Tuesday, June 21, 2022
Thursday, June 16, 2022
Long Time No See
Thursday, June 9, 2022
Re-Reading Old but Gold Article
Bismillah.
"Ketika kepasrahan itu total tapi harap itu tidak ditutup, Allah akan memberikan karunia indah yang tidak kita duga." - Yayah Inayah [1]
Aku kira tulisannya sudah tidak bisa diakses, saat linknya di klik dan yang muncul justru peringatan. So I google some keyword, and found what I was looking for.
Jazakumullah khairan untuk Teh Tristi yang sudah menuliskan wawancara tersebut, untuk beliau berdua yang diwawancarai juga. Semoga Allah memberikan keberkahan. It's been 10 years. Yet it still gives me the same inspiration, and a new hikmah.
A22: Hadir Majelis Ilmu
Bismillah.
Prolog. It's getting harder (mentally),to copy paste what I read from Arketipe's Challenge #66haribacabuku.
Sejak hari ke 22, back then, aku mulai hanya melaporkan kutipan buku saja, tanpa insight. Kau tahu kenapa? Karena saat kita harus membuat insight, kutipan itu bukan lagi sesuatu yang ada di luar. Tapi kita berusaha mengambil dan memasukkannya ke dalam diri kita. It's getting personal, in a good way. Ada refleksi yang harus diambil, dan saat refleksi, hikmah, insight sudah dibuat, ada next step-nya. Harus ada amal yang dilakukan. Harus ada gerakan, harus ada perubahan.
Meski dulu, aku cuma melaporkan quotes-nya saja. Saat menyalinnya di sini, aku berharap menambahkan insight. Meski hanya satu dua kata. Aku berharap kata-kata yang baik itu bukan cuma "pajangan", tapi ditanam menjadi benih yang nantinya tumbuh, berbunga dan berbuah.
***
☑️ #DAY22-0090
📖 At-Tibyan, Imam An-Nawawi
📑 Quote:
Luqman berkata kepada anaknya, "Wahai anakku! Bermajelislah dengan para ulama, dengarkanlah tutur kata para ahli hikmah, dan merapatlah kepada mereka sedekat mungkin, karena sesungguhnya Allah 'azza wajall benar-benar akan menghidupkan hati yang mati dengan cahaya hikmah sebagaimana Dia menghidupkan bumi yang tandus dengan curah hujan."
💡 Insight:
I've been complaining a lot in this blogs, how I felt my heart is harden. Bagaimana ia mengeras, dan seolah tidak bergetar lagi. Lalu mendekat pada Quran, memberikan "hujan" dan melunakkannya lagi. Ternyata, ada lagi, hal lain yang bisa menghidupkan hati yang mati. Mendatangi majelis ilmu.
Seburuk apapun kondisimu, serendah apapun posisimu saat ini, dorong dirimu untuk pergi ke masjid, meski di ujung belakang, mendengarkan kajian ilmu di sana. Mungkin suaranya tidak sejelas saat kamu duduk di depan, tapi para ulama dan ahli hikmah tersebut, karena hubungan mereka (hafizhahumullah) dengan Allah, keberkahan ilmunya akan menyentuh, bahkan hatimu yang kau kira mati dan tidak bisa hidup lagi.
Buka buku yang didalamnya terdapat nasihat dan kata-kata hikmah dari para ulama. Baca satu, dua halaman. It will gives you more healing, than whatever wonderful trip you wish you can go. Jadi teringat salah satu nasihat Al-Ustadz. Manusia itu, terdiri dari ruh dan jasad. Namun kadang kita lupa, dan hanya fokus memenuhi kebutuhan jasad. Padahal ruh kita juga butuh healing. Jasad kita butuh healing, entah dengan makan-makanan enak. Or having a relax day on some beautiful resort out there. But our ruh need it too. It needs to be feed with lots of ayah from the Quran. Dan ia juga butuh untuk sejenak 'menaiki mesin waktu' dan mendengarkan nasihat pada ulama salaf.
Beneran deh, untukku terutama, dan untuk siapapun yang mungkin membutuhkan pengingat tentang ini. hadiri majelis ilmu. Physicly is good. Tapi kalau hadir secara fisik gak bisa, minimal, dengarkan kajian online, hadiri pertemuan dunia maya yang di dalamnya mengingatkanmu pada Allah, dibacakan nasihat para ulama.
I felt ashamed writing this actually. Karena aku sendiri masih jatuh bangun dan sering lalai. Harus ada prioritas, sehingga kita meluangkan waktu. Bukan sekedar daftar, kemudian lupa dan tidak hadir. TT
***
Curcol satu lagi boleh. I've been reading At-Tibyan for like... forever, but I haven't finished it yet. Isinya dipenuhi ilmu yang menggedor-gedor hatiku, bertanya-tanya, do you just read it, without practicing it? Berat banget, mentally. I know, bertumbuh itu butuh proses. Tapi aku juga tahu, aku terkadang tidak berjalan dengan kecepatan yang sebenarnya aku bisa. I know I stumble upon unneccesary things. Still often drowning in distraction. But...
Can someone pray for me? I love studying, but I'm afraid of the consequence of it. Aku takut banyak baca, banyak nulis, tapi nol di praktek. I don't want to be someone like that.
Can someone pray for me? Semoga Allah memudahkan kita untuk mengamalkan ilmu yang kita baca/pelajari. Can you just pray for youself, berlindunglah pada-Nya, dari apa-apa yang kau takuti.
اَللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا
Allaahumma innii a’uudzu bika min ‘ilmin laa yanfa’, wa min qolbin laa yakhsya’, wa min nafsin laa tasyba’, wa min da’watin laa yustajaabulahaa.
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, hati yang tidak khusyuk, jiwa yang tidak merasa kenyang (puas), dan dari doa yang tidak dikabulkan”. [1]
Wallahua'lam.
***
Keterangan: