Tentang Rasa
Isabella Kirei
October 30, 2011
0 Comments
Bismillahirrahmanirrahim
Seuntai kata, mungkin tak berarti apa-apa, tapi bisa juga.. ia memiliki arti yang tak bisa diraba semua orang.
Just realized.. kalau aku termasuk satu dari mereka yang terbata-bata dalam merangkai kata, untuk kemudian diucapkan demi mengikat sebuah makna.
That's why now i write this note, coz i don't know how to say it..
Ini tentang sebuah ekspresi, tentang ungkapan yang seringkali manusia ungkapkan lewat ekspesi, ucapan atau tindakan. Begini, ketika seseorang merasakan sesuatu, sedih misalnya
maka orang tersebut akan mengekspresikan rasa itu dalam ekspresi 'menangis', mengucapkannya kepada orang yang ia percaya, atau bersikap lesu dalam menjalani hari.
Ya, ini tentang sebuah ekspresi, sebuah aksi yang kita ambil untuk menunjukkan kepada orang lain tentang apa yang kita rasa.
Singkat kata, aku sedikit-banyak bukan termasuk mereka yang terlalu ekspresif dalam menunjukkan perasaannya. Maka yang mengenal aku sebagai sosok yang sangat ekspresif, mungkin akan me nyernyitkan dahi.
Maksudnya apa? Bukankah paling sering bermain ekspresi adalah 'aku'? Well sorry, you just don't know me well yet.
Aku miskin ekspresi. Atau kalaupun aku memiliki banyak ekspresi, aku kesulitan untuk mengungkapkannya. To show what i really feel inside, apa lagi kalau udah menyangkut yang biru-biru. Dijamin, nggak ada yang nyadar
kalau bisa jadi seharian ini, saat tawa dan senyum silih berganti menghias hariku, maka bisa jadi hari itu.. aku sedang biru (baca: i was blue, artikan dalam kaidah bahasa inggris). You may say i fake my smile. But I'm not.
Aku tidak pernah merasa memalsukan senyum dan tawa, sekalipun mereka hadir saat hatiku sedang kacau-balau. Itu ekspresi terbaik bagiku, senyum dan tawa somehow.. bisa memberi sentuhan lembut untuk hatiku, menghibur lara..luka atau apalah.
You may say my life isn't life. Karena, bukankah hidup ini tak selalu diekspresikan dengan senyum dan tawa? Bukankah memang ada masa-masanya kita menangis dan tersedu, cemberut, kesal, marah, dan ekspresi lainnya.
Well, i don't say i never cry, coz i do still love to cry (baca : cengeng). Permasalahanku bukan pada ekspresi itu sendiri, tapi pada makna pengekspresian itu. Ekspresi muncul sebagai reaksi natural atas perasaan yang sedang dominan di hati kita.
Tapi maknanya lebih dari sekedar reaksi spontan, ia hadir untuk ditunjukkan ke orang lain. Kita berekspresi baik dalam ucapan, tindakan maupun ekspresi wajah itu sendiri, sebenarnya karena kita ingin menunjukkan pada orang lain tentang apa yang kita rasa.
Bukankah begitu?
Maka ribuan rindu yang berkecamuk di sini (baca : di hati), mungkin tak dapat dengan mudah diketahui orang lain. Maka maaf beribu maaf, untukmu yang merindukanku.
Ingin rasanya mengatakan perasaan rindu ini, atau mengekspresikannya dalam tindakan. tapi entah kenapa, my mind keep myself to be just quiet. Mungkin ini efek labelling terhadapku dariku.
Sekali lagi maaf, untaian kalimat rindu ini tak bisa kutransformasikan dalam nada atau tindakan. Maaf, untuk pesan yang sering tak terbalas. Aku selalu ingin membalasnya, but i don't know what to write.
Well I do miss you so.. Well I do want to be there where you are. And well I cry this time because of you, or because how stupid i am about this.
katamu : -Mama pikir hari sabtu prei gak ke campus. kenapa gak jawab sms mama tadi siang. emang sibuk banget? lagi ngerjain tugas apaan?-
well i'm truly hurt reading those words, feel so guilty coz i can't express this feeling inside about you, feel stupid coz i can't show you that i do feel what you feel.
Maaf, sekali lagi maaf..
Ku Aminkan tiap doa yang terlantun indah dari bibirmu di tiap malam. Terimakasih untuk cinta, rindu, dan kasih sayang yang kau berikan.
Untuk Mamah, papah, mba ita, aan, dan keluarga di purwokerto :
"Karena hanya dengan melihat mereka, setidaknya aku kembali ingat. Bahwa ada yang akan ikut menangis saat aku menangis, ada yang turut tertawa saat tawaku mekar"
Seuntai kata, mungkin tak berarti apa-apa, tapi bisa juga.. ia memiliki arti yang tak bisa diraba semua orang.
