Follow Me

Thursday, November 1, 2018

Manajemen Waktu, Manajemen Prioritas

Bismillah.
#buku #nukilbuku

Ini adalah nukil buku 7 Habits of Highly Effective People, Stephen R Covey. Ada yang masih ingat kebiasaan satu dan dua? Yang pertama : Jadilah Proaktif. Yang kedua: Mulai dari Tujuan Akhir. Dan tulisan ini in syaa Allah akan membahas tentang kebiasaan ketiga. Apa? Manajemen? Bukan hehe. Kebiasaan ketiga adalah, Dahulukan yang Utama.

Halaman pertama bab ini dibuka dengan sebuah kutipan oleh Goethe,
Hal-hal yang paling penting jangan sampai dikalahkan oleh hal-hal yang sepele

Setelah Menentukan Tujuan, Kita Perlu Belajar Manajemen Pribadi

Di bab sebelumnya, Covey menggambarkan pentingnya menentukan tujuan dengan kisah tentang pengusaha perambah hutan dengan parang. Tugas pemimpin yang memanjat pohon tertinggi dan memeriksa keseluruhan situasi, memberitahu apa mereka berada di hutan yang benar atau tidak. Ga kebayang? Sama aku awalnya juga bingung hehe.

Misal ada pekerja pembersih. Fokus pekerja ya, gimana secara efektif membersihkan. Sapu dulu, kemudian pel, atau tata dulu segala yang berantakan dll. Sedangkan pemimpin diperlukan untuk memberitahu apakah mereka berada rumah/ruangan yang benar. Bayangin aja yang pesan jasa kebersihan itu runah nomer 67, mau seefektif apapun bersihin kalau ternyata salah alamat, kan percuma.

Kenapa aku jelasin itu? Karena ada kutipan yang menggunakan istilah "hutan yang benar". Kutipan ini, mengingatkan kita, bahwa setelah kita tahu tujuan hidup kita, misi hidup kita, yang perlu kita lakukan selanjutnya adalah belajar manajemen. Manajemen diri, manajemen waktu dan manajemen prioritas untuk mencapai tujuan/misi hidup tersebut.
Kemampuan manajemen yang baik tidak akan memberikan banyak perbedaan jika Anda tidak benar-benar berada di "hutan yang benar". Namun jika Anda berada di "hutan yang benar", hasilnya akan sangat berbeda.
- Stephen R Covey, dalam bukunya 7 Habits of Highly Effective People
Jadi, jika sudah punya tujuan hidup, misi hidup, sekarang saatnya kita belajar manajemen pribadi. Di sini, kita belajar untuk memanajemen waktu dan prioritas kita. Bagaimana, agar kita tidak lupa pada tujuan kita. Kita belajar untuk disiplin. Belajar agar kita tidak terdistraksi dan malah melakukan hal-hal yang sia-sia. Bagaimana kita fokus melakukan hal-hal yang bisa menjadi jalan kita mencapai tujuan kita, meski harus bersusah payah dan jatuh bangun.

Orang-orang sukses mempunyai kebiasaan mengerjakan hal-hal yang tidak suka dikerjakan oleh orang-orang yang gagal. Mereka sebenarnya juga tidak senang melakukannya. Namun, ketidaksukaan mereka ditundukkan oleh keinginan kuat untuk mencapai tujuan. 
- E. M. Gray, dalam esainya yang berjudul "The Common Denominator of Success"

Konsep 4 Kuadran: Mendesak, Tidak Mendesak, Penting, Tidak Penting

Mungkin sudah banyak yang mendapat materi ini terkait manajemen waktu atau prioritas. Jadi ada empat kuadran. Kuadran I: penting dan mendesak. Kuadran II: penting dan tidak mendesak. Kuadran III: tidak penting dan mendesak. Kuadran IV: tidak penting dan tidak mendesak.




Di situ ada contohnya juga.. tapi izinkan aku kasih contoh lagi ya. Kuadran satu, misal tugas yang harus selesai hari ini. Kuadran dua, tugas yang dikumpulkan pekan depan. Kuadran tiga, ajakan teman untuk makan/main bareng hari ini. Kuadran empat, main game, streaming youtube, main sosmed, dll.

Tahukah dimana kita seharusnya banyak menghabiskan waktu kita? Kuadran dua! Benar. Sekilas, mungkin kuadran satu (mendesak dan penting) lebih harus diprioritaskan, tapi gak akan ada habisnya. Kuadran satu itu muncul karena kita menunda mengerjakan kudran dua.
Kita bereaksi terhadap aktivitas yang mendesak. Aktivitas yang penting dan mendesak membutuhkan lebih banyak inisiatif, lebih banyak proaktifitas Anda. Kita harus bertindak untuk menangkap peluang, mewujudkannya. Jika tidak melatih kebiasaan kedua, jika tidak memiliki pemikiran yang jelas tentang aktivitas apa yang penting, tentang keinginan yang ingin dicapai, kita dengan mudah beralih merespon hal yang mendesak tersebut.
- Stephen R Covey, dalam 7 Habits of Highly Effective People 
Covey mendeskripsikan orang yang menghabiskan sebagian besar waktunya di kuadran satu seperti sedang berselancar. Dengan cepat ombak di depannya menghempasnya, ia jatuh, mencoba bangkit, untuk kemudian bertemu ombak berikutnya.
Selama Anda berfokus ke kuadran 1, kuadran ini akan semakin besar, sehingga akan mendominasi diri Anda. Hal ini seperti Anda berselancar di atas ombak. Masalah yang besar datang dan menjatuhkan Anda, lalu membuat Anda terseret dan terhanyut. Anda harus berjuang untuk bangkit lagi, hanya untuk menghadapi masalah lain yang akan menjatuhkan dan menghempaskan Anda kembali ke dasar.
Membaca paragraf itu membuatku mengingat suatu masa dalam hidup saat aku fokus di kuadran satu. Hal-hal yang ada di kuadran 2 kuhindari, tidak segera diselesaikan, hingga saat hal itu menumpuk dan menjadi masalah mendesak, aku kewalahan. Persis seperti yang digambarkan di grafik di buku 7 Habits.


Kalimat selanjutnya membuatku makin bungkam karena setuju sekaligus merasa disindir.
Banyak orang yang benar-benar diterpa habis-habisan masalah setiap hari. Satu-satunya kelegaan yang mereka miliki adalah dengan cara mencari pelarian ke aktivitas yang tidak penting dan tidak mendesak di kuadran 4.
Benar, saat sudah lelah diterpa habis-habisan oleh 'ombak' masalah kuadran 1, biasanya aku lari, hampir selalu, ke kuadran 4. Saat itu aku tidak tahu, atau mungkin tahu namun belum yakin, bahwa satu-satunya tempat lari yang membuat hati tenang adalah kepadaNya. Karena hal-hal yang ada di kuadran 4 itu sifatnya semu, sebentar bisa membuat kita lupa, tapi sebenarnya kita sedang menyakiti diri sendiri dan mengikis integritas kita sendiri. Persis seperti yang digambarkan di buku ini, grafik tentang orang yang menghabiskan waktunya di kuadran 3 dan 4.


Malu mengakuinya. Tapi izinkan aku menulis ini sebagai pengingat diri, bahwa aku pernah di sana. Menjadi orang yang sama sekali tak bertanggung jawab. Saat itulah aku merasa kehilangan (jati) diri, mulai membenci diri, mulai... 

Rasanya masih sulit dipercaya bagaimana pelan Allah menuntunku keluar dari fase itu. Sampai sekarang, masih belajar lagi menjadi manusia yang lebih baik. Kalau bukan karena pemahaman dan keyakinan bahwa Allah Maha Mengampuni dosa-dosa hambaNya, kalau bukan karena percaya bahwa Rahmah-Nya jauh lebih luas daripada dosa-dosaku.. tentu akan sulit untuk melangkah lagi. Subhanallah, walhamdulillah wa laa ilaha illallah, allahu akbar.. (':

Memilih Kuadran 2; Fokus pada Peluang, Bukan Masalah

Saat kita berusaha menginvestasikan waktu kita di kuadran 2, artinya kita belajar untuk fokus pada peluang, bukan pada masalah. Kita mengambil peluang, untuk mencegah masalah datang dan menghilangkan masalah yang ada. Kuadran 1 tetap harus diselesaikan, tapi sebagian besar waktu kita ada di kuadran 2.


Menurut Stephen R. Covey, siapapun kita, entah kita mahasiswa, pengusaha, pekerja, apapun itu...
...saya yakin jika Anda bertanya apa yang ada di kuadran 2 dan secara proaktif menerapkannya, Anda akan mendapatkan hasil yang sama. Efektivitas Anda akan meningkat tajam. Permasalahan dan krisis akan berkurang menjadi porsi yang wajar karena Anda bisa berpikiran maju, mengatasi masalah dari akar permasalahannya, sejak awal melakukan langkah pencegahan yang mencegah situasi berkembang menjadi krisis.
Stephen R Covey, dalam 7 Habits of Highly Effective People

Kata "Ya" yang Melahirkan "Tidak"

Untuk bisa fokus di kuadran 2, kita harus bisa mengatakan tidak untuk kuadran lainnya. Tapi kata "tidak" ini lahir dari kata "ya" yang menggebu-gebu dalam diri kita atas tujuan atau prinsip hidup kita.
Hanya saat itu, kita bisa mengatakan tidak pada popularitas kuadran 3, dan kesenangan melarikan diri ke kuadran 4.
Bahkan Covey juga menuliskan,
Sebagian besar orang mengatakan kesalahan utama mereka adalah kurangnya disiplin. Saat memikirkannya lebih dalam, saya yakin bukan itu masalahnya. Masalah yang mendasar adalah bahwa prioritas mereka belum tertanam secara mendalam di hati dan pikiran mereka.
Hal ini membuatku berkaca.. bahwa saat aku merasa kewalahan dalam manajemen waktu, mungkin yang perlu aku lihat terlebih dahulu adalah... apakah tujuan/misi hidupku sudah tertanam kuat di hati? Apa aku benar-benar menginginkan ridha-Nya, apakah aku benar-benar ingin menghamba padaNya dan mati dalam keadaan syahid? Karena mungkin justru karena 'akhir hidup' yang kuinginkan masih mengawang-awang, jadi aku sering memilih sibuk di kuadran lain selain kuadran 2.

Kutipan terakhir,
Dalam ungkapan arsitektur, bentuk mengikuti fungsi. Sama halnya, manajemen mengikuti kepemimpinan. Cara Anda menghabiskan waktu merupakan hasil dari Anda melihat waktu Anda dan cara Anda benar-benar melihat prioritas Anda. Bila prioritas Anda tumbuh dari pusat prinsip dan misi pribadi, bila prioritas ini benar-benar tertanam di hati dan pikiran Anda, Anda akan melihat kuadran 2 sebagai tempat yang alami serta menyenangkan untuk menginvestasikan waktu Anda. 
***

Kutipan terakhir itu mengingatkanku akan e-book Tafsir Al Asr yang belum selesai kubaca. Nanti.. mungkin akan kubuat nukil bukunya juga, jika diizinkan Allah.

Oh ya, satu lagi tambahan tentang manajemen waktu. Selain konsep kuadran 2, ada satu hal lain yang perlu kita ingat sebagai muslim. Shalat yang lima waktu, ya, lima waktu shalat itu sebagai pilar tang tidak boleh bergeser agar "bangunan kita" tidak hancur dan roboh. Saat kita memprioritaskan shalat, berusaha melaksanakannya dengan baik, sesuai sunnah, dengan khusyu', maka hari kita, hidup kita, akan Allah berikan kemudahan dan keberkahan.

Terakhir.. Allahummaj'alna minalladzina amanu wa 'amilusholihati watawasaubilhaqq watawasaubishabr. Aamiin.

3 comments:

  1. Banyak orang yang benar-benar diterpa habis-habisan masalah setiap hari. Satu-satunya kelegaan yang mereka miliki adalah dengan cara mencari pelarian ke aktivitas yang tidak penting dan tidak mendesak di kuadran 4.

    ReplyDelete
  2. MasyaAllah ternyata sholat itu adalah salaj satu manajemen waktu yang terbaik... Love islam

    ReplyDelete
  3. Thank you for nice information. Please visit our web:

    naufal
    naufal

    ReplyDelete

ditunggu komentarnya