Bismillahirrahmanirrahiim..
Aku tersenyum, saat seseorang di belakangku menyebutkan namanya dengan kedua tangan tertelungkup di depan dadanya. Aku tersenyum, sedikit banyak karena ini bukan pertama kalinya aku menemukan orang ‘langka’ yang berprinsip tidak mau menyentuh kulit yang bukan mahramnya. Dan tersenyum, karena mereka.. manusia-manusia ‘langka’ itu.. menjaga prinsip mereka dengan cara yang unik. Spesial :)
Mungkin kebanyakan orang akan bertanya-tanya, heran sekaligus berpikiran ‘aneh’ pada mereka yang tidak mau berjabat tangan dengan yang bukan mahramnya. “Kenapa sih? Cuma salaman aja nggak mau?”. Pertanyaan itu yang muncul begitu saja, terkadang tanpa jawab, karena jarang diungkapkan lewat bibir. Sekalipun iya terucap dan didengar orang lain, dia yang mendengar tidak tahu jawabannya, atau tahu tapi bingung bagaimana cara menyampaikannya. Pandangan kebanyakan orang ini juga, yang membuat para pemula (mereka, yang sedang mencoba memperbaiki hijab mereka) menjadi ragu untuk melanjutkan aksi say no to jabat tangan dengan non-mahram. Jadilah, para pemegang prinsip yang satu ini semakin sedikit, jarang sekali ditemui.
Melalui tulisan kecil ini, sedikit aku ingin mengurai jawab, tanya di atas. Sekedar sharing, agar yang tak tahu menjadi tahu, agar yang tak mengerti menjadi mengerti, dan yang ragu menjadi yakin. Insya Allah :)
Hijab
Al-Hijab berasal dari kata hajaban yang artinya menutupi, sedangkan menurut istilah syara’, al-Hijab adalah suatu tabir yang menutupi semua anggota badan wanita, kecuali wajah dan kedua telapak tangan dari penglihatan orang lain. Tujuan dari hijab adalah untuk menghindari fitnah antarlawan jenis (pria dan wanita), menghindarkan berkhalwat (beduaan di tempat sepi). Hijab juga membantu baik pria maupun wanita untuk menundukkan pandangannya.
Hijab dan Jilbab, sama kah?
Berhijab.. berarti tak sekedar berjilbab. Tentu saja, ada yang lebih dari itu. Ada batas-batas lain dari hijab yang tak tampak. Tentang interaksi antar lawan jenis, bagaiman hijab.. melarang kita untuk berkhalwat (berduaan) dalam urusan apapun dengan yang bukan mahram. Atau tentang ghoudul bashor (menundukkan pandangan), karena Allah tahu.. kita paling lemah untuk yang satu ini. Berawal dari pandangan. Ketika seseorang mengenakan jilbab, maka ia sedang melakukan salah satu upaya berhijab. Ibarat suatu himpunan, maka berjilbab adalah subset dari hijab.
(* Menulis tentang hijab, jujur saja.. seperti menoreh luka tersendiri. Ah.. Ya Ghoffur.. Ampunilah aku. Ada banyak sekali hal yang harus kubenahi, ada khilaf dan lupa yang sering kali terulang-ulang kulakukan. Ya Allah.. Bantu hamba dalam penjagaan hijabku! TanpaMu apa dayaku.. *)
Benarkah hanya untuk mereka yang berpenampilan ‘wah’?
Siapa bilang, mereka yang memilih tidak menyentuh yang bukan mahram hanya ia yang berjenggot, yang celananya (maaf) cungklang, yang jilbabnya lebar, yang memakai gamis, atau penampilan-penampilan yang semacam itu. Coba deh.. telusur lagi, mungkin kamu hanya kurang jeli. Karena aku sudah membuktikannya, bertemu dengan orang-orang ‘langka’ dengan jenis yang berbeda.
Sungguh, mereka tidak sama mulai dari penampilan sampai cara mereka menjaga prinsip ini. Ada yang dengan santunnya menangkupkan tangan cepat-cepat sebelum lawan bicara mereka mengulurkan tangan, ada pula yang dengan santainya menjawab uluran tangan non-mahram dengan menyebutkan namanya dan mengangguk cuek. Yang pertama maupun yang kedua, menjaga hijab mereka dengan cara yang khas, tanpa melukai lawan bicaranya. Tak dapat dipastikan memang, kalaupun ada yang tersinggung itu hanya karena kekagetan saja, semacam culture shock. Selanjutnya semua akan memaklumi, karena si ramah tak sok cuek demi menjaga hijabnya demikian si cuek, ia tidak sok ramah demi menjaga hijabnya. Orang akan berkata : ‘dia emang kaya gitu kok..’. Dan lawan bicaranya akan manggut-manggut mengerti.
Maka bagimu yang ingin memperbaiki hijab, walau terbata.. walau satu demi satu langkah. Apa yang membuatmu ragu untuk menangkupkan tangan dari yang bukan mahram-mu? Dan bagi semua.. yang menemukan orang-orang ‘langka’ di sekitar kalian, cobalah menghargai prinsip mereka. Bagi yang sudah menghargai prinsip orang-orang ‘langka’ ini, tidakkah kau tergoda untuk menjadi salah satu dari mereka? Menjadi sosok unik yang istimewa? :)
Wallahu ‘alam bishowab.. Semoga bermanfaat^^
7 Pelajaran dari Surat Al-Fatihah dalam Kehidupan Kita
-
Surah Al-Fatihah mengajarkan syukur 🙏, rahmat Allah yang tak terhingga ❤️,
keadilan ⚖️, kebebasan sejati ✨, hingga pentingnya meminta petunjuk-Nya di
ja...
2 days ago
No comments:
Post a Comment
ditunggu komentarnya