Just realized.. kalau aku termasuk satu dari mereka yang terbata-bata dalam merangkai kata, untuk kemudian diucapkan demi mengikat sebuah makna.
That's why now i write this note, coz i don't know how to say it..
Ini tentang sebuah ekspresi, tentang ungkapan yang seringkali manusia ungkapkan lewat ekspesi, ucapan atau tindakan. Begini, ketika seseorang merasakan sesuatu, sedih misalnya
maka orang tersebut akan mengekspresikan rasa itu dalam ekspresi 'menangis', mengucapkannya kepada orang yang ia percaya, atau bersikap lesu dalam menjalani hari.
Ya, ini tentang sebuah ekspresi, sebuah aksi yang kita ambil untuk menunjukkan kepada orang lain tentang apa yang kita rasa.
Singkat kata, aku sedikit-banyak bukan termasuk mereka yang terlalu ekspresif dalam menunjukkan perasaannya. Maka yang mengenal aku sebagai sosok yang sangat ekspresif, mungkin akan me nyernyitkan dahi.
Maksudnya apa? Bukankah paling sering bermain ekspresi adalah 'aku'? Well sorry, you just don't know me well yet.
Aku miskin ekspresi. Atau kalaupun aku memiliki banyak ekspresi, aku kesulitan untuk mengungkapkannya. To show what i really feel inside, apa lagi kalau udah menyangkut yang biru-biru. Dijamin, nggak ada yang nyadar
kalau bisa jadi seharian ini, saat tawa dan senyum silih berganti menghias hariku, maka bisa jadi hari itu.. aku sedang biru (baca: i was blue, artikan dalam kaidah bahasa inggris). You may say i fake my smile. But I'm not.
Aku tidak pernah merasa memalsukan senyum dan tawa, sekalipun mereka hadir saat hatiku sedang kacau-balau. Itu ekspresi terbaik bagiku, senyum dan tawa somehow.. bisa memberi sentuhan lembut untuk hatiku, menghibur lara..luka atau apalah.
You may say my life isn't life. Karena, bukankah hidup ini tak selalu diekspresikan dengan senyum dan tawa? Bukankah memang ada masa-masanya kita menangis dan tersedu, cemberut, kesal, marah, dan ekspresi lainnya.
Well, i don't say i never cry, coz i do still love to cry (baca : cengeng). Permasalahanku bukan pada ekspresi itu sendiri, tapi pada makna pengekspresian itu. Ekspresi muncul sebagai reaksi natural atas perasaan yang sedang dominan di hati kita.
Tapi maknanya lebih dari sekedar reaksi spontan, ia hadir untuk ditunjukkan ke orang lain. Kita berekspresi baik dalam ucapan, tindakan maupun ekspresi wajah itu sendiri, sebenarnya karena kita ingin menunjukkan pada orang lain tentang apa yang kita rasa.
Bukankah begitu?
Maka ribuan rindu yang berkecamuk di sini (baca : di hati), mungkin tak dapat dengan mudah diketahui orang lain. Maka maaf beribu maaf, untukmu yang merindukanku.
Ingin rasanya mengatakan perasaan rindu ini, atau mengekspresikannya dalam tindakan. tapi entah kenapa, my mind keep myself to be just quiet. Mungkin ini efek labelling terhadapku dariku.
Sekali lagi maaf, untaian kalimat rindu ini tak bisa kutransformasikan dalam nada atau tindakan. Maaf, untuk pesan yang sering tak terbalas. Aku selalu ingin membalasnya, but i don't know what to write.
Well I do miss you so.. Well I do want to be there where you are. And well I cry this time because of you, or because how stupid i am about this.
katamu : -Mama pikir hari sabtu prei gak ke campus. kenapa gak jawab sms mama tadi siang. emang sibuk banget? lagi ngerjain tugas apaan?-
well i'm truly hurt reading those words, feel so guilty coz i can't express this feeling inside about you, feel stupid coz i can't show you that i do feel what you feel.
Maaf, sekali lagi maaf..
Ku Aminkan tiap doa yang terlantun indah dari bibirmu di tiap malam. Terimakasih untuk cinta, rindu, dan kasih sayang yang kau berikan.
Untuk Mamah, papah, mba ita, aan, dan keluarga di purwokerto :
"Karena hanya dengan melihat mereka, setidaknya aku kembali ingat. Bahwa ada yang akan ikut menangis saat aku menangis, ada yang turut tertawa saat tawaku mekar"