Follow Me

Monday, September 30, 2013

Membuat "Hijab"-nya Sendiri

-muhasabah diri, sensiMe-

Bismillah..

"Aku agak2 paham kenapa diminta hijabnya di buka, kayaknya buat nyentil, toh sehari2 kita kuliah dan berinteraksi sama teman2 lain gak pakai hijab, dan jujur terkadang lihat teman2 yang ilmu agamanya bagus sering kali membuat "hijab"-nya sendiri sehingga sulit berinteraksi dengan orang lain dan akhirnya orang lain tidak mendapatkan kebermanfaatan darinya."

-komentar seseorang di sebuah notes.

Alkisah, ada sebuah peristiwa seru. Bahwa di tengah acara 'keislaman', seseorang meminta hijab yang membatasi peserta laki-laki dan perempuan. Kemudian orang tersebut, memaparkan beberapa hal yang membuat seseorang yang lain akhirnya menulis notes berisi isi ucapan beliau di forum tersebut.

***

Dan tulisan ini. hehe. Ini muncul karena ke-sensi-an penulis terhadap komentar di atas.

benarkah, mereka yang membuat "hijab"-nya sendiri lantas menjadi sulit berinteraksi dengan orang lain? dan akhirnya orang lain tidak mendapatkan kebermanfaatan darinya?

***

Pertama, tentang hijab. Kata ini yang somehow membuat saya merasa terpanggil untuk angkat tulisan. Hehe. Membuat hijab sendiri, hm.. ambigu, multitafsir. Maksudnya apa? Jika maksudnya adalah membatasi diri dari orang lain, pertanyaanku : why not? I mean... adalah hal wajar, kalau seorang perempuan membatasi diri-nya untuk tidak berinteraksi berlebihan dengan laki-laki, begitu juga sebaliknya. Juga adalah hal wajar, kalau seorang yang baik, membatasi diri-nya dalam berinteraksi dengan orang-orang yang buruk perangainya.

Kata kuncinya membatasi, bukan dalam rangka memutus sama sekali interaksi. Karena bagiku, membuat hijab sendiri itu perlu. Ada hal-hal yang diluar kontrol kita, bahwa orang-orang yang sering berinteraksi dengan kita somehow akan mempengaruhi karakter dan kehidupan kita. Bukankah ada anjuran untuk memilih sahabat yang baik? Sekali lagi kata kuncinya membatasi. Kita bukan lantas sama sekali tidak berinteraksi dengan lingkungan yang kurang baik. Namun membatasinya. Tetap berusaha bergaul dengan baik kepada mereka, mengenal mereka, namun ada batasnya. Apalagi jika ini terkait interaksi lawan jenis, maka batasnya harus jelas dan tegas.

Kedua, tentang sulit berinteraksi. Well. Saya pribadi menolak opini tersebut. Membuat hijab sendiri tidak pasti membuat seseorang menjadi sulit berinteraksi, terbatas menurutku bukan berarti sulit. Bisa jadi, memang ada orang-orang yang terkesan mengasing dan sulit berinteraksi dengan orang lain karena batas ("hijab") yang ia buat terlalu tinggi dan tebal. Tapi bukan berarti semua orang seperti itu. Sejauh aku mengamati, banyak kok.. yang membuat "hijab"-nya sendiri namun tidak kesulitan dalam interaksi dengan orang lain. Ia tahu batasnya, kapan ia harus diam dan lebih baik menjauh. Namun, jika memang harus berkomunikasi dan mendekat, mereka tidak kesulitan. Ya, mereka bisa dengan mudah berinteraksi dengan orang lain, dalam batasan-batasan (hijab) yang mereka buat sendiri.

Ketiga, tentang kebermanfaatan. Tidak bijak. Saya paham, sederhananya memang seperti itu. Mereka yang kesulitan berkomunikasi biasanya kebermanfataannya kurang terasa. Saya paham, sederhananya memang begitu. Mereka yang "jauh" biasanya kebermanfaatannya memang kurang terlihat. Tapi ijinkan aku berpendapat : tidak bijak. Tidak bijak jika di-generalisir.

Adalah penulis, seseorang yang tidak pandai bercakap di depan forum. Lebih sering memilih diam ketimbang harus menyuarakan pendapat dalam nada. Namun, benarkah kebermanfaatan hanya didapat dari interaksi dan cakap yang terdengar? Tidak. Menurutku, sebuah tulisan bisa jadi bentuk kebermanfaatan. Begitu pula teladan dalam akhlak, Teladan terbaik adalah tindakan bukan?

***

Maaf, jika penulis terlalu sensi. Jujur, merasa tersindir. Karena saya memang membuat "hijab" saya sendiri. Namun Alhamdulillah, saya tidak merasa sulit berinteraksi dengan orang lain. Dan tentang kebermanfaatan, maaf.. jika jalan yang saya tempuh untuk memberikan kebermanfaatan bukan lewat frekuensi interaksi atau ucapan dalam lisan. Aku lebih suka menulis di sini, atau berupaya terus memperbaiki akhlak, berharap ada satu tulisan atau tindakan yang bisa mendatangkan manfaat untuk orang lain.

Maaf. Ya, komentar tadi kucatat disini. Selain karena sensi, semoga bisa menjadi muhasabah diri penulis. Bahwa komunikasi haruslah terjalin, jangan sampai ia terputus hanya karena kita ingin berada di zona nyaman.


Allahua'lam bishowab.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya