Sudah beberapa pekan aku tidak menulis untuk #1m1c. Dan saat aku harus menulis, karena sudah terlalu banyak membolos, qadarullah dapet di week dengan tema khusus. Dan tema saat ini, empat huruf yang ada di judul: Toga.
***
It sounds like coincidence. But I know for sure, Allah made sure it happens this way so that I can write about it, finally.
Arti sebuah toga? Sebelumnya aku belum pernah memikirkannya terlalu dalam. Aku sama seperti kebanyakan orang, seolah itu adalah sesuatu yang wajar dari proses hidup seseorang. Dari TK, SD, SMP, SMA, Kuliah, lalu mengenakan toga. Sesederhana itu.
Tapi kemudian dalam alur hidupku, ada plot twist, *ada yang tahu istilah bahasa Indonesia yang baku untuk frase plot twist? Hehe (:
Dari plot twist tersebut, aku jadi paham, kalau toga bisa berarti lebih rumit dari sekedar proses normal yang biasanya dilalui banyak orang.
Ada yang jatuh bangun untuk mengenakannya. Ada yang memandang jauh, karena tidak bisa mengenakannya. Namun ada juga yang tidak terlalu memikirkannya. Sebuah toga, punya nilai berbeda di mata orang yang berbeda.
***
Membahas tentang toga, aku teringat fakta kecil yang pernah diucap tentang toga. Pertanyaan seseorang apakah topi toga di ITB masih segi empat. Bagaimana pakaian tersebut terkait dengan Islam, meski kini banyak dimodif seolah-olah justru menyerupai pakaian non muslim.
Aku juga teringat sebuah bacaan di buku Mahasiswa-Mahasiswa Penghafal Quran yang diterbitkan Yayasan Quran Foundation. Aku lupa penulisnya, tidak menghafal kutipan di dalamnya juga. Tapi ada sebuah tulisan, yang mendeskripsikan haru biru saat ia diwisuda ba'da menyelesaikan hafalannya. Mulai dari perjalanan ia ke kampungnya, menyampaikan ke orangtua, shalat berjamaah, lalu saat wisuda, bagaimana reaksi orangtuanya, bagaimana perasaannya saat berdiri di depan. Dan yang terpenting dan paling membekas di memoriku... Bagaimana penulis mengaitkan peristiwa tersebut dengan sebuah hadits yang biasa dibacakan untuk memotivasi seseorang untuk menjadi penghafal Al Qur'an. Mahkota, dan jubah.
Menulis tentang hal tersebut membuatku ingin menangis TT. Entah aku sedang sensi atau memang baper saja. Rasanya tersindir. Apa kabar dirimu? Sudahkah kau memperjuangkan "toga" yang arti dan nilainya, jauh lebih baik dan berharga ketimbang toga biasa.
Let's not only talk or write about this. Let's pray and try hard for this. Fear but also feeling hopeful. Your heart might be beating fast, but strangely still calm, knowing that Allah sees effort, and continuity.
Semoga Allah memudahkan kita meraih "toga" tersebut. Semoga Allah memberikan kita keistiqomahan untuk selalu dekat dengan kalam-Nya. Allahummarhamna bil Qur'an... aamiin.
Wallahua'lam.
***
Keterangan:
Tulisan ini diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.
toga, kalau mendengar kata toga pasti yang ada dipikiranku adalah fase tertinggi. seperti kalau kelulusan ada ceremony pelepasan dan biasanya diiringi dengan siswa-siswa yang berpakaian toga. Sayangnya saat aku masih sekolah dulu belum musim pakaian serba toga kayak zaman sekarang
ReplyDeletebisa menikmati busana bertoga ketika lulus kuliah, dan aku merasa memakai toga saat lulus kuliah sudah merupakan puncak pendidikan tertinggi aku selama ini