Horison Biru
Isabella Kirei
March 11, 2011
0 Comments
Aku terbatuk, membiarkan keheningan ini pecah. Walau sejenak. Setidaknya ada suara yg terdengar. Setidaknya aku masih hidup, walau ruangan ini seperti mati. Jangankan suara manusia, dentang jam pun seolah lenyap ditelan kesunyian. Di hadapanku terbentang horison biru yang luas, yg menanti gerakku. Dan aku? Entah mengapa aku memilih tuk diam dan membatu, mengamati indahnya menari dan berlari dalam benakku. Ahh.. Aku pasti sudah gila.
Di belakangku awan hitam menggulung, memuramkan angin, membuatnya berputar tak tahu arah. Cepat. Cepat. Dan menyingkirkan segala. Belum lagi kerlap-kerlip yg sesekali memerangi langit di belakangku, dan suara menggelegar yg menciutkan hati. Tak berani kutolehkan wajahku ke belakang, tak jua berani berlari ke depan.
Semua ini seperti buah simalakama. Kau tahu? Buah yg wujudnya saja belum pernah kulihat. Paling tidak, aku tahu itu bisa menggambarkan keadaanku. Tak tik tak tik. Ah! Senyumku menyeruak, suara itu! Suara itu! Itu suara dentang jam tanganku, yg kukira sudah lelah berputar. Aku pasti belum gila, aku pasti belum gila! Dan entah dari mana gelora ini menyala, dan aku tak terbakar tapi merasakan hangatnya.
Tik tik tik. Ah! Suara itu! Senyumku kembali mengembang. Aku menghadapkan tubuhku ke belakang, dan dapat kulihat air surgawi berjatuhan dari langit. Basahi bumiku. Sejukkan hatiku. Aku mengedipkan mataku berkali-kali, lalu tertawa. Ini bukan mimpi, bukan mimpi! Dan aku mulai menari dalam riuh hujan, tak peduli deru angin dan kilat yg menyambar-nyambar. Dan aku mulai berlari, menuju horison biru yg terbentang luas di sana. Tak kupedulikan basah kuyupku, aku tahu sang mentari sedang menanti di sana. Tuk hangatkan aku. Tuk warnai langitku dgn pelangi.
31.01.11
Keep fighting! _love YOU so :)_
Di belakangku awan hitam menggulung, memuramkan angin, membuatnya berputar tak tahu arah. Cepat. Cepat. Dan menyingkirkan segala. Belum lagi kerlap-kerlip yg sesekali memerangi langit di belakangku, dan suara menggelegar yg menciutkan hati. Tak berani kutolehkan wajahku ke belakang, tak jua berani berlari ke depan.
Semua ini seperti buah simalakama. Kau tahu? Buah yg wujudnya saja belum pernah kulihat. Paling tidak, aku tahu itu bisa menggambarkan keadaanku. Tak tik tak tik. Ah! Senyumku menyeruak, suara itu! Suara itu! Itu suara dentang jam tanganku, yg kukira sudah lelah berputar. Aku pasti belum gila, aku pasti belum gila! Dan entah dari mana gelora ini menyala, dan aku tak terbakar tapi merasakan hangatnya.
Tik tik tik. Ah! Suara itu! Senyumku kembali mengembang. Aku menghadapkan tubuhku ke belakang, dan dapat kulihat air surgawi berjatuhan dari langit. Basahi bumiku. Sejukkan hatiku. Aku mengedipkan mataku berkali-kali, lalu tertawa. Ini bukan mimpi, bukan mimpi! Dan aku mulai menari dalam riuh hujan, tak peduli deru angin dan kilat yg menyambar-nyambar. Dan aku mulai berlari, menuju horison biru yg terbentang luas di sana. Tak kupedulikan basah kuyupku, aku tahu sang mentari sedang menanti di sana. Tuk hangatkan aku. Tuk warnai langitku dgn pelangi.
31.01.11
Keep fighting! _love YOU so :)_