Follow Me

Monday, October 18, 2021

Beriman di Tepian

Bismillah.


-Muhasabah Diri-


Suatu pagi, atau sore, aku tidak terlalu ingat waktunya. Tapi yang jelas, nasihat ini kudengar lewat wasilah Ibu yang rajin banget dengerin ceramah. Jazakillah khairan katsiran, atas cinta dan kasih sayangnya.


It must be really hard for her to educate me again from zero, after I fall deep in sins and become completely different person. She used to see me as a good daughter, but then she found out that I am just a full flawed daughter that need her help to fix that broken part.. hmm. Mari balik ke judul, and hide this part.


***


Beriman di tepian itu ada dua jenis. Pertama yang ada di surat Al Fajr. Saat diberikan harta, dan kebaikan di dunia, ia merasa dimuliakan oleh Allah. Tapi, saat diberikan cobaan, sikapnya, reaksinya salah. Bukannya menerima dan berbaik sangka pada Allah, tapi mereka merasa dihinakan. Mereka beriman ditepian. Saat "senang" mereka beriman, saat "sedih", mereka tidak beriman.


Beriman di tepian itu ada dua jenis. Yang kedua, Ustadz[1] menceritakan kisah tiga orang, orang buta, orang yang botak, dan orang yang memiliki penyakit kulit. Saat kondisi tersebut, ketiganya beriman, sampai kemudian malaikat datang dan memberikan nikmat kesembuhan dan harta. Yang buta jadi bisa melihat, yang botak jadi tumbuh rambutnya, dan yang berpenyakit kulitnya jadi sembuh. Diberikan juga harta berupa sapi yang bunting, unta yang bunting dan kambing yang bunting. Yang sudah pernah mendengar cerita ini pasti sudah tahu cerita akhirnya ya. Dua orang beriman di tepian, ujian "kesenangan" membuat mereka lupa pada Allah. Hanya orang yang tadinya buta, kemudian dapat melihat yang memiliki iman yang benar.


Dari kisah itu, kita tahu ada dua jenis orang-orang yang beriman di tepian. Jenis pertama yang diuji "kesenangan" beriman, kemudian saat diuji "kesedihan" imannya jatuh. Jenis kedua, sebaliknya, saat diuji "kesedihan" beriman, kemudian saat diuji "kesenangan" imannya jatuh.


Padahal harusnya, mereka yang imannya benar, mau diuji kesenangan atau kesedihan, maka imannya tetap. Tetap di sini bukan berarti tanpa gejolak. Karena kita tahu, iman itu naik turun. Naik karena ketaatan dan turun karena maksiat. Akan ada saat iman bergerak naik turun, mungkin saat diuji kesenangan, mungkin saat diuji kesedihan. Tapi mereka yang benar imannya, akan terus berusaha agar iman yang fluktuatif itu tidak jatuh hingga melewati batas tepian. Mereka ingin menjadi orang-orang yang beruntung, yang bersyukur dan bersabar, sehingga saat senang maupun sedih mereka tetap mendapatkan kebaikan.


***


Pertanyaannya, dimanakah diriku? Apakah aku termasuk mereka yang beriman di tepian?


Aku.... aku takut aku justru lebih buruk dari itu semua. Rasanya, aku masih saja ga lulus ujian kesedihan. Dan rasanya, aku masih saja ga lulus ujian kesenangan. Aku takut... Tapi aku gak boleh menyerah kan? Tapi aku... gak boleh berhanti karena satu dua kegagalan kan?


Karena Allah membuka begitu banyak kesempatan. Aku bisa terus dan terus mengikuti ujian, meski berkali-kali gagal. Allah akan memberikan tingkat kesulitan ujian yang pas untuk diriku. Aku cuma harus terus belajar, berusaha dan berdoa. Semoga bisa lulus satu demi satu soalnya. Baik ujian "kesenangan" maupun "kesedihan".


Aku... bahkan diperbolehkan mengadukan rasa khawatir, rasa sedih, rasa sulit dan berat yang aku rasakan padaNya. Dan Allah tidak pernah bosan mendengarkannya, meski hamba yang mengadu di hadapaNya begitu hina. Allah always near, He always listens.


Aku... bahkan dibolehkan untuk bekerja sama dengan peserta ujian yang lain. Saling mengingatkan untuk stay on track, untuk berjalan di atas kebenaran. Ya, kita diperbolehkan untuk bekerjasama di ujian ini, saling mengingatkan untuk bersabar dalam menyelesaikan tahap-tahapan soalnya. Tiba-tiba keinget pelajaran kalkulus atau fisika. Untuk nyelesaiin rumusnya, butuh berbagai tahap, kadang ada 3 atau bahkan empat. Satu soal, berlapis. Satu jam haha. Pengalaman itu... sekarang bisa ketawa saat mengingatkan. Padahal dulu saat ngalamin, rasanya gak karuan haha. Alhamdulillah Allah kasih kesempatan ngerasain masa itu. J


Anyway. kamu... kamu Bell. Seburuk apapun kondisi imanmu, jangan menyerah. Don't give up on yourself. Bismillah. Bisa in syaa Allah. Take a step, even just a baby step. It's okay.


Banyakin doa. Allahumma inna nas-alukal huda wattuqa wal ghina wal 'afaf. Aamiin.


Keterangan:

[1] aku lupa, tapi kemungkinan Ustadz Syafiq Riza Basalamah atau Ustadz Oemar Mita.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya