-muhasabah diri-
"Pertama kali aku lihat kamu tuh, aku nggak pengen deket-deket. Mukanya jutek banget! Nakutin," celetuk seorang sahabat yang sekarang mungkin (i guess) sedang berada di Jatinangor, menjadi panitia sebuah acara kompetisi nasional. Dan mendengar komentar jujur nan lugasnya itu, aku berdalih.. "Emang iya ya?"
Actually, do not know what to write. Ini lagi-lagi tentang ke-ramah-an.
Tentang ku, yang memang tidak lihai dalam hal tersebut di atas (baca: ramah).
Tentang ku, yang lebih suka cuek dan tak peduli pada orang di sekitar
Tentang ku, yang baru bisa banyak tersenyum dan bercuap-cuap jika sudah lama kenal
Tentang ku, yang keras kepala. Mengalibikan sikap tak-ramah sebagai kepribadian yang melekat.
Padahal ini bukan saja tentang ku,
tapi juga tentang sunnah Rasul yang menyuruh kita untuk berbagi senyum pada saudara kita (baca: mahram, seiman).
Padahal ini bukan saja tentang ku,
tapi juga tentang orang lain yang bisa jadi -jika tak mau dikatakan pasti- terganggu menerima sikap tak-ramahku.
Hei.hei.. bukankah waktu itu, kau sudah menulis tentang ramah untuk menuntunmu bersikap ramah?
tidakkah kau takut akan murka Tuhanmu, Allah?
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu
yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan." (QS As-Shaff : 2-3)
:( hikss.. Ampuni aku Ya Ghoffur..
Upgrade Your Life in Silence
-
“BAGAIMANA CARA HIDUP KITA TENANG ? Tidak perlu menyimpan nomor whatsapp
orang2 toxic, tidak peduli itu keluarga atau saudara. Tidak perlu menonton
story w...
1 week ago
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya