Follow Me

Monday, June 14, 2021

Dua Buku Lain

Bismillah.

1 Juni lalu, di grup telegram arketipe dikasih pengumuman gitu. 


[INFO UNTUK LAPORAN GFORM]
Bagi yang belum laporan ke Gform tim SABUK maupun SERI kami tunggu paling lambat pukul 12.00 WIB HARI INI ya kawan-kawan


Itulah sebabnya beberapa review buku aku publish, sekalian gitu. Yang terakhir aku masukin ke gform jam 12.30-an kayanya. Selain itu, sebenarnya ada 2 buku lain yang selesai aku baca di bulan Mei. Cuma belum dibuat reviewnya aja. Aku tulis di sini aja yaa, tapi lebih ngalir aja, identitas bukunya juga ga selengkap kaya yang sebelumnya.


***


Polaris Fukuoka


Judul: Polaris Fukuoka

Penulis: Sinta Yudisia

Penerbit: Penerbit Pastel Books


sumber gambar: goodreads


Meski gak jadi pinjem novel Tere Liye, aku akhirnya pinjem novel Sinta Yudisia aja hehe. Sebenarnya udah pernah baca bagian awalnya, sempet dibalikin lagi, karena merasa agak sulit termotivasi nerusin juga, karena halaman awal gatau kenapa belum kebayang alur cerita, premis dll. Tapi setelah beberapa bab, terutama setelah mengenal karakter di dalamnya. Ditambah, ini lebih kerasa banget bahas tentang masalah yang menyangkut psikologi manusia.


Sebelum bahas tentang itu, mau curcol dikit terkait jepang dan aku haha, berasa apa. Mungkin karena nama kirei, ada yang penah mengira aku suka nonton dorama, atau pecinta anime. Tapi sebenarnya aku gak segitunya sama jepang. Nama kirei itu cuma satu verb bahasa baru yang kutahu, dulu tahu 3 kata sifat dalam bahasa jepang, kawaii kirei dan hansamu. Satu hal yang membuatku tertarik jepang, adalah seorang guru yang melanjutkan S2nya di Jepang, dan aku jadi ikutan, ingin suatu saat melanjutkan studi di jepang. Sampai sekarang? Entahlah hehe, mungkin ya, mungkin enggak. Yang jelas, aku sukaa membaca beberapa blog yang bercerita tentang jepang dan kehidupan pemilik blog studi di jepang. Ada beberapa nama, dua orang kakak tingkat informatika, sama satu lagi yang dulu pernah aku tulis di blogwalking.


Balik lagi ke Polaris Fukuoka. Jadi nyeritain tentang Sofia, yang kuliah dan tinggal bareng pamannya di Fukuoka. Sofia, yang tanpa sengaja mengenal Isao, lewat lagu Fukai Mori. Kemudian mendapat undangan upacara teh dengan bubuhan jisei di atasnya. Awalnya aku tertarik bagaimana novel ini membahas tentang bunuh diri di jepang, tapi kemudian aku menjadi lebih tertarik tentang Sofia. Bagaimana ia tumbuh dan dewasa dikelilingi tiga perempuan, dan bagaimana itu terlihat di karakternya saat di jepang, clash yang terjadi antara Sofia dan pamannya. Misteri terkait pamannya juga menarik hingga membuatku ingin segera baca sekuel keduanya Sirius Seoul. Tapi.. karena masih ada begitu banyak judul buku yang belum selesai, aku tahan dulu. Lagian khusus untukku, baca buku fiksi itu harus dibatasi.


Jujur, aku lebih menikmati membaca ini ketimbang Reem. Reem itu novel romance, setting maroko, dan tokoh berdarah palestina-indonesia membuatku tertarik membacanya. Tapi konflik di dalamnya terasa hmm drama? Sedangkan di polaris fukuoka, gak ada romance, konflik di dalamnya pun terasa lebih dekat dengan realita. Rasanya begitu cepat aku membalik halaman saat satu per satu cerita 'dibalik layar' kehidupan Sofia. Aku somehow merasa ada sisi kemiripan dengan Sofia, sedikit. 


Oh ya, satu lagi, aku meski awalnya menyernyitkan dahi saat Sofia menerima Omamori dan menempelkannya di apartemennya. Tapi akhirnya aku bisa menerima, nyatanya karakter Sofia bukan karakter yang sudah punya banyak ilmu terkait islam. Ah, jadi inget juga, ini juga yang membuatku menyernyitkan dahi karena di Reem ada yang mirip beginian juga. Saat Kasim membeli gelang-gelang dengan gantungan hmmm lupa istilahnya apa.


Anyway, aku lebih menikmati Polaris Fukuoka, aku belajar kegigihan dan kerja keras Sofia menjalani kehidupannya di perantauan, baik itu saat ia kuliah, maupun pertemanannya dengan Nozomi, dan juga teman-teman kuliahnya. Termasuk hubungannya dengan Paman dan Tante Nanda.


Kumpulan Puisi Palestina


sumber gambar: jejakpublisher


Judul : Palestina: Antologi Sajak Tentang Palestina
Penulis : Damay Ar-Rahman, dkk
Penerbit : CV Jejak

Ini buku kumpulan puisi kedua, buku tentang palestina kedua (?) ketiga sih kalau Reem masuk hitungan. Sama kaya buku Parade Heroik Pembebas Palestina yang pernah aku tulis reviewnya bulan Mei kemarin. Buku ini juga lahir setelah aksi great return march (aksi kepulangan akbar) tahun 2018. Penulisnya mahasiswa-mahasiswa FKIP Malikussaleh angkatan 2015, Aceh. Oh ya, seperti judulnya ini buku antologi. Puisi di dalamnya disusun per bab sesuai dengan penulisnya, ada 6 penulis (Damay Ar-Rahman, Husina Humaira, Nurjannah, Nurul An-Erman, Novi Hardina Putri, dan Nona Hestia). Satu penulis menyumbang 10-15 puisi. 

Sama seperti saat membaca kumpulan sajak "Dikatakan atau Tidak Dikatakan Itu Tetap Cinta", baca halaman-halaman awal jujur agak gimana hehe. Aku punya ekspektasi terlalu tinggi, berharap baca puisi dengan diksi-diksi yang sastra banget. Oh ya, jadi inget sebelum dua buku puisi ini, memori terakhirku baca buku puisi itu waktu SMP, di perpus SMP 2 Purwokerto, baca bukunya Chairil Anwar. Setelah itu, aku ingat juga beberapa kali kalau ke Gramed suka baca sekilas buku-buku puisi, baik yang bahasa indonesia maupun yang bahasa inggris. It's always pleasing reading poetry.

Oh ya, berbeda sama baca puisi tentang cinta. Baca puisi tentang palestina buatku agak berat, di satu sisi aku biasanya baca 10 halaman sekaligus, tapi di sisi lain aku malu, takut membaca tanpa rasa empati. Padahal kan ya, niat awal membaca buku ini, aku ingin menghidupkan kembali rasa cinta terhadap palestina, sekaligus memperkaya literasi tentang palestina. Kita bisa mendukung kebebasan palestina lewat donasi harta dan lewat doa. Tapi aku ingin juga menulis tentang palestina, tapi sebelum itu... aku tahu diri, perlu banyak baca dulu. Semangaat^^

Ada beberapa puisi yang aku catet, puisi Langit Palestina karya Husina Humaira, dua bait puisi Husina Humaira yang judulnya "Tak Setanah Namun Saudara", juga dua puisi karya Nona Hestia berjudul "Pedulikah" dan "Rangkaian Asa Penuh Duka". Oh ya, satu lagi beberapa kalimat penutup di puisi Nona Hestia yang berjudul "Perjuangan yang Takkan Berhenti".

Aku salin satu aja ya di sini, sisanya silahkan baca sendiri, bukunya bisa diakses di aplikasi iPusnas, gratis dan legal~

***

Berjuanglah...
Majulah
Jangan gentar dengan deretan senjata dan mobil baja
Jiwamu lebih kuat daripada itu
Dan Tuhanmu amat berkuasa di atas segalanya

Percayalah...
Jangan menyerah...
Biarlah nyeri itu kau dekap
Dan akan tergantikan oleh kemenangan yang kau dapat

Lhoksumawe, 5 Februari 2018

- Nona Hestia, dalam buku "Palestina: Antologi Sajak Tentang Palestina"
***

Terakhir, yuk biasakan lagi baca buku. Meminjam tagline-nya The Lady Book, "Plant the seed, start your first page". Luangkan waktu, pilih buku yang paling menarik hatimu, baca halaman pertama dulu^^

***

Keterangan: Tulisan ini juga diikutkan dalam komunitas #1m1c (Satu Minggu Satu Cerita). Berbagi satu cerita, satu minggu.

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya