Follow Me

Showing posts with label quran jurnal. Show all posts
Showing posts with label quran jurnal. Show all posts

Friday, May 22, 2020

QJ Ramadhan #10: Perkataan yang Lebih Baik dan Benar

May 22, 2020 1 Comments
Bismillah.
#quranjurnal

وَقُل لِّعِبَادِى يَقُولُوا۟ ٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَـٰنَ يَنزَغُ بَيْنَهُمْ ۚ إِنَّ ٱلشَّيْطَـٰنَ كَانَ لِلْإِنسَـٰنِ عَدُوًّۭا مُّبِينًۭا

Dan katakanlah kepada hamha-hamba-Ku: "Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia. [Surat Al-Isra (17) ayat 53]

***


Lisan adalah salah satu bagian tubuh yang harus kita jaga. Ia bisa menjadi senjata yang lebih tajam dari pisau. Ayat ini mengingatkan kita untuk selalu menimbang ulang apa yang hendak kita katakan. Apakah ada perkataan yang lebih baik untuk mengungkapkan hal ini? Apakah ada perkataan yang lebih benar? 

Karena saat perkataan meluncur, mudah sekali setan untuk menimbulkan perselisihan antara manusia. Salah sedikit saja, beda intonasi saja, pilihan kata yang buruk, maka perkataan itu dengan mudah dijadikan setan sebagai api yang menyalakan sumbu pertikaian.

Perkataan yang ahsan itu yang seperti apa?

Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Wajiz menjelaskan, perkataan yang lebih baik di sini mencakup semua perkataan yang mendekatkan diri kepada Allah, baik berupa membaca Al Qur’an, dzikrullah, menyampaikan ilmu, beramar ma’ruf dan bernahi munkar, dan ucapan yang lembut kepada manusia. Ayat ini juga menunjukkan, bahwa apabila kita dihadapkan dua perkara yang baik, maka kita diperintahkan mengutamakan yang lebih baik di antara keduanya jika tidak memungkinkan menggabung keduanya. Manfaat perkataan yang lebih baik adalah karena ia mengajak kepada setiap akhlak yang mulia dan amal yang saleh, di mana orang yang mampu menguasai lisannya, maka dia memampu menguasai semua urusannya. [1]

Ayat ini mengingatkan kita agar memilih diam jika tidak ada perkataan baik yang terlintas di kepala. Seburuk apapun situasinya, semenyebalkan apapun orang yang kau temui, sehambar apapun makanan yang kau santap, tahanlah lisanmu. Katakan yang baik saja, atau diam.

Di era sekarang dimana meluncurkan kata-kata kasar seolah jadi trend, menulis deretan komentar berisi kebencian begitu mudah, Allah mengingatkan kita lewat ayat ini, agar hanya mengucapkan perkataan yang lebih baik dan benar. Allahua'lam.

Referensi: [1] https://tafsirweb.com/4657-quran-surat-al-isra-ayat-53.html

25 Februari 2020 | 1 Rajab 1441H

#refleksiramadhan #quranjournal #betterword

***

Keterangan: Tulisan ini sebelumnya dipost di facebook pribadi khusus Ramadhan.

Wednesday, May 20, 2020

QJ Ramadhan #9: Beruntung; yang Dijaga Dirinya dari Kekikiran

May 20, 2020 0 Comments
Bismillah.
#quranjurnal

وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمَـٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةًۭ مِّمَّآ أُوتُوا۟ وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌۭ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَـٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ

Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung [Surat Al-Hasyr (59) ayat 9]

***


Al Hasyr ayat 9 merupakan cerminan indahnya ukhuwah yang berdasarkan iman. Muhajirin, orang-orang yang terusir dari kampung halamannya karena iman yang mereka miliki. Dan Anshar, orang yang sudah beriman, sebelum Muhajirin datang ke Madinah. Saat mengetahui bahwa saudaranya terusir dan berhijrah, sikap Anshar begitu menakjubkan. Allah memujinya di ayat ini.
Yuhibbuna man hajara ilaihim, mereka mencintai orang yang berhijrah. Iman kaum Anshar menjadikan mereka mencintai saudara seimannya, muhajirin.

Wala yajiduna fi sudurihim hajatan mimma utu, mereka tidak memiliki keinginan terhadap apa yang diberikan pada muhajirin. Tidak ada iri atau dengki terhadap apa-apa yang Allah berikan kepada muhajirin.

Wa yu`tsiruna 'ala anfusihim, dan mereka mengutamakan muhajirin ketimbang dirinya sendiri. Walaukana bihim khososoh. Padahal mereka juga dalam keadaan susah dan membutuhkan. Yang dimaksud dengan khasasah ialah keperluan. Yakni mereka lebih mementingkan kebutuhan orang lain daripada kebutuhan diri mereka sendiri; mereka memulainya dengan kebutuhan orang lain sebelum diri mereka, padahal mereka sendiri membutuhkannya. [1]

Dan di akhir ayat Allah memberitahu bahwa orang-orang yang dipelihara dari kekikiran, mereka yang dermawan dan suka memberi, merupakan orang-orang yang beruntung. Di sini Allah mengingatkan kita bahwa orang-orang yang beruntung bukan mereka yang sejak kecil hidup berkecukupan, juga bukan orang yang ketiban duren, mendapatkan rezeki besar tiba-tiba, bukan, bukan itu. Tapi orang yang beruntung adalah orang yang hidupnya mungkin sederhana, tapi hatinya Allah hindarkan dari kekikiran, sehingga ia masih bisa memberi dengan keterbatasan yang ia miliki.
 Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam bersabda, "…Sifat kikir mendorong mereka berbuat aniaya, maka mereka berbuat aniaya; dan mendorong mereka untuk berbuat kedurhakaan, maka mereka berbuat kedurhakaan; dan mendorong mereka untuk memutuskan silaturahmi, maka mereka memutuskan pertalian silaturahmi.'" [1]

Ayat ini mengingatkan saya tentang sebuah kutipan dari buku Revive Your Heart, Nouman Ali Khan. Bahwa saat kita bersedekah, berinfak, memberi sesuatu pada orang yang membutuhkan, sebenarnya bukan orang yang menerima yang membutuhkan bantuan, tapi justru kita yang memberi, yang membutuhkan orang-orang yang mau merima 'pemberian' kita yang tidak seberapa.

 "When you help someone, you are not honouring them; they are honouring you. You've helped them only in the dunya, which is nothing to Allah, but they have help you in akhirah, which is everything." - Nouman Ali Khan

Kedermawanan merupakan sikap yang harus kita tumbuhkan, kita biasakan. Kita harus mendidik hati kita agar terhindar dari kekikiran. Senantiasa mengingatkan diri kita bahwa apa yang kita miliki sebenarnya adalah pemberian dari Allah. Dan Allah menitipkan 'hak' orang lain pada dompet kita, kita harus mengeluarkannya, karena memang itu sebagian dari harta kita adalah hak orang lain. Sembari kita memberi, belajar untuk dermawan, Allah akan menyucikan kita, serta memberikan kita keberkahan hidup.

Memang lebih mudah untuk ingin menghabiskan sendiri apa yang menjadi 'milik' kita. Memang lebih mudah untuk kikir dan menutup mata bahwa ada sebagian harta yang seharusnya kita berikan pada orang lain. Namun kita berkaca pada ayat ini. Al Hasyr ayat 9. Bahwa benar, orang yang beruntung adalah orang yang dipelihara dari kekikikiran. Wa mayyuqo suhha nafsihi faulaika humul muflihun. Semoga Allah menjadikan hati kita terhindar dari kekikiran, dan memudahkan kita untuk berbagi dan memberi nikmat yang Allah berikan pada kita, yang sebagiannya memang hak orang lain, bukan hak kita. Aamiin.

Allahua'lam.

16 Juni 2019 | 12 Syawal 1440H

Keterangan: [1] http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-al-hasyr-ayat-8-10.html

#refleksiramadhan #quranjournal #betterword

***

PS: Tulisan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.

Saturday, May 16, 2020

QJ Ramadhan #8: Hemat; Pertengahan Kikir dan Boros

May 16, 2020 0 Comments
Bismillah.
#quranjurnal



وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَنفَقُوا۟ لَمْ يُسْرِفُوا۟ وَلَمْ يَقْتُرُوا۟ وَكَانَ بَيْنَ ذَٰلِكَ قَوَامًۭا

Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (harta), mereka tidak berlebihan, dan tidak (pula) kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.
[Surat Al-Furqan (25) ayat 67]

***


Sadarkah kita, bahwa sekarang kita sedang dikepung dengan budaya konsumtif? Jika kita tidak memiliki prinsip yang kuat dan mudah terbawa arus, kita tanpa sadar akan mengikuti budaya konsumtif tersebut. Iklan-iklan yang lewat, trend bau, makanan, dll. Diskon bebas ongkir. Seolah ada banyak sekali hal yang harus kita beli.

Al Furqan ayat 63-74 merupakan rangkaian ayat-ayat yang menjelaskan tentang 'ibadurrahman, hamba-hamba Arrahman. Titel yang begitu indah, karena kata hamba disandingkan dengan asma Allah Arrahman. Salah satu ciri 'Ibadurrahman adalah mereka yang tidak berlebihan dalam membelanjakan hartanya, serta tidak kikir. Hemat dan memiliki hidup yang sederhana.

Sikap pertengahan ini juga disebutkan dalam ayat lain (Al Baqarah ayat 143) sebagai ciri umat muslim. Seorang yang islam berada di jalan tengah, bukan seperti yahudi yang mengetahui namun tidak mengamalkan, bukan pula seperti nasrani yang tersesat dan mengada-adakan apa yang tidak diketahui. Begitupun keseimbangan dalam rasa takut dan harap, yang baik itu pertengahan. Tidak mengedepankan rasa takut seperti Khawarij, juga tidak terlalu mengelukan rasa harap seperti Murji'ah. 

Ibnul Qayyim menyebutkan dalam Madarijus Salikin, "Akhlak yang baik ada diantara dua akhlak yang tercela, seperti kedermawanan yang ada di antara bakhil dan boros, tawadhu' yang ada di antara kehinaan dan takabur. Selagi jiwa menyimpang dari pertengahan ini, tentu ia akan cenderung kepada salah saatu dari dua sisi yang tercela."

Untuk tetap berada di tengah-tengah dan menjaga keseimbangan, diperlukan usaha dan doa. Seperti Allah menjaga keseimbangan langit yang kokoh berada di atas bumi tanpa satupun tiang, semoga kita dimudahkan agar memilih jalan tengah, menjadi umat yang wasathan.

***

Ayat ini mengingatkan kita tentang bagaimana kita menggunakan harta kita. Pengingat, bahwa kelak harta kita akan ditanya pertanggungjawabaannya, darimana dan bagaimana kita mendapatkannya, serta dimana dan bagaimana kita membelanjakannya.

Saya melihat ayat ini sebagai pengingat, agar tidak terlalu bakhil namun juga tidak terlalu boros. Misalnya penggunaan kuota internet bulanan. Bagaimana mengatur uang agar bisa memenuhi kebutuhan pokok, sekaligus untuk bersedekah. 

Terakhir, Al Quran mengatur bagaimana kita mendapatkan dan membelanjakan uang kita. Dalam mendapatkan uang, kita tidak boleh mencuri, menipu, dan memakan uang riba. Sedangkan dalam membelanjakan uang, kita diingatkan untuk tidak boros, bahkan disebutkan dalam ayat lain (QS Al Isra ayat 62), bahwa orang-orang yang boros merupakan saudara setan. Na'udzubillah. Semoga kita bukan termasuk di dalamnya.

Allahua'lam.

28 Mei 2019 | 23 Ramadhan 1440H

#refleksiramadhan #quranjournal #betterword

***

Keterangan: Tulisan Ramadhan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.

Thursday, May 14, 2020

QJ Ramadhan #7: Memaafkan dan Berlapang Dada

May 14, 2020 0 Comments
Bismillah.
#quranjurnal

وَلَا يَأْتَلِ أُو۟لُوا۟ ٱلْفَضْلِ مِنكُمْ وَٱلسَّعَةِ أَن يُؤْتُوٓا۟ أُو۟لِى ٱلْقُرْبَىٰ وَٱلْمَسَـٰكِينَ وَٱلْمُهَـٰجِرِينَ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۖ وَلْيَعْفُوا۟ وَلْيَصْفَحُوٓا۟ ۗ أَلَا تُحِبُّونَ أَن يَغْفِرَ ٱللَّهُ لَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌ

Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang, [Surat An-Nur (24) ayat 22]

***

Siapa yang tidak sakit hati, saat buah hatinya disakiti? Sebuah berita dusta tersebar tentang putrinya, dan salah satu yang ikut menyebarkan berita tersebut, adalah kerabat yang biasa ia beri sedekah. Saat itulah sumpah itu terucap.


Hadits ifki, berita dusta. Peristiwa itu banyak menyimpan hikmah untuk kita. Allah mungkin telah menyiapkan peristiwa tersebut, agar menjadi pelajaran, bukan hanya saat peristiwa itu terjadi bahkan sampai akhir zaman. Bahwa kita diminta untuk berbaik sangka dan menoak jika ada berita buruk tentang saudara sesama muslim.

 "Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang Mukminin dan Mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) mengatakan, “Ini adalah berita bohong yang nyata.” (QS An Nur ayat 12)

Allah juga mengingatkan kita untuk berhati-hati mengucapkan sebuah perkara. Agar tidak mudah menyebarkan sesuatu yang tidak kita ketahui. Allah Tahu, akan datang era milineal, dimana informasi dan 'ucapan' tersebar begitu cepat dan mudah, tanpa mempedulikan apakah isinya kebenaran atau justru dusta. Begitu ringan, tapi di mata Allah itu suatu yang berat.

 "(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja, padahal dia di sisi Allâh adalah besar." (QS An Nur ayat 15)

***

Dengan ayat-ayatNya Allah mensucikan kembali Aisyah radhiyallahu anha dari berita dusta yang tersebar. Kemudian Allah juga menurunkan ayat 22, atas sikap Abu Bakar terhadap Mistah.

Allah memberitahu kita, bahwa dalam kondisi dan skenario seberat itu, Allah meminta kita memaafkan dan berlapang dada. Apalagi pada kesalahan yang lebih kecil dari itu. Kita diminta untuk tetap menyambung silaturahim pada saudara yang pernah bersalah. Jangankan silaturahim, bahkan sedekahpun, harus tetap diberikan jika saudara kita tersebuut orang yang membutuhkan.

Karena memaafkan dan berlapang dada bukan hal yang mudah, Allah juga menjanjikan balasan yang besar. 

{أَلا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَكُمْ}
Apakah kalian tidak ingin bahwa Allah mengampuni kalian? (An-Nur: 22)

Karena sesungguhnya setiap amal perbuatan itu mendapat balasan sesuai dengan jenis amal perbuatannya, sebagaimana engkau mengampuni dosa orang yang berdosa kepadamu, maka Allah mengampuni pula dosa-dosamu. Dan sebagaimana kamu memaaf, maka Allah pun memaafmu pula. [1]

Maka pada saat itu juga Abu Bakar berkata, "Benar, demi Allah, sesungguhnya kami suka bila Engkau memberikan ampunan kepada kami, wahai Tuhan kami." Kemudian Abu Bakar kembali memberikan nafkah bantuannya kepada Mistah seperti biasanya. Untuk itu Abu Bakar berkata, "Demi Allah, aku tidak akan mencabutnya selama-lamanya." Perkataannya kali ini untuk mengimbangi apa yang telah dikatakannya sebelum itu, yakni ucapannya," Demi Allah, aku tidak akan memberinya bantuan lagi barang sedikit pun, selamanya." Karena itulah maka sahabat Abu Bakar sesuai dengan nama julukannya, yaitu As-Siddiq; semoga Allah melimpahkan rida kepadanya, juga kepada putrinya. [1]

***

Allah berulangkali menyebutkan tentang memaafkan dalam ayat-ayat Quran. Jika sebelumnya pemberian maaf setelah didzalimi, meski kita berhak dan punya kekuatan untuk membalas dengan hal yang setimbang. Kali ini Allah mengajarkan kita untuk memaafkan, saudara, kerabat, yang pernah menyakiti buah hati atau anak kita. Allah tahu, bahwa kita akan menemui banyak skenario, kejadian yang membuat dada kita sempit, dan memaafkan terasa begitu berat. Namun Allah kembali mengingatkan, bahwa kecintaan kita, keinginan kita untuk diampuni Allah, seharusnya menjadi penuntun kita untuk membuka pintu maaf dan berlapang dada.

Semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang dimudahkan untuk memaafkan dan berlapang dada. Orang-orang yang dengan memaaafkan, dimaafkan juga oleh Allah dosa dan kesalahannya. Semoga Allah lapangkan dada kita, dan mudahkan urusan kita. Aamiin.

Allahua'lam.

19 Mei 2019 | 14 Ramadhan 1440H

Keterangan: [1] http://www.ibnukatsironline.com/2015/07/tafsir-surat-nur-ayat-22.html

#refleksiramadhan #quranjournal #betterword

***

PS: Tulisan Ramadhan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.

Tuesday, May 12, 2020

QJ Ramadhan #6: Keteguhan Hati

May 12, 2020 0 Comments
Bismillah.
#quranjurnal

وَرَٰوَدَتْهُ ٱلَّتِى هُوَ فِى بَيْتِهَا عَن نَّفْسِهِۦ وَغَلَّقَتِ ٱلْأَبْوَٰبَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ رَبِّىٓ أَحْسَنَ مَثْوَاىَ ۖ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلظَّـٰلِمُونَ

Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pintu-pintu, seraya berkata: "Marilah ke sini". Yusuf berkata: "Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik". Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung. [Surat Yusuf (12) ayat 23]

***


Yusuf 'alaihi salam terjebak, diserbu godaan dari istri tuannya. Ia memiliki kecondongan untuk memenuhi panggilan dosa tersebut (ia pemuda normal), namun keteguhan hatinya membuat ia berkata, ma'adzallah. Aku berlindung dari Allah. Dan ia teringat kebaikan yang telah diberikan tuannya, meski ia 'hanya' budak yang dijual murah.

Siapa yang tidak menginginkan memiliki keteguhan hati seperti itu? Keteguhan hati yang menjadi perisai, meski serbuan godaan setan menerjang, dan pintu-pintu di tutup, namun hati kita sadar dan lebih memilih untuk patuh pada Rabb semesta alam.

Keteguhan hati memang berasal dari Allah. Tapi untuk bisa melakukannya kita harus senantiasa ingat bahwa Allah Maha Melihat, bahwa malaikat mencatat semua amal perbuatan kita, yang kecil maupun yang besar, dan bahwa kelak kita akan diminta pertanggung jawaban atas perbuatan kita.

Ayat ini menggambarkan skenario bahwa dalam situasi tersembunyi (pintu-pintu ditutup) serta godaan yang kuat (zulaikha berdandan) kita seharusnya memiliki keteguhan hati untuk tetap taat dan tidak melakukan dosa. Ayat ini menceritakan ajakan berzina, namun ini juga berlaku untuk dosa/maksiat lain. Termasuk godaan untuk penyakit hati. Ada momen saat 'mudah' bagi kita untuk ujub, takabur, dan riya. Mudah bagi kita untuk iri dan hasad. Namun meski situasi dan kondisinya begitu mendukung, semoga kita memiliki keteguhan hati untuk tidak melakukannya. Dengan mengingatkana diri, bahwa setiap amal shalih yang kita lakukan, bukan karena diri kita sendiri, tapi karena Allah memberikan kita ilham dan memudahkan kita. Pun saat kita bisa saja iri atau hasad, kita mengingatkan diri kita, bahwa Allah Maha Adil, Allah melebihkan orang lain atas kita di satu sisi, begitu pula sebenarnya Allah melebihkan kita atas orang lain di sisi lain.

Ayat ini juga mengingatkan tentang manusia yang lemah, yang harus sering-sering berdoa memohon perlindungan-Nya. Karena sungguh, jika bukan karena perlindunganNya, kita mungkin akan selalu jatuh tiap godaan setan datang.

Ayat ini juga mengingatkan kita untuk tidak mengkhianati kebaikan seseorang. Ayah ibu kita yang bekerja keras agar kita bisa hidup berkecukupan di perantauan dalam rangka belajar, jangan khianati kebaikan mereka dengan menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Ini juga mengingatkan kita, bahwa Allah setiap hari mencurahkan begitu banyak nikmat kepada kita, maka janganlah berkhianat dan menggunakan nikmat tersebut untuk bermaksiat kepadaNya TT Maa ghorrroka birobbikal karim? TT

Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk menguatkan keteguhan hati. Baik keteguhan hati untuk meninggalkan dosa, maupun keteguhan hati untuk istiqomah dalam amal shalih. Kewajiban puasa melemahkan tubuh dan nafsu kita, maka gunakan kesempatan ini untuk memperjelas posisi hati. Bahwa hati adalah raja, sedangkan tubuh adalah rakyat yang mengikuti perintah raja dan nafsu adalah budak yang berada di bawah kendali raja, sedangkan akal kita adalah penasihat yang membantu kita memutuskan mana yang baik dan mana yang buruk.

Semoga Ramadhan ini kita berhasil meningkatkan keteguhan hati kita. Semoga Allah menjaga kita dari godaan untuk bermaksiat dalam sempit maupun lapang. Semoga Allah berikan kita keteguhan hati untuk menolak kebathilan dan menjauhi dosa. Semoga Allah berikan kita keteguhhann hati untuk menerima kebenaran dan istiqomah dalam amal shalih. Serta semoga keteguhan hati tersebut menjadi teman perjalanan kita menuju padaNya, hingga kelak diizinkan Allah memasuki jannahNya. Aamiin.

Allahua'lam.

17 Mei 2019 | 12 Ramadhan 1440H

#refleksiramadhan #quranjournal #betterword

***

Keterangan: Tulisan Ramadhan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.

Saturday, May 9, 2020

QJ Ramadhan #5: Hidup Lebih Baik dengan Disiplin

May 09, 2020 1 Comments
Bismillah.
#quranjurnal




يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌۭ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. [Surat Al-Jumu'ah (62) ayat 9]

***

Manusia hidup bukan sekedar menjalani rutinitas. Kita hidup memiliki tujuan dan tugas. Tujuannya untuk beribadah kepada Allah. Tugasnya untuk menjadi khalifah di bumi. Dalam perjalanan hidup kita, kita terus berusaha memperbaikinya, dari hari ke hari. Salah satu cara untuk memperbaiki hidup adalah dengan disiplin, seperti yang Allah firmankan dalam QS Al Jumu'ah ayat 9.

Ya ayyuhalladzina amanu, idza nudiya lishalati miyyaumil jumu'ati fas'au ila dzikrillah. Saat panggilan shalat jumat dikumandangkan, kita diperintahkan untuk bersegera mengingat Allah. Dari tafsir Ibnu Katsir disebutkan bahwa yang dimaksud bersegera di sini bukan teburu-buru melangkah ke masjid. Karena perbuatan tersebut justru dilarang.

Nabi Saw. yang telah bersabda:
"إِذَا سَمِعْتُمُ الْإِقَامَةَ فَامْشُوا إِلَى الصَّلَاةِ، وَعَلَيْكُمُ السَّكِينَةُ وَالْوَقَارُ، وَلَا تُسرِعوا، فَمَا أَدْرَكْتُمْ فصَلُّوا، وَمَا فَاتَكُمْ فَأَتِمُّوا"
Apabila kamu mendengar iqamah, maka berjalanlah kamu menuju ke tempat salat, dan langkahkanlah kakimu dengan tenang dan anggun, dan janganlah kamu melangkahkannya dengan cepat-cepat. Maka apa saja bagian salat yang kamu jumpai, kerjakanlah dan apa yang terlewatkan olehmu, maka sempurnakanlah.

Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah. (Al-Jumu'ah: 9) Yakni berjalan dengan hati dan amalmu, itulah yang dimaksud dengan pengertian berjalan menuju ke tempat salat. [1]

Wadzaru bai', dan tinggalkanlah jual beli. Ada beberapa kata yang bisa digunakan untuk jual beli/perdagangan. Ada kata tijarah. Bedanya bai' dengan tijarah, tijarah adalah bisnis secara keseluruhan yang mencakup proses marketing, pencatatan akuntannsi dll. Sedangkan bai' adalah bagian dari tijarah, yaitu proses transaksi jual beli. Proses yang berat ditinggalkan.

Kalau menurut penjelasan Ustadz Nouman, ibarat di sebuah mini market/ supermarket, ada orang yang yang berkeliling dan mengisi keranjang belanjaannya. Isinya sudah banyak, ia akan memborong, it's a big bai'. Ia masih berkeliling, namun suara adzan berkumandang. Tidak mudah untuk segera pergi ke masjid, dan mengatakan bahwa toko akan tutup. Namun sesuatu yang tidak mudah ini, lebih baik untuk kita.

Ayat ini bukan menjelaskan bahwa Allah melarang kita berjual beli di hari Jumat. Allah hanya menyuruh kita meninggalkan jual beli saat seruan shalat jumat dikumandangkan (adzan kedua). Setelah shalat jumat, kita diperbolehkan lagi melanjutkan aktivitas kita, melakukan jual beli atau hal lain.

فَإِذَا قُضِيَتِ ٱلصَّلَوٰةُ فَٱنتَشِرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ وَٱبْتَغُوا۟ مِن فَضْلِ ٱللَّهِ وَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ كَثِيرًۭا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. [Surat Al-Jumu'ah (62) ayat 10]

Ini berarti ayat tersebut memerintahkan kita untuk disiplin. Kita belajar untuk tahu kapan harus shalat, dan meninggalkan urusan, dan kapan boleh melanjutkan aktivitas kita.

Ayat ini seolah menampar saya. Karena seharusnya tulisan ini selesai hari Jumat yang lalu. Ayat ini mengingatkan saya, untuk menjadi disiplin kita harus komitmen pada pilihan/rencana kita, dan menata aktivitas kita sedemikian rupa agar tidak ada yang terlewatkan.

Semoga Allah memudahkan kita agar disiplin. Semoga kita bisa mendirikan shalat, sebagai tiang, yang tidak boleh bergeser, justru aktivitas kita yang waktunya menyesuaikan jadwal shalat. Semoga hidup kita menjadi lebih baik dengan disiplin. Semoga Allah memberkahi hidup kita. Aamiin.

Allahua'lam.

12 Mei 2019 | 7 Ramadhan 1440H

[1] http://www.ibnukatsironline.com/2015/10/tafsir-surat-al-jumuah-ayat-9-10.html

#refleksiramadhan #quranjournal #betterword

***

Keterangan: Tulisan Ramadhan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.

Tuesday, May 5, 2020

QJ Ramadhan #4: Keberanian Untuk Memaafkan

May 05, 2020 0 Comments
Bismillah.
#quranjurnal

وَٱلَّذِينَ إِذَآ أَصَابَهُمُ ٱلْبَغْىُ هُمْ يَنتَصِرُونَ

Dan ( bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan zalim mereka membela diri. [Surat Asy-Syura (42) ayat 39]

وَجَزَٰٓؤُا۟ سَيِّئَةٍۢ سَيِّئَةٌۭ مِّثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّهُۥ لَا يُحِبُّ ٱلظَّـٰلِمِينَ

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim. [Surat Asy-Syura (42) ayat 40]

***



Saya akan menulis quran journaling hari ini agak berbeda dengan sebelumnya. Tema quran journaling hari ketiga tentang courage (keberanian). Ayat yang dipilih adalah Asy-Syura ayat 39 dan 40. Sumber referensi yang dibagikan oleh Tim Quran Journaling Indonesia adalah berikut ini:

• Tafsir Al-Misbah: https://www.youtube.com/watch?v=KKK5oeEmff4
• Tafsir Ibnu Katsir: http://www.ibnukatsironline.com/tafsir-asy-syura dan http://www.ibnukatsironline.com/tafsir-asy-syura-ayat-
• Five Great Lessons From The Sunnah About True Courage
(artikel) https://www.onepathnetwork.com/five-great-lessons-from-the
• Kesabaran Sumaiyyah dalam Mempertahankan Iman (Wanita Pertama yang Syahid dalam Isla (artikel) https://kisahmuslim.com/932-kesabaran-sumaiyyah-dalam-mempertahankan-

Awalnya saya membuka dari referensi paling bawah, kisah tentang syahidah pertama Sumayyah radhiyallahu anha. Kemudian tentang 5 pelajaran keberanian dari hadits, meliputi keberanian dalam teguh beriman, keberanian menyatakan kebenaran, keberanian untuk mengontrol amarah diri, keberanian untuk menerima cobaan dan kegagalan, serta keberanian menghindari penyesalan. Di kepala saya, saya berpikir untuk memfokuskan menulis journal quran hari ini tentang keberanian untuk memaafkan, meski kita berhak dan memilliki untuk membalas. Tapi referensi diatasnya (tafsir Ibnu Katsir) mengubah rencana itu. Dari pada langsung fokus pada ayat 39 dan 40, saya ingin mundur ke belakang dan melihat dua ayat itu dari gambar besarnya terlebih dahulu.

Dua link tafsir Ibnu Katsir online membahas tentang ayat 36-43. Delapan ayat yang berkesinambungan, dan menarik untuk dicatat insight darinya. Ayat 36 membahas tentang dua nikmat, nikmat dunia yang sejak janin kita merasakannya, dan nikmat akhirat. Dan Allah memberitahu kita bahwa nikmat di sisi-Nya, jauh lebih baik dan lebih kekal. Nikmat di dunia, Allah berikan kepada semua makhluknya, tumbuhan, hewan, manusia (kafir, muslim, munafik). Namun nikmat akhirat, yang lebih baik dan lebih kekal, hanya diperuntukkan untuk orang-orang beriman. Orang beriman yang seperti apa? Allah jelaskan lebih detail kriterianya.

Lilladzina amanu wa 'ala rabbihim yatawakkalun, bagi orang-orang yang beriman, yang hanya bertawakkal pada Rabbnya. (ayat 36)

Walladzina yajtanibuna kabaa-iral itsmi wal fawahisy, dan orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji (ayat 37)

Wa idza ma ghadibuhum yaghfirun, yang ketika mereka marah, mereka segera memberi maaf. Kata yaghfirun segera dirangkai tanpa 'tsumma', artinya mereka tidak menunda-nunda memberi maaf. Mereka tidak membiarkan hatinya terkotori dengan perasaan amarah yang berlarut-larut apalai rasa dendam. (ayat 37)

Walladzinastajabu lirabbihim, dan orang-orang yang menjawab seruan tuhannya. Saat Allah berfirman dalam quran, "Ya ayyuhalladzina amanu", mereka menjawab "sami'na wa atha'na". Kami mendengar, dan kami taat. (ayat 38)

Wa aqamusholah, dan mendirikan shalat (ayat 38)

Wa amruhum syura bainahum, dan menyelesaikan urusan dengan musyawarah diantara mereka (ayat 38)

Wa mimma razaqnahum yunfiqun, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka (ayat 38)

Kemudian kita masuk ke ayat 39 dan 40.

Walladzina idza ashobahumul badghyuhum yantashirun, dan orang-orang yang apabila mereka dizhalimi, mereka membela diri. (ayat 39) Allah membolehkan, bahkan memerintahkan kita untuk membela diri jika dizhalimi.

Ayat 40 menjelaskan, bahwa Allah memperbolehkan kita membalas sebuah kezhaliman dengan hal yang setimpal. Allah mensyariatkan qishash, karena Allah Maha Adil.

"Maka keseimbangan merupakan hal yang disyariatkan, yaitu hukum qisas, sedangkan yang lebih utama daripada itu hanyalah dianjurkan, yaitu memaafkan seperti yang disebutkan pula dalam ayat yang lain melalui firman Allah Swt.:

{وَالْجُرُوحَ قِصَاصٌ فَمَنْ تَصَدَّقَ بِهِ فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ}
dan luka-luka (pun) ada qisasnya. Barang siapa yang melepaskan (hak qisas) nya, maka melepaskan hak itu (menjadi) penebus dosa baginya. (Al-Maidah: 45)" [1]

Faman 'afa wa aslaha fa ajruhu 'alallah, barangsiapa yang memaafkan, dan berbuat baik, maka pahalanya dari Allah. (Ayat 40)

Innahu la yuhibbu dzalimin, dan Dia tidak menyukai orang-orang zhalim. (Ayat 40) Allah tidak menyukai orang-orang yang mendzalimi kita, dan kita boleh membalas dengan hal yang setimpal. Namun Allah mencintai orang-orang yang pemaaf. Bahkan kata "maaf" disebut dua kali, yang pertama saat marah, kemudian segera memaafkan (yaghfirun), sedangkan yang kedua, didzalimi, boleh dan bisa membalas, namun memilih memaafkan ('afaa) dan berbuat baik. Jika sebelumnya (ayat 37) memaafkan dengan menutup kesalahan orang yang membuat kita marah. Kali ini lebih berat lagi, lebih membutuhkan keberanian dan dada yang lapang. Karena yang berikutnya memaafkan seolah tidak pernah didzalimi, faman 'afa wa aslaha fa ajruhu 'alallah.

Karena memaafkan adalah sebuah keberanian, sebuah hal yang tidak mudah, Allah menjanjikan pahala dariNya, yang artinya besar dan banyaknya terserah Allah. Baik itu penebus dosa, penghapus dosa kita, maupun kemuliaan dari-Nya.

"وَمَا زَادَ اللَّهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ إِلَّا عِزًّا"

Tidak sekali-kali Allah memberi tambahan kepada seseorang hamba dengan sifat pemaaf, melainkan kemuliaanlah (yang diperolehnya). [1]

***

Bulan Ramadhan, kita disarankan membaca doa memohon ampunan dan maaf-Nya. Allahumma innaka affuwun, tuhibbul afwa fa'fuanna. Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi maaf, Engkau suka memberi maaf, maka maafkanlah kami. Seperti besarnya kita berharap maaf dari Allah, mari berdoa juga, semoga Allah berikan kita keberanian untuk memaafkan kezhaliman orang lain. Seperti Nabi Yusuf kepada saudara-saudaranya. Karena kita tahu dan yakin, bahwa Allah akan memberikan pahala atas maaf kita. Fa ajruhu 'alallah.

Semoga Allah menjadikan kita bagian dari orang-orang yang merasakan kenikmatan di sisi-Nya, kenikmatan akhirat yang lebih baik dan lebih kekal dari kenikmatan dunia. Semoga Allah memberikan kita keberanian untuk memaafkan, meskipun kita berhak dan bisa untuk membalas kejahatan. Semoga Allah memaafkan dosa-dosa kita. Allahumma innaka affuwun, tuhibbul afwa fa'fuanna. Aamiin.

Wallahua'lam bishowab.

9 Mei 2019 | 4 Ramadhan 1440H **postingnya jam 10 Mei jam 00.14

[1] hhttp://www.ibnukatsironline.com/

#quranjournal #refleksiramadhan #betterword

***

Keterangan: Tulisan Ramadhan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.

Saturday, May 2, 2020

QJ Ramadhan #3: Salam; Pengikat Kasih

May 02, 2020 0 Comments
Bismillah.
#quranjurnal



وَإِذَا حُيِّيتُم بِتَحِيَّةٍۢ فَحَيُّوا۟ بِأَحْسَنَ مِنْهَآ أَوْ رُدُّوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ حَسِيبًا

Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu. [Surat An-Nisa (4) ayat 86]

***

Akhir Mei kemarin qadarullah handphone saya bermasalah, padahal saya tergabung di sebuah kepanitian projek Ramadhan, dan rencananya hendak menjadi CP. Saya akhirnya menghubungi teman dekat saya melalui messenger Facebook, memberitahukan kondisinya, dan mengundurkan diri sebagai CP, namun masih bisa berkontribusi dalam tugas lain.

Beberapa waktu kemudian saya membaca screenshoot chat, respon teman-teman satu tim yang kebanyakan baru kenal di udara (*online). Banyak yang mendoakan, dan titip salam. Ya, sesederhana titip salam, tapi lewat salam tersebut, saya merasa disayangi.

Benar sabda Rasulullah shalallahu 'alaihi wasalam [1],

«وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، لَا تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلَا تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا أفلا أَدُلُّكُمْ عَلَى أمر إِذَا فَعَلْتُمُوهُ تَحَابَبْتُمْ ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ »
Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, kalian tidak dapat masuk surga sebelum beriman, dan kalian belum beriman sebelum saling mengasihi. Maukah aku tunjukkan kalian kepada suatu perkara; apabila kalian melakukannya, niscaya kalian akan saling mengasihi, yaitu: "Tebarkanlah salam di antara kalian."

