Bismillah.
#NukilBuku
Aku baru-baru ini melanjutkan baca buku "Yang Belum Usai" - Pijar Psikologi. Dari sana, ada satu informasi yang baru aku ketahui, ternyata afirmasi positif tidak selalu positif karena....
***
Jadi sebelumnya aku sudah sedikit banyak tahu, kalau kata-kata positif tidak selalu berdampak positif. Kata-kata "Semangat!" justru bisa buat gak semangat, atau kata "Yang sabar ya..." justru malah bisa bikin kita emosi. Terutama kalau itu datang dari orang lain, orang lain yang kita pikir sama sekali tidak tahu dan tidak mengerti apa yang kita alami/rasakan.
Sebelum bahas tentang afirmasi positif yang tidak selalu positif. Penulis menjelaskan tentang teori afirmasi.
Teori afirmasi diri ini pertama kali dikenalkan oleh Steele. Premisnya menyatakan bahwa manusia termotivasi untuk mempertahankan persepsi positif (maupun negatif) tentang diri sendiri. Maka dari itu afirmasi ini akan membantu kita untuk merasa lebih baik.
Afirmasi positif sendiri adalah kata-kata positif yang digunakan untuk menangkal pemikiran yang tidak kita pikirkan. Ini salah satu solusi untukmu yang sering terjebak dengan negative thinking. Afirmasi juga dapat membantu kita untuk membentuk identitas diri dengan cara mempertahankan harapan dan narasi tentang diri.
Nah dari buku tersebut, aku baru tahu, tentang penelitian afirmasi positif untuk dua jenis target. Oh ya, afirmasi positif ini bukan dari orang lain, tapi afirmasi positif yang dilakukan diri sendiri sambil menghadap cermin. Targetnya ada dua, orang yang punya kepercayaan diri tinggi. Dan orang yang punya kepercayaan diri rendah.
(hasil penelitian)...ternyata afirmasi positif yang dilakukan sama sekali tidak berfungsi pada individu yang memiliki rasa percaya diri yang rendah. Justru, afirmasi tersebut malah membuat mereka menjadi merasa lebih buruk.
.
.
.
Mereka (yang memiliki kepercayaan diri rendah) merasa seakan membohongi diri sendiri ketika bercemin, dan mengatakan hal berbeda dari yang ia percayai.
.
.
.
Yang paling penting adalah kalimat afirmasi harus sesuai dengan nilai personal yang kita pegang dalam melihat diri sendiri.
#daribuku "Yang Belum Usai" - Pijar Psikologi
Lalu, apa solusinya?
Going neutral before going positive
...Hal terbaik yang mungkin bisa kita lakukan adalah mengenali dan menerima perasaan negatif tersebut.
Disebutkan juga,
Dengan memilih kata-kata netral terlebih dahulu, kita tidak memaksakan diri menjadi super positif yang justru lebih sering membebani.
Afirmasi netral dapat membantu kita untuk lebih aware dengan kapasitas diri dan bersikap positif dengan bijaksana
Ada beberapa contoh kalimat afirmasi netral yang bisa dipilih yang disebutkan di buku ini.
Dari pelajaran itu, kita harus cek lagi kata-kata afirmasi positif yang ingin kita biasakan pada diri. Cek juga apa kabar rasa percaya diri kita di bagian tersebut. Setelah yakin bahwa afirmasi positif itu tidak terdengar seperti kebohongan, baru praktekkan. Tapi jika masih terdengar seperti dusta, coba direvisi menjadi kalimat afirmasi yang lebih netral.
***
Jujur aku bukan tipe yang menggunakan afirmasi positif dan praktek ngomong ke diri sendiri di kaca. Tapi apakah ada afirmasi yang sering dilakukan? Tentu saja di dalam otak, saat sedang bermonolog dengan diri. Hanya terkadang, kalimat afirmasi, baik itu positif maupun netral yang dibuat diri sendiri ada kalanya tidak cukup kuat memberi efek. Saat ini terjadi, biasanya aku memilih untuk mencari kata-kata yang lebih kuat. Kata-kata yang diabadikan dan dijamin ke-relate-an dan kekuatannya untuk menundukkan hati manusia. Ada yang tahu apa? Apa lagi kalau bukan kalamullah, ayat-ayat Al Quran.
Seperti saat kita merasa sendiri, dan tidak ada yang peduli atau mengerti diri kita.
فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
وَيَعْلَمُ مَا تُسِرُّونَ وَمَا تُعْلِنُونَ ۚ وَٱللَّهُ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ
لَا تَحْزَنْ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَنَا
كَلَّآ ۖ إِنَّ مَعِىَ رَبِّى سَيَهْدِينِ
Wallahua'lam.
***
Keterangan: Bagian tentang Afirmasi di buku "Yang Belum Usai" ditulis oleh Isnaini Rahmawati
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya