Follow Me

Sunday, December 31, 2017

Shield

December 31, 2017 0 Comments
Bismillah.

-Muhasabah Diri-

"If you have any mistakes in your past, there should be a fire inside of you to want to do good things. Every time there is an opportunity, no matter how tired you are, no matter how exhausted you are, no matter how unmotivated you are, you motivate yourself. And what should motivate you? The mistakes of your past." - Nouman Ali Khan, dalam buku Revive Your Heart
Wallahu'alam. 

***
PS: He put himself as a shield in front of me. So that neither weapon, nor people can hurt me. He's okay as long as I don't get hurt. He will take the pain alone, he will take the blame, the ashamed, though I am the one who's wrong, I am the one who made mistakes. I'm grateful for that fact. But..., it actually hurts me, seeing the pain he endure for me, as he became my shield. It huts me, seeing the pain he endure, because of me. That makes me feel I fail, that makes me feel I lost, to be his little daughter which should be made him proud.
PPS: Next time you read it, Bella.. Don't read it in negative way, ok?

Saturday, December 30, 2017

Hikmah Perjalanan Akhir Tahun

December 30, 2017 0 Comments
Bismillah.
#hikmah

Atas izinNya, akhir tahun ini saya melakukan dua kali perjalanan, dua-duanya dalam rangka silaturahim. Berikut ini beberapa hal yang ingin saya tulis tentang perjalanan akhir tahun, hikmahnya, juga ada curhat-curhatnya.

Hiburan dari Allah


Good job! You've done well! You'll be fine. Next year will be a better year! Kata-kata itu yang seolah Allah sajikan lewat perjalanan akhir tahun ini. Pemandangan yang terbentang, hijau sawah, bunga-bunga, langit, yang dilihat saat naik kereta, naik mobil, naik bis. Istirahat dari rutinitas, interaksi dengan keluarga,  Tsabita terutama, jadi hiburan tersendiri buat saya. Seolah Allah ingin menghiburku, tahun ini tahun yang berat kan? Lalu Allah menyajikan hiburan di penutup tahun ini.

Allah memang selalu Ar rahman, selalu Ar rahim. Kadang saya saja yang tidak peka, akan ayat-ayatNya, tanda-tanda kasih sayangNya. Karena Allah juga Al lathif, begitu lembut sehingga kita sering tak sadar aliran kasih sayangNya.

Doa Orang yang Safar

Salah satu doa yang diijabah, waktu dan tempat doa diijabah. Doa orang yang safar. Jadi banyak doa. Dan unik, bagaimana doa kecil, dan remeh, bisa segera Allah jawab meski jawabannya tidak sama persis. Seolah Allah mengingatkan saya, bahwa kita berdoa, jawabannya, Allah yang memberikan, dan apapun jawabannya, kapan sampainya, Allah knows the best way and the best plan, and the best time for the answer. Dan senyum dibuat merekah, doa orang safar J

Quality Time with Family

Perjalanan pertama sama Ayah dan Ibu, bertemu kakak dan keponakan.

Quality time dengan ayah, obrolan dalam kereta, obrolan saat jalan kaki di siang terik dengan Ayah. Kata ayah, liburan benar-benar liburan, jadi tempat istirahat. Jika bukan karena liburan itu, mungkin akan disibukan dengan rutinitas, tapi karena tidak berada di rumah, jauh dari rutinitas dan aktivitas pekerjaan, jadi benar-benar istirahat.

Quality time dengan ibu, obrolan dalam kereta, tawa dan canda sembari duduk bersebelahan, baru pernah 'date' berdua dengan ibu, sebelas jam berdua^^. Mengobrol dari A sampai Z, diselingi tidur, makan, main game berdua. J

Quality time dengan kakak, bukan obrolan panjang, tapi disela-sela. Masak bareng, gantian ngurusin Tsabita, nyuapin kakak karena kakak sibuk ngurus Tsabita dan ga bisa disambi makan. J

Quality time dengan Tsabita, kenalan lagi, main bareng, nggendong meski bentar, ngobrol yang sama-sama ga nyambung.

Perjalanan kedua sama Adik, bertemu teman yang menikah di kota asalnya.

Quality time dengan adik, perasaan tenang safar sama adik, obrolan singkat, adik yang ambil keputusan, saya cuma ngikut aja J. Have someone to depend on is good, especially in traveling. Ga terlalu banyak ngobrol, cuma berdua-an terus aja sepanjang perjalanan, ini juga quality time kan? Hehe.

Yang bener-bener saya highlight itu quality time sama ibu. Perjalanan akhir tahun ini menyadarkan saya, saya jarang banget punya waktu berdua aja sama ibu. Kalau sama ayah, super sering J. Sama kakak juga sering. Sama adik juga sering. Lainnya biasanya bertiga. Saya, ibu dan ayah, atau saya, ibu dan kakak, atau saya, ibu dan adik. Atau berempat, atau berlima.

Allah's Plan Always Better

Bukan perjalanan namanya, kalau semua sesuai rencana. Ada faktor X, yang diluar prediksi. Dan itu semua... pasti lebih baik pada akhirnya. Hal ini membuat saya sadar, kalau rencana Allah selalu lebih baik. Teorinya sudah tahu memang, tapi lewat perjalanan akhir tahun ini saya seolah jadi mencicipinya. Semacam praktek kecil teori tersebut. Tinggal dilanjutkan saja, ke hal-hal yang lebih besar. J

Kereta yang saya dan ibu naiki, gensetnya mati/rusak, dari stasiun Jombang-Madiun. Situasinya? Heboh, gelap (sore-malam), panas, penumpang riuh, apalagi yang bawa anak kecil. Jadi tahu bagaimana staff kereta api menangani situasi seperti ini, berhenti di stasiun Kertasana, niatnya diperbaiki di sana, tapi somehow entah karena kurang alat, atau kurang teknisi, belum bisa diperbaiki. Perjalanan dilanjut, di Madiun diperbaiki katanya. Kondektur keliling gerbong, memberitahukan bahwa akan ada kompensasi cash back 50%. Saat dari Kertosana, pasti staff kereta api sudah kontak ke staff di stasiun Madiun. Jadi saat berhenti di Madiun, aku melihat banyak teknisi bergerak, datang ke gerbong restorasi, tempat genset berada. Sudah bisa nyala, tapi untuk menghindari mati lampu lagi, layar dimatikan, tiap gerbong lampunya juga pindah ke mode malam, bukan lampu putih terang, ganti ke warna redup. Perjalanan malam, tidak ada yang protes, toh lampu itu lebih nyaman untuk menemani tidur. Saya juga seolah diingatkan, agar lebih banyak mengisi perjalanan dengan interaksi dengan Ibu atau tidur.

Lain perjalanan. Rencana awal dari Stasiun Weleri mau naik grab. Tapi ternyata ga jadi, terlalu mahal. Ada adik juga, saya tidak perlu repot tanya-tanya sendirian. Dari Stasiun Weleri jalan kaki sedikit ke Pasar Weleri, lalu tanya orang, diberitahu bisnya. Naik, bilang ke kondektur hendak turun dimana. Pulang ke Weleri juga sama, dengan bantuan satpam Rumah Makan Salsabil, diberi info, naiknya yang ukuran tanggung, yang dua pintu. Agar tidak diturunkan dan dioper di Cipiring. Jadi nambah pengalaman dan juga membuatku menyadari satu hikmah lain, yang di bawah ini.

People, Many of Them are Kind

Kalau perjalanan, harus berani untuk bertanya. Saat bertanya dan meminta bantuan, kita akan tahu dan sadar, most people are kind.  Mungkin memang, ada orang-orang yang tidak mau membantu, tapi cuma sedikit. Mayoritas baik. Sangat baik.

Orang-orang yang menjawab pertanyaan, satpam yang meminta saya dan adik menunggu sembari duduk, membantu menunjukkan bis yang benar, seorang bapak tua yang berdiri supaya saya duduk, kondektur yang mengembalikan uang yang lebih, dan banyak lagi lainnya yang tidak bisa saya sebut satu persatu.

Hikmah terakhir ini, mungkin bagi banyak orang aneh. Tapi bagiku, ini penting. Saya pernah ada di fase menghilang, dan fase itu membuat saya menghindari dari meminta bantuan orang lain, the negative mindset that I have to fixed.

***

Maaf banyak curhat. Alhamdulillah.. Alhamdulillah atas perjalanan akhir tahun, yang memberi warna lain di tahun ini. J

Semoga bermanfaat kalau ada yang ga sengaja melintas dan baca.

Wallahua'lam.

Friday, December 29, 2017

Halaman Terakhir (2)

December 29, 2017 0 Comments
Bismillah.

#untukmuukhti

Lanjutan dari Halaman Terakhir.

***

Aku sudah memberitahunya. Memberitahu Zahra (bukan nama asli) tentang keputusanku, disertai permintaan maaf karena tidak bisa segera menyampaikan info tentang itu. Ia membalas panjang lebar membuatku tersenyum, kemudian berkaca-kaca, terharu, melting. Kejadian memberitahunya sudah lama, dan aku simpan rekam jejaknya di blog Magic of Rain. Sore ini, aku membaca blog Magic of Rain, lalu merasa tersentuh lagi, tersenyum lagi.

Izinkan aku menuliskan sedikit tentangnya. Meski aku banyak tidak tahu tentangnya, Zahra.
***

Ia lahir dan besar di lingkungan islami, sehingga dibandingkan aku, ilmunya jauh lebih banyak dan lebih dalam. Kami bertemu karena satu fakultas, satu unit, satu kepanitiaan, satu lingkaran.

Sebenarnya kami tidak banyak saling membuka diri. Selain karena kesibukan yang sama, aku tidak pernah mendengar ia mengemukakan kegelisahannya, mendengar curhatnya, belum pernah seingatku. Begitu pula aku, aku juga sama. Ia punya image pendiam, namun jika dekat, ia banyak bicara, kata-katanya kritis, nada bicara khasnya, cara ia mengemukakan pendapat, aku mengenal ia sebagai seorang akhawat yang cerdas. Ia juga pekerja keras, aku beberapa kali melihat saat ia begadang karena mengerjakan tugas akhir di kamar tamu, di ruang internet.

Ia seorang penghafal quran. Aku tidak pernah tahu jumlah hafalannya, aku bahkan lupa darimana dan bagaimana aku tahu ia seorang penghafal quran. Mungkin saat ia menuntunku menghafal halaman terakhir surat itu. Atau mungkin saat kami sama-sama mengikuti mukhayyam di sebuah masjid yang terletak di kota baru Parahyangan. Atau mungkin tahu saja, dari orang lain, atau dari melihat interaksinya dengan quran.

Aku teringat momen terakhir aku bertemu dengannya. Aula Barat, tempat mahasiswa-mahasiswa elektro sidang dan mempresentasikan hasil tugas akhirnya. Aku berkeliling, bertemu beberapa teman lain. Lalu aku juga foto dengan Zahra. Membantu mengambil foto Zahra dengan teman-teman satu daerahnya. Semoga tidak banyak yang blur fotonya. J

***

Waktu berlalu, aku sibuk dengan urusanku, ia pun begitu. Aku hilang dari peredaran, ia mungkin sibuk mencari pekerjaan. Aku perlahan mulai berusaha mendaki jurang gelapku, saat itu... Allah menuliskan takdir indah yang menjalin kembali ukhuwah diantara kami. Ia bertanya di sebuah grup, aku memberanikan diri chat pribadi ke Zahra.

Dan percakapan kami pun mengalir. Halus, lembut. Seolah lewat kehadirannya, Allah ingin mengingatkanku bahwa aku tidak sendiri. Banyak yang peduli dan care padaku. Mereka mungkin tidak di sini raganya, jauh.. tapi ukhuwah tidak menjadi renggang karena jarak. Ukhuwah renggang, karena imanku yang compang-camping.

Zahra, ia salah seorang yang ada "di sampingku" saat aku perlahan berusaha mendaki jurang gelapku.

Maka saat sebuah keputusan sudah diambil. Dan aku masih diam dan tidak berani menyambung komunikasi dengannya. Jujur ada perasaan berat di hati, aku cuma bisa berulang kali melihat sosial medianya, tersenyum melihat wajah jelitanya.

Mungkin saat itu aku tidak siap. Mungkin memang bukan waktu yang tepat. Aku tidak tahu yang mana yang alasan, yang mana yang excuse. Tapi pada akhirnya, komunikasi itu terjalin.

Ada kalimat dari Zahra, yang ingin aku abadikan di sini. Kalimat yang meyakinkanku sekali lagi kalau persahabatan yang tulus itu ada, kalau ukhuwah yang didasarkan iman itu akan selalu manis. Bahwa luka lama itu, bisa sembuh bahkan tak berbekas. In syaa Allah.
"Mudah-mudahan Kita bisa tetap bisa tukar pikiran tanpa ada rasa segan, dan ga enakan... Aku tau kamu teman dan muslim yg baik. Mudah-mudahan begitu juga aku. Cukup saja itu. Kita saling berbagi, meringankan beban, tanpa men-judge atau melemahkan satu sama lain.." - Fatimah Az Zahra, her initial name in her blog
***

Aku akan terus berusaha.. menjadi teman dan muslim yang baik. Terimakasih sudah menjadi teman, sahabat, saudari yang baik. I learn a lot from you. I'm happy Allah's plan made you and I met. Allah's plan is incredible and always amazing. Allah's Knows All and I know nothing, and that's what's make me feel relieved.

Wallahu'alam.

Mimpi yang Berulang

December 29, 2017 0 Comments
Bismillah.

-Muhasabah Diri-

Dua mimpi, beda topik berulang.

Yang pertama, mungkin muncul karena sesal yang menumpuk, berulang, dengan skenario dan tokoh berbeda, situasi yang mirip atau sama. Dan ketika bangun, membuatku kembali bertanya pada diri, is it that hard to move on?
Yang kedua, mimpi buruk. Ketika terbangun membuatku bernafas lega, it’s just a dream. Lalu dalam hati bersyukur Allah masih menjaga dan melindungiku.

***

Sebenarnya aku sudah lupa pada mimpi berulang itu. Lupa kapan terakhir kali hadir, tapi somehow hari ini saat menggali ide apa yang perlu ditulis. Kata mimpi dengan makna bunga tidur, terlintas. Jadilah tulisan ini.

Saat manusia tidur... ada banyak rahasia dan hikmah. Bagaimana saat Allah menggenggam jiwa kita sementara, kemudian mengembalikannya lagi. Sehingga setiap kita bangun, kita diajari doa.. Alhamdulillahilladzi ahyana ba'dana amatana wa ilaihi nusyur. Segala puji bagi Allah, yang menghidupkan kita setelah mematikan kita, dan kepadaNya kita dibangkitkan.

Bagaimana sesaat kita sebelum bangun, kita bisa bermimpi.. ya, mimpi itu, biasanya terjadi sesaat sebelum bangun *dari hasil pengalamanku. Ada berapa jenis mimpi? Ada yang pernah baca tentang mimpi? Yang aku tahu, salah satunya adalah bentuk keinginan manusia. Seperti menusia yang seharian kehausan, saat tertidur. Ia memimpikan sebuah danau yang sangat luas.

Mungkin juga, mimpi adalah bentuk ketakutan yang terpendam di alam bawah sadar, kesalahan di masa lalu yang masih menghantui, atau apapun yang mengganggu pikirannya.

***

Menulis ini membuatku teringat salah satu penjelasan sebuah ayat di surat An Naba.

Surat An Naba diawali dengan pertanyaan, pertanyaan sarkasme orang kafir tentang hari kiamat. Kemudian dilanjutkan ayat-ayat yang menunjukkan keagungan Allah dan lemahnya manusia. Bumi yang membentang luas dan gunung tinggi menjulang sebagai pasak-pasak bumi, membuat bangunan dan pasak buatan manusia tidak ada apa-apanya. Allah yang menciptakan manusia berpasang-pasangan. Allah yang menjadikan tidur.. Tidur, manusia tidak bisa mengelak dari kebutuhan ini. Ada yang mungkin bisa begadang beberapa hari, namun pada akhirnya ia kehilangan kontrol atas tubuhnya, dan akhirnya tertidur. Siapa yang membuatnya tertidur? Manusia bisa bertahan tanpa makan berapa hari? Bandingkan dengan berapa lama manusia bisa bertahan tanpa tidur?

Saat tidur, kita tidak punya kontrol atas tubuh kita. Siapa yang menjaga detak jantung kita, nafas kita, organ-organ tubuh kita?

Jika Allah bisa menidurkan kita, Allah juga punya kuasa untuk mematikan, kemudian menghidupkan kita kembali. Maka... masihkah berlaku slogan You Only Live Once?

***


Berawal dari mimpi lanjut tentang tidur. Unik ya, bagaimana Allah menciptakan otak manusia yang bisa bekerja seperti ini. Meramu ide, menjadikannya kata dalam kalimat, dalam paragraf. Juga memberikan sinyal ke sensor motorik jemari, untuk mengetiknya di aplikasi blogger.

Mimpi.. bukan mimpi dalam artian asa. Mimpi dalam arti bunga tidur. Mengajarkanku nikmatnya tidur nyenyak. Mengajarkanku untuk mengingat lagi tentang tidur, yang merupakan salah satu ayat/tanda kekuasaanNya.

Semoga mimpi berulang itu tidak kembali. Tapi kalaupun kembali, semoga aku bisa lebih bijak lagi mencari hikmah atau tanda apa yang ingin Allah titipkan lewat mimpi-mimpi tersebut.

I don't mind with a nightmare, as long as it wakes me up. Membuatku bangun, duduk, berdiri, berjalan, berlari, berkerja keras lagi, mendekat dan mendekat lagi kepadaNya. Aamiin.

Wallahu'alam.

Monday, December 25, 2017

Tentang Kesepian (Loneliness)

December 25, 2017 0 Comments
Bismillah.
#random

Kebiasaan saya kalau membuka dashboard blogger adalah mengecek statistik blog ini, menilik, apakah ada yang tanpa sengaja melintas di tulisan di blog saya hari ini. Kalau ada, di tulisan yang mana. Lalu saya berkunjung juga ke link-link tersebut, membaca tulisan-tulisan lama saya, yang qadarullah dilintasi orang lain.

Hari ini, ada yang melintas di tulisan berjudul Need a Good Listener, dari sana, saya jadi berkunjung ke tumblr berbagi telinga, lalu menemukan postingan januari 2017. Jadi tumblr berbagi telinga membuka submit #ApaMasalahmu dengan tema pertama tentang kesepian/loneliness. Dari sana, saya jadi tertarik untuk membuat tulisan bertema itu. Prolognya panjang ya? Hehe. 

