Follow Me

Wednesday, August 24, 2022

A27: Bahkan Membenci... Ada Seninya

Bismillah.

#menjadiarketipe #66haribacabuku

☑️ #DAY27-0090

📖 Kitab Cinta dan Patah Hati, Sinta Yudisia

📑 Quote:

Bagaimanapun dalamnya kebencian pada seseorang, Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam memberikan batasan-batasan indah dalam membenci.

Membenci tidak boleh mencaci orangtua musuh, membenci tidak boleh bersikap tidak adil pada musuh, membenci tidak boleh mendoakan keburukan bagi musuh.

Membenci harus proporsional, sekedar membenci perilakunya dan bukannya si pelaku. Siapa tahu suatu saat perilaku si pelaku berubah dan dia berbalik 180 derajat dari musuh menjadi sahabat.

💡 Insight:

Banyak yang menulis tentang cinta, tapi sedikit yang mengenal lebih banyak tentang benci.

Tapi Islam mengatur perasaan itu, karena Islam tahu, hati manusia... bisa diracuni rasa benci. Dan racun itu, meski awalnya sedikit, lama kelamaan bisa mengeraskan hatinya, menghancurkan hidupnya.

So let's hate something in a proposional way. Like what Rasulullah taught us, 'alaihimushalawatu wasalam.

***

Mereka bilang, batas benci dan cinta itu tipis. Itulah mengapa kita tidak boleh berlebihan.

Mereka bilang, benci itu membebani hati, seperti kentang busuk, yang terus-menerus dibawa. Seharusnya kita buang, bukan justru dibawa kemana-mana.

Benci itu, ada seninya. Karena kadar yang berlebihan hanya akan meracuni diri. Itulah mengapa mungkin ada begitu banyak forgiveness therapy, karena ada banyak yang tidak tahu, bagaimana caranya melepas rasa benci.

Tentang benci, aku ingat sebuah doa. Meski mungkin diksinya berbeda. Ghill. Semacam rasa mengganjal dan tidak nyaman dalam hati, tapi fungsinya sebagai pengaman. Seperti baju perang ceunah hehe *lama sekali rasanya tidak menggunakan partikel bahasa itu.

Anyway, let's open the Qur'an, and read that du'a.

QS Al Hasyr ayat 10

وَٱلَّذِينَ جَآءُو مِنۢ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَٰنِنَا ٱلَّذِينَ سَبَقُونَا بِٱلْإِيمَـٰنِ وَلَا تَجْعَلْ فِى قُلُوبِنَا غِلًّۭا لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفٌۭ رَّحِيمٌ

Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshor), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". [Surat Al-Hasyr (59) ayat 10]

Last but not least,... Allah mengajarkan Rasulullah bahwa saat seseorang melakukan kesalahan, beliau diperintah untuk mendoakan dan memintakan ampunan, termasuk meminta pendapat mereka dalam musyawarah. Dan kita, sudah "melihat" bagaimana Rasulullah bersikap ba'da perang Uhud. Bukankah kita ingin bertemu dengan Rasul di telaga Al Kautsar kelak? Jadi jangan lagi katakan, "ah, cuma Sunnah". Seorang guru pernah mengajarkanku. Wajib itu dikerjakan berpahala, ditinggalkan dosa. Sedangkan Sunnah, dikerjakan berpahala, ditinggalkan... Rugi pisan. Allahumma shalli wa Salim 'ala Muhammad wa shahbihi wattabi'in. Aamiin.

Wallahua'lam.
 

Keterangan:

[1] Tulisan ini merupakan bagian dari serial kutipan buku yang kulaporkan untuk program 66 hari baca buku @menjadi.arketipe 1 Februari - 7 April 2022. Tulisan lainnya bisa dibaca di #66haribacabuku

No comments:

Post a Comment

ditunggu komentarnya