Bismillah.
Kadang, aku terlalu sering berkata "tidak", hingga aku pikir, aku butuh untuk latihan berkata "ya". Heran sebenarnya dengan diri, bagaimana bisa kata "tidak" seolah jadi reaksi otomatisku. Seharusnya jeda dulu, baru kemudian menjawab. Tapi ini, tanpa jeda, padahal hal yang mudah, apalagi hal yang sulit. Kata tidak otomatis keluar dari lisan. Entah luka apa, atau kondisi mentalku seperti apa, atau karena ego, atau mungkin hanya kebiasaan. Tapi... aku tahu aku harus berlatih berkata ya.
Jadi teringat para sahabat, sami'na wa atha'na. Bagaimana reaksi otomatis setelah mendengarkan adalah taat. Tidak ada ego, tidak ada tanya, yang ada adalah ketundukan. Aku teringat arti islam yang berarti berserah dirim berserah diri pada Allah dan rasulnya.
Aku harap, yang mengingat itu hatiku, dan bukan otakku. It is said that the heart remembers too. Jadi yang punya fungsi mengingat bukan coba otak.
***
Sejujurnya sedikit menyakitkan untuk harus menulis ini. Tapi aku ingin mengakuinya, bahwa aku lelah pada diri yang terlihat tak juga membaik. Aku benci, aku tidak suka, pada diriku saat ini. Bukan, tentu bukan keseluruhan diriku. Aku... hanya membenci bagian gelapku, yang atas rahmat-Nya Allah tutup dengan hijab indah.
Terakhir, untukku; rendahkan dirimu di hadapanNya, berlatihnya berkata 'ya', pada Allah, pada Rasul-Nya, pada orangtua, dan pada kesempatan-kesempatan baik yang mungkin tidak akan pernah hadir lagi ke depan pintumu. Dan satu lagi, tidak apa lelah. Mesin juga bisa lelah, apalagi manusia. Jusr don't give up on yourself.
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya