-opini, muhasabah diri-
Bismillah...
Jazakallah khayran, untuk seseorang yang share sebuah link tulisan di blog. Sebuah tulisan yang bisa membantu kita untuk lebih teliti terhadap berita-berita yang kita terima. Lebih hati-hati terhadap media yang bertebaran di era sekarang.
Sebuah cara, untuk mengenali foto yang sama, sehingga kita bisa tahu, kapan foto tersebut pertama kali diupload. Lihat di sini.
***
“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu
untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat
kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” [Al Maa-idah:8]
Jika beritanya memang benar, seharusnya kita menjaga kepercayaan pembaca dengan mengupload foto-foto yang asli. Jika memang ingin mengambil foto yang lain, cantumkan keterangan yang jelas, misal : "foto ini hanya ilustrasi, foto ini adalah foto .............."
Sedih. Kecewa. Dan perasaan tak bernama menyelusup ke dalam dada. Media sekarang, jika berita benar terus disajikan dengan gambar-gambar yang bukan asli. Maka dampaknya? Bisa jadi, pembaca tidak lagi mempercayai media tersebut. Lantas menganggap, bahwa di Syria.. tidak terjadi apa-apa.
***
Allah.. aku tidak tahu harus menulis apa lagi. Kecamuk rasa ini menggangguku. Aku takut, kondisi media saat ini membuat kita sulit untuk mengetahui mana yang benar dan mana yang salah. Aku takut, kondisi media saat ini, menggiring orang untuk acuh, tidak peduli dan menuli atas kebenaran kondisi ummat saat ini.
Dan Syria.. atau di belahan bumi manapun, yang mereka rela mengorbankan peluh, tangis dan darahnya demi menegakkan kalimat Allah. Adakah kita akan terus menuli? Adakah kita akan terus menutup mata? Bukankah ummat itu seperti layaknya tubuh? Sehingga bila jari tertusuk duri, mata seketika menangis?
Dan Syria.. atau di belahan bumi manapun, yang mereka rela mengorbankan peluh, tangis dan darahnya demi menegakkan kalimat Allah. Jika kita tidak tahu -tidak mau tahu-, bagaimana bisa hati dan lisan kita menyempatkan untuk sekedar mendoakan mereka?
***
baca juga : Media Oh Media, dan Media Oh Media (2)
Semoga tulisan ini bukan sekedar keluhan, semoga penulis segera bisa menemukan solusi. Minimal dengan terus belajar menulis, menulis kebenaran dengan cara yang benar. Hingga nanti, bisa membuat, mengelola dan berperan di sebuah media yang menyuarakan kebenaran. Aamiin Ya Rabb.. Perkenankanlah..
Allahua'lam bishowab.
Aku takut. Dan perasaan tak mengenakkan menyesak dada. Media. Jika bahkan, media yang memberitakan islam sering sekali menggunakan foto yang tidak sesuai. lalu bagaimana? bukankah wajar, jika ragu dan tidak percaya lantas muncul?
ReplyDeleteAllahu robbi.. Laa haula wala quwwata illa billah..