Al Quran surat An Nisa ayat 86 memberitahu kita anjuran untuk memberikan penghormatan lebih dari yang kita terima. Saat ada saudara seiman yang mengucapkan, "Assalamua'alaikum", wajib bagi kita menjawab, "Wa'alaikumsalam", dan dianjurkan menambahkannya, melengkapinya menjadi, "Wa 'alaikumussalam warahmatullah" atau "wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh".

Salam adalah pengikat kasih, ketika kita menebar salam, artinya kita mendoakan keselamatan orang tersebut, juga agar ia dirahmati dan diberikan kebarakahan oleh Allah. Dan tidaklah kita mendoakan seseorang kebaikan melainkan karena kita peduli, sayang dan menginginkan kebaikan untuknya.

***

Ayat ini mengingatkan saya lagi, tentang pentingnya memberikan penghormatan (salam) dan menjawabnya dengan penghormatan yang lebih baik. Saat kita dirumah, dan keluarga kita baru pulang, kemudian mengucap salam, kita bukan sekedar asal menjawab, namun menjawab dengan yang lebih baik. Dengan ucapan, raut muka dan sikap yang menyambut. Saat kita bertemu dengan sesama muslim, baik yang dikenal maupun tidak, saat menunggu pengajian dimulai, ucapkan salam dan berjabat tanganlah dengan mereka yang duduk di kanan kiri kita.

Ayat ini juga mengingatkan saya kembali, saat saya terkesima dengan 'ukhuwah islam', dan merasa beruntung diberikan nikmat iman, islam serta saudara seiman yang ikatannya kuat dan lembut. Saat itu pertama kali merantau, namun meski kota tersebut asing, namun lewat salam saya bertemu wajah-wajah asing, namun ramah, seolah bukan pertama kali kami bertemu.

Terakhir, ada sebuah kutipan yang saya ingat saat menulis ini. Masih tentang salam, sang pengikat kasih.

When I say "assalamu'alaikum," and you said "wa'alaikumussalam" to me, then we actually made an open declaration that there's no grudge, animosity, hatred, or anxiety between us. And that we only wish peace from Allah upon each other. - Nouman Ali Khan.

Allahua'lam.

8 Mei 2019 | 3 Ramadhan 1440H
#quranjournal #refleksiramadhan #betterword


[1] dari http://www.ibnukatsironline.com/2015/05/tafsir-surat-nisa-ayat-84-87.html


***

Keterangan: Tulisan Ramadhan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.

Monday, April 27, 2020

QJ Ramadhan #2: Iri Hati; Pencuri Kebahagiaan

April 27, 2020 0 Comments
Bismillah.
#quranjurnal


وَلَا تَتَمَنَّوْا۟ مَا فَضَّلَ ٱللَّهُ بِهِۦ بَعْضَكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍۢ ۚ لِّلرِّجَالِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبُوا۟ ۖ وَلِلنِّسَآءِ نَصِيبٌۭ مِّمَّا ٱكْتَسَبْنَ ۚ وَسْـَٔلُوا۟ ٱللَّهَ مِن فَضْلِهِۦٓ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًۭا

Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang dikaruniakan Allah kepada sebahagian kamu lebih banyak dari sebahagian yang lain. (Karena) bagi orang laki-laki ada bahagian dari pada apa yang mereka usahakan, dan bagi para wanita (pun) ada bahagian dari apa yang mereka usahakan, dan mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. [Surat An-Nisa (4) ayat 32]

***

Merasa hidup tidak bahagia? Rasanya, setiap hari ada saja yang kurang, ada saja yang membuat sedih, kesal, kecewa dan ingin mengeluh. Bisa jadi, alasan kita saat ini sering tidak bahagia, karena kita berteman dengan pencuri kebahagiaan, atau lebih parah lagi, kita hidup bersamanya. Namanya, iri hati, pekerjaannya mencuri kebahagiaan. Hobinya berangan-angan terhadap apa yang tidak dimiliki diri, namun dimiliki orang lain.


Ayat An Nisaa ayat 32 berbicara tentang salah satu penyakit hati, yang bisa membuat hidup kita tidak bahagia. Allah menurunkan ayat ini, setelah salah seorang sahabiyah bertanya kepada Rasululllah tentang perbedaan laki-laki dan perempuan. Ia ingin juga pergi berjihad dan meraih syahid. Namun ia bukan laki-laki yang diwajibkan berjihad. Lalu dengan ayat ini, Allah menjawab perasaan yang mengusik hati manusia, saat melihat ada hal yang tidak kita miliki, namun orang diberikan karunia tersebut.

Sebuah ayat, yang seharusnya juga menjawab perasaan kita, yang terkadang merasa risih saat melihat karunia yang didapatkan orang lain, entah itu tentang studi, pasangan, keluarga, harta, bahkan juga tentang amal orang lain.

Asbabun nuzul ayat ini mengingatkan perasaan saya saat masih belum menerima fitrah perempuan yang setiap bulan harus kedatangan tamu. Terutama, saat kondisi iman butuh asupan, ingin shalat, tapi tidak boleh. Momen-momen itu selalu jadi momen curhat ke ibu, terutama saat pertama kali merantau. Kesibukan mahasiswa baru, homesick, membuat kondisi badan stress, datang bulan menjadi tidak teratur. Emosi mudah meluap-luap karena efek hormon. Rasanya sakit, iman yang rasanya anjlok, pokoknya tidak karuan. Tapi suara ibu diujung telpon berulang menghibur saya. Bahwa hal itu sudah fitrah, bahwa Allah Maha Adil, Allah tidak pernah menginginkan hambaNya keburukan.

Sampai perlahan saya mulai belajar menerima fitrah, bahwa Allah memang melebihkan perempuan dalam hal berbeda, seperti Allah melebihkan laki-laki. Jika jihadnya laki-laki adalah pergi berperang di medan perang, perempuan punya medan jihadnya tersendiri. Perempuan "berjihad" dirumahnya dengan ketaatan kepada suami, atau kepada orangtua (jika ia belum menikah), juga saat ia berjuang melahirkan anak, yang juga bisa mengantarkannya pada mati syahid.

Seperti Allah memberikan karunia berbeda pada laki-laki dan perempuan, begitu pula secara individu. Setiap orang memiliki keunikan tersendiri, jalan hidupnya, rezekinya, potensi dan bakatnya. Dan perbedaan itu bukan diciptakan untuk mengisi hati dengan perasaan iri. Bukan. Allah sudah berfirman, wala tatamannau. Ketika Allah melarang kita akan sesuatu, artinya ada kemudharatan yang dibawa hal tersebut. Iri hati dapat menjadikan kita kufur nikmat, hidup kita pun menjadi tidak bahagia, karena kita sibuk berandai-andai dan menyalahkan keadaan.

Allah memberikan kelebihan karunia atas satu sama lain, salah satunya agar kita berusaha dan berdoa.

Allah Maha Adil, saat kita bekerja, dan berusaha untuk mendapatkan sesuatu, tidak akan menyia-nyiakan usaha kita. Hasilnya memang Allah yang menentukan, namun apapun yang kita dapatkan, in syaa Allah yang terbaik untuk kita. Ilmu kita terbatas, sedangkan Allah tahu apa yang lebih baik untuk kita, baik untuk dunia dan akhirat kita.

Allah juga dekat, dan Maha Mendengar. Bukan perasaan iri yang harus kita pupuk saat melihat kelebihan orang lain. Melainkan berdoa, dan meminta padaNya. Sesungguhnya Allah menyukai bila hambaNya meminta padaNya. Saat kita berdoa dan meminta padaNya, kita merendahkan diri di hadapanNya. Kita memohon agar hati kita tidak terjangkit iri hati. Kita juga mengakui bahwa kita manusia yang memiliki banyak keinginan. Dan sedikit usaha kita, mungkin tidak akan mengantarkan kita pada hasil, kalau bukan atas pertolongannya.

Ramadhan adalah bulan yang tepat untuk menilik hati dan membersihkannya dari kotoran iri. Ramadhan juga bulan yang sangat istimewa untuk berdoa. Karena tepat setelah ayat tentang Ramadhan, Allah berfirman bahwa IA dekat, dan IA mengabulkan doa orang-orang yang berdoa.

Ya Allah, jika hatiku mati, maka hidupkanlah kembali. Jika hatiku dipenuhi penyakit hati (iri, hasad, ujub, dll) makan sembuhkanlah hatiku. Ya Mujibul Du'a, kabulkanlah doa-doa kami, baik berupa keinginan-keinginan kecil maupun cita-cita besar yang terlihat terlalu tinggi untuk diwujudkan. Engkau Maha Mengetahui, maka berikanlah yang terbaik untuk dunia akhirat hamba. Ampuni dosa-dosaku, dan lindungi hamba dari panasnya api neraka. Aamiin.

Allahua'lam.

***

7 Mei 2019 | 2 Ramadhan 1440H

#quranjournal #refleksiramadhan #betterword

***

Keterangan : Tulisan Ramadhan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.

Friday, April 24, 2020

QJ Ramadhan #1: Takwa; Tujuan Puasa

April 24, 2020 0 Comments
Bismillah.

#quranjurnal





يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,

أَيَّامًۭا مَّعْدُودَٰتٍۢ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍۢ فَعِدَّةٌۭ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌۭ طَعَامُ مِسْكِينٍۢ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًۭا فَهُوَ خَيْرٌۭ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.

(QS Al Baqarah ayat 183-184)

***

Bismillah.

Syariat puasa diperintahkan kepada kaum sebelum kita, dengan tujuan yang sama, agar ketakwaan meningkat. Kaum sebelumnya gagal mencapai tujuan dari puasa, kini giliran kita diperintahkan untuk berpuasa untuk mencapai tujuan yang sama, taqwa. Perlu kita garisbawahi tujuan puasa, jangan sampai kita berpuasa hanya menggenapkan hari dan mendapatkan lapar dan haus saja.

Takwa itu apa? Beberapa menerjemahkan takwa sebagai takut kepada Allah.

Menurut Ustadz Nouman takwa juga berarti perlindungan.

Taqwa comes from the word wiqaya. Wiqaya actually means protection. Taqwa is similiar to ittiqa, to seek protection, to try to protect yourself. 

Perlindungan dari apa? Perlindungan dari godaan setan.

Ibarat menjadi polisi atau tentara perlu training dan latihan, puasa adalah bentuk penjagaan kita, untuk berlatih agar bisa bertahan dari serangan setan.

Bulan Ramadhan di-setting sedemikian rupa agar kita bisa berlatih memperkuat kemampuan hati kita.  Saat kita berpuasa tubuh kita melemah, syahwat kita pun demikian. Saat kita puasa, hati berlatih untuk mengatur anggota badan. Bahwa meski tenggorokan haus, hati memegang kuasa untuk menyuruhnya tidak minum, hingga adzan magrib, waktu berbuka. Dan ini bukan hanya sekedar tentang lapar dan haus, tapi juga kegiatan lain yang tidak bermanfaat atau justru berbahaya bagi iman kita. Saat lisan kita ingin ghibah, atau membicarakan orang lain, hati kita berlatih untuk mengingatkannya, dan menahannya. Bahwa ini bulan suci Ramadhan, harusnya kita isi dengan amalan agar mendapat pahala berlipat dan ampunan. Hati kita juga yang berlatih memberikan instruksi agar segera ke masjid saat adzan berkumandang.

Selain itu, puasa yang baik seharusnya meningkatkan awareness kita, bahwa Allah dekat, Maha Melihat dan Maha Mengetahui. Saat tidak ada orang, kita bisa saja mencuri-curi makan atau minum. Namun kita tidak melakukannya karena kita sadar bahwa Allah itu dekat, selalu dekat.

When you know someone is near, you act differently. When you know the police officer is near, you act differently. When you know your boss is near, you act differently. When you know the teacher is near, you act differently. When you know your mother is there, you talk differently to your friends. When your realize Allah is near, you will become different forever. Cause He's always near. - Nouman Ali Khan

Ayat 184 menjelaskan syariat puasa hanya beberapa hari (ayyamam ma'dudat). Selain itu Allah juga memaklumkan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, dengan cara menggantinya di hari yang lain. Bahkan yang tidak berpuasa karena tidak mampu secara fisik (lansia) dapat mengganti dengan membayar fidyah (memberi makan orang miskin). Ayat ini menggambarkan bahwa Allah tidak menginginkan kesukaran untuk kita. Allah mengerti kita sebagai manusia memiliki banyak kekurangan dan keterbatasan.

Dua ayat ini, mengingatkan saya agar mengecek ulang kualitas puasa, apakah masih sekedar menahan haus dan lapar, atau sudah bisa dijadikan cara agar tercapai takwa, serta meningkatnya perasaan diawasi olehNya. Kalau puasa sekedar menahan haus dan lapar, anak kecil juga bisa. Tapi kita berharap, puasa dapat meningkatkan ketakwaan kita.

Semoga Allah memudahkan kita menjalani ibadah di bulan Ramadhan, semoga amal ibadah kita diterima, pahala berlipat dapat kita kantungi dan ampunan-Nya membersihkan dosa-dosa kita. Semoga kelak, saat Ramadhan berakhir, kita termasuk orang-orang yang mendapatkan takwa. Aamiin.

Allahua'lam bishowab.

***

6 Mei 2019 | 1 Ramadhan 1440H

#quranjournal #refleksiramadhan  #betterword

***

Keterangan : Tulisan Ramadhan tahun lalu, dari facebook pribadi khusus Ramadhan.

Friday, August 9, 2019

QJ Hajj Day 4: Bakkah; Mekah

August 09, 2019 0 Comments
Bismillah.
#quranjournal

إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍۢ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِى بِبَكَّةَ مُبَارَكًۭا وَهُدًۭى لِّلْعَـٰلَمِينَ

Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadat) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.
[Surat Ali-Imran (3) ayat 96]

فِيهِ ءَايَـٰتٌۢ بَيِّنَـٰتٌۭ مَّقَامُ إِبْرَٰهِيمَ ۖ وَمَن دَخَلَهُۥ كَانَ ءَامِنًۭا ۗ وَلِلَّهِ عَلَى ٱلنَّاسِ حِجُّ ٱلْبَيْتِ مَنِ ٱسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًۭا ۚ وَمَن كَفَرَ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَنِىٌّ عَنِ ٱلْعَـٰلَمِينَ

Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah. Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.
[Surat Ali-Imran (3) ayat 97]

***

Ayat 96.

Dijelaskan di Tafsir Jalalain, yang pertama dibangun sebagai rumah tempat ibadah di muka bumi adalah yang terdapat di Bakkah (nama lain Mekah). Dinamakan demikian karena Ka'bah mematahkan leher orang-orang yang durhaka lagi aniaya.

Baitullah ini dibina oleh malaikat sebelum diciptakannya Adam dan setelah itu baru dibangun Masjid Al Aqsa. Jarak waktu dibangunnya baitullah di mekah dan masjidil Aqsa adalah 40 tahun (berdasarkan dua hadis sahih).

Pada hadits lain disebutkan pula bahwa Ka'bah-lah yang mula-mula muncul di permukaan air ketika langit dan bumi ini diciptakan sebagai buih yang putih. Maka dihamparkanlah dari bawahnya. Tanah tersebut diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia. Petunjuk di sini, karena ka'bah adalah kiblatnya manusia.

Ayat 97.

Masih dari Tafsir Jalalain. Allah menyebutkan bahwa di baitullah terdapat tanda-tanda nyata, diantaranya maqam ibrahim. Yang dimaksud maqam Ibrahim adalah tempat berpijaknya Ibrahim ketika membangun baitullah. Kedua telapak kakinya meninggalkan bekas padanya sampai sekarang, dan akan tetap sepanjang zaman walaupun pemerintahan yang berkuasa sudah silih berganti.

Tanda/ayat agungnya baitullah yang lain adalah dilipatkannya pahala kebaikan bagi yang shalat di dalamnya dan burung tidak dapat terbang diatas ka'bah. Dan barangsiapa yang masuk ke dalamnya, ia aman, artinya bebas dari ancaman pembunuhan, keaniayaan, dll. 

Ibadah haji merupakan kewajiban bagi yang sanggup. Oleh Nabi shalallahu 'alai wa sallam ditafsirkan yang diwajibkan adalah yang memiliki kendaraan dan bekal untuk beribadah haji. 

Barang siapa yang kafir terhadap Allah atau terhadap kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya terhadap seluruh alam. Artinya Allah tidak memerlukan manusia, jin dan malaikat serta amal ibadah mereka.

***

Ayat 96 dan 97 surat Ali Imran bicara tentang baitullah di Mekah dan ibadah haji. Sebagai manusia, normal untuk kita penasaran, ingin tahu terhadap sesuatu. Termasuk tentang mekah, kenapa kita berkiblat ke Mekah? Karena perintah Allah! Ya, itu benar. Tapi kalau kita membaca quran lebih teliti, dan mempelajarinya, ternyata Allah juga memberikan tanda-tanda, ayat-ayat mengapa dipilih baitullah di mekah. Ada yang bisa review? Jadi, mengapa kita shalat menghadap baitullah di mekah? (1) karena itu perintah Allah (2) karena di sana merupakan tempat ibadah pertama yang di bangun (3) di sana terdapat maqam ibrahim, siapa Ibrahim? Bapaknya para Nabi. Yang berdoa dan jawaban doanya adalah diutusnya Rasulullah dan Al Quran (4) dan ketika manusia memasukinya, ia akan aman. Baitullah di Mekkah itu ibarat safe zone bagi manusia. Bahkan ketika akhir zaman nanti… *aku ga begitu ingat detailnya, tapi nanti… akan ada saat tidak ada tempat di belahan bumi yang aman kecuali Mekkah dan Madinah.

Trus di akhir ayat 96, pengingat banget… ketika Allah sudah menentukan suatu hal wajib, entah itu haji, menutup aurat, shalat lima waktu, zakat, puasa di bulan Ramadhan, apapun itu yang wajib.. Ketika ada manusia yang mengingkarinya, kufur terhadap kewajiban itu, sungguh Allah Maha Kaya. Fa innallaha ghaniyyun 'anil 'alamin. Allah ga butuh shalat kita, zakat kita, puasa kita, haji kita. Allah ga membutuhkan ibadah kita. Sesungguhnya justru kita yang sangat amat butuh Allah, kita yang butuh terus mengingat Allah, maka Allah syariatkan shalat lima waktu. TT

Bahkan disebutkan di Ath Thaghabun, bahwa kita mendengarkannya, kita taat dan kita berinfak itu.. Untuk kebaikan diri kita sendiri. Fattaqullaha mastatha'tum wasma'u wa athi'u wa anfiqu khairalli anfusikum.

Wasma'u wa athi'u wa anfiqu, and listen and obey and spend, khairan li anfusikum, all of that is good for yourself. That's good for you. Listening is good for you, this right now, what are you doing? Listening, It's good for you. But after listening, what you have to do? Obeying, that's good for you. And then, you have to spend up on it. You have youth which means you have time, spend up on your time. Your parents they have money, spend up on your money. You have talents, spend up on your talent. And all of that you would do for whose good? Your own good. Allah doesn't benefit, you benefit. 
Nouman Ali Khan, Quran For Young Adults Day 9

Semoga Allah mudahkan kita untuk memenuhi kewajiban kita, dan meninggalkan larangan-Nya. Semoga Allah tetapkan hati kita pada din-Nya. Aamiin.

Allahua'lam bishowab.

***

Keterangan: In syaa Allah kedepannya ngikutin jadwal dari QJ Challange di bawah ini. Semoga bisa rampung.



Struktur QJ-nya: (1) Ayat dan arti dari lafzi (2) keterangan penjelasan dari tafsir jalalain (3) trus tambahan tulisan dari penulis. Setiap bagian dipisah dengan "bintang tiga" J.

Kalau ada yang salah, jangan sungkan untuk mengoreksi. Masih belajar.

QJ Hajj Day 3: Segenap Penjuru Menjawab Seruan-Nya

August 09, 2019 0 Comments
Bismillah.
#quranjournal

وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًۭا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍۢ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍۢ

Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,
[Surat Al-Hajj (22) ayat 27]

***

Dalam Tafsir Al Jalalain dijelaskan, bahwa Allah memerintahkan agar menyeru manusia untuk mengerjakan haji. Kemudian Nabi Ibrahim naik ke puncak bukit Abu Qubais, lalu ia berseru, "Hai manusia! Sesungguhnya Rabb kalian telah membangun Baitullah dan Dia telah mewajibkan kalian untuk melakukan haji, maka sambutlah seruan Rabb kalian ini." Lalu Nabi Ibrahim menolehkan wajahnya ke kanan dan ke kiri serta ke arah Timur dan ke arah Barat. Maka menjawablah semua orang yang telah ditentukan baginya dapat berhaji dari tulang-tulang sulbi kaum lelaki dan rahim-rahim kaum wanita, seraya mengatakan, "Labbaik allaahumma Labbaika", artinya: Ya Allah, kami penuhi panggilan-Mu, Ya Allah, kami penuhi panggilan-Mu.

Kemudian, dari seruan itu, mereka datang kepadamu dengan berjalan kaki. Lafal Rijaalan adalah bentuk jamak dari lafal Raajilun; artinya laki-laki, wazannya sama dengan lafa Qaaimun yang bentuk jamaknya adalah Qiyaamun; artinya berjalan kaki. Dan dengan mengendarai unta yang kurus, mengapa disebutkan unta yang kurus? Karena lamanya perjalanan. Lafal Dhamirin (unta yang kurus) mencakup unta jantan maupun betina. Mereka (orang-orang yang memenuhi seruan haji) datang dari segenap penjuru yang jauh.

***

Ayat ini mengingatkanku bahwa mekkah merupakan tempat beribadah yang selalu ramai. Allah mengundang orang-orang terpilih untuk berhaji. Dan hatinya yang diundang Allah, akan menemukan jalan menuju baitullah. Baik itu dengan jalan kaki, naik pesawat, naik kapal. Ayat ini mengingatkanku kisah hamba yang terkenal di langit namun tidak dikenal di bumi, yang menggendong ibunya dari Yaman menuju Mekkah. Keinginannya untuk memenuhi permintaan ibunya membuat ia berlatih menggendong anak sapi, berhari-hari, dari kondisi anak sapi masih 'kecil' sampai beratnya bertambah dan bertambah.

Ayat ini juga mengingatkanku sebuah kisah di facebook yang baru-baru ini saya baca. Tentang seorang muslim di ghana, sebelumnya ia tinggal di desa yang melarangnya untuk shalat, kemudian ia berhijrah, kemudian ia menjalani hidup sebagai petani. Sampai ketika sebuah drone milik wartawan Turki jatuh di sekitar rumahnya. Saat wartawan tersebut menemukannya, dan ia mengembalikan drone tersebut, ia bertanya apakah ada yang lebih besar, agar ia bisa pergi haji. Wartawan tersebut mengabadikan foto laki-laki tersebut, dan menjadi berita, sampai akhirnya pemerintah Turki memberangkatkan laki-laki itu untuk naik haji. Sungguh rezeki yang tidak diguga, seperti janji Allah di salah satu ayatNya untuk orang yang bertakwa. Wayarzuqhu min haitsu la yahtasib. 

Ayat ini juga mengingatkanku peristiwa tahun gajah? Apa hubungannya? Karena Allah menyeru manusia untuk berhaji, dan banyak orang yang mendatangi baitullah untuk thawaf. Melihat itu, salah seorang raja ingin juga membuat tandingan rumah peribadatan. Tapi ternyata tidak mungkin bisa manandingi baitullah di mekkah. Oh ya, detail cerita ini juga aku dapatkan dari video animasi dari channel yang sama kaya sebelumnya.


Seperti yang digambarkan di ayat ini, kalau kita melihat dokumentasi haji, kita akan melihat begitu banyak orang dari segala penjuru datang dan berthawaf bersama. Lintas negara, lintas ras, lintas bahasa, semuanya datang memenuhi undangan Allah ^^

Menulis ini jadi membuatku merindukan baitullah, harapan untuk ke sana mengufuk kembali. Kalau tidak menulis ini, mungkin aku lupa tentang impian dan keinginan tersebut. Kadang memang begitu, menjadi manusia artinya menjadi makhluk pelupa. Kesibukan sering membuat kita hanya menjalani rutinitas saja. Lupa bahwa ada banyak mimpi yang masih belum terwujud, ada visi yang dituju. Kadang kita lupa mana yang merupakan distraksi yang harus diabaikan. Harus sering-sering membaca quran memang, bukan sekedar membaca lafalnya saja, tapi juga mempelajari dan merenunginya.
"This is the gift of Qur'an. It puts things in perspective, it gives us a sense of priority. What should I worry about and what shouldn't I worry about. What should I make a big deal of in my life, and what can I maybe take to the side, and I can work on it, little by little." - Nouman Ali Khan, Revive Your Heart
Semoga Allah menjadikan kita mencintai Al Quran, sehingga kita menikmati setiap interaksi dengan quran, baik tilawahnya, menghafalnya, mempelajari bahasanya, maupun saat merenungi hikmah di setiap ayat-ayatNya. Aamiin.

Allahua'lam.

***

Keterangan: In syaa Allah kedepannya ngikutin jadwal dari QJ Challange di bawah ini. Semoga bisa rampung.



Struktur QJ-nya: (1) Ayat dan arti dari lafzi (2) keterangan penjelasan dari tafsir jalalain (3) trus tambahan tulisan dari penulis. Setiap bagian dipisah dengan "bintang tiga" J.

Kalau ada yang salah, jangan sungkan untuk mengoreksi. Masih belajar.

QJ Hajj Day 2: Baitullah

August 09, 2019 0 Comments
Bismillah.
#quranjournal

وَإِذْ بَوَّأْنَا لِإِبْرَٰهِيمَ مَكَانَ ٱلْبَيْتِ أَن لَّا تُشْرِكْ بِى شَيْـًۭٔا وَطَهِّرْ بَيْتِىَ لِلطَّآئِفِينَ وَٱلْقَآئِمِينَ وَٱلرُّكَّعِ ٱلسُّجُودِ

Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud.
[Surat Al-Hajj (22) ayat 26]

***

Disebutkan dalam Tafsir Jalalain, bahwa Allah menerangkan Nabi Ibrahim 'alaihisalam tentang tempat Baitullah dan memerintahkan untuk membangunnya kembali karena sebelumnya Baitullah diangkat saat zaman banjir besar (zamannya Nabi Nuh).

Allah juga memerintahkan agar tidak menyekutukan-Nya, serta mensucikan baitullah dari berhala-berhala, bagi orang-orang yang tawaf, orang-orang yang bermukim (tinggal di sekitarnya) dan orang-orang yang rukuk dan sujud.

Rukka'is-sujuud adalah bentuk jamak dari kata raaki 'iin dan saajidin, maksudnya adalah orang-orang yang shalat.

***

Membaca ayat ini mengingatkanku sebuah video animasi yang informatif tentang baitullah. Di sana disebutkan bahwa baitullah di mekah merupakan tempat ibadah pertama manusia. Sejarah saat Nabi Ibrahim dan Ismail membangunnya, serta tentang batu hajar aswad, yang diturunkan dari langit, tadinya berwarna putih namun kemudian menghitam karena dosa-dosa manusia. Juga sejarah tokoh yang pertama kali berhala ke baitullah, hingga kemudian menumpuk ratusan berhala sampai kemudian Rasulullah diutus, dan ratusan berhala itu berhasil dihancurkan ketika peristiwa fathuh makkah.


Kita mungkin sudah hafal di luar kepala, lima pilar islam, lima rukun islam. Poin terakhirnya, Haji, bagi yang mampu. Ibadah haji merupakan bagian ibadah yang tidak bisa dipisahkan dengan islam. Kita semua berharap semoga Allah mengundang kita untuk ke rumahNya. Melaksanakan langsung runutan ibadah yang penuh historis. Kepasrahan dan ketawakalan Bunda Hajar, dalam sa-I, lari-lari kecil bolak balik dari safa ke marwah. Berkumpul di arafah, sembari teringat khutbah haji wada' Rasulullah TT Surat An Nasr yang saat itu turun, dan Abu Bakar yang menangis karena menyadari bahwa waktu Rasulullah di dunia sudah hampir habis.

Menulis jurnal quran kali ini juga mengingatkanku akan ibadah umrah yang alhamdulillah merebak. Sisi baiknya, banyak yang memilih untuk umrah, ketimbang menghabiskan uang untuk hal lain. Tapi di sisi lain, kita juga harus saling mengingatkan, supaya umrah tidak sekedar tren wisata ruhani belaka. Kita bukan sekedar bertamasya kemudian kembali disibukkan oleh kehidupan dunia. Umrah nilainya lebih dari sekedar 'wisata ruhani'.

Semoga Allah memudahkan dan memberkahi ibadah manusia-manusia terpilih yang diundang Allah untuk berhaji tahun ini. Semoga Allah memberikan kita dan keluarga kita kesempatan untuk melaksanakan ibadah haji. Allahumma aamiin.

Allahua'lam.

***

Keterangan: In syaa Allah kedepannya ngikutin jadwal dari QJ Challange di bawah ini. Semoga bisa rampung, meski mulainya terlambat.


Struktur QJ-nya: (1) Ayat dan arti dari lafzi (2) keterangan penjelasan dari tafsir jalalain (3) trus tambahan tulisan dari penulis. Setiap bagian dipisah dengan bintang tiga. Kalau ada yang salah, jangan sungkan untuk mengoreksi. Masih belajar~

Wednesday, August 7, 2019

QJ Hajj Day 1: The Moon is Beautiful

August 07, 2019 0 Comments
Bismillah.
#quranjournal


 يَسْـَٔلُونَكَ عَنِ ٱلْأَهِلَّةِ ۖ قُلْ هِىَ مَوَٰقِيتُ لِلنَّاسِ وَٱلْحَجِّ ۗ وَلَيْسَ ٱلْبِرُّ بِأَن تَأْتُوا۟ ٱلْبُيُوتَ مِن ظُهُورِهَا وَلَـٰكِنَّ ٱلْبِرَّ مَنِ ٱتَّقَىٰ ۗ وَأْتُوا۟ ٱلْبُيُوتَ مِنْ أَبْوَٰبِهَا ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; Dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. Dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.
[Surat Al-Baqarah (2) ayat 189]

***

Orang-orang bertanya tentang bulan sabit kepada Rasulullah. Kata 'ahillah' merupakan bentuk jamak dari 'hilal'. Begitu pula 'mawaaqiit' merupakan jamak dari 'miiqaat' (waktu).

Fungsi hilal/bulan sabit adalah untuk mengetahui waktu bercocok tanam, berdagang, idah wanita, berpuasa, dan haji.

Disebutkan dalam tafsir Jalalain, mawaqitu linnas, diatahafkan atau dihubungkan kepada manusia artinya untuk diketahui waktunya. Karena seandainya bulan tetap dalam keadaan sama, tentulah hal itu tidak dapat diketahui.

Bulan, pada permulaannya tampak kecil tipis kemudian terus bertambah hingga penuh dengan cahaya. Lalu kembali sebagaimana semula. Berbeda dengan matahari yang tetap. Kita bisa mengetahui waktu salah satunya dengan bulan, saat sabit, kemudian setengah, bangkok, full moon, lalu bangkok lagi, setengah, sabit lagi. Begitu, berulang fasenya.

Lalu bagian akhir ayat. Dulu ada kebiasaan di waktu ihram, memasuki rumah-rumah dari belakangnya dengan membuat lubang di belakang rumah untuk keluar masuk. Bukan lewat pintu. Hal itu biasa dilakukan dan dianggap sebagai kebaktian/kebajikan. Allah melalui ayat ini memberitahu kita, bahwa kebajikan itu bukan itu. Kebajikan adalah bertakwa kepada Allah. Orang-orang yang berbakti adalah orang yang bertakwa kepada Allah dengan tidak melanggar perintah-perintahNya. Allah kemudian menyuruh kita untuk masuk ke rumah melalui pintu baik sewaktu ihram maupun pada waktu-waktu lainnya.

Dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.

***
"The moon is beautiful"
Siapa sih yang ga suka memandangi bulan? Di zaman sekarang, saat polusi cahaya mewarnai malam, tidakkah ada yang rindu memandangi bulan? Sejak di Purwokerto, aku ngerasain banget nikmat memandang langit malam. Di Purwokerto, lebih mudah, dan sering ditemukan langit malam berhias bulan dan bintang. Beda, waktu dulu aku tinggal di bagian kota Bandung yang polusi cahayanya lumayan tinggi. Pemandangan bulan yang berubah-ubah, dari sabit, half-moon, lalu full moon menyimpan keindahan dan juga sisi misterius. Kalau mau kita perhatikan, ada begitu banyak mitos terkait bulan. Cerita atau kartun. Misal tentang kelinci yang tinggal di bulan. Atau gambar-gambar kartun, seolah bulan sabit tuh jadi tempat duduk. Nah, ayat ini menjawab misteri tentang bulan, mengapa bulan Allah ciptakan memiliki banyak bentuk, berubah sesuai waktu. Ternyata agar kita bisa mengetahui waktu-waktu, baik untuk bercocok tanam, berdagang, perhitungan idah perempuan, termasuk untuk haji. Dulu belum dibuat sistem penanggalan, belum ada jam tangan. Dulu, manusia tahu perhitungan jam dari matahari, yang terbit dan tenggelam, di ufuk timur dan barat-Nya. Allah juga menyediakan tanda untuk mengetahui hitungan hari dalam sebulan, lewat bulan di malam hari. ^^

Kita dulu belajar bedanya penanggalan berdasarkan matahari dan bulan. Kita belajar juga, mengapa satu hari di suatu tempat, jumlah jam malam-nya dan siangnya berbeda, termasuk bagaimana posisi matahari mempengaruhi musim. Kita belajar semua itu, sebagai ilmu yang kemudian tersimpan di otak. Tapi apakah cukup cuma sampai di situ? Banyak yang berhenti belajar hanya dihitung-hitungan, tapi lupa, agar ilmu bisa sampai ke hati dan mengingatkan kita pada yang Sang Pencipta. Jangan sampai kita hafal tahun-tahun berapa saja yang termasuk tahun kabisat, tapi kita lupa tidak mensyukuri bahwa semua itu Allah ciptakan untuk manusia, sebagai nikmat yang Allah berikan. Termasuk tentang bulan sabit yang merupakan membantu kita tahu mengetahui waktu, tidak berhenti disana, tapi bagaimana kita jadi tahu waktu untuk beribadah, salah satunya jadi tahu kapan masuk sepuluh hari pertama bulan dzulhijjah. Agar kita bisa memperbanyak dzikir dan amal shalih.

Bagian akhir ayat tentang definisi kebaikan/kebajikan. Manusia itu pintar mengada-ada, membuat standar kebaikan sendiri. Termasuk merasionalisasikan keburukan menjadi kebaikan. Misal kisah-kisah di film, semacam robin hood, ya, mencuri, tapi kan untuk diberikan pada yang membutuhkan. Dan hal seperti ini masih sering dipakai di film loh, meski tokohnya bukan bernama robin hood. Seolah kebajikan itu bias. Ga ada standarnya, balik ke masing-masing orang, masing-masing daerah dan negara. Dan lewat ayat ini, Allah menegaskan, bahwa kebajikan itu bukan bentukan manusia. Bukan budaya yang dilakukan berulang oleh manusia dan dianggap sebagai kebajikan, bukan. Kebajikan atau kebaikan itu adalah bertakwa kepada Allah. Dan kalau dirunut kebawah, dibuat detail, kita akan mendapati bahwa kebaikan/kebajikan itu tidak bias.

Bertakwa kepada Allah, takwa.. Bahas tentang ini memang berat sih. Tapi bisa dipelajari. Ramadhan kemarin aku baca buku Silsilah Hidayah-nya Amru Khalid, bab pertama tentang takwa. Disebutkan bahwa takwa itu tidak hanya berkaitan dengan ibadah, tapi juga muamalah / interaksi sosial. Bagaimana takwa disebutkan saat membahas tentang riba, sesuatu yang sangat sulit dihindari. Takwa juga disebutkan saat membahas tentang talak/cerai. Termasuk saat membahas tentang ghibah atau menggunjing. Perintah bertakwa berkali-kali disebutkan dalam Al Quran karena hal itu penting bagi kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang bertakwa. Aamiin.

Allahua'lam bishowab.

***

Keterangan: In syaa Allah kedepannya ngikutin jadwal dari QJ Challange di bawah ini. Semoga bisa rampung sepuluh-sepuluhnya.

Struktur QJ-nya: (1) Ayat dan arti dari lafzi (2) keterangan penjelasan dari tafsir jalalain (3) trus tambahan tulisan dari penulis. Setiap bagian dipisah dengan bintang tiga.

Kalau ada yang salah, jangan sungkan untuk mengoreksi. Masih belajar.