Follow Me

Sunday, June 6, 2021

Memaafkan Kesalahan

Bismillah.

Membaca tulisan "ringan" dibuku ini, hari ini, entah mengapa terasa "berat".

Hari ini lembab. Entah pengaruh hormon, atau karena "teko emosi"-nya sudah penuh.

Lalu biasanya, jadi super sensitif. Peka.

As if Allah, through this book want to tell me how do I deal with mistakes. Cause He knows too well, how bad I am dealing with mistakes.

Hmmm....

***

Ini beberapa kutipannya

"Di dalam bahasa Arab, maaf adalah afwan yang asal katanya dari ‘afa. Kata ‘afa ini makna dasarnya, sih, sesuatu yang berlebih. Misalnya, kamu punya baju sepuluh stel, tapi lemari kamu cuma muat 7 stel; nah, kelebihan baju itu harus kamu berikan. Jadi, kata ‘afa identik dengan memberikan kelebihan yang kita miliki.

Begitu juga arti maaf. Kita harus selalu punya stok maaf yang buanyak, yang selalu siap untuk dibagikan kepada setiap orang yang melakukan kesalahan kepada kita."

.
.
.

Tahun lalu, angka bunuh diri di Jepang mencapai rekor tertinggi yaitu 34 ribu orang lebih.

Fakta tersebut sudah cukup kuat buat kamu renungkan. Itulah salah satu dampak dari sikap nggak bisa memaafkan diri sendiri, ditambah sistem sosial yang nggak bisa menerima kegagalan. Apa pun alasannya, bunuh diri itu bukan solusi terbaik. Kesalahan dan kegagalan adalah sahabat kesuksesan dan hidup itu sendiri. Kita masih punya banyak kesempatan untuk memperbaiki kesalahan dan membalas kegagalan."

.
.
.

"Dia (Maimun bin Mahram) tahu pasti, orang yang berbuat salah itu memerlukan kasih sayang. Mereka perlu bantuan untuk memperbaiki kesalahannya, bukannya dihukum."

.
.
.

"Setiap orang berhak memperbaiki kesalahannya. Hal paling bijak yang bisa kita lakukan adalah membantu setiap orang untuk menyadari kesalahannya dan menyuport dia supaya mau memperbaikinya."

Boleh Dogn Salah - Irfan AmaLee, DAR! Mizan

***

Membaca buku ini teringat Polaris Fukuoka. Di buku Boleh Dogn Salah, dituliskan tentang beberapa kasus. Tentang anak muda yang bunuh diri bareng-bareng, hmm.. Mobil, characoal. Alasannya yang dihighlight mungkin berbeda. Di buku Boleh Dogn Salah, penekanannya tentang kesalahan, plus sistem dan masyarakat yang menuntut serba 'perfect', hingga sulit untuk memaafkan diri dan efeknya jadi begitu. Sedangkan di Polaris Fukuoka yang di garis bawahi hal lain. Jawaban Adik Isao pada Sofia. Things that I never thought about... Karena aku lahir dan mengenal value islam, bahwa meski semua orang sibuk dengan dirinya sendiri, ada Allah, ada Allah, ada Allah. Dan mengetahui fakta itu menenangkan.

Oh ya, tapi beda ya. Kalau misal kita 'ngobrol' sama orang yang punya suicidal thoughts, urutannya bukan tiba-tiba ngajak kajian tauhid. Harus dekat dulu, berada di sisinya, sembari menunggu ia membuka hati. Jika sudah bisa ngobrol, baru dikit-dikit kita ajak dan ingatkan untuk mengapresiasi dan bersyukur hal-hal kecil dalam hidup.

Because when there's even a little gratefulness in our heart, Allah will see it, and appreciate it.

Maa yaf'alullahi bi 'adzabikum? La in syakartum wa amantum. **bener gak? >< belum hafal sebenernya ayatnya.

***

Contoh kasus kedua juga jleb. Kasus piala dunia, pemain yang karena "kesalahan kecil"-nya, gol bunuh diri, kolombia, lalu ditembak mati. TT

Diingatkan lagi pentingnya untuk memaafkan. Baik itu diri sendiri dan orang lain.

Terakhir, doa yang semoga ga cuma kita panjatkan di 10 hari terakhir ramadan.

Allahumma innaka afuwwun tuhibbul afwa fa'fuanna. Aamiin.

Allahua'lam bishowab.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya