Follow Me

Tuesday, February 18, 2020

Perpecahan Ini

Bismillah.

#matrikulasi #nakindonesia


Materi matrikulasi nakindonesia yang terakhir, tentang perpecahan dalam islam. Ayatnya masih sama kaya kemarin, dari  Asy Syura ayat 14. Kalau kemarin kita melihat ayat tersebut tentang bagaimana Allah memotivasi Rasulullah untuk berdakwah. Kali ini, kita melihat ayat tersebut dan merefleksikannya dalam islam.

Ayat itu memang menceritakan bahwa ahli kitab (yahudi dan nasrani) yang mengalami perpecahan setelah mereka mendapatkan ilmu. Tapi ayat ini, juga mengingatkan kita agar tidak jatuh di kesalahan tersebut.

Bagaimana ilmu, yang seharusnya dapat memudahkan jalan kita mencari dunia dan akhirat bisa menjadi sumber perpecahan?

Allah menyebutkan dalam ayat tersebut dengan frase baghyam bainahum. Ilmu yang kita ketahui seharusnya ingin kita bagikan karena kita ingin memberi manfaat kepada orang lain. Tapi bagaimana jika ilmu digunakan untuk mendominasi/menguasai orang lain? Rasa arogan dan ego yang meliputi ilmu akan membuat perpecahan. Sedikit saja perbedaan lalu yang terjadi adalah saling menyalahkan, serta mempengaruhi banyak orang agar tidak mendengarkan/mengikuti pihak yang berbeda pendapat dengan kita.

Perbedaan yang hadir setelah datangnya ilmu harus disikapi dengan benar supaya tidak terjadi perpecahan. Seperti yang dicontohkan para ulama, diawali dengan mendoakan, mengucapkan rahimahullah, dibawakan dengan rasa hormat, dan diakhiri dengan Allahua'lam, bahwa Allah Maha Tahu.

Perbedaan jangan dijadikan bensin untuk berdebat dan memperolok satu sama lain hingga terjadi perpecahan. Majelis ilmu yang seharusnya membawa rasa sejuk di hati orang-orang yang datang, jangan sampai justru memicu kebencian antara sesama muslim.

Perpecahan ini... siapa yang akan mendapatkan dampaknya? Anak-anak muda. Masih di ayat yang sama Allah berfirman,

وَإِنَّ الَّذِينَ أُورِثُوا الْكِتَابَ مِنْ بَعْدِهِمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ...
....Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Al-Kitab (Taurat dan Injil) sesudah mereka, benar-benar berada dalam keraguan yang menggoncangkan tentang kitab itu.


Para pemuda yang baru memulai belajar islam, kemudian berhadapan dengan realita perpecahan, pertengkaran, dan perbedaan. Semua itu membuat mereka ragu dan bimbang dalam melangkah. Akhirnya banyak yang mundur dan memilih aktivitas lain daripada mengaji dan mendalami ilmu agama. Mereka memilih bermain game, atau nongkrong bareng teman, atau menonton film. Karena setiap mereka ke masjid, yang mereka lihat orang-orang dewasa yang saling bertengkar dan saling menyalahkan orang lain. Jangan belajar dengan ustadz A, itu sesat. Jangan duduk bersama kelompok B, mereka kafir. dll.

Those who inherited book after them, Allah didn't say utul kitab "they were given the book", innal mu'minin ba'dahum, no, not the believer after them. Innalladzina uritsul kitaba mim ba'dihim, those who were given the book in inheritance after them. Meaning, they got it from their father, from their mother, they got the religion because they were born in muslim family. They were born in community which is engaged in disagreement. What happen to this kids, this next generation of muslim? 
Lafi syakkim minhu murib. First of all they have no confident in their faith. Lafi syak. Syak is a kind of doubt that takes the confidence away from you. You're not sure about something. And then murib is a kind of doubt that keeps you from going forward. So every time there's an issue of halal and haram, the right or wrong according to the dictate of the deen, they're not so sure if that's the thing they're supposed to do. The next generation is in doubt about the religion all together, because the generation before was too busy fighting. 
-Nouman Ali Khan
***

Mendengarkan materi kali ini mengingatkanku perjalanan awal belajar islam. Bagaimana aku sendiri bahkan pernah mengalami semacam 'islamofobia'. Ya, islam sih, tapi pernah jadi takut untuk belajar islam, karena perpecahan yang ada. Pertengkaran yang aku lihat, perbedaan dan sikap menyalahkan, seolah aku harus memilih salah satu dari sekian banyak 'kelompok islam'. Aku gak tahu yang mana yang benar, tapi perpecahan yang ada membuatku mundur dan takut. Kalau sebelumnya, aku baca apa pun buku selama itu masuk genre islam untuk belajar islam. Saat itu aku memilih ga baca, karena takut terpengaruh dengan pemikiran islam yang sesat.

Aku teringat saat suatu siang menangis dan bertanya pada teman, bagaimana bisa tahu kebenaran islam? Saat setiap kelompok berpecah dan meyakinkan bahwa mereka benar dan yang lain salah?

Kalau aku tidak berada di lingkungan yang baik, kalau aku tidak bertemu dengan orang-orang yang memiliki ilmu namun tidak tenggelam dalam perpecahan, mungkin aku termasuk yang disebutkan dalam ayat tersebut lafi syakkim minhu murib.

Alhamdulillah, setelah ketemu orang-orang yang baik, dan diberitahu mindset yang benar dalam belajar islam, langkah belajar islam jadi jauh lebih ringan. Karena fokusnya bukan lagi pada siapa yang salah. Tapi fokusnya belajar mencari kebenaran, jangan terbawa arus perpecahan, belajar dari mana saja sembari berdoa agar Allah menunjukkan pada kita jalan yang benar.

***

Terakhir, semoga Allah memberikan kita hidayahNya, agar kita membagi cahayaNya, ilmu tentang islam yang sedikit kita ketahui dengan cara yang benar, agar tidak terjadi perpecahan. Semoga al quran dan sunnah menjadi pemersatu umat islam sebagaimana tujuan aslinya, dan bukan menjadi sumber perpecahan karena terkontaminasi ego dan arogansi manusia.

Allahua'lam.



No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya