-menulis, muhasabah
diri-
Bismillah..
Alkisah, di sebuah
jejaring sosial. Seorang teman membagikan tulisannya. Tag sana-sini, summon
sana-sini.
Di akhir tulisannya,
ia menuliskan : mohon kritik, masukan, dan saran.
Beberapa menit
berlalu, satu demi satu orang yang ditag/di summon memberikan jempol (like),
dan berkomentar positif.
Sekedar mengangguk
setuju, atau mengucapkan terimakasih.
Menit-menit yang
lain berlalu. Kemudian sebuah saran muncul untuknya. Perihal kalimat yang
terkesan suudzon. Si penulis tadi mengangguk mengerti. Kemudian segera mengedit
tulisannya. Tersenyum dan berterimakasih kepada teman yang memberi masukan.
Menit-menit yang
berbeda berlalu. Satu kritik muncul, kali ini dengan nada sedikit tinggi. Si
pengkritik mengaku tersinggung, karena seolah penulis berbuat tidak ahsan
kepada orangtuanya. Si penulis segera menjawab komentar dengan nada menyesal.
Untuk yang satu ini, ia memang sudah meragukan kalimat tersebut. Takut,
jatuhnya jadi menjelek-jelekkan nama orang tua. Dan sama seperti sebelumnya, ia
pun segera memperbaiki tulisannya. Mengedit dan mengubah, agar kalimatnya
menjadi lebih baik.
Sudah diedit,
ucapnya. Diiringi doa, semoga tulisan tersebut tidak membuat dosanya justru
bertambah.
***
Aku hanya menyimak
dari jauh. Tersenyum simpul, tak berikan reaksi tersurat di sana. Tapi berikan
reaksi tersurat di sini. Hehe. Menurutku, menulis di sini lebih baik.
Ya.. Tentang tulisan
dan editing tulisan. Adalah hal yang patut kita syukuri, terutama jika kita
suka menulis. Karena setiap kata yang kita tulis, masih bisa dengan mudah kita
edit dan kita revisi. Berbeda dengan ucapan, yang jika sudah terlanjur terucap,
ia tak bisa kita tarik kembali. Hanya bisa kita koreksi, dengan ucapan yang
lain.
Ya.. Tentang tulisan
dan editing tulisan. Mungkin ini salah satu alasan terkuat mengapa aku lebih
suka menulis ketimbang mengungkapkan kata lewat nada (baca: berbicara). Jika
ini tentang opini yang bertentangan, atau nasihat, atau kritik, atau curhatan. Aku
lebih suka menulis di sini. Berharap jika ada salah kata dan salah makna, ada
yang menegur, dan bisa segera diedit. Ya.. Tentang tulisan dan editing tulisan.
Mungkin ini salah satu alasan terkuat mengapa aku lebih suka berteman dengan
kata tanpa nada (baca: menulis). Karena sungguh, jika harus diucapkan. Aku
tidak yakin hati-hati pendengar akan terjaga dari lisanku. Aku tidak bisa
menjamin, lebih banyak orang yang mendengar dan mengambil hikmah, ketimbang
mereka yang mendengar dan terlukai.
Terakhir.
Menulislah, menulislah dan menulislah.
Tetaplah menulis!
Semoga menulis, bisa membantu kita untuk memilih kata setiap kali hendak
berucap. Terlatih, untuk berpikir dua kali sebelum berucap. Terlatih untuk
mengedit ucapan dalam pikiran sebelum ia terimplementasi dalam kata berbalut
nada.
Menulislah..
Allahua'lam.
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya