Follow Me

Tuesday, March 5, 2019

Take It Personally

Bismillah.

Entah sudah berapa kali.


***

190128 | Tentang motivasi internal

Ibarat punya motor, dan bensinnya habis. Namun memilih diam aja, dan menyalahkan keadaan. Kenapa bensin habis? Kenapa di sini? Kenapa sekarang? Kenapa aku? 

Yang bisa orang lain lakukan cuma bantu dorong motornya. Sambil memberi saran agar pemilik mau mengisi bensin. Nanti kalau bensinnya sudah terisi, orang lain ga perlu mendorong. Motornya sudah bisa jalan sendiri, karena sudah ada bahan bakar di dalam. 

***

190130 | Tentang proses dan hasil

Ibarat lomba lari. Orang lain menunggu di garis finish. Kok dia ga keliatan-keliatan ya? Apa dia ga lari, apa dia malah duduk aja dan nangis? Berdiam diri aja, atau bahkan berbalik ke garis start? Orang lain yang menunggu di garis finish, ga bisa bener-bener tahu.

Bisa jadi ia sedang berusaha lari. Meski kakinya luka/terkilir sebelah. Sesekali mungkin ia berhenti karena sakit yang ia rasakan. Tapi bukan berarti ia tidak ingin sampai ke garis finish.

***

Tulisan itu awalnya kutuliskan untuk menjelaskan kondisi orang lain.

But I can't help but take it personally.. 

Tulisan itu hadir sembari aku mengingat diriku sendiri. Saat aku berdiam, dan semua orang berusaha membuatku bergerak. Memang hasilnya, ada perpindahan, tapi cuma sedikit. Karena yang perlu dihadirkan adalah motivasi internal terlebih dahulu. 

Yes, I take it personally... 

Bahwa nyatanya...manusia cuma melihat hasil.


Hanya Allah yang tahu perjuangannya. Baik perjuangan yang terlihat, maupun yang kasat mata.

Karena yang berlari itu bukan hanya kaki yang terkilir, tapi juga hati yang sakit. 

Karena yang terjadi, perjuangannya tidak selesai meski sudah sampai garis finish. Ada lanjutannya, bersambung lagi, dengan ujian dan perjuangan yang berbeda.

***

Entah sudah berapa kali.

***

190225 | Diubah perspektifnya. Yang membuat seseorang berharga itu bukan kecantikan, kekayaan, status, pekerjaan, bukan itu. Allah masih ngasih kita hidup, artinya kita berharga. Allah masih ngasih kita iman, artinya kita berharga. Termasuk kita masih islam, itu artinya kita berharga. 

I take it personally too...

Kalimat itu kutulis bukan untuknya saja. Hampir semua kalimat di sana, sebenarnya kutujukan untuk diri. There's time when we feel like, we're at the lowest. 


Satu-satunya cara untuk menenangkan perasaan saat sedang seperti itu, adalah dengan mengingat Allah. Bahwa bagiNya, kamu berharga. Karena bahkan, daun..  daun yang jatuh, bukan daun hijau yang segar, tapi daun yang sudah sedikit menguning, dan j a t u h. Allah mengetahuinya.

Jika daun saja begitu... Percayalah, setiap dari kita, berharga. Jika kita mau sedikit meluangkan waktu mengingatNya, memikirkan kasih sayangNya, merenungkan kesempatan yang berulangkali diberikan... 

Allahua'lam.

***

PS: Take it personally sebenarnya artinya merasa tersinggut atas ucapan orang lain, seolah ucapan tersebut ditujukan untuk kita, baper, atau sensiMe kalau istilahku. Tapi di tulisan ini, tentang tanggapanku, dan bagaimana tulisanku, sebenarnya banyak bercerita tentang diri, meski tanpa subjek, kebanyakan tulisanku, berujung untuk diri. 

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya