Follow Me

Saturday, October 23, 2021

Kamu Lelah Karena Terus Berlari

Bismillah.


*warning* selftalk, loncat-loncat, jangan dibaca haha


***


Alhamdulillah aku buat blog ini bisa dibaca publik lagi. Alhamdulillah template blog ini membantu sekali untukku baca tulisan lama, yang sebenarnya gak ada yang ngunjungin. Cuma karena tulisan sebelahnya dibaca mesin/orang, jadi ikutan masuk statistik. Dan karenanya aku jadi diingetin lagi tulisan tentang kambing hitam, belajar ulang dari analisis yang pernah kutulis tapi aku sendiri lupa hehe.


Tidak menghadapi masalah. Namanya orang lari, pasti ga bisa netral. Lelah, cape, ngos-ngosan, jadi saat kondisi itu, apapun bisa menjadi pemicu emosi, entah itu emosi amarah, atau sedih. Yang jelas jadi cengeng. 

- Isabella Kirei dalam tulisan "Kambing Hitam" 


***


Alhamdulillah, Allah kasih solusi biar aku gak terus lari. Seolah aku diberitahu, supaya berhenti lari, kamu perlu membuat garis finish-nya. Tenggat waktunya. Kalau udah ada deadline kan suka gak suka pasti ditemuin atau dikerjain.


Dan jika kamu... masih merasa sulit untuk berhenti berlari. Coba tulis dulu aja "why"-nya. Alasan kenapa kamu harus segera menghadapi hal tersebut. Lurusin niat lagi, barangkali lewat satu hal ini, bisa jadi ladang amal. Ya, kamu kan masih sedikit banget amalnya. Jadi? Semangaat~


Tahu kok kamu takut menjadi lilin. Kamu ingin bermanfaat tapi gak mau habis terbakar. Tapi... apakah berhenti berbuat baik membuatmu berubah menjadi buah jeruk *apaan ini hahaha (maaf kalau ada yang baca selain diri, lagi pengen banyak ngode biar cuma dipahami oleh diri).


Aku ulangi. Tapi... apakah berhenti berbuat baik membuatmu berubah menjadi buah jeruk? Tidak kan? Teruslah berusaha memberi manfaat, even if you have to squash yourself harder. Lalu barengi dengan doa dan usaha untuk memperbaiki apa yang tak terlihat oleh orang lain.


Kau tahu mengapa iman letaknya di hati? Salah satunya, karena iman adalah tentangmu dan Allah. Karena Allah membuka lebar pintuNya pada setiap orang. Jadi, maukah kamu melangkah menuju perbaikan apa yang ada di dalam dada? Take a step, do your work. Jangan lari terus hehe. Semangat~


***


Barangkali ada yang baca sampai baris ini dan nyesel hehe. Sinih, aku kasih kutipan buku yang kubaca malam ini. Semoga manfaatnya bisa diambil, dan kamu jadi memaafkan sekian paragraf di atas, yang tanpa sadar telah menodai waktu luangmu hehe.


#daribuku Reclaim Your Heart, Yasmin Mogahed, Penerbit Zaman (hal 267-268)


"Kita dikondisikan untuk percaya bahwa musuh berada di luar diri kita. Bahwa dia memiliki kekuasaan atas diri kita. Ini juga ilusi. Musuh berada di dalam diri kita. Semua musuh eksternal hanyalah pengejawantahan dari penyakit kita sendiri. Jika kita ingin menaklukan musuh-musuh itu maka kita harus terlebih dahulu menaklukan musuh dari dalam diri kita sendiri.


Itulah sebabnya Al-Quran memberi tahu kita, "Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (Ar-Ra'd [13]: 11)


Kita harus terlebih dahulu menaklukan keserakahan, keegoisan, syirik, ketakutan tertinggi, cinta, harapan dan ketergantungan pada sesuatu selain Allah. Kita harus menaklukkan hub al-dunya (cinta dunya)--akar dari semua penyakit kita dan dari semua penindasan kita. Sebelum dapat mengalahkan Firaun dalam hidup kita, kita harus mengalahkan Firaun dalam diri kita sendiri. Jadi, pertempuran di Mesir dalah perjuangan untuk kebebasan. Benar. Tapi, kebebasan dari apa? Siapa yang benar-benar tertindas? Apakah Anda dan saya bebas? Apa itu penindasan sejati?


Ibnu Taimiyah menjawab pertanyaan ini ketika ia mengatakan: "Orang yang (benar-benar) terpenjara adalah mereka yang hatinya dipenjara dari Allah dan orang yang tertawan adalah mereka yang diperbudak hawa nafsunya." (Ibnu Qayyin, al-Wabil)."


Wallahua'lam bishowab.


***


PS: Kalau buku baru gak membuatmu tertarik untuk membaca, ambil saja buku lama favoritmu. Baca ulang. You'll find another gems even from the one book that you have read once.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya