Follow Me

Tuesday, September 17, 2013

Mengedit Tulisan

 

-menulis, muhasabah diri-

Bismillah..

Alkisah, di sebuah jejaring sosial. Seorang teman membagikan tulisannya. Tag sana-sini, summon sana-sini.
Di akhir tulisannya, ia menuliskan : mohon kritik, masukan, dan saran.

Beberapa menit berlalu, satu demi satu orang yang ditag/di summon memberikan jempol (like), dan berkomentar positif.
Sekedar mengangguk setuju, atau mengucapkan terimakasih.

Menit-menit yang lain berlalu. Kemudian sebuah saran muncul untuknya. Perihal kalimat yang terkesan suudzon. Si penulis tadi mengangguk mengerti. Kemudian segera mengedit tulisannya. Tersenyum dan berterimakasih kepada teman yang memberi masukan.

Menit-menit yang berbeda berlalu. Satu kritik muncul, kali ini dengan nada sedikit tinggi. Si pengkritik mengaku tersinggung, karena seolah penulis berbuat tidak ahsan kepada orangtuanya. Si penulis segera menjawab komentar dengan nada menyesal. Untuk yang satu ini, ia memang sudah meragukan kalimat tersebut. Takut, jatuhnya jadi menjelek-jelekkan nama orang tua. Dan sama seperti sebelumnya, ia pun segera memperbaiki tulisannya. Mengedit dan mengubah, agar kalimatnya menjadi lebih baik.

Sudah diedit, ucapnya. Diiringi doa, semoga tulisan tersebut tidak membuat dosanya justru bertambah.

***

Aku hanya menyimak dari jauh. Tersenyum simpul, tak berikan reaksi tersurat di sana. Tapi berikan reaksi tersurat di sini. Hehe. Menurutku, menulis di sini lebih baik.

Ya.. Tentang tulisan dan editing tulisan. Adalah hal yang patut kita syukuri, terutama jika kita suka menulis. Karena setiap kata yang kita tulis, masih bisa dengan mudah kita edit dan kita revisi. Berbeda dengan ucapan, yang jika sudah terlanjur terucap, ia tak bisa kita tarik kembali. Hanya bisa kita koreksi, dengan ucapan yang lain.

Ya.. Tentang tulisan dan editing tulisan. Mungkin ini salah satu alasan terkuat mengapa aku lebih suka menulis ketimbang mengungkapkan kata lewat nada (baca: berbicara). Jika ini tentang opini yang bertentangan, atau nasihat, atau kritik, atau curhatan. Aku lebih suka menulis di sini. Berharap jika ada salah kata dan salah makna, ada yang menegur, dan bisa segera diedit. Ya.. Tentang tulisan dan editing tulisan. Mungkin ini salah satu alasan terkuat mengapa aku lebih suka berteman dengan kata tanpa nada (baca: menulis). Karena sungguh, jika harus diucapkan. Aku tidak yakin hati-hati pendengar akan terjaga dari lisanku. Aku tidak bisa menjamin, lebih banyak orang yang mendengar dan mengambil hikmah, ketimbang mereka yang mendengar dan terlukai.

 
Terakhir. Menulislah, menulislah dan menulislah.
Tetaplah menulis! Semoga menulis, bisa membantu kita untuk memilih kata setiap kali hendak berucap. Terlatih, untuk berpikir dua kali sebelum berucap. Terlatih untuk mengedit ucapan dalam pikiran sebelum ia terimplementasi dalam kata berbalut nada.

Menulislah..

Allahua'lam.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya