tahukah kau mengapa wanita selalu diumpamakan seperti bunga?
karena ia begitu cantik.. begitu indah.
dan tahukah kau perhiasan terindah di dunia?
wanita sholihah.
-muhasabah diri, sensiMe-
Bismillah...
Kebiasaan buruk. Tapi.. hm. Maaf, jika harus kembali menuliskan tentang ini. Ini tentang interaksi laki-laki dan perempuan di dunia maya.
Berikut ini beberapa fakta yang membuatku sensitif, dan akhirnya menuliskan ini. Hm. Semoga tulisan ini, tak berhenti sampai di sini. Tapi juga disampaikan kepada yang bersangkutan. Agar tak sekedar cuap-cuap berduri, namun menjadi obat pahit yang menyembuhkan
***
#fakta1
Sedih plus miris. Ngeliat teteh-teteh sholihah nan jelita, mengupload foto di dunia maya dan pengaturannya tidak diproteksi. Aku tahu, tentang ini.. masih ada perbedaan pendapat. Ada yang sepertiku, berprinsip bahwa.. lebih baik tidak mengupload foto sama sekali. Ya, meski foto itu, foto rame-rame, meski foto itu.. bukan foto close up. Dan ada juga.. yang berpendapat, bahwa hal tersebut (mengupload foto), sah-sah saja.
Dan disini, aku tak hendak memaksakan pendapatku. Di sini, aku hanya ingin menggugurkan kewajibanku untuk mengingatkan. Yuk, kita sama-sama renungi. Jangan sampai, kita baru sadar setelah mendapatkan pahitnya. Coba baca ini, dan bisa jadi ini. Yuk, sama-sama belajar untuk menjaga hijaab dengan lebih baik.
#fakta2
Sedih plus miris. Ngeliat komentar nggak penting dari laki-laki non-mahram, di postingan teteh-teteh sholihah (baik itu dalam bentuk status atau foto). Di tulisanku sebelumnya disebutkan :
Ya, kebanyakan yang aku tahu dan amati. Interaksi non-mahram di dunia maya, berupa saling berkomentar, seringkali sia-sia. Nggak penting banget untuk dibahas. Tapi somehow, diterusin. Well. Aku cuma bisa meringis pahit, kalo nggak sengaja ngeliat non-mahram saling berkomentar di posting seorang akhawat, dan isinya itu tidak penting. Ini yang kebanyakan terjadi. Tapi beberapa saat ini, aku diperlihatkan. Bahwa ada kok, interaksi non-mahram di jejaring sosial yang bermanfaat. Jikapun berkomentar, isinya penting, dan itu memang mendesak untuk disampaikan.
Jadi bagaimana? Masih perlukah non-mahram saling berkomentar di jejaring sosial?
baca selengkapnya di sini.
***
Sekian tulisan ini. Mohon maaf jika ada hati yang terluka. Sungguh.. penulis bukan merasa lebih baik. Hanya saja... penulis ingin berbagi opini dan pendapat. Agar ini, bukan sekedar jadi kritik dan saran yang menjatuhkan, namun bisa menjadi salah satu bagian dari menasihati dalam kebaikan.
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Allahua'lam bishowab.
*Silahkan komentar, sms, atau pm, jika ada hal-hal yang ingin didiskusikan.
**Sungguh, penulis masih harus diingatkan tentang quote ini : “Blessed is the person who is so busy fixing his or her own faults, that they don’t have time to look at the faults of others” Agar lebih sering menulis karena menyadari kesalahan diri. Ketimbang menulis, karena merasa melihat kesalahan/kekhilafan orang lain.
Bismillaah,
ReplyDeletemau tanya..mudah-mudahan bisa membantu mencerahkanku..
seringkali aku "terjebak" dengan perasaan tidak enak..
misal : ad komen yg tidak penting dan tidak mendesak, namun karena berupa pertanyaan,
segan tidak menjawab..
segan seakan ga mengacuhkan..
segan terlebih misalnya yg komen pun bukan orang-orang biasa, tetapi orang yang mungkin lebih banyaak ilmunya dari aku, orang yang aku rasa ke-Islam-an nya lebih banget2 dari aku..
dan itu sering menjebakku..
akhirnya jadi sekedar basa-basi..
tetapi kadang berlanjut jadi ga penting..
aku ingin hal ini tidak terjadi, tetapi perasaan segan / tidak enak itu selalu meluluhkanku..
ad saran bella??
apa aku harus tegas??
Bismillah. Ijin menjawab. Hehe. Semoga bisa membantu..
ReplyDeleteMenjawab komentar tidak penting itu.. sebenarnya bisa dikategorikan menjadi beberapa kondisi :
1. orang yang komentar tahu ilmu tentang bagaimana seharusnya interaksi ikhwan-akhawat.
2. orang yang komentar belum tahu, dan jarang komentar dipostinganmu.
3. orang yang komentar belum tahu, tapi sering banget komentar di postinganmu.
Untuk kasus pertama. Kita harus tegas. Mungkin awalnya kita kasih "kode", kalau ini udah diluar konteks. Dengan jawaban pendek dan terkesan cuek. Kalo misal dia nggak paham, baru deh.. message aja ke orang tersebut. Jelasin aja, "maaf, ke depannya.. kalau misal komentar Anda menurut saya kurang penting, saya tidak akan menjawab/membalas komentar. Kita sama-sama tahu, bahwa interaksi antara non-mahram itu ada aturannya. semoga Allah memudahkan kita dalam menjaga interaksi dgn non mahram".
aku pernah juga kok. menegur seorang ikhwan karena beliau suka komen nggak penting. waktu itu aku bilang, "maaf, kalau memang nggak penting.. lebih baik tidak usah berkomentar".
memang terkesan kejam sih. tapi menurutku kita memang harus tegas. ini tentang menjaga izzah dan iffah.
bukankah di dunia nyata, orang yang sudah paham. seharusnya nggak sembarangan ngajak ngobrol sama non-mahram? cuma berbicara jika perlu dan penting?
nah.. ini harusnya juga berlaku di dunia maya. cuma.. seringkali kita lupa. makanya, harus ada salah satu yang mengingatkan.
untuk kasus kedua. ini agak beda, bukan karena memilih-milih. tapi karena akan jadi ribet, kalau kita tiba2 menasihati/negur tanpa penjelasan.
ReplyDeletejawab aja komentar tersebut secukupnya. trus, kalau bisa.. coba kasih tahu orang tadi dengan cara yang baik. agar dia tahu, harusnya gimana sih interaksi laki-laki dan perempuan di dunia maya maupun dunia nyata?
kalau aku pribadi, lebih suka lewat tulisan. ya.. seperti ini..
atau kalau memang nggak bisa langsung, bisa nitip ke ikhwan/laki-laki lain yang kira2 bisa menyampaikan.
terakhir, kasus yang ketiga. *maaf panjang bgt jawabannya. hehe
ReplyDeletedia nggak paham tapi sering banget komen nggak penting. Langsung ditegasin aja. message/sms
"maaf, jujur saya nggak nyaman kalau Anda komentar sesuatu yg kurang penting di postingan saya.
karena saya punya prinsip .... (jelasin)"
atau kalau mau simpel.
langsung aja message dia. trus kasih link tulisan tentang bagaimana seharusnya interaksi laki-laki dan perempuan, baik di dunia maya maupun di dunia nyata.
cara ini lumayan jitu. terbukti.. kalau misal ada orang yang kurang paham dan sering ngelike/komentar nggak penting di postinganku. aku tinggal posting cerpen : Bukankah lebih nyaman. asumsinya, dia pasti baca. dan bener, besok-besoknya dia nggak ngelike/komen nggak penting di postinganku. Ya.. walaupun ada sih, satu dua orang yang tetep aja bebal. Nggak nyadar. hehe
Satu lagi yaa. hehe..
ReplyDeleteAku sendiri sekarang udah punya trik. Dengan satu dua pengaturan privasi. Alhamdulillah sekarang tiap aku share/buat postingan. Yang bisa lihat defaultnya cuma orang yang aku ijinin (perempuan, dan laki-laki mahramku).
Tapi, aku juga bisa milih.. biar semua orang bisa baca postingan tertentu. Kaya postingan yg list artikel... itu sengaja aku buat public. biar temen laki-laki di jejaring sosial-ku bisa baca. Dan mereka paham.
Sebenernya.. nggak perlu jadi se-strict aku sih. Asalkan kamu bisa menempatkan diri, kapan harus menanggapi, kapan harus nge-diemin. Itu udah baik. In syaa Allah izzah dan iffah bisa terjaga.
Allahua'lam.
bener banget ya ukh. tersadar :)
ReplyDeletejazakillah khoir katsiron ukh