah. Meski hanya langkah-langkah kecil dan lambat.


Wallahua'lam.

Sunday, September 3, 2023

Arsip Lawas

September 03, 2023 0 Comments

Bismillah.

 

#fiksi

 

Arsip-arsip berjejer rapi di ruangan tersebut. Beberapa yang sering diakses, sengaja diletakkan di rak dekat pintu. Sedangkan yang hampir tidak pernah diakses lagi, diletakkan di rak terjauh. Tanpa sepengetahuan orang lain, aku punya arsip favoritku. Sebuah arsip berisi tulisan-tulisan singkat, yang tanpa sengaja kutemukan saat aku masih kesulitan adaptasi bekerja di sini. Karena memori dan ikatan emosional itu, setiap kali aku menemui kesulitan baru, aku mengambil waktu rahasia untuk membuka lagi arsip tersebut, membacanya, dan mendapatkan kembali inspirasi dan semangat yang sama, seperti saat pertama kali membacanya.

 

Arsip ini termasuk kategori yang sudah jarang diakses. Seharusnya letaknya di rak belakang sana. Tapi karena aku sering membaca ulang isinya, aku letakkan ia di rak kedua terdekat dari pintu.


Pernah suatu hari, aku kehilangan arsip tersebut. Ada rasa takut, sedih dan khawatir. Aku takut ketahuan, memindahkan arsip tersebut pada tempat yang salah. Aku sedih, karena tidak bisa lagi membaca isinya. Dan aku khawatir, bagaimana jika arsip tersebut dibutuhkan, dan aku harus mengaku, bahwa aku yang menghilangkannya?


Hampir dua bulan, perasaan-perasaan itu campur aduk di hatiku. Aku coba cari dari rak kedua dari pintu, namun tidak ada, Aku cari di kolong-kolong rak, barangkali jatuh, tidak ada. Dan saat hampir menyerah, aku menemukan lagi arsip itu. Di rak pertama dekat pintu. Ada yang mengakses arsip itu, saat aku tidak bertugas. Dan anehnya, jika memang baru diakses, bukankah harusnya rekan kerjaku kesulitan mencarinya? Karena harusnya letaknya di rak paling belakang sana. Kini pertanyaan-pertanyaan baru memenuhi otakku. Membuatku memandangi cover arsip tersebut lama, tak menyadari namaku dipanggil seseorang.

 

Sebuah tepukan pelan mendarat lembut di pundak, "Gak makan siang?" ucapnya. Aku kaget kemudian mengangguk cepat, lalu menggeleng, dan akhirnya menyadari aku salah bereaksi. Ia hanya tersenyum melihat responku. Suasana hening. Kikuk. Aku buru-buru meletakkan lagi arsip tersebut, dan melenggang pergi hendak lari menghindari situasi tersebut. Tapi pemilik suara itu menahan langkahku dengan pertanyaannya, "Apa yang istimewa dari arsip lawas itu?"


Aku tidak berani berbalik, memilih pura-pura tidak mendengar dan lari menjauh. Berharap percakapan terkait arsip itu tidak akan pernah hadir lagi.


***


Keesokan hari-harinya, sembunyi-sembunyi aku kembali membuka arsip tersebut. Letaknya masih di rak pertama. Kutelusuri baris-baris tulisan dari yang paling lama, satu-dua. Saat hendak menutupnya, sekilas terlihat sebuah kertas origami yang dilipat menjadi segitiga. Warna pinknya mencolok, membuatku penasaran membuka lipatannya.


"Terima kasih sudah membaca. Tapi jangan menyulitkan orang lain, dengan menyembunyikannya di tempat khusus."


Kuambil pena di saku bajuku. "Terima kasih sudah menuliskannya. Terima kasih sudah menemukannya. Terimakasih sudah mengizinkanku membaca"

 

Kulipat lagi kertas itu menjadi segitiga yang lebih kecil. Kututup arsipnya. Berharap ia membaca balasanku.


The End.


***


PS: fiksi ini hadir, karena aku ingin berterimakasih, pada siapapun yang pernah menulis dan meninggalkan jejak arsip di blognya.