***

Kesepian, loneliness, apa itu? Perasaan sendiri, dan membutuhkan orang lain. Rasanya hampa meski dikelilingi riuh suara kesibukan kota. Rasanya tidak ada orang yang di sisi kita, semua sibuk dengan urusannya masing-masing.

Kalau ditanya pernahkah saya merasakannya, jujur ragu untuk menjawab. Mungkin pernah, karena perasaan sepi dan kesepian suatu waktu momen pernah hadir di dalam hidup kita. Mungkin belum pernah, atau jarang, karena seinget saya, saat sendiri, ya saya suka sendiri, bahkan pernah sekali, dua tiga kali memilih menghindar dari orang lain atau hilang dari peredaran, karena butuh waktu untuk sendiri dan menyepi.

Supaya mudah, anggap saja saya pernah merasa kesepian. Mungkin bukan kesepian yang berlarut-larut. Moment to moment.

Misalnya saat Ramadhan pertama di Bandung. Homesick, rasanya melankolik, saur bareng sih sama temen sekamar (Asrama Lama Kanayakan 12B), buka bareng sih di salman, tapi rasanya tetap beda. Kangen Ibu, kangen Ayah, kangen kakak dan adik. Padahal Ramadhan di kampus tahun itu ramai, tidak pernah sepi. Hari pertama puasa jatuh pada hari pertama PROKM *dulu tahun itu sebutannya bukan OSKM.

Atau misal saat-saat aku menunggu di depan ruangan, ruangan yang di depannya terletak meja, berhias pasir dan hiasan laut (kerang, mainan bintang laut, dll), atau di ruangan, yang ada ruang tunggunya, namun diminta menunggu diluar, di koridor banyak orang lalu lalang. Atau... saat aku duduk berusaha kuat menunggu, meski sebenarnya ingin sekali lari saja dan pergi menjauh, namun janji membuatku bertahan. Saat itu aku sok santai melahap satu demi satu makaroni kering yang ternyata tidak pedas, warnanya saja merah, tapi rasa keju. J

Atau misal.... seperti saat-saat ini. Ini terhitung kesepian ga ya? Saat aku sudah nyaman dan tidak kehilangan keseimbangan seperti beberapa waktu yang lalu. Semuanya serba nyaman dan menenangkan. Kecuali, aku kehilangan dan merindukan obrolan dengan teman-teman, merindukan padatnya kegiatan dan tugas organisasi, merindukan pertemuan lingkaran-lingkaran cahaya.

***

Aku rasa.. manusia, meski butuh waktu untuk menyepi dan sendiri, sebenarnya tidak suka kesepian dan sendiri terlalu lama. Ini berlaku bukan cuma untuk orang tua, yang sudah sepuh, dan merindukan anak-anaknya yang merantau jauh dan lama tidak menelpon apalagi berkunjung. Tapi juga berlaku untuk anak kecil, balita, bayi, mereka akan menangis ketika sendirian, inginnya ada yang menemani, atau minimal ibu atau ayahnya ada di jangkauan pandangan matanya. *teringat Tsabita, yang tidak ingin ditinggal tidur ibu, saya dan neneknya. Inginnya ditemenin main meski sudah larut malam. Akhirnya Ayahnya turun tangan, dan rencana tidur berempat gagal.

Menulis ini, mengingatkanku akan dua tulisan lain yang pernah aku publish di blog ini. Pertama, aku pernah menyalin tulisan Kompilasi, judulnya Mencari Makna Sunyi. Bukan sepi memang, bukan loneliness. Tapi sunyi itu salah satu sinonim sepi. Meski sunyi lebih dekat ke arah suara, sedang sepi lebih ke arah ada atau tidak ada orang disekitar kita. Bener ga? Yang kedua, tulisan blogwalking ke white blue sky, yang dari sana aku dapet quotes tentang loneliness. Aku salin lagi ya kutipannya,
"Loneliness does not come from having no people around, but from being unable to communicate things that matter to you."
***


Sudah. Itu saja. Maaf ya, atas ketidakkonsistenan, penggunaan saya dan aku. Saya belum ingin mengeditnya hehe.

Kangen rasanya nulis narasi panjang lebar di sini. Sudah beberapa post, menggunakan akun Magic of Rain. Nulis panjang di hp itu, ga mudah, cape ngetinya. pake jempol doang soalnya. Kalau di laptop kan, meski ga bisa teknik mengetik 10 jari, minimal aku ga pake cuma dua jari. Enam, tujuh, sampai delapan jari lah hehe.

Terakhir, kalau ada yang mau berbagi tulisan tentang loneliness, kesepian, pernah ngalamin dan ngatasin masalah tersebut, bisa submit ke tumblr berbagi telinga. Bisa pakai anonim atau nama samaran kok. Atau bisa juga tulis di blog masing-masing. Barangkali blogmu kangen kamu, minta dibersihin debu-debunya, minta diisi lagi. Hehe *soktau banget ya, suudzon juga hahaha. Maaf. Padahal bisa jadi, yang melintas di sini, jauh lebih produktif menulis ketimbang saya. Hehe. Sekali lagi maaf. Bercanda V *peace

Semoga, meski pernah satu dua waktu kita mengalami kesepian, kita tidak pernah lupa fakta, bahwa sebenarnya kita tidak pernah sendirian. Ada Allah yang lebih dekat dari urat nadi. Ada malaikat pencatat amal. Ada makhluk-makhluk Allah lain, yang senantiasa berdzikir dengan caranya sendiri, baik itu kayu, yang menjelma jadi jendela atau daun pintu, semut, cicak, pepohonan, bahkan semilir angin yang membelai pelan memberi kesejukan. You're not alone, you're never alone.

Allahua'alam.

Saturday, December 23, 2017

They Don't Bend

December 23, 2017 0 Comments
Bismillah.

#buku

Teman perjalanan malam ini. Sedikit kutipan tentang laws of Quran yang jauh lebih dahsyat dari laws of nature. Dari buku "Revive Your Heart" - Nouman Ali Khan
"You know how we call them the laws of nature; there are laws of Quran and they are more powerful than the laws of nature. The laws of nature change: fire is supposed to burn but it will stop burning when Ibrahim​ ('alayhi al-salam) is thrown inside; water is supposed to retain its shape but it will change when Musa ('alayhi al-salam) strikes his staff and Allah makes the water not keep its shape. The laws of nature can bend when Allah wants them to but the laws of Allah in His book, the laws of guidance, they don't bend. The laws of du'a, they don't bend. And what is this law? That when you appreciate what Allah has given to you, then Allah will take care of you." 
- Nouman Ali Khan dalam penjelasan doa nabi Musa di surat Al Qashash ayat 24
Allahua'lam.

Friday, December 22, 2017

Tuangkan Saja

December 22, 2017 0 Comments
Bismillah.

#untukmuukhti

Jika memang dadamu sesak, kebencian pada dirimu naik drastis, dan pikiran buruk menendang-nendang otakmu. Tuangkan saja. Tulis saja di sana. Itu jauh lebih baik daripada membiarkannya terendam dan menumpuk di kepala.

Toh tempat itu, sebenarnya bukan ruang publik, bukan jalan provinsi yang semua orang melewatinya. Tidak apa-apa. Tulis saja.

Jujur aku kaget membaca tulisan-tulisan itu. Hitungannya beberapa jam yang lalu. Sore ini, hujan gerimis di Sidoarjo. Aku membaca tulisan-tulisan lama di blogku. Lalu membaca tulisan terbaru di blog Teh Meutia Halida. Kemudian aku ingat, aku sudah lama tidak berkunjung ke sana.

Sebenarnya, sebelum hari ini, aku pernah membaca di sana. Tentang fakta yang kau tulis dalam barisan kata. Ingin rasanya aku bertanya, berharap kata tanyaku menunjukkan kepedulianku padamu. Barangkali ada yang bisa kubantu. Tapi aku memilih menahan jemariku, tidak... aku tidak berani bertanya. Apalagi mengetahui fakta introvert dirimu.

Tapi membaca tiga pos itu.. Dengan cara apa aku bisa menghiburmu? Dengan cara apa aku bisa bertukar kata denganmu? Akankah aku cuma bisa berdoa saja, berharap hujan mengantar doaku, lebih cepat.

Sometimes I wonder. This worries I have about you or my other friend, is it really me, being a good friend? Or is it me, trying to looked like a good friend? She didn't reply my question yesterday. If I sent you a question, will you reply to me? Aku pada akhirnya cuma manusia biasa kan... hanya karena takut ditolak/diabaikan aku memilih diam. Padahal di saat-saat ini, aku ragu diam itu emas, mungkin suara dan komunikasi yang terjalin itu berlian yang jauh lebih berharga ketimbang diam.

I...... I still don't know. Pada akhirnya aku cuma bisa memilih menulis di sini. Dan tidak bisa mengirim link agar kamu membacanya.

Aku.. harus belajar kan. Bagaimana merajut ukhuwah jarak jauh, bagaimana bertanya dengan bijak dan lunak. Bagaimana... menjadi teman yang baik.

Belajar.. belajar..

Allahua'lam

PS: Pernah baca di medium (link menyusul in syaa Allah) bahwa lebih baik menuliskan pikiran buruk, like 'I want to die' daripada membungkamnya secara paksa di otakmu. I know you didn't mean to say something bad like that. Tapi... itu yang kubaca. Seperti yang kau tulis, imanlah yang bisa menjaga seseorang dari pikiran-pikiran putus asa seperti itu. Aku percaya... Allah will put a strong iman, that will hold you up, when you're feeling so down.

Find Yourself

December 22, 2017 0 Comments
Bismillah.
#buku
From epilogue of "Little Good Things Every Day" Medeline Djajasaputra.
"Find yourself. Don't be a follower. Be confident. Know your capabilities. Express yourself in a good way. Don't be someone else. Be proud of who and what you are. Never pretend; stick to what you believe in and what you hold in life. Find your true beauty inside. Respect and honor yourself. When you feel lost find the light in you, hopeful tomorrow is better. Believe that God create you for a reason"
***

Tambahan dariku, it’s okay to be follower. Tapi bukan follower manusia pada umumnya. Follower Rasulullah 'alaihimu shalawatu wassalam.

To respect and honor yourself, you must remember and know the fact that Allah respect and honor humans. Berapa kali dalam Al Quran, disebutkan saat Allah memerintahkan malaikat dan Iblis untuk bersujud sebagai bentuk respect and honor kepada Adam 'alaihi salam? Dimana aja? Surat apa, ayat nomer berapa?

To be confident you must never stop to learn. Ilmu bisa meningkatkan rasa percaya diri. Masih ingat, penjelasan di Buku Serial Cinta? Bagaimana hasil penelitian menunjukkan ilmu berbanding lurus dengan pesona fisik?

To know your capabilities you must know yourself. Coba ingat-ingat lagi, buat catatan hal-hal apa yang bisa kau kuasai, yang kau ahli di dalamnya. Bahkan kalau perlu, ikut tes-tes bakat, biar tahu syakilahmu. Kemudian dari sana... semoga kita bisa tahu di bidang mana kita ingin serving Allah's deen.

Allahua'lam.

PS: Tambahan nutrisi, to be confident you must be grateful and know the fact that Allah mention how He made us, and then beautify us. Wa laqad kholaqnaakum tsumma shawarnaakum.

Tuesday, December 19, 2017

The Best Part of Traveling by a Train

December 19, 2017 0 Comments
Bismillah.

Perjalanan naik kereta yang panjang dan berjam-jam terkadang memang membuat kita bosan. Duduk terlalu lama, bosan tidur, bosan suasana. Kalau ada teman buat mengobrol tentu menyenangkan. Tapi aku punya salah satu trik yang hampir selalu aku lakukan setiap perjalanan naik kereta.

Di pertengahan perjalanan, pergilah ke gerbong restorasi, pesan makanan atau kalau ngirit beli minuman. Lalu duduk lama-lama di sana. Satu atau dua jam. Suasana baru, tempat duduk lebih longgar. Lebih baik lagi kalau kamu ditemani laptop untuk menulis, atau buku untuk dibaca.

Allahua'lam.

PS: First time going to East Java.
 

Monday, December 18, 2017

Seperti Magnet

December 18, 2017 0 Comments
Bismillah.


"Kita selalu respek dan menghargai orang-orang yang memiliki prinsip dan berkarakter. Orang-orang seperti itu merupakan entitas sosial yang berdiri sendiri, independen, berjarak tapi justru seperti magnet; selalu menarik." - Anis Matta, dalam buku Serial Cinta.

Untuk siapapun yang berjuang mempertahankan prinsip-prinsip dalam dirinya. Untuk siapapun yang tidak takut berbeda. Yang memilih tidak terbawa arus mainstream.

It won't be easy. People won't understand you. Some people will questioning you. Some other will just talk behind your back. It's okay.

Jika prinsip itu baik untukmu, untuk hidupmu dan akhiratmu, bertahanlah. Sesungguhnya kamu bagai magnet, meski terkesan berjarak, namun justru selalu menarik.



Allahua'lam.

Kumpulan Kutipan Buku MMPQ

December 18, 2017 0 Comments
Bismillah.

-Muhasabah Diri-
#buku

"Kini aku menjadi tahu, jika saja semua orang di dunia ini adalah orang-orang yang selalu 'baik' sedari awal, tak akan ada yang dapat menceritakan pada dunia luar bahwa hidayah itu nyata dan siapapun berhak mendapatkannya, atas izin-Nya.
....
Bahwa kamu juga mampu memilih, memilih untuk menjalani hidup sesukamu atau hidup sesuai peraturan kasih sayangNya." -Maharhanie Septi N

***

"Karena menghafal adalah proses. Masalah hasil, biarlah itu urusan Allah. Aku ingin mencintai proses kebersamaanku dengan kalam-kalamNya, mencoba menghayati dan mempelajari yang terkandung di dalamnya. Yang akan membuatku semakin mencintai-Nya." - Asma Nabila

***

"Kamu hanya perlu bersabar lebih lama, untuk akhirnya kamu bisa memetik hasilnya. Jangan menyerah ketika kita belum sampai di puncak. Selalu percaya jika Allah tidak akan pernah menyia-nyiakan hamba-Nya yang sedang berjuang di jalan-Nya." - Silmy Kaaffah

***

"Diam adalah hal yang dibencinya karena diam inilah banyak sekali penyakit kerugian manusia." - Egi Mahira Irham

***

"Terkadang kita perlu belajar seni menasihati agar nasihat itu tak menjadi busur panah yang menyakiti hati, tetapi menjadi oase di tengah gurun." - Deli Fatmawati

***


Semua kutipan di atas diambil dari buku Mahasiswa-mahasiswa Penghafal Quran terbitan Indonesia Quran Foundation.

Thursday, December 14, 2017

Resensi: Serial Cinta; Bukan Drama, Bukan Novel

December 14, 2017 0 Comments
Bismillah.

#resensi #buku

Judul Buku: Serial Cinta
Penulis: Anis Matta
Penerbit: Tarbawi Press, Feb 2016, Cetakan 4

Ini buku non fiksi tentang cinta, disusun dari kumpulan artikel yang diterbitkan di majalah, kemudian dibukukan. Jadi sebenarnya buku ini bisa kita baca secara acak karena tidak ada bab yang mengelompokkan tulisan di dalamnya.

Secara garis besar, saya membaca empat pokok pikiran dari buku ini. Bagian pertama, perkenalan cinta. Cinta yang tidak bisa di definisikan. Cinta yang memiliki energi kuat. Cinta yang mengawali segalanya. Bagian kedua menceritakan tentang cinta sebagai kata kerja, di sini juga diingatkan bahwa ada dua jenis cinta, cinta misi dan cinta jiwa. Urutan kata kerja yang biasanya dilakukan ketika seseorang memutuskan untuk mencintai. Bagian ketiga penjelasan tentang cinta misi dan cinta jiwa. Bagian keempat, tentang kemungkinan adanya gejolak dan permasalahan di jalan cinta.

Membaca buku ini, seolah membuatku menjadi orang yang sedang jatuh cinta. Banyak kalimat puitis dengan gaya bahasa khas. Terkadang satu kata menjadi satu kalimat, tidak semua kalimat dimulai dari subjek, dll. Juga membuat sadar, kalau cinta bukan sekedar masalah emosional saja. Membaca buku ini, jujur membuatku berpikir tentang buku Jalan Cinta Para Pejuang-nya Salim A. Fillah. Buku JCPP mengutip beberapa tulisan dari buku Serial Cinta. Isi bukunya memang berbeda, namun seperti saudara, ada kesamaan.

Buku ini juga menyajikan kisah yang kemudian diambil hikmahnya. Mulai dari kisah Rasulullah, sahabat, sampai kisah pangeran inggris. Bahkan juga kisah hitler, tepatnya dua pengikut hitler. Kisah-kisah yang dipilih cukup untuk mendukung dan menperjelas apa yang ingin disampaikan penulis.

Bagian terberat dalam membaca buku ini adalah bagian terakhir. Bicara cinta, dan hikmah dibalik peraturan yang Allah turunkan (poligami). Jujur membaca bagian akhir buku ini membuat kepala dan perasaan saya berdebat. Mungkin karena sebelumnya saya hanya melihat dari satu frame. Buku ini berhasil meluaskan pandangan saya tentang topik yang sensitif bagi perempuan ini.

Dimensi bukunya tidak terlalu besar, pas untuk tangan. Font yang terbaca jelas, dan kertas putihnya akan membuat kita betah dan tidak pusing membacanya.

Buku ini menurut saya memang cocok untuk aktifis, atau seseorang yang sudah sedikit lebih paham, tentang makna cinta yang hakiki. Agak tidak pas jika dibaca oleh anak-anak muda, yang sudah ter-frame kata cinta dengan kata lain semacam pacar, baper, date, dll. Tapi entahlah, bisa jadi saya salah. Mungkin anak-anak muda, yang melihat frame cinta yang sempit, bisa tercerahkan kalau membaca buku ini. Who knows?

from unsplash
It's a good book. Saya sarankan baca buku ini, baik yang sedang atau belum sedang jatuh cinta. J 
Wallahua'alam.

Tuesday, December 12, 2017

Gapapa Kok

December 12, 2017 0 Comments
Bismillah.

#fiksiku

Benar, bahwa keputusanku ada di tanganku. Orang lain tidak berhak untuk bertanya atau memaksa. Benar, bahwa tidak perlu ada penyesalan atas keputusan yang sudah dibuat. Seperti yang diucapkan seorang perempuan padaku, suatu pagi dalam barisan kalimat di sebuah chat.

"No, Bel. Kamu gak boleh ngerasa salah sama keputusanmu. Kamu sekarang harus gerak nyari solusi atau mikirin kedepannya mau ngapain"

"Yang boleh disesali hanya dosa kepada Allah dan manusia", tambahnya.

"Percaya deh, nyesel atau ngerasa bersalah itu justru membawa energi negatif kecuali nyesel atau ngerasa bersalah karena dosamu sama manusia dan Tuhan"

Aku saat itu membaca kalimat itu, dengan mata berkaca-kaca. Saat itu perempuan jelita tersebut sedang bergelut dengan ujiannya sendiri. Sakit yang mendera tubuhnya ternyata justru menguatkan kejernihan pikirannya. Kata-katanya sampai ke hatiku dengan lembut.

"Ini hidup kamu. Kamu yg nentuin. Aku yakin sama kamu :)"

Kalimat selanjutnya yang ia ketik membuatku tersenyum dan menjawab dalam hati, there's nothing friend like you J

"Kamu gausah risau kalo ada temen-temen kayak aku yang nanya-nanya. Gausah juga maksain diri cerita masalahmu ke orang lain yg belum tentu bisa ngasih solusi."

Kujawab ringan, "You're one of my unique friend. Gak ada duanya. Justru aku cerita, karena kamu yang tanya."

***

Kupandangi dua buah aplikasi chat. Tertera angka dua dan empat. Diaplikasi biru, ada empat pesan tak terbaca, yang tentunya tidak aku balas. Diaplikasi berwarna hijau pupus ada dua pesan tak terbaca. Keduanya, dari orang yang sama. Orang, yang sebenarnya aku tidak pernah mengenalnya secara personal.

Jika mengingat pernyataan perempuan tentang sesal yang hanya boleh atas dosa kita terhadap Allah dan manusia. Mungkin ini salah satu hal kecil, yang membuatku tidak berhenti menyesal. Nyatanya, faktanya, ada yang terluka atas keputusanku. Ada yang terzalimi, karena keputusanku. Mungkin orang itu, nama yang tertera di unread message itu, juga termasuk orang yang aku berhutang permintaan maaf padanya.

Siang itu, lewat sebuah pesan lain, yang mengingatkanku bahwa aku harus bergerak dari milestone satu ke milestone berikutnya. Aku akhirnya memutuskan untuk membuka, dan membaca pesan yang terabaikan lima bulan lamanya.

Kutulis kalimat singkat dan padat. Berisi permintaan maaf, dan sedikit penjelasan mengapa aku tidak bisa merespon pertanyaannya. Kusalin kalimat yang sama, kukirim pesan sama persis lewat dua aplikasi berbeda.

***


"gapapa kok"

":)"

Beban itu seolah terbang seiring responnya aku baca. Dua kata singkat, diiringi emoticon senyum. Bukan stiker, bukan emoticon bawaan aplikasi. Tapi emoticon yang tersusun dari dua tanda baca. Titik dua, kurung tutup.

***

Pelahan, mungkin tidak bisa cepat. Rasa sesal yang masih tertinggal ini, mungkin akan terhapus. Aku cuma perlu berusaha mendaki satu demi satu milestone. Dosa pada Allah, harus terus menerus ditaubati, diistighfari. Dosa pada manusia, selain taubat kepada Allah, juga harus meminta maaf kepada yang bersangkutan.

Aku nyatanya, cuma manusia biasa yang punya banyak dosa. RahmatNya menutup rapat sehingga hanya aku dan orang tertentu yang diizinkanNya untuk tahu.


Aku.. cuma salah satu dari keturunan Adam. Yang belajar, dan akan terus belajar, bagaimana menjadi manusia yang bertanggung jawab akan kesalahan yang diperbuat. Berharap kelak, mati dalam keadaan terbaik menghadapNya. Berharap kelak, diizinkan mencicipi Jannah-Nya, yang lebih luas dari langit dan bumi.

The End.

***

PS: Lama rasanya tidak menggunakan hashtag #fiksiku, lebih sering menggunakan hashtag #fiksi. Mau tahu bedanya apa? #fiksi hanya fiksi, mungkin inspirasinya dari kejadian nyata, tapi hanya fiksi. Fiksiku, lebih banyak dari kisah nyata, disajikan dalam tulisan ala fiksi. Tapi keduanya, sebenarnya cuma potongan saja, tidak pernah bisa menggambarkan kejadian asli yang menjadi inspirasi awalnya, atau tidak pernah bisa melukiskan detail kisah nyata nya.

PPS: Ga sesulit itu menulis panjang di aplikasi hp ternyata hehe. Tulisan ini, bukan by Isabella Kirei, tapi by The Magic of Rain ~

Monday, December 11, 2017

Sudah Ada yang Menulis

December 11, 2017 0 Comments
Bismillah.
#menulis

Judul di atas, sudah bisa memberikan gambaran penuh tentang apa yang ingin saya bahas? Ini termasuk writer block, atau kalau ditarik lebih luas, sebenarnya pernyataan semacam ini adalah penghalang seseorang untuk bekerja/melakukan sesuatu.

Kita sering kali dibuat berhenti atau tidak berani memulai karena pertanyaan semacam ini. Misal, kita berniat/hendak menulis tentang pengalaman wisata ke tempat X. Niatnya ingin memberikan informasi, biaya tiket masuk, di dalam sana ada apa saja. Namun pikiran itu, niat itu berhenti, oleh pernyataan bahwa sudah ada yang menulis. Selesai. Ga jadi aksinya.

Saya juga pernah, atau mungkin sering. Jujur, keinginan untuk menulis tentang Maryam, dan pelajaran yang bisa kita petik dari doa Maryam salamun 'alaiha, masih ada. Namun pernah sekali, dua kali terhalang, karena ternyata sudah ada yang membuat subtitle videonya. Pikiran saya mengalir, mungkin lebih baik kalau video saja, tidak perlu saya tulis ulang isinya. Toh, banyak yang lebih menikmati menonton ketimbang membaca. Pikiran semacam itu. Hmhmhm.

Atau tentang hal lain.. Pikiran seolah kalau kita melakukan sesuatu, artinya jadi tidak ada. Seolah cuma mengulang kerja orang lain.

Kalau mau kita lebih jujur, lebih positif.. Harusnya pikiran atau pernyataan semacam itu kita abaikan. Bayangkan berapa orang yang memilih untuk berhenti bermimpi menjadi dokter, hanya karena sudah ada ribuan mahasiswa yang ingin jadi dokter. Aneh kan? Takut untuk memulai. Perasaan takut itu, perasaan ragu itu, harus kita hancurkan.

Meskipun sudah ada yang menulis, kita menulis dengan tema/topik yang sama, tidak menjadikannya tidak berarti. Mungkin informasi yang disajikan saja, tapi pasti tidak persis seperti copy-paste. Ada perbedaan gaya bahasa, ada perbedaan sudut pandang. Saat kita dibuat ragu, karena 'sudah ada yang menulis', mungkin saat itu kita perlu berkaca lagi, apa tujuan kita ingin menulis. Allah menilai suatu perbuatan dari niatnya. Kalau kita berniat membantu orang lain agar mudah dapat info tersebut, maka niat itu akan dibalas tunai oleh Allah. Lepas, dari berapa orang yang merasakan manfaatnya.

Seperti sedekah kita, yang mungkin tidak berarti banyak, jumlahnya sedikit. Tapi setiap sedekah, jika niatnya lurus, akan Allah berikan pahalanya. Karena Allah tidak melihat hasil, Allah melihat proses, Allah tidak melihat besar kecil, Allah melihat keikhlasan, sesuatu yang ghaib, yang bahkan malaikat pun tidak tahu.


Jadi? Semangat menulis! Meski sudah banyak yang menulis~ Luruskan niat, dan mulailah bekerja! Semangat menulis! SemangKA!

Allahua'lam.

Resensi: Jangan Biarkan Hatimu Direbut

December 11, 2017 0 Comments
Bismillah.
#buku #resensi

Judul: Reclaim Your Heart (Rebut Kembali Hatimu)
Penulis: Yasmin Mogahed
Penerbit: Zaman / 2014 / Cetakan I

dari sini
Reclaim Your Heart merupakan buku terjemahan, dengan judul yang sama. Genre buku ini self-help, best seller di Amazon. Saya mengenal Yasmin Mogahed, karena banyak kutipannya yang dibagikan di sosial media. Membaca buku ini, mengingatkan kita, bahwa ada hal-hal yang seharusnya tidak dibiarkan terlalu lama diletakkan di hati, sampai hal itu merebut atau menguasai hati kita.

Buku ini terdiri dari tujuh bab: Keterikatan, Cinta, Penderitaan, Hubungan dengan Sang Pencipta, Status Perempuan, Umat dan Puisi. Kita bisa memulai baca dari bab yang paling klop di hati. Yang merasa hatinya sedang disandra oleh keterikatan, baik itu keterikatan terhadap orang, atau dunia, bisa baca bab tersebut. Bab satu ini, yang akan menggambarkan pada pembaca, mengapa hati kita perlu kita rebut kembali (reclaim).

Bab 2 dan 3 membahas seperti judulnya, cinta dan penderitaan. Bab favorit saya adalah bab yang berada di tengah-tengah buku. Hubungan dengan Sang Pencipta. Beberapa tulisan di awal bab ini membahas tentang shalat. Membacanya, seolah ada anak panah yang meluncur berkali-kali ke diri. Pas banget. Muhasabah dan refleksi lagi tentang shalat, sebagai pilar iman. Dari bab ini juga, saya memilih kutipan favorit.

Tulisan terakhir di bab 4, banyak mengutip buku Ibnul Qayyim tentang jalan manusia, bagaimana iman naik turun, bagaimana agar saat futur kita tidak dibuat menyerah, supaya tidak terbawa jurus was-was dari setan.

"Ketahuilah bahwa jalan Allah tidaklah datar. Iman Anda akan mengalami pasang-surut. Kemampuan Anda untuk beribadah akan naik turun. Tapi, ketahuilah bahwa untuk setiap turunan, ada juga kenaikan. Tetaplah bersabar, konsisten, tidak kehilangan harapan, carilah pertolongan dari Allah. Jalan Tuhan itu sulit. Jalannya bergelombang dan berlubang-lubang. Tapi, seperti semua dalam hidup ini, jalan tersebut akan berakhir. Dan akhirnyalah yang sepadan!"

Allah berfirman, "Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya" (Al Insyiqaq [84]:6)

Bab 5 dan 6 agak berbeda dengan bab awal, karena isinya merupakan opini dan respon terhadap kondisi saat ini. Tentang status perempuan dan umat. Latarnya adalah kehidupan muslim amerika, meski hal tersebut tidak membuat tulisan tersebut menjadi tidak relevan bagi pembaca internasional.

Bab terakhir, puisi, bagi saya semacam oase bagi yang tidak terbiasa membaca nonfiksi. Saya terkadang membaca puisi di buku ini sebagai selingan setelah membaca satu bab atau beberapa tulisan di buku ini.

Seperti kebanyakan buku terjemahan, meski terjemahan buku ini sangat baik dan mudah dipahami, ada beberapa istilah yang sulit diterjemahkan dari bahasa inggris ke dalam bahasa indonesia. Seperti istilah jambangan, atau tentang mabuk spiritual.

Bukunya dua ratus halaman, ringan dan tidak terlalu besar meski cukup tebal dan tidak bisa disebut pocket book. Cocok untuk dibawa dan dibaca saat perjalanan, atau saat menunggu.

Secara keseluruhan, buku ini sangat saya rekomendasi untuk muslim dan muslimah, terutama yang sedang merasa dalam kalutnya hidup di dunia. Saya membaca buku ini saat merasa kehilangan diri, dan membaca buku ini memberikan rasa nyaman dan mengingatkan saya kembali, bahwa saya bisa merebut kembali hati saya. 

Wallahua'lam.

Friday, December 8, 2017

Another Milestone

December 08, 2017 0 Comments
Bismillah.

#banyakcurhat

from unsplash

Milestone, batu pijakan. Aku awal kenal istilah ini dari informatika. Bukan deadline istilahnya, tapi milestone. Tiap tugas, ada milestone-nya.

Konsep milestone itu ibarat sedang mendaki tebing. Untuk bisa keatas sana, ada banyak batu pijakan yang perlu satu-satu kita lewati. Seperti itu. Though not all of us is a climber. 

Milestone itu mirip deadline kecil, dari satu tugas besar, dibagi beberapa milestone. Kapan konsep dasarnya harus sudah selesai, desainnya dst. Sampai keseluruhan tugas tersebut selesai. 

***

Ada yang masih ingat, sebuah tulisan tentang sebuah hal yang menelisik di otak dan hatiku? Tentang surat yang harus segera aku kirim untuk ketenangan diriku? Mungkin ga ada yang ingat ya? Hehehe.

Tulisan tersebut sudah aku kembalikan ke draft *seingatku. Malu, karena setelah menulis, ada rentang waktu panjang lebar sebelum akhirnya rencana tersebut terealisasi.

Tulisan tersebut adalah tentang salah satu milestone yang aku buat sendiri. Batu pijakan, untukku, agar aku belajar untuk tidak lari, belajar menghadap, dan bukan sembunyi apalagi menghilang dari peredaran. 

It's December, end of the 2017. This year means a lot for me. I learn to find myself again. I used to lost myself without even realized it. Though somebody ask me, maybe joking, "How can someone lost him/herself?" J. Interestingly, I don't get hurt by that comment. 

Di sini, aku hanya ingin berbagi sedikit batu-batu pijakan yang aku rancang, dan perlahan aku lewati. Pelan-pelan.

Semoga saja ga ada yang baca tulisan ini selain aku, atau orang-orang yang nyasar hehehe.

Milestone S9KW10

Ke sana, tempat istimewa itu. Awalnya aku ragu, kepalaku tertunduk sembari melewati kerumunan orang. Namun akhirnya perlahan aku berani menegakkan kepalaku. Aku bisa tersenyum mengurus yang harus ditanyakan. Bahkan memberanikan diri menyapa wajah yang aku kenal. Tentu saja, yang disapa kaget, apalagi ia mendengar percakapan urusanku.

Ke sana, bukan tempat istimewa sebenarnya. Tapi aku merasa jika bukan saat itu, aku mungkin tidak akan pernah menginjak bagian bumi dengan koordinat lintang dan bujur tertentu. Untuk ke sana, aku mempersiapkan diri, mengenakan busana yang sudah kusiapkan jauh-jauh hari. Penantian dari tempat istimewa ke tempat yang kurang istimewa ini sebenarnya tantangan yang lebih sesuatu buatku. Saat itu, aku terbalut bermacam emosi, sampai melayangkan sebuah tiket sia-sia karena terburu ingin segera pulang. Penantian itu, membuatku ingin lari lagi. Syukurlah aku tidak jadi lari. 

Milestone P10MBX

Yang ini gagal aku pijaki. Padahal letaknya mudah terjangkau kaki. Tapi aku memilih bersusah payang menjangkau milestone yang lain saja.

Mungkin suatu saat aku harus belajar dan belajar lagi. Seharusnya milestone yang satu ini mudah. Semudah, dan sesederhana meminta tolong pada teman baikmu, teman dekatmu.

Milestone SSS11

Milestone yang tertunda. Beberapa kali ganti strategi. Namun akhirnya tergapai juga. Suratnya sampai, dua terbalas, yang satu lagi, seperti dugaan, mungkin tertimbun di inbox.

Milestone CV12CC

Pagi ini. Siang tepatnya. Done. Well done Bella...

Next milestone.. entah kodenya apa. Cuma bisa membaca basmallah sambil doa, semoga bisa terlaksana. Semoga bisa membuatku belajar belajar dan belajar lagi. Untuk menjadi Bella yang lebih baik. 

***

Saat aku sedang sibuk memikirkan diri sendiri. Orang lain di luar sana sibuk memikirkan masjid suci, kiblat pertama umat muslim, yang diklaim sebagai ibu kota negara penjajah. Aku malu sebenarnya menulis ini. 

Al Aqsa seharusnya begitu terikat di hati tiap muslim. Sudah lupakah diriku akan sejarah besar yang terukir tentangnya? Tempat sebelum Rasulullah Mi'raj. Tempat yang terus menerus diperjuangkan, di sana ribuan syahid kembali hidup di surgaNya.

Apa aksi yang bisa kamu lakukan? Sudahkah minimal doa kau kirimkan? #ntms

Allahua'lam

Thursday, December 7, 2017

Let the Sunshine Burn Your Negative Thoughts

December 07, 2017 0 Comments
Bismillah.

#random #selftalk

Sometimes I'm wondering, is it just my characteristic, like my syakilah, or is it something else? These few day that my eyes feel like to cry, and I start looking some excuse to cry. Is it just me being a crybaby. Or is it something else? Is it my sins that made my heart feel sad, and made my eyes gets teary?

Seberapapun aku tahu kalau fitrah manusia itu halu-a. Tahu kalau pengecualian halu-a itu orang-orang yang shalat membuatku bertanya-tanya. Saat aku terlalu reaktif, halu-a dengan segala makna yang terkandung di dalamnya, aku ragu, yang mana ini. Apakah halu-a ini adalah fitrahku, yang semata-mata keluar secara wajar. Atau ini tentang shalatku, yang ternyata masih belum bisa membuatku masuk ke golongan mushollin?

***

Tapi pertanyaan itu.. mungkin sebaiknya aku simpan saja, atau aku abaikan saja. Kita mungkin tidak perlu tahu alesannya. Mungkin memang aku cengeng, atau mungkin aku banyak dosa, atau mungkin keduanya. That's should be put behind. Fokusnya sekarang, how to persuade yourself to stop crying and stop looking for an excuse to cry. Fokusnya sekarang, banyak-banyak istighfar, banyak dzikir, tenangin diri dengan mendekat pada Allah. Bold and underline that in your mind Bell..

Keep yourself busy. Write something, edit your writing, sort some of your post here. Read something, take a note from that book, make a review about it. Take a walk, let the sunshine burn your negative thoughts. Take a deep breath, and think how many things you should be grateful today, but you often lost counts.

***


Maybe you need some time alone. You should have knows, that you always have that 'self' time, it's just you who waste it on sleeping or some unimportant things you do. So? Let's learn and keep learning to be better.

Semangat!

Allahua'lam.

Monday, December 4, 2017

We're not Climber

December 04, 2017 0 Comments
Bismillah.
#selftalk
-Muhasabah Diri-

Disalin dari tulisan acak yang aku salin di blog The Magic of Rain. Saat itu ditulis 9/2, 9.07-9.15 PM.

***


Iya memang. Yang berat itu, bangun setelah jatuh berkali-kali. Inginnya di situ aja, duduk menikmati merenungi kenapa bisa jatuh. Masalahnya kalau kita ga bangkit, kita ga akan bisa keluar dari "jurang". Harus bangkit dulu, teriak minta tolong. Ga ada yang jawab, ya coba daki jurangnya.

Satu langkah naik, terpeleset, jatuh lagi. Duduk lagi, nangis dulu. Bangkit lagi. Dua kali naik. Tiga kali. Eh, jatuh lagi. Balik ke 0 lagi.

Pengennya nyerah aja. Apalagi kalau kita tutup mata. Ga ada salahnya menetap di jurang. Tapi kan Allah nungguin kita untuk bangkit. Kalau aku mikir, kalau aku mati di jurang, ga ada yang tahu, terlupakan. Itu menyedihkan. Kalau kita mau bangkit lagi, manjat lagi, satu dua tiga, sampai seratus meter nih.. habis itu ditakdirkan mati, at least kita mati dalam keadaan berusaha bangkit. Semoga usaha kita dihitung Allah. Itu lebih baik daripada menyerah dan ga bangkit. Mati di jurang TT

Susah memang percaya kalau kita bisa bangkit. Kaki geter, luka dimana-mana, berdiri saja ga kuat, masa disuruh mendaki jurang? Tapi kan kita ga tahu apa-apa. Kalau kita mau bersandar kepada Al Aziz yang Maha Kuat. Suatu saat Allah kirimkan kekuatan entah dari mana. Kita bisa mendaki satu demi satu langkah. Pelan-pelan memang. Tapi minimal naik.

Kalaupun sudah 100 meter naik kita jatuh lagi. Sudah mau sampai (keluar jurang) kita jatuh lagi. Percaya. Harus percaya. Segitu banyak kita jatuh, segitu banyak pula Allah kuatkan untuk bangkit.

Harus semangat. Meski belum bisa 100% bangkit. Tapi harus dicoba. Kita bukan climber yang biasa naikin jurang. Kita cuma bisa banyakin kerja kaki, tangan dan doa. Miracles happen when you think to quit.

Allahua'lam.

***

PS: Membaca tulisan lama di blog itu, mungkin sekarang sudah bisa di publish di sini. Atau kalaupun belum, nanti bisa dimasukin draft lagi.

Sunday, December 3, 2017

Belajar dan Benturan

December 03, 2017 0 Comments
#quotes #buku
Bismillah.


Saat kita merasa ingin menyerah pada diri sendiri. Feels like I don't learn what I should learn. Jatuh lagi di lubang yang sama, bodoh bukan? Lupa jalan ke rumah, padahal kedelai saja bisa jalan sendiri ke rumah di malam gulita. Saat rasanya sifat negatif sudah terlalu melekat di diri kita. Saat kebiasaan buruk kita seolah sudah mencetak menjadi karakter buruk.

Saat itu.. mungkin perlu ada yang mengingatkanmu. Bahwa semuanya bisa dipelajari, bahwa kita cuma perlu belajar dan belajar lagi.

Jadi mana kutipannya Bell? Hehe J

Dari buku "Serial Cinta" Anis Matta, yang masih belum aku rampungkan membacanya.
Ini mungkin dan terbuka. Kita bisa mempelajarinya. Alasannya sederhana. Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda, "Ilmu itu diperoleh dengan belajar. Kesabaran diperoleh dengan belajar menjadi sabar. Kesantunan diperoleh dengan belajar menjadi santun." Ini menjelaskan bahwa di samping karakter-karakter bawaan yang melekat dalam diri kita sebagai warisan genetik. Semua karakter lain bisa kita peroleh dengan mempelajari dan mengimplementasikannya dalam kehidupan kita.
Jadi? Jangan berhenti belajar. Lagi dan lagi. Belajar dan belajar. Belajar sabar, belajar bersyukur, belajar optimis, belajar ikhlas, belajar.. belajar banyak hal lain.

***

Kutipan kedua, dari buku yang sama. Kali ini kutipannya pendek tapi rasanya seperti ada yang melemparkan batu ke kepalaku. Pletak. *gitu kah efek suara yang pas? Hehe
Dan itu tabiat manusia pada dasarnya: mereka membutuhkan benturan untuk menjadi lebih baik. -Anis Matta
Sakit memang dibenturkan dengan masalah ini itu, tapi mungkin karena benturan itu kita sadar bahwa kita salah jalan, atau lewat benturan itu.. kita belajar untuk menjadi lebih baik. Kadang manusia, terutama diriku memang harus digituin.

Allahua'lam.

***

PS: I find it interesting when choosing the title of this post. It's two words start with letter B, written by B. Should I change my pen name to Bee~? #randomthoughts

Friday, December 1, 2017

Kebenaran Cinta: Mencerahkan, Menghidupkan

December 01, 2017 0 Comments
Bismillah.
#buku
*you can skip the prolog*

I found a way, so I could be a little more productive. Sepekan sekali, atau sepekan dua kali, saya meninggalkan laptop di rumah, dan membawa sebuah buku, yang belum saya selesaikan membacanya. Beberapa tulisan di sini adalah hasil dari cara sederhana itu: kipas obsesi, tidak mendzalimi. Cuma dua ternyata hehe.

Buku Reclaim Your Heart sudah selesai hehe, alhamdulillah, tinggal buat resensi. Meski mungkin aku harus baca ulang bagian awalnya, karena rentang bacanya kejauhan. Beda hampir dua tahun hehe. Semoga segera aku buat resensinya ya J. Boleh bantu mengingatkan dan mendoakan. hehe.

***

Kali ini aku akan share beberapa hal yang aku dapatkan dari buku "Serial Cinta"-nya Anis Matta.

Jatuh Cinta, Puisi, dan Gombal

Berbeda dengan tulisan Salim A. Fillah, yang lebih suka bangun cinta. Anis Matta tidak berusaha mengubah frase populer jatuh cinta. Menurut Anis Matta, jatuh cinta adalah fitrah manusia, yang menyebabkan adanya shifting persepsi. Karena shifting persepsi tersebut, seseorang yang jatuh cinta seolah melihat dunia lebih indah dari biasanya.
Shifting pada persepsi mengembalikan sisi kekanakan kita saat kita jatuh cinta. Itulah keindahan yang mempertemukan kita dengan sisi dalam kemanusiaan kita; subjektif, melankolik, kekanakan, tapi positif. Dan indah.
- Anis Matta, dalam buku "Serial Cinta"
Yang aku suka dari kutipan tersebut adalah penekanan "positif". Jatuh cinta memang memberikan efek subjektif, melankolik dan kekanakan, tapi itu semua dalam sisi positif. Aku sendiri mungkin belum tahu, dan tidak bisa memberikan contoh yang lebih nyata, bagaimana subjektif yang positif, melankolik yang positif. Tapi tentang kekanakan yang positif, aku pernah membacanya di sebuah blog, ada perbedaan antara istilah childlike dan childish.

Selain mengembalikan sisi kekanakan, jatuh cinta juga identik dengan puisi dan gombal. Anis Matta menjelaskan, ketika seseorang jatuh cinta, untuk menyalurkan perasaannya yang meledak-ledak itu, dibutuhkan kata-kata. Itulah mengapa mayoritas orang yang jatuh cinta mulai menulis, atau minimal mulai menyukai tulisan puitis.

Sayangnya, seorang penyair, seperti yang disebutkan alquran (Asy Syu'ara ayat 224-226) rawan untuk jatuh pada lembah kebohongan. Kalau menggunakan frase yang lebih familiar: gombal. Berikut ini deskripsi dan penjelasan tentang gombal secara puitis dan ciamik di buku Serial Cinta,
Tidak semua kata cinta lahir dari cinta, sebab tidak semua yang terkata selalu datang dari jiwa. Boleh jadi atau sekedar lintasan pikiran yang tak berakar dalam hati. Atau respon sesaat terhadap suasana yang mengharu biru. Kata yang tak berakar dari hati selalu mengandung virus: berlebihan, tidak realistis, tidak punya daya gugah, atau punya daya gugah tapi mengandung kebohongan
- Anis Matta, dalam buku "Serial Cinta" 

Cinta Jiwa


Sebenarnya, sebelum masuk ke pembahasan jatuh cinta yang ini maksudnya cinta jiwa (cinta antara 2 orang/ dua jiwa), buku Serial Cinta terlebih dahulu membahas tentang cinta misi. Cinta misi tidak terikat pada orang, namun pada entitas, seperti kecintaan Rasulullah kepada umatnya, kecintaan pemimpin kepada rakyatnya, kecintaan guru kepada muridnya, semacam itu.

Pembahasan tentang pesona fisik, pengetahuan dan kebenaran adalah bahasan tentang cinta jiwa. Cinta yang memerlukan fisik. Maksudnya, keinginan untuk bersama dan berdampingan secara fisik itu nyata. Tidak seperti cinta misi.
Sebab rindu tetap saja rindu. Puisi tak akan pernah sanggup menyelesaikannya - Anis Matta
Ya, rindu tetap rindu. Puisi cuma salah satu cara mengungkapkannya, tapi tidak bisa menyembuhkannya. Makanya, cinta jiwa, harus dijaga dan dipermudah jalannya menuju pelaminan. Karena hanya dengan pernikahan, cinta jiwa itu halal dan diberkahi. Bagaimana kalau jalan menuju pelaminan tertutup?
Apapun situasinya, begitu peluang menuju pelaminan tertutup, semua cinta yang ini harus diakhiri. Hanya di sana cinta yang ini absah untuk tumbuh bersemi: di singgasana pelaminan. - Anis Matta

Pesona Fisik, Pesona Pengetahuan, dan Pesona Kebenaran


Jadi, cinta jiwa itu bisa jadi bermula dari ketertarikan terhadap pesona fisik. Laki-laki mencari calon istri yang cantik. Dan itu tidak dilarang, meskipun Rasulullah menganjurkan mengutamakan melihat agamanya. Kalau bisa ya, cari yang semuanya ada, yang agamanya baik, yang cantik, yang akhlaknya baik, yang dari keluarga terhormat, yang kaya, yang ,... apa lagi ya? Tapi kenyataannya, kita hidup di dunia yang tidak sempurna. Susah cari yang sempurna di mata kita, bahkan mungkin tidak ada.

Ya, jadi pertama persona fisik. Trus yang kedua pesona pengetahuan. Sebenarnya, pengetahuan ini juga salah satu pendukung pesona fisik. Jadi ada penelitian gitu, bahwa pengetahuan bisa membuat orang yang fisiknya biasa, jadi punya aura yang mempesona. Aku ga nyatet detail penelitiannya sih, tapi simplenya, ada buruh pedesaan yang kerja merantau di sebuah negara, trus setiap tahun di foto gitu, dan hasilnya ada perubahan. Ini beberapa kutipan yang mengena buatku.

Fisik mungkin tidak bisa diubah. Tetapi, pesona fisik bukan hanya tampang. Ia lebih ditentukan oleh aura yang dibentuk dari gabungan antara kepribadian bawaan, pengetahuan dan pengalaman hidup. Ketiga hal itu biasanya termanifestasi pada garis-garis wajah, senyuman dan tatapan mata, serta gerakan refleks tubuh kita. -Anis Matta
....
...pengetahuan dan keindahan memiliki korelasi yang positif. Menjadi indah adalah efek pengetahuan.
Pengetahuan membuka ruang kemungkinan lebih luas dan menambah kemahiran. Itu membuat manusia merasa lebih berdaya. Keberdayaan meningkatkan harapan dan kepercayaan diri. Dan itu yang mewariskan kegembiraan jiwa. Yang terakhir inilah yang membuat senyum mereka merekah. Karena harapan mereka permanen. Karena kepercayaan diri mereka beralasan.
- Anis Matta
Jadi kalau kata Anis Matta, yang mungkin awalnya mengikat pernikahan adalah fisik, namun yang membuatnya langgeng adalah pengetahuan. Karena pada akhirnya, bukan genggaman tangan, bukan pelukan, tapi sepanjang hidup, hari-hari dirumah, suami dan istri hanya saling berbicara dan bertukar pikiran. Yang membuat pembicaraan keduanya hidup, dan awet hingga masa tua kelak, adalah pengetahuan ini. Bagaimana sepasang suami istri bisa saling mengungkapkan pemikiran dan perasaannya, saling memetakannya, juga saling bertukar pemikiran yang terus berkembang.
Pengetahuanlah yang memberi makna pada cinta ketika ia hendak menembus ruang dan waktu. Pengetahuanlah yang memberi umur lebih panjang pada cinta yang hendak bertahta di singgasana keabadian. -Anis Matta.
Wah, udah panjang banget. Yang terakhir, pesona kebenaran. Sebenarnya bukan pesona sih. Kebenaran saja. Ya, kebenaran. Fisik dan pengetahuan sebenarnya masih terlalu rapuh untuk menjaga cinta jiwa. Anis Matta mengisahkan saat Umar meminta istrinya menyerahkan perhiasannya untuk dikembalikan ke baitul mal. Bagaimana hambatan itu ternyata datang dari orang yang paling dicintai Umar, awalnya istrinya menolak. Namun kecintaan akan kebenaran ada diatas kecintaan atas pesona fisik dan pesona pengetahuan. Akhirnya sang istri melunak, dan memilih cintanya kemudian menyerahkan perhiasan tersebut ke baitul mal.
Saat itu, kesadaran akan fisik lenyap dan kehebatan akal menjadi terlalu sederhana untuk menjelaskan temuan-temuan ruh dalam kehidupan. -Anis Matta
***

Terakhir, kututup dengan kutipan dari buku yang sama. Ini nukil buku ketiga ya J, dari buku "Serial Cinta" J (yang pertama, yang kedua).
....dan seperti angin sepoi yang masuk lewat jendela bersama cahaya matahari, kebenaran itu merengkuh seluruh dirinya. Ada keagungan transendensi yang datang bersama kebenaran cinta. Itu mencerahkan. Itu menghidupkan
- Buku Serial Cinta, Anis Matta
Allahua'alam.

PS: Maaf bingung buat judul, jadi judulnya mungkin tidak mencerminkan isinya.

Switch Account, BAND, Line Square

December 01, 2017 0 Comments
Bismillah.

#random #sosialmedia

Awalnya draft ini cuma ingin bahas tools baru di sosial media facebook yang memudahkan pengguna yang mengelola lebih dari satu akun. Tapi ternyata.. hari ini juga, somehow, aku baru nemuin yang namanya line square. Teringat akan aplikasi band, dan akhirnya, aku putuskan untuk bahas semuanya di sini. Oh ya, ini random, dan mungkin banyak curhat, jadi sebaiknya di skip saja.

Facebook Switch Account

screenshoot switch account facebook

Membantu sekali, buat seseorang yang mengelola lebih dari satu akun. Atau untuk komputer, yang penggunanya banyak. Misal, satu keluarga pakai komputer yang sama. Meskipun ini jarang terjadi.

Ini mungkin terkait juga sama fasilitas milih profil picture sebagai password. Kalau komputer yang kita gunakan selalu aman dan tidak dipakai oleh orang lain. Maka ini sangat memudahkan, cukup satu klik, bisa pindah akun.

Yang tadinya untuk pindah akun, butuh beberapa step, seperti logout, lalu mengetik email dan password, kini dengan adanya switch account, tinggal klik mau pindah ke akun mana. Otomatis log out, tinggal menulis password saja, lalu login. Sederhana ya?

Aplikasi BAND

band[dot]us
Aku mengenal aplikasi ini karena grup NAK Indonesia mengadakan kelas story telling dengan aplikasi ini. Sebenarnya yang digunakan adalah group call, fasilitas yang ada di aplikasi line, atau hangout. Yang membuat berbeda mungkin karena ada fasilitas membuat event, yang notifikasinya dikirim ke semua member. Selain pakai aplikasi BAND, kelas story telling NAKID juga membuatku mengenal liveboard, whiteboard live yang bisa mendukung proses story telling.

Banyak banget fitur BAND, ada search band, dll. Disebuah band bisa terdiri dari banyak chat, public or private. Misal ada BAND sebuah organisasi, selain ada chat umum yang isinya seluruh anggota organisasi, ada juga sub-chat room yang berisi sebagian anggota saja, misal perdivisi. Bisa juga buat chatroom private dengan orang-orang tertentu saja. Kalau kamu sudah install, nanti ada BAND Guide buat ngasih tahu penjelasan setiap tools dan fitur dalam aplikasi itu.

Line Square

Mungkin udah banyak yang tahu ya? Aku saja yang kurang update tentang sosial media hehe. Jadi qadarullah, tadi siang buka line, dan menemukan simbol baru disebelah simbol notifikasi dan new post. Iseng aku klik, dan.. serasa nemuin fungsionalitas yang sama dari aplikasi BAND di Line, yang diberi nama line square.

Jujur menemukan line square membuatku mikir, mungkin ini salah satu hal yang membuat anak muda sekarang bisa menghabiskan mayoritas waktunya di sosial media. Di aplikasi line aja, ada banyak banget yang bisa dilakukan. Belum lagi kalau pindah, main ke sosmed lain, seperti fb, wa, ig, you name it.
***

Seperti itulah dunia maya, dunia software, dunia startup teknologi. Orang bisa dengan mudah mengkopi ide, ini bukan lagi tentang siapa yang lebih dulu punya ide. Seperti stories, capture momen yang menghilang dalam waktu tertentu, yang saat ini dimiliki hampir semua sosmed.

Aku pernah baca di Medium, kisah tentang startup teknologi. Bagaimana mayoritas produsen aplikasi harus dikejar-kejar untuk selalu mengupdate dan menambah fiturnya agar tidak ketinggalan jaman. Bahwa mungkin baiknya, kita tidak hanya membuat startup, tetapi membuat movement. Baca di sini ya.

Spaces like SaaS are becoming increasingly competitive, where companies feel they are almost selling a commodity or that their product could be copied overnight.
That’s why, in today’s most cluttered marketplace in history, building a movement is more important than ever.
- Ali Mese, Don't Build a Startup, Build a Movement
***

Mungkin perlu ada buku, atau kelas, yang mengajarkan kita, memandu kita, how to stay productive while using all kinds of social media. Kita tidak selalu bisa menghindarinya. Kita tidak bisa menyalahkan teknologi kan. Kita cuma bisa belajar, dan mengakalinya. Agar yang kita dapatkan cuma manfaat bukan efek negatifnya.

Semoga kita bukan termasuk orang-orang yang merugi. Aamiin. *baca surat al ashr dalam hati.

Allahua'lam.